Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PASIEN ICU
Disusun Oleh:
Daniel Derian Chrisandi
42170
Pembimbing Klinik:
dr. Yos Kresna W., M.Sc, Sp. An
YOGYAKARTA
2018
KASUS
Identitas Pasien
No RM : 00260XXX
Usia : 45 tahun
Status Umum
Masuk ICU
b. Kesadaran : CM
c. GCS : E4 V5 M6
d. Vital Sign
Nadi : 120x/menit
Respirasi Rate : 28x/menit
Suhu : 38°𝐶
f. Pemeriksaan Lokalis
Thorax
Abdomen
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
DARAH LENGKAP
Hematokrit 37 37 – 47 %
RDW 43,7 35 – 47 fL
P-LCR 29,9 H 15 – 25 %
MPV 10,7 7,2 – 11,1 fL
Limfosit% 5,2 L 25 – 40 %
KIMIA KLINIK
SGPT 43 H 13-40
b. EKG
Lain-lain :-
b. Terapi
Ceftriaxone 2x2 g
Paracetamol 3x500 mg
Metformin 3x500 mg
Glimepiride 1x 4 mg
Novorapid 3x4 ui
Levormin
Drip Dobutamin
3. Status Hemodinamik
1. Sepsis
Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory
response syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti
klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>38C atau <36oC) ;takikardi; asidosis
metabolik; biasanya disertai dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan
takipneu; dan peningkatan atau penurunan jumlah sel darah putih. Sepsis juga dapat
disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Sepsis berbeda dengan septikemia.
Septikemia (nama lain untuk blood poisoning) mengacu pada infeksi dari darah,
sedangkan sepsis tidak hanya terbatas pada darah, tapi dapat mempengaruhi seluruh
tubuh, termasuk organ-organ. Sepsis yang berat disertai dengan satu atau lebih
tanda disfungsi organ, hipotensi, atau hipoperfusi seperti menurunnya fungsi ginjal,
hipoksemia, dan perubahan status mental. Syok septik merupakan sepsis dengan
tekanan darah arteri <90 mmHg atau 40 mmHg di bawah tekanan darah normal
pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1 jam meskipun telah dilakukan
resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk mempertahankan agar tekanan
darah sistolik tetap ≥90 mmHg atau tekanan arterial rata-rata ≥70 mmHg.
Gejala Umum
1. Demam (>38,3oC)
3. HR >90 bpm atau lebih dari dua standar deviasi diatas normal usia
4. Takipneu
Inflamasi
2. Leukopeni <4000 uL
Hemodinamik :
Disfungsi Organ :
6. Trombositopeni <100.000 uL
Sepsis dapat dipicu dari bagian tubuh manapun, daerah yang paling sering
sebagai sumber infeksi adalah paru-paru, saluran kemih, panggul, kulit, infeksi post
op, infeksi sistem saraf. Sekitar satu dari lima kasus, sumber infeksi sepsis tidak
dapat diketahui.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Tata Laksana
Memperbaiki dan mempertahankan perfusi yang adekuat
Hal ini merupakan faktor kunci untuk meminimalkan trauma iskemia inisial
dan mengurangi iskemia akibat yang terjadi karena respon terhadap stress.
Berikut ini adalah tindakan untuk memperbaiki perfusi :
a. Mempertahankan saturasi oksigen arteri
Dilema yang sering terjadi adalah bagaimana mempertahankan saturasi
oksigen yang adekuat tanpa memberikan efek barotrauma maupun toksik terhadap
paru-paru. Tekanan oksigen arterial sebesar 75 mmHg atau diatasnya akan
memberikan saturasi oksigen yang cukup (> 90%).
b. Ekspansi cairan
Ekspansi cairan merupakan terapi inisial terpilih untuk semua fase sepsis.
Peningkatan tekanan pengisian akan memberikan tekanan cardiac output dan
membuka kembali mikrosirkulasi yang hipoperfusi merupakan pendekatan
resusitasi primer, dimana saturasi oksigen harus dipertahankan diatas 90%. Cairan
inisial yang dipakai adalah cairan kristaloid isotonik, yang diberikan secara cepat
sebanyak 3 liter, kemudian dilanjutkan pemberian cairan koloid. Albumin juga
berperan penting untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma, juga sebagai
antioksidan, pengikat asam lemak bebas, endotoksin amupun obat-obatan. Oleh
karena itu kadar albumin harus tetap dipertahankan diatas 2,5 g/dL.
c. Inotropik
Zat inotropik hanya diberikan untuk mempertahankan keadaan
hiperdinamik bila ekspansi cairan tidak cukup untuk memperbaiki perfusi.
Dopamin dosis rendah akan mencukupi sebagai pilihan awal, karena biasanya
terjadi penurunan perfusi ginjal dan splanknik walaupun pada keadaan parameter
perfusi umum yang mencukupi. Dopamin dipakai untuk meningkatkan cardiac
indeks pada tekanan baji yang normal (14-16 mmHg), sementara dobutamin
digunakan pada tekanan baji lebih dari 16 mmHg.
d. Transfusi darah
Kadar hemoglobin untuk menjamin perfusi harus ditinjau kembali. Pada
pasien yang muda, stabil dan sehat, kadar hemoglobin 8 g/dL akan mencukupi.
Pasien dengan MOD membutuhkan kadar hemoglobin sampai 10 g/dL karena pada
pasien ini terjadi gangguan pembentukan sel darah merah.
e. Vasodilator
Penggunaan vasodilator dapat memberikan keuntungan, terutama bila
terjadi peningkatan tahanan vaskuler sistemik karena peningkatan tekanan darah
sistemik. Cairan salin hipertonik dapat meningkatkan aliran darah mikrovaskuler.
Sedangkan obat yang biasa dipakai adalah golongan nitroprusid.
f. Vasokonstriktor
Penambahan zat -agonist hanya diperlukan bila tekanan sistolik lebih
rendah dari 90 mmHg atau MAP lebih rendah dari 70 mmHg dengan keadaan
tekanan pengisian yang cukup tinggi dan cardiac indeks lebih dari 4 L/menit/m2.
Penambahan dopamin sampai norepinefrin atau fenilefrin dalam dosis rendah
nampak dapat melindungi sirkulasi ginjal dan splanknik dari pengaruh
vasokonstriksi zat -agonist. Vasokonstriktor diindikasikan hanya untuk hipotensi
yang refrakter dan hanya digunakan dalam waktu yang terbatas. Terapi yang ideal
adalah dengan mengontrol reaksi yang berlebihan dari vasodilator.
Pasien masuk IGD pada pukul 01.30 dengan keluhan demam dan sesak
napas. Seluruh badan terasa dingin hingga menggigil. Saat di rumah sudah
dilakukan pengukuran suhu 38oC kemudian anaknya memberikan penurunan panas
Ibuprofen tetapi tidak ada perubahan. Pasien merasa lemas hingga kaki dan tangan
terasa kesemutan. mual dan muntah sekali saat di rumah
Ranitidine 2x1 Amp obat maag yang termasuk dalam golongan antihistamin,
lebih tepatnya disebut H2-antagonis. Ranitidin digunakan untuk mengurangi
produksi asam lambung sehingga dapat mengurangi rasa nyeri uluhati akibat
ulkus atau tukak lambung, dan masalah asam lambung tinggi lainnya.