Vous êtes sur la page 1sur 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana dipengaruhi oleh pola makan,
kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-obatan, bahkan tingkat
ekonomi dan pendidikan menjadi beberapa penyebab dari penyakit ini. Penyakit
hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ hati yang dapat
disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, obat-
obatan, alkohol, maupun parasit. Hepatitis juga merupakan salah satu penyakit yang
mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih dengan jumlah penduduk yang
besar serta kompleksitas yang terkait. Selain itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes
melitus, dan hiperlipidemia, membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah
satunya hepatitis (Aditya, 2012).

Saat ini diperkirakan 400 juta orang di dunia terinfeksi penyakit


hepatitis B kronis, bahkan sekitar 1 juta orang meninggal setiap tahun karena
penyakit tersebut. Hepatitis menjadi masalah penting di Indonesia yang
merupakan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia (Aditya, 2012).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 dalam Aditya


(2012) menyebutkan, hingga saat ini sekitar dua miliar orang terinfeksi virus
hepatitis B di seluruh dunia dan 350 juta orang di antaranya berlanjut jadi
infeksi hepatitis B kronis. Diperkirakan, 600.000 orang meninggal dunia per
tahun karena penyakit tersebut. Angka kejadian infeksi hepatitis B kronis di
Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen dari jumlah penduduk. Hepatitis
B termasuk pembunuh diam-diam karena banyak orang yang tidak tahu dirinya
terinfeksi sehingga terlambat ditangani dan terinfeksi seumur hidup.

Karena angka kejadian kasus gangguan pencernaan di atas terbilang


cukup banyak dan sebagian besar disebabkan oleh faktor yang berada di sekitar
kita. Maka kami tertarik untuk lebih memahami kasus gangguan pencernaan
terutama Hepatitis, juga bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Hepatitis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memahami konsep dasar penyakit gangguan sistem pencernaan
pada Hepatitis serta rencana asuhan keperawatan kepada pasien terkait
penyakit tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Kajian Teori
1) Memahami pengertian penyakit Hepatitis
2) Memahami etiologi penyakit Hepatitis
3) Memahami anatomi dan fisiologi terkait penyakit Hepatitis
4) Memahami data penunjang pada penyakit Hepatitis
5) Memahami komplikasi yang mungkin terjadi pada penyakit
Hepatitis
6) Memahami penatalaksanaan yang tepat pada penyakit Hepatitis
b. Asuhan Keperawatan
1) Memahami pengkajian pada pasien dengan penyakit Hepatitis
2) Memahami penetapan diagnosa pada pasien Hepatitis
3) Memahami perencanaan keperawatan pada pasien Hepatitis

2
3

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014), istilah Hepatitis dipakai
untuk semua jenis peradangan pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh
infeksi (virus, bakteri, parasite), obat0obatan (termasuk obat tradisional),
konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit autoimun.
Menurut Savitri (2017), penyakit hepatitis adalah peradangan hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis. Ada 5 jenis virus hepatitis: A, B, C, D dan E.
Menurut Marianti (2018), Hepatitis adalah istilah penyakit yang
merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan
oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkkan oleh kondisi lain.
Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum
alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obat tertentu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan hepatitis adalah
radang pada organ hati yang disebabkan oleh virus, sehingga hati tidak bekerja
seperti semestinya.
2.2 Etiologi
Klasifikasi agen penyebab hepatitis virus yaitu:
a. Transmisi secara enterik terdiri dari Virus Hepatitis A (HAV) dan Virus
Hepatitis E (HEV):
1) Virus tanpa selubung
2) Tahan terhadap cairan empedu
3) Ditemukan di tinja
4) Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
5) Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal
b. Transmisi melalui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis
D (DHV), dan virus hepatitis C (HCV):
1) Virus dengan selubung (envelope)
2) Rusak bila terpajan cairan empedu/detergen
3) Tidak terdapat dalam tinja
Perbandingan berbagai hepatitis
1) Dihubungkan dengan penyakit hati kronik
2) Dihubungkan dengan viremia yang persisten
Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap, yaitu (Sudoyo Aru, dkk 2009)
dalam NANDA NIC-NOC:
a. Fase inkubasi: Waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Panjang fase tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan
jalur penularan, makin besar dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi.
b. Fase prodormal (pra ikterik): Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan
pertama dan timbulnya gejala ikterus. Awitanya dapat disingkat atau
insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia, atralgia, mudah lelah,
gejala saluran nafas atas dan anoreksia, diare, demam, dan nyeri abdomen
di kuadran kanan atas atau epigastrium.
c. Fase ikterus: Fase munculnya setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. setelah timbul ikterus jarang terjadi
perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis
yang nyata.
d. Fase konvalesen (penyembuhan): Menghipangnya ikterus dan keluhan lain,
tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. nafse makan
kembali normal, keadaan akut akan membaik dalam 2-3 minggu. pada
hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi dalam 9
minggu dan 16 minggu untuk hepatitis B.
Secara umum agen penyebab hepatitis virus dapat diklasifikasikan kedalam
group yaitu hepatitis dengan transmisi secara enterik dan transmisi melalui
darah.

