Vous êtes sur la page 1sur 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi dan pasar bebas saat ini, setiap organisasi perusahaan

dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain, baik perusahaan lokal maupun

internasional. Tidak hanya bersaing, organisasi atau perusahaan juga harus dapat

mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan

sekitar perusahaan. Organisasi menghadapi lingkungan yang kompleks dan dinamis

yang dikaitkan dengan peningkatan globalisasi dan daya saing ekonomi global.

Seperti yang penulis ketahui, perubahan dalam produktivitas kerja sama tim adalah

konstan dan dengan munculnya banyak teknologi baru, ditambah dengan peningkatan

tuntutan dari bisnis, telah menimbulkan ketidakstabilan maupun tantangan baru.

Dalam rangka mencapai tujuan organisasi, bagaimanpun majunya teknologi,

tersedianya modal kerja yang cukup serta peralatan yang memadai tidak akan berhasil

tanpa didukung adanya kualitas sumber daya manusia sebagai pengelola kegiatan dari

segi organisasi, termasuk di perusahaan.

Keberhasilan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk

mengelola berbagai macam sumber daya yang dimilikinya, salah satu yang sangat

penting yaitu sumber daya manusia di dalamnya. Sumber daya manusia senantiasa

1
2

melekat pada setiap sumber daya organisasi apapun sebagai faktor penentu

keberadaan dan peranannya dalam memberikan kontribusi ke arah pencapaian tujuan

organisasi secara efektif dan efisien.

Kerja sama tim sangat diperlukan guna meningkatkan efiseinsi kerja baik itu

di dalam perusahaan, swasta maupun pemerintahan. Jika perusahaan tidak memiliki

kerja sama yang kuat antara divisi satu dengan divisi lainnya, maka hasil dari

kerjanya tidak akan memuaskan dan tidak efisien (tepat waktu). Dalam perusahaan

terdiri dari berbagai macam individu yang dituntut untuk bekerja dalam rangka

mencapai tujuan organisasi. Kerja sama kelompok adalah mengidentifikasikan

berbagai masalah, mendiskusikan bagaimana memecahkan masalah tersebut dan

melakukan tindakan untuk memperbaiki. Adapun masalah-masalah yang terjadi

dalam kerja sama kelompok yang mempengaruhi efisiensi kerja dan lingkungan kerja,

yaitu kurangnya interaksi di dalam kelompok, perbedaan pendapat, kekurang

kompakan antar anggota kelompok dapat disebabkan oleh berbagai hal. Beberapa hal

tersebut diantaranya adanya interaksi yang formal dan tegang, komunikasi yang

buruk, struktur yang hirarkis, tingkat kepercayaan rendah, bingung akan perannya,

misi tim yang tidak jelas dan kurangnya kerjasama antar anggota (Rahul Sharma,

2012:158).

Kerja tim adalah salah satu topik utama dalam perilaku organisasi yang

mendapat perhatian signifikan dari beberapa ilmuwan dan praktisi bisnis. Definisi

umum kerja sama tim mencakup sekelompok orang yang bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Saat ini, beberapa manajer di beberapa organisasi
3

membuat lebih banyak tugas tim untuk karyawan dengan tujuan untuk memperkuat

pengetahuan mereka dan meningkatkan keterampilan profesional mereka (Hartenian,

2003). Bekerja dalam tim memungkinkan karyawan untuk bekerja sama,

meningkatkan keterampilan individu dan memberikan umpan balik praktis tanpa

membuat konflik antara anggota manapun. Seorang karyawan yang bekerja dengan

orang lain dalam tim cenderung lebih produktif dibandingkan dengan rekan sejawat

lainnya. Sudah diterima secara luas bahwa kerja sama tim bukan hanya fondasi utama

manajemen yang sukses, tapi juga alat penting untuk meningkatkan produktivitas

organisasi secara keseluruhan (Jones et al dalam Manzoor et al, 2011). Kerja sama

tim meningkatkan produktivitas karyawan dan ini mengarah pada tingkat komitmen

organisasional yang lebih tinggi. Melalui kerja tim, setiap karyawan memiliki

kesempatan untuk berbagi dengan orang lain bagaimana melakukan tugas tertentu

dengan baik (Gallie et al, 2009). Oleh karena itu, diyakini bahwa dengan mengadopsi

kolaborasi anggota tim, kesempatan untuk pembelajaran bersama dan produktivitas

akan lebih tinggi.

Jelas penggunaan tim kerja telah menjadi strategi yang sering digunakan

untuk meningkatkan produktivitas dan fleksibilitas karyawan. Dibuktikan oleh studi

yang telah dilakukan di Afrika Selatan. Sebuah studi yang dilakukan oleh European

Working Condition Observatory (EWCO, 2007) mengungkapkan bahwa 80,6 persen

organisasi Inggris melaporkan bahwa setidaknya beberapa karyawan mereka diatur ke

dalam tim kerja, sedangkan di Afrika Selatan 60 persen organisasi telah bergerak

menuju struktur berbasis tim. Kerja sama tim adalah hal yang diperlukan untuk
4

kesuksesan jangka panjang bagi karyawan dan organisasi. Kerja tim sangat penting

dalam lingkungan bisnis global saat ini terutama untuk proyek-proyek yang kompleks

dan memerlukan banyak keahlian (Simson dan Daft, 2003). Tim memberikan

keragaman pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalaman, yang integrasinya

memungkinkan untuk menawarkan tanggapan yang cepat, fleksibel dan inovatif

terhadap masalah dan tantangan, mendorong kinerja dan meningkatkan kepuasan

mereka yang membentuk tim. Dengan demikian, keberhasilan organisasi dan

keseluruhan produksi pengetahuan sangat bergantung pada keefektifan tim. Kerja tim

memang merupakan strategi yang sangat penting untuk memperlancar operasi

organisasi karena anggota tim meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan

kemampuan mereka dengan bekerja dalam tim, dan ini mempengaruhi kinerja dan

efektivitas organisasi (Froebel & Marchington, 2005).

Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan perlu adanya efektivitas kerja,

karena efektivitas kerja berkaitan dengan adanya akibat yang dikehendaki,

maksudnya bahwa pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan harus menghasilkan suatu

tujuan yaitu hasil yang optimal. Efektivitas berasal dari kata efektif, yaitu suatu

pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan atau mencapai

sasaran dan diselesaikan tepat pada waktunya sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Efektivitas adalah keseimbangan atau pendekatan optimal dalam

pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia (Argris dalam

Tangkilisan, 2005:139). Jadi, konsep tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat

sejauh mana organisasi melaksanakan kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan


5

yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan alat-alat dan sumber daya

secara optimal. Adapun efektivitas itu sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Beberapa faktor tersebut diantaranya karakteristik organisasi, karakteristik

pekerja, serta kebijakan dan praktek manajemen (Strees dalam Tangkilisan,

2005:151). Faktor-faktor tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh penulis pada bab

berikutnya.

Efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja

yang baik dan sempurna atau prestasi yang optimal. Efektivitas kerja juga merupakan

keberhasilan seseorang melakukan suatu pekerjaan secara maksimal sesuai dengan

apa yang telah direncanakan sebelumnya, sehingga tidak menimbulkan pemborosan

baik itu waktu, tenaga, biaya maupun segala sesuatu yang berakibat tidak berhasilnya

suatu pekerjaan, sehingga apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.

Setiap anggota tim memiliki peran masing-masing, namun dalam hal ini tak

jarang kerjasama dalam tim dihadapkan pada konflik. Penyebab konflik kerjasama

tim yang terjadi pada PT Seelindo Sejahteratama selama ini pada umumnya adalah

karena adanya komunikasi yang kurang baik diantara karyawan dan antar bagian atau

divisi pada PT Seelindo Sejahteratama menyebabkan salah persepsi dan salah paham

dalam menyelesaikan tugas. Pertentangan dalam sebuah tim tersebut terjadi karena

kurangnya kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas antar bagian.

PT Seelindo Sejahteratama merupakan perusahaan manufaktur yang

memproduksi bahan-bahan kue untuk di supply kepada perusahaan-perusaahaan

bakery yang sudah banyak dikenal di Indonesia saat ini. Perusahaan-perusahaan


6

tersebut diantaranya adalah Starbucks, Holland Bakery, Dunkin Donuts, J.CO dan

lain-lain. Produk-produk yang diproduksi oleh PT Seelindo Sejahteratama

diantaranya adalah filling, topping, glazing, cake improver, dan premix (bahan baku

kue yang sudah hampir jadi).

Setelah penulis melakukan observasi awal, penulis mendapatkan informasi

dari manajer Training & Development Department PT Seelindo Sejahteratama bahwa

masalah yang sering dialami adalah terjadinya gagal produksi. Hal tersebut

menyebabkan produk perlu diperbaiki atau bahkan diproduksi ulang sehingga dapat

menambah biaya-biaya yang tidak diperlukan, menambah waktu, dan jika hal tersebut

terus terjadi dapat menyebabkan kerugian. Masalah tersebut mengakibatkan

efektivitas kerja karyawan menurun dan tujuan perusahaan dikhawatirkan tidak

tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk

menangani masalah tersebut, kerjasama tim dapat memberikan motivasi bagi

karyawan untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan

kesempatan yang diberikan oleh perusahaan kepada setiap karyawan untuk terus

meningkatkan kualitas kerja. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : “Pengaruh Teamwork Terhadap Efektivitas Kerja Pada PT.

Seelindo Sejahteratama”
7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan diatas, maka

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan kerja sama tim (teamwork) pada PT. Seelindo

Sejahteratama?

2. Bagaimana tingkat efektivitas kerja karyawan pada PT. Seelindo

Sejahteratama?

3. Apakah teamwork berpengaruh terhadap efektivitas kerja karyawan pada PT.

Seelindo Sejahteratama?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penerapan kerja sama tim (teamwork) pada PT. Seelindo

Sejahteratama

2. Mengetahui kondisi efektivitas kerja karyawan pada PT. Seelindo

Sejahteratama

3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kerja sama tim terhadap

efektivitas kerja karyawan pada PT. Seelindo Sejahteratama.


8

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini merupakan sumber pembelajaran bagi penulis untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang ilmu manajemen sumber

daya manusia, terutama mengenai pengaruh teamwork terhadap efektivitas

kerja pada PT. Seelindo Sejahteratama, melalui penerapan teori selama

perkuliahan serta membandingkannya dengan keadaan sebenarnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi penulis, hasil penelitian ini sangat bermanfaat dalam mendapatkan

gambaran yang sebenarmya antara teori dengan praktek dari masalah yang

diteliti, yaitu mengenai teamwork serta hubungannya terhadap efektivitas

kerja karyawan.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

kajian lebih lanjut mengenai kondisi efektivitas kerja dari perusahaan

tersebut, selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan

dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan

khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia pada masa yang akan

datang.
9

c. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan yang dapat digunakan oleh peneliti lain yang meneliti mengenai

teamwork dan efektivitas kerja.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Seelindo Sejahteratama yang beralamat di Jl.

Moh Toha Km 3 Bugel Karawaci Tangerang Banten, Klp. Indah. Kec. Tangerang,

Kota Tangerang, Banten. Adapun waktu penelitian dilakukan dimulai dari bulan Juli

2017 sampai bulan September 2017. Jadwal dan rencana kegiatan penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut :


10

Tabel 1.1

Jadwal dan Rencana Penelitian

Waktu Penelitian
No Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Penjajakan Awal
2. Studi Kepustakaan
Penyusunan dan
3. Bimbingan Usulan
Penelitian
Seminar Usulan
4.
Penelitian
5. Pengumpulan Data
6. Analisis Data
Penyusunan Hasil
7. Penelitian dan
Bimbingan
8. Ujian Sidang
Sumber: Penulis (2018)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, masing-masing

bab diuraikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab pendahuluan yang terdiri dari gambaran awal dari

ketertarikan peneliti melakukan penelitian ini. Bab

pendahuluan ini terdiri dari latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,


11

lokasi dan waktu penelitian, serta rencana sistematika skripsi

yang menjelaskan rencana sistematis dari penyusunan skripsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

Pada bab ini penulis menguraikan tentang teori-teori yang

berkaitan dengan topik yang diteliti sebagai bahan acuan bagi

penulis dalam melakukan penelitian mengenai teamwork dan

efektivitas kerja. Selanjutnya dari konsep tersebut akan

dirumuskan hipotesis dan terbentuk kerangka pemikiran

teoritis yang akan melandasi penelitian.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yaitu mekanisme penelitian yang akan

digunakan. Bab ini berisikan tentang kegiatan dari perusahaan

yang dijadikan objek penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian secara sistematis

yang kemudian dianalisis dengan metode analisis data yang

sudah ditetapkan dan selanjutnya dilakukan pembahasan

mengenai analisis tersebut. Pada bab ini penulis menyajikan

data yang berisi tentang pengaruh kerja sama tim terhadap

efektivitas kerja karyawan pada PT. Seelindo Sejahteratama.


12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Uraian mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab

sebelumnya berdasarkan identifikasi masalah penelitian serta

merupakan jawaban atas masalah penelitian yang diangkat.

Saran-saran yang diberikan peneliti dimaksudkan sebagai

masukan yang didasarkan atas hasil penelitian, dimana saran

ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau

rekomendasi tindakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan

dalam pengembangan lebih lanjut.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Teamwork

Sebuah tim terdiri dari sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama.

Tim sangat sesuai untuk melakukan tugas yang memiliki kompleksitas tinggi dan

saling bergantung. Tim biasanya memiliki anggota dengan keterampilan saling

melengkapi dan menghasilkan sinergi melalui upaya terkoordinasi yang

memungkinkan setiap anggota memaksimalkan kekuatannya dan meminimalkan

kelemahannya. Anggota tim perlu belajar bagaimana membantu satu sama lain,

membantu anggota tim lainnya menyadari potensi sejati mereka, dan menciptakan

lingkungan yang memungkinkan setiap orang untuk melampaui keterbatasan mereka

(Rahul Sharma et al, 2012:154). Tim dapat pula didefinisikan sebagai dua individu

atau lebih yang berinteraksi secara sosial (tatap muka, maupun secara virtual),

mempunyai satu tujuan bersama atau lebih, membawa bersama tugas-tugas yang

relevan secara organisasional untuk capaian kinerja, menunjukkan ketergantungan

dalam aliran kerja, sasaran, dan hasil, mempunyai perbedaan peran dan tanggung

jawab serta menanamkan kebersamaan dalam cakupan sistem organisasional dengan


14

batas-batas dan hubungan untuk konteks sistem dan lingkungan tugas yang lebih luas

(Kozlowski & Ilgen, 2006:79)

Kerja tim sebagai proses kerja dinyatakan oleh Buchholz (2000), “Teamwork

is the process of working in a group by participative leadership, shared

responsibility, aligned on purpose, intensive communication, future focused, focused

on task, creative talents and rapid response to get the aims of the organization.”

(Kerja tim adalah proses kerja dalam kelompok dengan adanya kepemimpinan yang

partisipatif, tanggung jawab yang terbagi, penyamaan tujuan, komunikasi yang

intensif, fokus pada masa depan, fokus pada tugas, bakat kreatif dan tanggapan yang

cepat untuk mencapai tujuan organisasi).

Kerjasama tim mengacu pada kegiatan interpersonal yang memfasilitasi

pencapaian tujuan (Colquitt, LePine & Wesson, 2011: 420). Terdapat tiga komponen

yang perlu diperhatikan dalam kerja sama tim. Yang pertama adalah kebersamaan,

yang kedua kepercayaan dan yang ketiga keterpaduan (Kreitner & Kinicki, 2007:

348). Jika sebuah kerjasama tim dapat terlaksana dengan baik, maka banyak manfaat

yang didapatkannya, di antaranya terdapat banyak sumber atau cara untuk

menyelesaikan masalah, meningkatkan kreativitas dan inovasi para anggota,

meningkatkan kualitas dan pengambilan keputusan, mempunyai komitmen yang lebih

baik dalam bekerja, memiliki motivasi yang tinggi melalui tindakan yang dilakukan

bersama, kontrol dan disiplin yang lebih baik dalam bekerja, serta adanya kepuasan

diri yang meningkat (Schermerhorn, 2010: 378). Kerjasama tim mengacu pada

contoh-contoh di mana individu berinteraksi atau mengoordinasikan perilaku untuk


15

mencapai tugas yang penting bagi tujuan tim (yaitu perilaku, sikap dan tanggapan

kognitif dikoordinasikan dengan sesama anggota tim) (Salmon & Stanton, 2009:

201). Kerjasama tim juga mengacu pada suatu proses yang melibatkan bagaimana

anggota tim berinteraksi untuk kesuksesan tim atau kualitas akhir produk (Penn,

2011: 55).

Tim memungkinkan orang-orang untuk bekerjasama, meningkatkan

kemampuan individu-individu dan membuat suatu feedback yang membangun

diantara individu-individu. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa kerjasama tim

penting untuk seluruh tipe organisasi termasuk organisasi non-profit. Penelitian

sebelumnya juga menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja di dalam tim akan

menghasilkan output yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil pekerjaan

secara individual (Jones et al, 2007 dalam Manzoor et al., 2011:111).

Kerjasama tim merupakan kelompok yang relatif kecil yang bekerja pada

pekerjaan yang jelas, tugas yang menantang yang paling efisien diselesaikan oleh

kelompok kerja bersama-sama dibandingkan individu yang bekerja sendiri atau

secara kelompok, yang memiliki kepastian, bersama-sama, menantang, tujuan tim

berasal dari tugas, yang harus bekerja sama dan saling tergantung untuk mencapai

tujuan tersebut, yang anggotanya bekerja dalam peran yang berbeda dalam suatu tim

(meskipun beberapa peran dapat diduplikasi), dan yang memiliki wewenang yang

diperlukan, otonomi dan sumber daya yang memungkinkan mereka untuk memenuhi

tujuan tim (West, 2012: 28). Kerjasama tim memungkinkan orang-orang biasa untuk

mencapai hasil yang luar biasa. Kerjasama tim adalah kinerja kelompok yang
16

berkaitan dengan produk yang dihasilkan, proses dieksekusi dan orang-orang yang

terlibat (De Campos, 2012: 16).

Dari beberapa pandangan yang dikemukakan dapat diketahui beberapa aspek

konsep kerjasama tim, yaitu :

a. Proses bertukar informasi, terjadi saling memberi informasi tentang rencana

program kerja, informasi tentang tujuan organisasi, dan informasi tentang

kemajuan organisasi;

b. Memecahkan masalah, terjadi proses saling membantu memecahkan

masalah meliputi kegiatan: cara mengatasi kesulitan, cara menyelesaikan

tugas, meningkatkan hasil, meningkatkan keahlian, mengembangkan

kebersamaan, mengembangkan kreativitas, dan mengembangkan kerja sama;

dan

c. Melaksanakan tugas atau pekerjaan, terjadi upaya meningkatkan

produktivitas dengan melakukan hal-hal baru, melaksanakan tugas tambahan

dan pencapaian hasil.

Organisasi yang lebih menekankan pada tim akan menghasilkan kinerja

karyawan yang meningkat, produktivitas yang lebih baik dan pemecahan masalah

yang lebih baik di tempat kerja (Cohen & Bailey, 1999). Salah satu studi penelitian

menyimpulkan bahwa manajer yang baik adalah orang yang memberikan tanggung

jawab kepada karyawannya dalam bentuk kelompok atau tim untuk mendapatkan

hasil maksimal dari karyawan (Ingram, 2000). Studi lain menyimpulkan bahwa

organisasi yang merancang sistem pembentukan tim bagi karyawan telah


17

melaksanakan praktik terbaik dalam memaksimalkan hasil. Penekanan utama untuk

merancang dan menerapkan sistem semacam itu pada akhirnya adalah untuk

meningkatkan pembelajaran karyawan (Washer, 2006). Kerja tim merupakan strategi

yang memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja individu dan organisasi, namun

perlu dipelihara seiring berjalannya waktu. Organisasi perlu melihat strategi untuk

meningkatkan kinerja dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Manajer puncak

perlu memiliki visi untuk mengenalkan kerja sama tim dalam organisasi dan

keberanian untuk mengizinkan tim memainkan peran penting dalam pengambilan

keputusan (Ingram, 2000). Tim menawarkan partisipasi, tantangan, dan perasaan

prestasi yang lebih besar. Organisasi dengan tim akan menarik dan mempertahankan

orang-orang terbaik. Hal ini pada gilirannya akan menciptakan organisasi berkinerja

tinggi yang fleksibel, efisien dan yang terpenting, menguntungkan. Profitabilitas

adalah faktor kunci yang memungkinkan organisasi untuk terus berkompetisi dengan

sukses di arena bisnis global yang kompetitif (Conti & Kleiner, 2003).

Dari beberapa definisi dari teamwork di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

teamwork adalah keterlibatan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab yang dilakukan bersama dan terkoordinasi dalam suatu institusi untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.


18

2.1.1.1 Jenis Tim

Jenis-jenis tim yang dikemukakan oleh Rahul Sharma et al (2012: 155) adalah

sebagai berikut:

1) Independent dan Interdependent Teams

A. Interdependent teams

Tidak ada tugas yang signifikan yang bisa dilakukan tanpa bantuan

dan kerja sama dari anggota manapun dalam anggota tim tersebut dan

keberhasilan setiap individu terikat erat dengan kesuksesan seluruh tim.

B. Independent Teams

Setiap orang pada dasarnya melakukan tindakan yang sama. Namun

performa setiap individu tidak berpengaruh langsung terhadap performa

individu berikutnya. Jika semua tim anggota masing-masing melakukan tugas

dasar yang sama, seperti siswa yang mengerjakan masalah di kelas

matematika, atau pegawai penjualan dari luar yang melakukan panggilan

telepon, kemungkinan besar tim ini adalah tim independen. Mereka mungkin

bisa saling membantu, dengan menawarkan saran, dengan memberikan

dukungan moral, atau dengan membantu di belakang. Tetapi kesuksesan

ditentukan oleh masing-masing individu.

2) Self-Managed Teams

Gagasan utama tim yang dikelola sendiri atau Self-Managed Teams

adalah pemimpinnya tidak beroperasi dengan otoritas posisi. Tim yang


19

dikelola sendiri beroperasi di banyak tempat organisasi untuk mengelola

proyek kompleks yang melibatkan penelitian, perancangan, proses perbaikan,

dan bahkan resolusi isu sistemik, terutama untuk cross-department proyek

yang melibatkan orang-orang dengan tingkat senioritas yang sama. Namum

sebuah tim yang dikelola sendiri tetap dibutuhkan dukungan dari manajemen

senior untuk dapat beroperasi dengan baik.

3) Sport Teams

Tim olahraga atau Sport Teams adalah sekelompok orang yang

bermain olahraga bersama. Anggota mencakup semua pemain (bahkan

mereka yang menunggu giliran bermain) dan juga yang mendukung anggota

seperti manajer tim atau pelatih.

4) Virtual Teams

Tim virtual adalah sekelompok orang yang bekerja untuk saling

menguntungkan dan dengan tujuan bersama melintasi batas ruang, waktu, dan

organisasi yang menggunakan teknologi dalam berkomunikasi dan

berkolaborasi. Anggota tim virtual dapat ditempatkan di dalam suatu Negara

atau di seluruh dunia, jarang bertemu tatap muka, dan anggota-anggota di

dalamnya memiliki budaya yang berbeda.

5) Interdisciplinary dan Multidisciplinary Teams

Multidisciplinary teams melibatkan beberapa profesional yang secara

independen memperlakukan atau menangani berbagai masalah yang mungkin

dimiliki oleh seorang pasien, berfokus pada isu-isu yang sesuai dengan
20

spesialisasi mereka Interdisciplinary teams melibatkan semua anggota tim

yang bekerja sama menuju tujuan yang sama. Dalam pendekatan tim

interdisipliner, sering ada pencampuran peran oleh anggota inti tim, yang

mungkin mengerjakan tugas yang biasanya dilakukan oleh anggota tim

lainnya

Sedangkan Daft (2000) mengklasifikasikan tim menjadi enam jenis. Enam

jenis tim tersebut terdiri dari tim formal, tim vertikal, tim horizontal, tim dengan

tujuan khusus, tim mandiri dan tim pemecah masalah.

1) Tim Formal

Tim formal diciptakan oleh organisasi sebagai bagian dari struktur

formal organisasi. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal

dan tim horizontal.

2) Tim Vertikal

Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam

rantai komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim

komando. Setiap tim diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu lewat aktifitas dan interaksi bersama para anggota.

3) Tim Horizontal

Tim horizontal terdiri atas karyawan-karyawan dari tingkat hierarkis

yang hampir sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim

horizontal yang paling umum adalah angkatan tugas dan komite. Angkatan

tugas adalah kelompok karyawan dari departemen-departemen berbeda yang


21

dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan sampai tugas

itu selesai. Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian

permanen dari struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu:

memungkinkan para anggota organisasi untuk bertukar informasi,

menghasilkan saran-saran untuk mengoordinasi unit-unit organisasional yang

diwakilkan, mengembangkan berbagai ide dan solusi baru untuk masalah-

masalah organisasional yang ada, dan membantu perkembangan berbagai

praktik dan kebijaksanaan organisasional yang baru.

4) Tim dengan Tujuan Khusus

Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar

organisasi formal untuk mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas

khusus. Tim dengan tujuan khusus masih merupakan bagian dari organisasi

formal dan memiliki struktur laporannya sendiri.

5) Tim dengan Kepemimpinan Mandiri

Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya

adalah karyawan untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas,

efisiensi dan lain-lain. Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai

12 karyawan per jam dari departemen yang sama yang dengan sukarela

bertemu untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi, dan

lingkungan kerja. Tim pemecahan masalah biasanya merupakan langkah

pertama dalam langkah perusahaan menuju partisipasi karyawan yang lebih

besar. Seiring dengan bertambah dewasanya perusahaan, tim pemecahan


22

masalah berangsur-angsur berkembang menjadi tim dengan kepemimpinan

mandiri. Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja

dengan lebih dari satu keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk

menghasilkan produk atau layanan yang menyeluruh atau setidaknya satu

aspek menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau layanan. Ide pokoknya

adalah bahwa tim-tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau supervisor,

bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi

kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan

diri terhadap kondisi-kondisi yang berubah. Tim dengan kepemimpinan

mandiri merupakan tim permanen yang secara khusus meliputi elemen-

elemen berikut :

1. Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa

keterampilan dan fungsi, dan keterampilan-keterampilan yang

dikombinasikan sudah cukup untuk mengerjakan tugas organisasional

yang besar.

2. Tim diberi akses menuju sumber-sumber daya seperti informasi,

peralatan, mesin dan persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan

seluruh tugas.

3. Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang

berarti bahwa para anggota memiliki kebebasan untuk memilih


23

anggota baru, memecahkan masalah, menghabiskan uang, mengawasi

hasil, dan merencanakan masa depan.

Dua jenis tim yang semakin sering digunakan di lingkungan kerja yang baru

adalah tim virtual/maya dan tim global (Rahul Sharma et al, 2012: 155).

1) Tim virtual

Tim virtual terdiri atas anggota-anggota yang tersebar secara geografis

dan organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi

informasi dan telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para pekerja

lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau

pihak-pihak luar lainnya. Salah satu keuntungan dari tim virtual adalah

kemampuan untuk dengan cepat mengumpulkan kelompok orang yang

paling tepat untuk menyelesaikan proyek yang kompleks, memecahkan

masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang strategis tertentu.

2) Tim global

Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota-

anggota dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau

banyak Negara. Tim global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim

interkultiral yang para anggotanya berasal dari berbagai negara atau

budaya yang berbeda dan bertemu dengan berhadapan secara langsung,

dan tim global virtual yang para anggotanya tinggal di lokasi yang

terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan pekerjaan mereka

dengan bantuan teknologi elektronik.


24

2.1.1.2 Tingkat Perkembangan Tim

Menurut Tuckman (dalam Guffey dkk., 2005: 59), tim yang sukses umumnya

melalui empat fase, yaitu: pembentukan (forming), prahara (storming), penormaan

(norming), dan pelaksanaan (performing). Kecepatan tim dalam melewati fase

tersebut tidak sama, tetapi umumnya tim harus berjuang melewati tahap-tahap

pengembangan tim yang mengacaukan, meskipun pada akhirnya akan dihasilkan tim

yang berfungsi secara harmonis.

1. Pembentukan (forming)

Pada fase ini, setiap individu anggota tim saling berkenalan satu sama

lain. Pada awalnya, mereka sangat hati-hati dengan bersikap terlalu sopan dan

merasa sedikit canggung. Mereka mulai mencari kesamaan dan berusaha

menjalin ikatan sambil mulai membangun rasa percaya satu sama lain. Para

anggota mendiskusikan topik-topik dasar seperti: mengapa tim diperlukan,

siapa yang "memiliki" tim, apakah keanggotaan bersifat wajib, seberapa besar

tim yang sebenarnya diperlukan, dan bakat apa yang dapat diberikan oleh

anggota. Pada fase ini, fungsi utama seorang pemimpin adalah: pemberi

rambu-rambu. Kelompok serta tim harus menentang usaha beberapa anggota

untuk berlari cepat melalui fase pertama dan melompat ke fase pelaksanaan.

Bergerak secara perlahan melalui fase ini merupakan sebuah keharusan untuk

membangun sebuah unit yang bersatu dan produktif. Pada fase tingkat
25

pembentukan tim ini, pemimpin tim juga memiliki tugas memberi waktu bagi

para anggota tim untuk mengenal satu sama lain serta mendorong para

anggota tim untuk terlibat dalam diskusi informal dan sosial (Daft, 2003:

478).

2. Prahara (storming)

Pada fase kedua ini, para anggota mulai mendefinisikan peran dan

tanggung jawab mereka, menentukan bagaimana mencapai tujuan mereka,

dan menetapkan aturan yang mengatur cara mereka berinteraksi. Sesuai

dengan namanya, fase ini sering menghasilkan prahara, penuh dengan konflik

antar anggota. Pada fase ini, seorang pemimpin harus bisa menengahi dengan

menetapkan batas-batas, mengendalikan kekacauan, serta memberi saran-

saran. Disarankan, pemimpin tersebut harus berperan sebagai seorang

"pelatih" bukan sebagai polisi. Bila anggota tim terdiri dari orang-orang yang

memiliki kepribadian sangat berbeda, mereka mungkin membutuhkan waktu

yang lama untuk melewati fase prahara ini. Bisa saja amarah meledak, jatah

tidur mungkin berkurang, atau seorang pemimpin mungkin diganti. Akan

tetapi, umumnya badai akan berlalu dan dihasilkan kelompok yang mulai

bersatu. Menurut Daft (2003: 479), pada fase prahara ini, pemimpin harus

mendorong partisipasi setiap anggota tim. Para anggota harus mengutarakan

ide-ide mereka, tidak setuju degan anggota yang lain, serta berusaha melewati

ketidakpastian persepsi yang bertentangan mengenai tugas dan tujuan tim.


26

3. Penormaan (norming)

Ketika badai prahara telah mereda, peran setiap anggota kelompok

semakin jelas, informasi mulai mengalir di antara anggota. Pada fase ini

kelompok secara reguler memeriksa agendanya untuk mengingatkan diri

mereka akan kemajuan dalam mencapai tujuan. Mereka mulai bersatu untuk

mengejar agenda kelompok. Anggota kelompok mulai berhati-hati agar tidak

mengoyahkan persahabatan yang begitu sulit dibangun dan pembentukan

tujuan yang satu. Kepemimpinan formal tidak diperlukan karena setiap

anggota berfungsi sebagai pemimpin. Data atau informasi penting mengalir

kepada seluruh kelompok, mulai terjadi sharing informasi. Setiap anggota

mulai merasa bergantung pada anggota yang lain. Secara umum, kelompok

atau tim mulai bergerak pada arah yang sama secara lancar. Para anggota

memastikan semua prosedur telah disiapkan agar bisa mengantisipasi konflik

yang mungkin muncul di kemudian hari. Fase ini biasanya berdurasi singkat.

Tugas pemimpin dalam fase ini adalah: menekankan kesatuan dalam tim dan

membantu klarifikasi berbagai norma serta nilai tim (Daft, 2003: 479).

4. Pelaksanaan (performing)

Tidak semua kelompok mampu mencapai fase pelaksanaan. Tuckman

(dalam Guffey dkk., 2005: 63), berhasil mengindentifikasi mengapa tim bisa

gagal (Tabel 1). Sebaliknya, bagi kelompok yang berhasi melalui tiga fase
27

awal pembentukkan tim, maka fase keempat akan berjalan dengan sempurna.

Pada fase ini anggota kelompok telah mengembangkan langkah dan bahasa

yang sama. Mereka telah membangun kesetiaan dan kemauan untuk

menyelesaikan semua masalah. Muncul mentalitas "kami bisa" saat mereka

bergerak menuju tujuan mereka. Perselisihan tidak lagi merupakan masalah,

kerja sama berlangsung dengan lancar. Perselisihan pendapat dapat ditangani

secara matang. Kinerja yang paling baik pada fase ini adalah: informasi bisa

mengalir secara bebas, tenggat waktu ditepati, dan produksi melebihi harapan.

Pemimpin harus berkonsentrasi terhadap pelaksanaan kinerja tugas yang

tinggi. Anggota yang berperan sebagai spesialis tugas dan sosioemosional

harus memberikan kontribusi (Daft, 2003: 479).

5. Fase pembubaran (adjourning)

Fase pembubaran akan terjadi jika tim yang dibentuk tidak bersifat

permanen, misalnya dalam bentuk: komite, task force, dan tim yang memiliki

tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan akan dibubarkan setelah tugas itu

dilaksanakan. Pada fase ini fokus ada pada penyelesaian dan penghentian.

Kinerja tugas tidak lagi merupakan prioritas utama. Anggota tim mungkin

akan merasakan emosi yang memuncak, kekompakan yang kuat, dan depresi

atau bahkan penyesalan atas pembubaran tim. Pada satu sisi mereka senang

dengan pencapaian hasil tim dan pada sisi yang lain mereka mungkin sedih

atas kehilangan persahabatan dan asosiasi. Pada fase ini pemimpin


28

menginformasikan pembubaran tim dengan suatu ritual atau upacara, mungkin

dengan memberikan piagam dan penghargaaan sebagai tanda penutupan dan

telah selesainya misi tim (Daft, 2003: 479).

Fase-fase tersebut biasanya muncul secara urut. Untuk tim yang berada dalam

tekanan waktu atau tim yang akan beroperasi dalam waktu yang singkat, maka lima

fase tersebut akan terjadi dalam waktu yang singkat. Tim-tim virtual juga bisa

menjadi pemercepat fase-fase tersebut (Daft, 2003: 480).

2.1.1.3 Karakteristik Tim

Kerjasama Tim terdiri dari sekumpulan karyawan yang dikoordinasi oleh

ketua tim dan atau seorang manajer. Pada umumnya kerja tim dibentuk sebagai suatu

kebutuhan organisasi agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan kerjasama tim

diharapkan fungsi kontrol akan berjalan lebih efektif dan efisien (Mangkuprawira,

2009).

Ciri-ciri yang mencerminkan keberhasilan sebuah kerja tim menurut

Mangkuprawira (2009) sebagai berikut :

1) Kesamaan visi dan misi kerja, yaitu para karyawan dan manajer memiliki

sudut pandang yang relatif sama dalam mengerjakan tugas perusahaan.

Orientasi dan fokusnya pada proses dan hasil. Walau debat di antara karyawan
29

tidak bisa dihindarkan namun selalu diarahkan pada bagaimana target hasil

bisa dicapai. Perbedaan pendapat dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

2) Prioritas perhatian dan tindakan pada sesuatu yang terbaik buat organisasi

yaitu tim memandang baik buruknya kinerja perusahaan merupakan

akumulasi dari kinerja tim. Sementara kalau perusahaan memiliki kinerja

(profitability) yang baik maka akan berpengaruh terhadap kompensasi yang

diberikan kepada karyawan. Semakin besar kompensasi semakin puas

karyawan dalam bekerja. Pada gilirannya kinerja karyawan juga akan

meningkat. Untuk itu tim yang baik adalah tim yang mampu mempertahankan

bahkan mencapai tujuan organisasi yang lebih besar secara taat asas

(konsisten).

3) Karyawan berkomitmen tinggi pada pekerjaan, yaitu pada umumnya tim

yang kuat dicerminkan pula oleh kekuatan kepentingan para karyawannya.

Tanggung jawab dan hak dibuat sedemikian rupa secara seimbang. Mereka

tidak saja bekerja untuk kepentingan memperoleh taraf kehidupan keluarga

yang semakin baik tetapi juga buat kesehatan organisasi.

4) Tim yang kuat sebagai magnet talenta, yaitu dalam bekerja, setiap anggota

tidak lepas dari suasana kompetisi sesama mitra kerja. Idealnya setiap orang

ingin siap untuk demikian, namun dalam kenyataannya ada saja yang tidak

bisa dan tidak biasa bekerja keras.


30

2.1.1.4 Dimensi Teamwork

Berdasarkan definisi kerja tim yang dinyatakan Buchholz (2000:39) maka

dimensi teamwork terdiri dari sebagai berikut:

1. Kepemimpinan partisipatif (participative leadership)

Yaitu terciptanya kebebasan dengan mendorong, memberikan kebebasan

memimpin dan melayani orang lain.

2. Tanggung jawab yang dibagikan (shared responsibility)

Yaitu terciptanya lingkungan yang menjadikan anggota tim merasa

bertanggung jawab seperti tanggung jawab seorang manajer dalam

pelaksanaan unit kerja.

3. Penyamaan tujuan (aligned on purpose)

Yaitu memiliki rasa tujuan yang sama sebagaimana dalam tujuan awal dan

fungsi pembentukan tim.

4. Komunikasi yang intensif (intensive communication)

Yaitu terciptanya iklim kepercayaan dan komunikasi yang terbuka serta jujur.

5. Fokus pada masa yang akan datang (future focused)

Yaitu adanya perubahan sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang

(tumbuh).

6. Fokus pada tugas (focused on task)

Yaitu terciptanya fokus perhatian anggota tim pada tugas-tugas yang

dilaksanakan.
31

7. Pengerahan bakat (talents)

Yaitu adanya perubahan rintangan-rintangan secara kreatif menjadi daya cipta

dan penerapan bakat serta kemampuan individu.

8. Tanggapan yang cepat (rapid response)

Yaitu adanya pengidentifikasian dan pelaksanaan setiap respon secara cepat.

2.1.2 Konsep Efektivitas Kerja

Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sasaran dan prasarana dalam

jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan

sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankan (Siagian, 2007:24). Efektivitas

menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan.

Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitas kerja

pada organisasi baik swasta maupun pemerintah maka sasaranya tertuju pada proses

pelaksanaan dan tingkat keberhasilan yang dilakukan oleh para pegawai itu sendiri.

Efektivitas merupakan hasil membuat keputusan yang mengarahkan melakukan

sesuatu yang benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahan atau pencapaian

tujuan (Widjaya,2003:32). Organisasi yang dapat memanfaatkan sumber daya yang di

milikinya secara efisien dapat meningkatkan kemampuaan untuk meningkatkan

pelayanan dengan memuaskan kebutuhan pelanggan dan masyarakat. (Jones dalam

PKP2 LAN, 2005:11). Namun efektivitas merupakan penilaian yang dibuat

sehubungan dengan prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Semakin dekat


32

prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka semakin efektif

dalam penilaian mereka (Gibson dalam PKP2 LAN, 2005:11).

Efektivitas adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan

system sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi

tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari ketegangan yang tidak perlu

diantara anggota-anggotanya (Etzioni dalam Tangkilisan, 2005:139). Efektivitas kerja

merupakan keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan,

kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia (Argris dalam Tangkilisan, 2005:139).

Efektivitas kerja juga dapat didefinisikan sebagai fungsi dari peraturan-peraturan dan

praktik-praktik yang digunakan perusahaan dengan konsisten. Bentuk konsistensi ini

sebagai sumber kekuatan organisasi dan sebagai cara untuk memperbaiki kinerja dan

efektivitas organisasi (Pabundu, 2006:16).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja

merupakan suatu keadaan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan atau dikehendaki

melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Konsep

efektivitas menunjukkan sejauh mana organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-

fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakannya

secara optimal melalui alat-alat dan sumber-sumber daya yang ada.


33

2.1.2.1 Faktor-faktor Efektivitas Kerja

Menurut Strees dalam Tangkilisan (2005:151), ada empat faktor yang

mempengaruhi efektivitas kerja. Faktor-faktor tersebut diantaranya :

a. Karakteristik Organisasi

Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan teknologi organisasi.

Struktur dan teknologi dengan berbagai cara. Struktur yang dimaksud adalah

hubungan yang relatif tatap sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi,

sehubungan dengan susunan sumber daya manusia. Struktur meliputi

bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau mengelompokkan

orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud

teknologi adalah mekanisme suatu perusahaan untuk mengubah bahan baku

menjadi barang jadi. Dengan teknologi yang tepat akan menunjang kelancaran

organisasi didalam mencapai sasaran, disamping itu juga dituntut adanya

penempatan orang yang tepat pada tempat yang tepat pula. Karakteristik

organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di samping lingkungan luar dan

dalam telah dinyatakan berpengaruh terhadap efektivitas. Lingkungan luar

yang dimaksud adalah luar perusahaan misalnya hubungan dengan

masyarakat sekitar, sedang lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya

karyawan atau pegawai di perusahaan tersebut. Keberhasilan hubungan

organisasi lingkungan tampaknya sangat tergantung pada tiga variabel, yaitu :


34

1. Tingkat keterdugaan keadaan lingkungan

2. Ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan

3. Tingkat rasionalitas organisasi.

Ketiga faktor tersebut mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi

terhadap perubahan lingkungan. Semakin tepat tanggapannya, semakin

berhasil adaptasi yang dilakukan oleh organisasi.

b. Karakteristik Pekerja

Pada kenyataanya, para karyawan atau para pekerja perusahaan

merupakan faktor pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena

perilaku mereka yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau

menghambat tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya

yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada

di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh

terhadap pencapaian tujuan organisasi.

c. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan

kejamnya lingkungan, maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi

orang dan proses demi keberhasilan organisas semakin sulit. Kebijakan dan

praktek manajemen dapat mempengaruhi atau dapat menghambat pencapaian

tujuan, ini tergantung bagaimana kebijakan dan praktek manajemen dalam

tanggung jawab terhadap para karyawan dan organisasi.


35

2.1.2.2 Dimensi Efektivitas Kerja

Menurut Argris dalam Tangkilisan (2003:131), terdapat lima dimensi yang

dapat menjadi tolok ukur dari efektivitas kerja. Dimensi-dimensi tersebut terdiri dari

pencapaian tujuan, kuantitas kerja, tepat waktu, kepuasan kerja dan kualitas kerja.

1. Pencapaian Tujuan

Kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi berupa

peningkatan profit, kualitas dan kuantitas pelayanan. Setiap individu harus

dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang diberikan sehingga

tercapai efektivitas kerja yang optimal.

2. Kuantitas Kerja

Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan pada saat kondisi

normal. Hal ini didapat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat

atau dialaminya selama bekerja.

3. Tepat Waktu

Menyelesaiakan pekerjaan tepat waktu serta mencapai sasaran yang telah

dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang timbul. Setiap

karyawan harus dapat menggunakan waktu seefisien mungkin dengan cara

datang tepat waktu dan berusaha menyelesaikan tugas sebaik-baiknya seperti

yang telah ditetapkan melalui kebijakan perusahaan.

4. Kepuasan Kerja
36

Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung dengan Sumber

Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas

peranan atau pekerjaan organisasi. Tingkat rasa puas individu, bahwa mereka

dapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan

dan organisasi tempat mereka berada. Berdasarkan uraian di atas, peneliti

menarik kesimpulan tentang pengertian kepuasan kerja adalah tingkat

kesenangan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan sebagai akibat

dari imbalan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan, bila kebutuhan

karyawan terpenuhi maka mereka akan merasa puas dan senang.

5. Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil

kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume pekerjaan dalam mengerjakan pekerjaan.

2.1.3 Hubungan Antara Teamwork dengan Efektivitas Kerja

Kerjasama tim pegawai sangat diperlukan dalam suatu perusahaan. Menurut

Williams (2008) “Kerjasama tim adalah kemampuan untuk bekerjasama menuju

suatu visi yang sama, kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran

organisasi”. Setiap anggota tim berkontribusi mengerahkan kemampuannya dalam

mencapai visi yang telah ditetapkan, sehingga prestasi kerja individual dan kelompok
37

dapat terwujud. Selanjutnya dalam melihat terciptanya kerjasama tim yang baik,

Buhler (2006) menyatakan, ”Kerjasama tim bergantung pada prestasi kerja sama dan

juga prestasi individu. Anggota tim bekerja sama untuk mengumpulkan sumber daya

mereka, biasanya dalam hal ini kecakapan untuk mencapai sasaran-sasarannya”.

Menurut Argris dalam Tangkilisan (2005:139), efektivitas kerja adalah

keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan

pemanfaatan tenaga manusia. Jadi, konsep efektivitas menunjukkan seberapa jauh

organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan dapat tercapai dengan menggunakan alat-alat dan sumber daya

yang ada secara optimal. Dimensi dari efektivitas kerja dalam penelitian ini adalah

pencapaian tujuan, kuantitas kerja, ketepatan waktu, kepuasan kerja, dan kualitas

kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka skema

sistematis yang menghubungkan teamwork dengan efektivitas kerja berikut :


38

Gambar 2.1

Hubungan Teamwork dan Efektivitas Kerja

TEAMWORK EFEKTIVITAS KERJA

(X) (Y)

Sumber: Williams (2008) dan Tangkilisan (2005)

Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa antara variabel bebas dan

variabel terikat saling memiliki keterkaitan, yaitu kerjasama tim dilakukan

menciptakan kerjasama yang baik diantara karyawan ataupun kelompok di dalam

sebuah perusahaan, komunikasi yang baik dan adanya keterlibatan personal yang

lebih positif dan berpengaruh terhadap efektivitas kerja karyawan. Pengaruh ini akan

lebih terlihat dengan adanya dimensi-dimensi pada kerjasama tim yaitu

kepemimpinan partisipatif (participative leadership), tanggung jawab yang dibagikan

(shared responsibility), penyamaan tujuan (aligned on purpose), komunikasi yang

intensif (intensive communication), fokus pada masa yang akan datang (future

focused), fokus pada tugas (focused on task), pengerahan bakat (talents) dan

tanggapan yang cepat (rapid response).


39

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dibutuhkan sebagai pendukung dalam melakukan

penelitian. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah mengkaji tentang

teamwork yang berkaitan dengan variabel penelitian ini, yaitu :

1. Pengaruh Kerjasama Tim Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan pada PT

Bank Perkreditan Rakyat Solider Pancur Batu (Hendro Natanael

Manurung, 2013)

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan

kerjasama tim karyawan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Solider,

Pancur Batu, dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan yang

mempengaruhi kerjasama tim karyawan terhadap efektivitas kerja pada

PT. Bank Perkreditan Rakyat Solider, Pancur Batu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan

kepada karyawan PT. Bank Perkreditan Rakyat Solider, Pancur Batu

dengan populasi dan sampel sebanya 55 orang. Metode yang digunakan

adalah deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan regresi linier

sederhana. Pengolahan data diproses dengan menggunakan SPSS versi

16,0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama tim yang terdiri dari:

kerjasama, kekompakan, kepercayaan berpengaruh terhadap efektivitas

kerja yang terdiri dari kuantitas kerja, kualitas kerja, ketepatan waktu,
40

kepuasan kerja, pencapaian tujuan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat

Solider, Pancur Batu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kerjasama

tim terhadap

efektivitas kerja pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Solider, Pancur Batu.

2. Analisis Hubungan Kerjasama Tim Untuk Meningkatkan Efisiensi Kerja

Pada PT Mitha Samudera Wijaya Medan (Dina Rolanna Simanungkalit &

Lucy Anna, 2008)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kerja tim untuk

meningkatkan efisiensi kerja di PT Mitha Samudera Wijaya Medan.

Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan Metode

Korelasi Pearson. dalam penelitian ini, populasi adalah karyawan PT

Mitha Samudera Wijaya Medan. Metode Cencus digunakan dalam

penelitian ini yang terdiri dari 42 karyawan di PT Mitha Samudera Wijaya

Belawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan antara kerja tim dengan efisiensi kerja. Variabel kerjasama tim

memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat terhadap variabel efisiensi

kerjasama tim, yaitu sebesar 0,831.


41

3. Effect of Teamwork on Employee Performance (Sheikh Raheel Manzoor

et Al, 2011)

Studi penelitian ini menganalisis pengaruh kerja tim terhadap kinerja

karyawan pada anggota staf Departemen Pendidikan Tinggi Khyber

Pakhtoon Khawa (KPK), Provinsi Peshawar, Pakistan. Beberapa ukuran

kinerja karyawan dianalisis termasuk esprit de corps, kepercayaan tim dan

pengakuan serta penghargaan. Ada bukti nyata bahwa kerja tim dan

kinerja karyawan terkait secara positif dengan kinerja karyawan.

Kuesioner yang dikelola sendiri telah didistribusikan kepada Direktorat

Pendidikan Tinggi, (KPK) Peshawar, termasuk empat sekolah tinggi

pemerintah (GDC's) anak laki-laki dan perempuan yang berada di wilayah

Peshawar dan Kohat.

Penelitian ini menggunakan metode regresi dan teknik korelasi untuk

menganalisis hubungan antara dua variabel, yaitu teamwork dan kinerja

karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif

yang signifikan dari prediktor terhadap variabel respon. Studi ini

merekomendasikan agar menyesuaikan kerja tim dalam rangka

meningkatkan kinerja karyawan.


42

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Perbedaan
Nama, Tahun dengan
dan Judul penelitian
Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Penelitian yang penulis
lakukan

Hendro Natanael Mengetahui dan Metode yang Hasil penelitian Perbedaan


Manurung menganalisis digunakan menunjukkan bahwa penelitian ini
pelaksanaan adalah kerjasama tim yang terdiri dengan yang
Pengaruh kerjasama tim deskriptif dan dari kerjasama, peneliti
Kerjasama Tim karyawan pada PT. kuantitatif kekompakan, kepercayaan lakukan
Terhadap Bank Perkreditan dengan berpengaruh terhadap terletak pada
Efektivitas Rakyat Solider, menggunakan efektivitas kerja yang tujuan
Kerja Pancur Batu, dan regresi linier terdiri dari kuantitas kerja, penelitian.
Karyawan pada untuk mengetahui sederhana kualitas kerja, ketepatan Peneliti saat
PT Bank faktor yang paling waktu, kepuasan kerja, ini bertujuan
Perkreditan dominan yang pencapaian tujuan pada untuk
Rakyat Solider mempengaruhi PT. Bank Perkreditan menganalisa
Pancur Batu kerjasama tim Rakyat Solider, Pancur pengaruh
karyawan terhadap Batu teamwork
efektivitas kerja pada terhadap
PT. Bank efektivitas
Perkreditan Rakyat kerja
Solider, Pancur Batu
43

Dina Rolanna Menganalisis Metode Hasil penelitian Perbedaannya


Simanungkalit & hubungan kerja tim penelitian ini menunjukkan bahwa terletak pada
Lucy Anna untuk meningkatkan menggunakan terdapat hubungan positif teknik
efisiensi kerja di PT metode dan signifikan antara kerja analisis data
Analisis Mitha Samudera analisis tim dengan efisiensi kerja. yang
Hubungan Wijaya Medan deskriptif dan Variabel kerjasama tim digunakan.
Kerjasama Tim Metode memiliki tingkat hubungan Penelitian
Untuk Korelasi yang sangat kuat terhadap saat ini
Meningkatkan Pearson variabel efisiensi menggunakan
Efisiensi Kerja kerjasama tim, yaitu teknik
Pada PT Mitha sebesar 0,831 analisis
Samudera regresi
Wijaya Medan sederhana

Sheikh Raheel Menganalisis Penelitian ini Hasil penelitian Perbedaan


Manzoor, et al pengaruh kerja tim menggunakan menunjukkan bahwa penelitian ini
terhadap kinerja metode terdapat pengaruh positif dengan yang
Effect of karyawan pada regresi yang signifikan dari peneliti
Teamwork on anggota staf sederhana prediktor terhadap variabel lakukan
Employee Departemen dan teknik respon. Studi ini terletak pada
Performance Pendidikan Tinggi korelasi merekomendasikan agar tujuan
Khyber Pakhtoon untuk menyesuaikan kerja tim penelitian.
Khawa (KPK), menganalisis dalam rangka Peneliti saat
Provinsi Peshawar, hubungan meningkatkan kinerja ini bertujuan
Pakistan antara dua karyawan untuk
variabel menganalisa
pengaruh
teamwork
terhadap
efektivitas
kerja

Sumber: diolah oleh penulis, 2017


44

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerjasama tim (teamwork) merupakan keterlibatan karyawan dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dilakukan bersama-sama dan

terkoordinasi dalam suatu institusi untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu tujuan

organisasi yang telah ditetapkan.

Sebuah teamwork akan menjadi efektif bagi perusahaan ketika tujuan jelas

sehingga seluruh anggota tim berkomitmen terhadap tim, adanya komunikasi yang

jujur dan terbuka, pengambilan keputusan yang kooperatif, saling percaya satu sama

lain, adanya rasa memiliki, memiliki kemampuan mendengar yang baik dan seluruh

anggota berpartisipasi aktif (Rahul Sharma et al, 2012:158).

Buchholz (2000) mendefinisikan teamwork sebagai “The process of working

in a group by participative leadership, shared responsibility, aligned on purpose,

intensive communication, future focused, focused on task, creative talents and rapid

response to get the aims of the organization”. Dengan dimensi untuk mengukur

efektif tidaknya kerjasama tim (teamwork) :

1. Kepemimpinan partisipatif

Yaitu terciptanya kebebasan dengan mendorong, memberikan kebebasan

memimpin dan melayani orang lain.

2. Tanggung jawab yang dibagikan


45

Yaitu terciptanya lingkungan yang menjadikan anggota tim merasa

bertanggung jawab seperti tanggung jawab seorang manajer dalam

pelaksanaan unit kerja.

3. Penyamaan tujuan

Yaitu memiliki rasa tujuan yang sama sebagaimana dalam tujuan awal dan

fungsi pembentukan tim.

4. Komunikasi yang intensif

Yaitu terciptanya iklim kepercayaan dan komunikasi yang terbuka serta jujur.

5. Fokus pada masa yang akan datang

Yaitu adanya perubahan sebagai sebuah kesempatan untuk berkembang

(tumbuh).

6. Fokus pada tugas

Yaitu terciptanya fokus perhatian anggota tim pada tugas-tugas yang

dilaksanakan.

7. Pengerahan bakat

Yaitu adanya perubahan rintangan-rintangan secara kreatif menjadi daya cipta

dan penerapan bakat serta kemampuan individu.

8. Tanggapan yang cepat

Yaitu adanya pengidentifikasian dan pelaksanaan setiap respon secara cepat.

Efektivitas kerja merupakan keberhasilan seseorang melakukan suatu

pekerjaan secara maksimal sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya,

sehingga tidak menimbulkan pemborosan baik itu waktu, tenaga, biaya maupun
46

segala sesuatu yang berakibat tidak berhasilnya suatu pekerjaan, sehingga apa yang

menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai.

Definisi efektivitas kerja menurut Argris (Tangkilisan, 2005:139) merupakan

“Keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan

pemanfaatan tenaga manusia” dengan dimensi pengukurnya terdiri dari :

1. Pencapaian Tujuan

Kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi berupa

peningkatan profit, kualitas dan kuantitas pelayanan.

2. Kuantitas Kerja

Merupakan volume kerja yang dihasilkan pada saat kondisi normal.

3. Tepat Waktu

Menyelesaiakan pekerjaan tepat waktu serta mencapai sasaran yang telah

dicapai.

4. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung dengan Sumber

Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi.

5. Kualitas Kerja

Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil

kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak

mengabaikan volume pekerjaan.

Menurut Rahul Sharma et al (2012:169) di dalam jurnalnya yang berjudul

“Effective and Efficient Teamwork: Makes Things Happen More Than Anything Else
47

in Organizations” bahwa teamwork dapat membantu mengurangi biaya yang tidak

perlu dan sebuah tim karyawan dengan berbagai keahlian, strategi, tingkat pendidikan

dan pengalaman kerja masa lalu dapat membawa lebih banyak pengetahuan bersama

dalam hal inovasi, gagasan dan solusi. Hal ini dapat menghasilkan produk,

pendapatan dan operasi perusahaan yang lebih baik sehingga ini memainkan peran

penting dalam efektivitas organisasi, yang menentukan seberapa efektif sebuah

perusahaan dalam banyak aspeknya.

Oleh karena itu, gambar kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini

adalah sebagai berikut :


48

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Teamwork : Efektivitas Kerja :

1. Kepemimpinan partisipatif 1. Pencapaian tujuan


2. Tanggung jawab yang 2. Kuantitas kerja
dibagikan 3. Tepat waktu
3. Penyamaan tujuan 4. Kepuasan kerja
4. Komunikasi yang intensif 5. Kualitas kerja
5. Fokus pada masa yang
akan datang
6. Fokus pada tugas
7. Pengerahan bakat
8. Tanggapan yang cepat

Buchholz (2000) Argris (Tangkilisan, 2005:139)

Teori Penghubung

“Teamwork helps in reducing the unnecessarily expense, a team of employees


with varying skill sets, strategies, education levels and past work experiences can
bring more shared knowledge to the table in terms of innovation, ideas and
solutions. This may result in better products, earnings and company operations.
It plays a vital role in organizational effectiveness, which determines how
effective a company can be in its many facets”

Rahul Sharma et al (2012:169)

Sumber: Diolah oleh penulis, 2017.


49

2.4 Hipotesis

Dalam sebuah penelitian, hipotesis adalah acuan untuk menjelaskan yang

akan diteliti atau dicari pemecahannya, seperti yang dikemukakan Arikunto (2006:49)

bahwa “Hipotesa merupakan kebenaran sementara yang ditemukan oleh peneliti”.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian dalam penelitian

ini adalah terdapat pengaruh dari teamwork terhadap efektivitas kerja karyawan pada

PT. Seelindo Sejahteratama.


50

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti pada penelitian ini adalah teamwork yang

meliputi kepemimpinan partisipatif, tanggung jawab yang dibagikan, penyamaan

tujuan, komunikasi yang intensif, fokus pada masa yang akan datang, fokus pada

tugas, pengerahan bakat, tanggapan yang cepat dan efektivitas kerja yang meliputi

pencapaian tujuan, kuantitas kerja, tepat waktu, kepuasan kerja, kualitas kerja.

Penelitian ini dilakukan di PT. Seelindo Sejahteratama, Kota Tangerang, Banten.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis metode yang digunakan oleh penulis adalah metode kuantitatif. Menurut

Sugiyono (2014: 8) metode kuantitatif adalah:

“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian


yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instumen
penelitian, analisa data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
51

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014: 11) “Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable

atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara

variable satu dengan variable lain”.

Menurut Syofian Siregar (2014: 3) “Penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dimaksudkan menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal yang lain yang sudah

disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian”. Sifat

penelitian deskriptif yaitu digunakan suatu metode dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa

pada masa kini yang bertujuan untuk membuat deskripsi karakteristik dari pengguna

suatu produk, dengan cara membuat profil para pengguna produk dengan

mengelompokannya berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

dan lainnya.

Menurut Churchill (2005: 129) “Riset deskriptif adalah desain riset yang lebih

menekankan pada penentuan frekuensi terjadinya sesuatu atau sejauh mana dua

variabel berhubungan”. Penelitian verifikatif menurut Suharsimi Arikunto (2010: 15)

“penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Jenis

penelitian verifikatif menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui

pegumpulan data di lapangan”.

Disimpulkan bahwa metode deskriptif verifikatif merupakan metode yang

menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang ada serta menjelaskan hubungan


52

antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah data,

menganalisis dan menginterpretasikan data dalam pengujian hipotesis. Dalam

penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk menguji

pengaruh dari teamwork terhadap efektivitas kerja pada PT. Seelindo Sejahteratama

dengan menguji teori menggunakan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau

ditolak.

3.2.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

metode survei. Menurut Kerlinger dalam Sugiyono (2014: 80) metode survei adalah:

“Metode survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi,
dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Metode survei merupakan metode teknik untuk meneliti karakteristik atau

hubungan sebab akibat antar variabel, metode survei merupakan teknik pengumpulan

informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan

kepada responden.
53

3.2.3 Sumber Data

Dalam melakukan suatu penelitian, diperlukan data-data sebagai sarana utama

dalam pelaksaan penelitian. Untuk itu diperlukan sumber data yang merupakan

komponen dalam pengumpulan data tersebut. Menurut Simamora (2004:222)

Berdasarkan sumbernya atau cara perolehannya data dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab

masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber asli nya. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan data primer, dengan melakukan

wawancara dan juga observasi terhadap PT. Seelindo Sejahteratama.

2. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk

suatu tujuan sebelumnya. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data

sekunder berupa informasi yang diperoleh dari jurnal, buku teori dan website

mengenai teamwork dan efektivitas kerja.

3.2.4 Populasi dan Sampel

3.2.4.1 Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2010:90) adalah ”wilayah generalisasi yang

terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
54

Menurut Arikunto (2006:130) “Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik yang

dimiliki oleh subjek penelitian”.

Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan

kumpulan individu yang memiliki sifat-sifat umum. Populasi terdiri atas objek/subjek

yang memiliki kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan dari PT. Seelindo

Sejahteratama yang berjumlah 188 orang.

3.2.4.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2010:91):

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada polulasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu”

Menurut definisi tersebut, sampel yang diambil harus benar-benar mewakili

atau representatif, karena bila sampel tidak representatif, maka kesimpulan yang

dihasilkan bisa jadi tidak akurat. Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian ini, maka dibutuhkan teknik sampling yang tepat. “Sampling
55

mencatat sebagian kecil dari populasi, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik

perkiraan (estimate value)” (Freddy Rangkuti, 2013:26).

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti

penggunakan teknik Probability Sampling. Menurut Sugiyono (2012:118), Probablity

Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang/kesempatan

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Teknik ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified

random sampling, sampling area (cluster sampling) dan sistematic sampling.

Probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampling sistematis. Pengertian sampling sistematis menurut Scheaffer et al.,

(2006:232) adalah suatu teknik sampling dimana hanya unit pertama dipilih dengan

bantuan angka random dan untuk mendapatkan sisanya dipilih secara otomatis

menurut interval yang ditentukan sebelumnya. Cara pemilihan n unit sampel dari N

unit populasi dilakukan secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu dari suatu

kerangka sampel yang telah diurutkan.

Cara menentukan jumlah sampel dari penelitan ini menggunakan Rumus

Slovin. Rumus Slovin digunkan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang

telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 188 karyawan. Tingkat presisi yang

ditetapkan dalam penentuan sampel adalah 10%. Rumus Slovin :

N
n=
1 + N𝑒2
56

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat

ditolerir, kemudian dikuadratkan.

(Kriyantono, 2008:162)

Berdasarkan Rumus Slovin maka besarnya penarikan jumlah sampel

penelitian adalah:

188
n= = 65,28
1 + 188 (0,1)2

= 65,28 dibulatkan menjadi 65 responden.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, ukuran sampel minimal yang didapat

berjumlah 65,28 responden dan digenapkan menjadi 65 responden. Jumlah responden

ini sudah dapat mewakili populasi sehingga kesimpulan penelitian dari sampel ini

dapat menggambarkan karakteristik dari populasi. Penelitian ini dilakukan selama 5

hari dan telah ditentukan setiap harinya untuk mendapatkan 13 responden.


57

3.2.5 Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel bertujuan untuk mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian. Dalam penelitian terdapat 2 (dua) variabel sebagai objek penelitian yang terdiri

dari :

1. Variabel bebas/Variabel Independen (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain dan variabel bebas

dalam penelitian ini adalah teamwork.

2. Variabel tidak bebas/Variabel Dependen (Y)

Variabel tidak bebas adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam penelitian ini variabel tidak bebas adalah efektivitas kerja.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep No.


Dimensi Indikator Skala
Penelitian Variabel Item
Teamwork Kerja tim Partisipative a. Dipercaya Ordinal 1-2
(X) adalah proses Leadership dalam
kerja dalam pengambilan
kelompok keputusan
dengan adanya b. Hasil kerja
kepemimpinan bersama
yang
partisipatif, Shared a. Pekerjaan saling Ordinal 3-4
tanggung Responsibility berkaitan
jawab yang b. Saling
terbagi, memberikan
penyamaan kontribusi
tujuan, tenaga dan
komunikasi pikiran
58

yang intensif, Aligned in a. Komitmen Ordinal 5-6


fokus pada Purpose tinggi
masa depan, b. Mengedepankan
fokus pada tujuan tim
tugas, bakat
kreatif dan Intensive a. Saling jujur Ordinal 7-8
tanggapan Communication dan terbuka
yang cepat b. Informasi
untuk penting
mencapai mengalir
tujuan kepada
organisasi selurung
anggota
(Buchholz,
2000) Future Focused a. Perubahan Ordinal 9-10
sebagai
kesempatan
untuk
berkembang
b. Tantangan
memberikan
motivasi

Focused of a. Tugas Ordinal 11-12


Task memiliki
ketergantungan
dengan tugas
lain
b. Melaksanakan
tugas dengan
efektif

Talents a. Pekerjaan Ordinal 13-14


dapat
mengembangk
an
keterampilan
b. Pekerjaan
dapat
menambah
pengetahuan

Rapid a. Keinginan kuat Ordinal 15-16


Response dalam
menyelesaikan
masalah
b. Perselisihan
antar anggota
tim ditangani
secara matang
59

Efektivitas Efektivitas Pencapaian a. Pekerjaan Ordinal 17-18


Kerja kerja Tujuan terselesaikan
(Y) merupakan dengan efektif
keseimbangan b. Pekerjaan
atau terseleaikan
pendekatan sesuai standar
optimal pada kualitas
pencapaian
tujuan, Kuantitas Kerja a. Pekerjaan Ordinal 19-20
kemampuan terselesaikan
dan b. Pekerjaan
pemanfaatan dengan
tenaga intensitas lebih
manusia dapat
terselesaikan
(Argris dalam
Tangkilisan, Tepat Waktu a. Mengerjakan Ordinal 21-22
2005:139) pekerjaan tepat
waktu
b. Pekerjaan
selesai sebelum
deadline

Kepuasan a. Merasa puas Ordinal 23-24


Kerja dengan hasil
pekerjaan
b. Merasa puas
dengan gaji
yang sesuai

Kualitas Kerja a. Menyelsaikan Ordinal 25-26


pekerjaan
dengan teliti
b. Tidak
melakukan
kesalahan
dalam
pekerjaan

Sumber: Data diolah peneliti, 2017


60

3.2.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu metode dalam usaha mengumpulkan data-

data yang diperlukan dalam proses pelaksanaan penelitian. Pengumpulan data ini

dilakukan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk hasil akhir dari

penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukkan dalam penelitian

ini adalah:

1. Studi kepustakaan (Library Reseacrh)

Studi kepustakaan yaitu dengan cara mengkaji berbagai sumber berupa

buku, pendapat tokoh terdahulu, tulisan ilmiah, jurnal, skripsi atau penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2. Studi Lapangan

Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data primer.

Menurut Hermawan (2006:168) data primer merupakan “data yang

dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau

tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian”. Data primer ini Studi ini

dilakukan dengan cara :

a) Observasi

Menurut Churchill (2005:295), “Observasi adalah suatu metode

pengumpulan data dimana situasi yang menjadi perhatian diamati dan fakta-

fakta, tindakan-tindakan, atau perilaku-perilaku yang relevan dicatat”. Penulis


61

melakukan pengamatan langsung terhadap kejadian-kejadian yang terjadi

tanpa terlibat langsung dalam kegiatan di PT. Seelindo Sejahteratama.

b) Wawancara tidak terstuktur

Sugiyono (2010:160) mendefinisikan wawancara tidak terstruktur

sebagai berikut :

“Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana


peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan”.
Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan pihak yang ada

hubungannya dengan objek penelitian.

c) Kuesioner

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan kuesioner. Menurut

Sugiyono (2009:142) ”kuisioner merupakan teknik pengambilan data yang

dilakukan dnegan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan

kepada responden untuk dijawabnya”. Jenis kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan/pernyataan dengan

kemungkinan jawaban yang telah disediakan, responden hanya memilih salah

satu dari lima alternatif jawaban. Jenis kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner tertutup, yaitu seperangkat daftar pertanyaan-pernyataan dengan

kemungkinan jawaban yang telah disediakan.


62

3.2.7 Teknik Pengolahan Data

3.2.7.1 Teknik Pengukuran Data

Teknik pengukuran data berskala ordinal yang diperoleh dari kuesioner

dihitung menggunakan skala likert. Menurut Sugiyono (2012:93), skala likert

“digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dengan skala likert, maka variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa

pertanyaan atau pernyataan.

Kuesioner yang telah diisi responden perlu dilakukan penilaian. Dalam

memberikan nilai terhadap jawaban dalam kuesioner, disediakan sejumlah alternatif

tanggapan yang berjenjang atau bertingkat dengan pemberian bobot nilai (skor)

seperti yang terlihat pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Bobot Penilaian Kuesioner

Pernyataan Skor Positif

Sangat Setuju (SS) 5


Setuju (S) 4
Ragu – Ragu (R) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2012:94)


63

Skala pengukuran yang digunakan pada instrumen penelitian ini adalah skala

ordinal dengan bentuk skala likert yang jawabannya terdiri dari yang sangat setuju

sampai dengan sangat tidak setuju. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti

menggunakan Methods Successive Interval (MSI). Peneliti menggunakan program

MSI pada Microsoft Excel untuk memudahkan transformasi data dari ordinal menjadi

data interval. Data interval tersebut kemudian dicari rata-rata untuk setiap variabel

dalam penelitian.

3.2.7.2 Teknik Pengujian Instrumen

Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, yaitu seperangkat

daftar pertanyaan-pernyataan dengan kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Sebelum instrumen kuesioner digunakan, peneliti melakukan uji validitas dan uji

reliabilitas sebagai berikut:

1. Uji Validitas

Menurut Simamora (2004:150) Uji validitas adalah “pengukuran

yang digunakan untuk menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen.” Suatu instrumen dianggap valid apabila mampumu mengukur apa

yang diinginkan. Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung

dengan nilai r tabel. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur validitas

dengan uji statistik correlation product moment sebagai berikut:


64

Keterangan:
r = Koefisien korelasi pearson product moment
Xi = Skor responden i pada pertanyaan X
Yi = Skor total pertanyaan responden i
n = Jumlah responden

Jika r hitung > r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan tersebut

dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Simamora (2004:152) “Uji reliabilitas digunakan untuk

melihat tingkat keandalan kuesioner.” Kuesioner yang reliabel adalah

kuesioner yang apabila di uji cobakan secara berulang pada kelompok yang

sama akan menghasilkan data yang sama. SPSS memberikan fasilitas untuk

mengukur realibilitas dengan uji statistik Alpha-Cronbach (α). Dimana

menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:
= Reliabilitas Instrumen
K = Banyaknya butir pertanyaan
= Jumlah varian butir
= Varian total

Dimana suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Alpha-Cronbach > 0,60.


65

3.2.8 Analisis Data

3.2.8.1 Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi

pada variabel (Y) jika variabel independen (X) mengalami perubahan (dinaikan atau

diturunkan). Sehingga dapat diprediksi apakah terdapat pengaruh teamwork terhadap

efektivitas kerja.

Persamaan regresi linear sederhana adalah:

Y = a + bx

Keterangan:
Y = Variabel dependen
a = Konstanta
x = Variabel independen
b = Koefisien regresi

1.2.8.2 Koefisien Determinasi

Menurut Priyatno (2012:55) koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Maka digunakan koefisien

determinasi (Kd) dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2012:257) sebagai

berikut:

KD = r2 x 100%
66

Keterangan :
KD = Nilai koefisien determinasi
2
r = Nilai koefisien kolerasi

Setelah diperoleh hasil koefisien determinasinya, kemudian untuk

menafsirkan sejauh mana pengaruh teamwork (X) terhadap efektivitas kerja (Y)

digunakan pedoman interpretasi koefisien penentu dalam tabel. Nilai koefisien

penentu berada diantara 0-100%. Jika nilai koefisien penentu mendekati 100% berarti

semakin kuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin mendekati

0% berarti semakin lemah pengaruhnya. Sehingga dibuat interpretasi koefisien

penentu seperti yang terlihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Interpretasi Koefisien Penentu

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0% - 19,99% Sangat Rendah

20% - 39,99% Rendah

40% - 59,99% Sedang

60% – 79,99% Kuat

80% - 100% Sangat Kuat

Sumber: Riduwan (2007:89)


67

3.2.8.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh atau

tidak antara variabel teamwork terhadap variabel efektivitas kerja. Dalam menguji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Tujuan uji t dua variabel bebas adalah

untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua variabel tersebut sama atau

berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikan hasil penelitian

yang berupa perbandingan dua rata-rata sampel).

Dalam menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dengan

perhitungan sebagai berikut:

𝒕𝒏 = 𝒃
𝑺𝒃𝒚

𝑺𝒆𝟐
𝑺𝒃𝒚 = √
∑ 𝑿𝒊²

Keterangan:
b = Koefisien regresi
𝑆𝑏𝑦 = Simpangan baku variabel
n = Ukuran sampel

Kriteria pengambilan keputusan pengujian hipotesis dilakukan dengan

membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dimana (α) = 0,05 dan (df) = n – 2. Hasil

tersebut diperoleh dengan uji sebagai berikut:

1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak

2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima


68

Secara statistik dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau

penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:

𝐻0 ∶ 𝛽1 = 0 Tidak terdapat pengaruh teamwork terhadap efektivitas kerja

karyawan pada PT. Seelindo Sejahteratama.

𝐻0 ∶ 𝛽1 ≠ 0 Terdapat pengaruh teamwork terhadap efektivitas kerja

karyawan pada PT. Seelindo Sejahteratama.

Vous aimerez peut-être aussi