4
2.3 Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
di bagian teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah
diafragma dan hati secara luas di lindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr, 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati
dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10
hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus
hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam

5
lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan
unit-unit kecil itu disebut lobulus (FKUI, 2009).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada
hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan
akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk
dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke
hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan
kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena
porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta (FKUI, 2009).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen
dan jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke
dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan
duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang
disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli
terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris.
Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan
mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu
yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu
(FKUI, 2006).
b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting
dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang
terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan
4/5 darahnya ke hati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70%
sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini

6
membawa kepada hati zat makanan yang telah diabsorbsi oleh mukosa usus
halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena cava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi ke seluruh hati,
dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar
yaitu vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya
kedalam venulel yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus
hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk
vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan
mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior di dekat diafragma jadi
terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan
hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2009).
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati
juga sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap
metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut FKUI (2009) sebagai berikut:
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah
melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid
hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid
dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450 ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam
metabolisme karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi
glukosa, glukoneogenesis membentuk banyak senyawa kimia penting
dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan
glikogen.
3) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral
(termasuk zat besi).
7) Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan
dan menyerap zat gizi penting.

7
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi.
2.4 Data Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium pada pasien yang diduga mengidap
hepatitis dilakukan untuk memastikan diagnosis, mengetahui penyebab
hepatitis dan menilai fungsi organ hati (liver) menurut Laboratorium Biomed
(2014):
a. Test Fungsi Hati
Pemeriksaan laboratorium pada hepatitis umumnya terdiri dari test
fungsi hati dan serologi. Test fungsi hati yang sering dilakukan sebagai test
penyaring untuk mengetahui awal adanya gangguan atau kerusakan hati
adalah SGOT, SGPT, Gamma GT, dan Bilirubin. Sedangakan test fungsi
hati lebih lanjut untuk mengetahui adanya kerusakan hati yang sudah lanjut
seperti sirosis antara lain test Protein total, Albumin, Globulin,
Cholinesterase dan Protrombin Time.
SGOT, SGPT, dan Gamma GT adalah enzim-enzim metabolisme
yang dibentuk dalam sel-sel hati, bila terjadi kerusakan pada sel hati, enzim
tersebut masuk berlebihan ke dalam darah sehingga kadar dalam darah
meningkat. Albumin, Cholinesterase dibentuk oleh sel-sel hati, bila sel-sel
hati rusak berat (Sirosis) maka pembentukan albumin dan cholinesterase
terhambat dan kadarnya dalam darah menurun. Protrombin time adalah test
untuk menilai faktor pembekuan yang pembentukannya dipengaruhi hati,
bila terjadi kerusakan berat pada sel hati maka pembentukan faktor
pembekuan tersebut akan menurun dan akibatnya protrombin time
memanjang.
b. Test Serologi
Pemeriksaan serologi pada hepatitis umumnya untuk mengetahui
penyebab dan perkembangan penyakit hepatitis. Pemeriksaan yang sering
dilakukan untuk mengetahui penyebab Hepatitis antara lain HBsAg untuk
mengetahui adanya Hepatitis B. Anti HAV Ig M untuk mengetahui adanya
infeksi Hepatitis A akut. Anti HCV Ig M untuk mengetahui adanya infeksi
Hepatitis C akut. Pemeriksaan serologi lainnya antara lain : Anti HBsuntuk
mengetahui adanya kekebalan terhadap Virus Hepatitis B. HBeAg untuk

8
mengetahui adanya replikasi virus yang aktif pada pengidap Hepatitis B.
Anti HBe untuk mengetahui adanya proses penyembuhan pada Hepatitis B.
Anti HBC Ig Muntuk mengetahui adanya infeksi akut pada Hepatitis B.
Anti HAV Total untuk mengetahui apakah pernah terpapar Hepatitis A. Anti
HCV untuk mengetahui apakah mengidap Hepatitis C. Anti HB untuk
mengetahui apakah pernah terpapar Hepatitis B. HBV-DNAuntuk
mengetahui apakah ada replikasi aktif Virus Hepatitis B dalam sel hati.
HCV-DNA untuk mengetahui apakah ada replikasi aktif Virus Hepatitis C
dalam sel hati. Serologi Amuba untuk mengetahui adanya abses amuba
dalam hati.
c. Petanda Tumor
Pemeriksaan ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap kanker hati,
antara lain Alfa Feto Protein (AFP) dan Carsino Embrionic Antigen (CEA).
d. USG Hati
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya
peradangan, pelemakan, pembesaran, kista, abses, dan tumor pada hati.
e. Pemeriksaan Hati Awal
Pemeriksaan hati awal biasanya dilakukan pada medical check up,
untuk mengetahui adanya kelainan pada fungsi hati, apakah pengidap
Hepatitis B atau C, mengetahui apakah ada kekebalan terhadap Hepatitis B,
mengetahui adanya tumor, dan pelemakan pada hati.
1) Test Fungsi Hati
SGOT, SGPT, Gamma GT, Bilirubin, Protein Total, Albumin, dan
Globulin.
2) Test Serologi
HBsAg, Anti HBs, dan Anti HCV
3) Tumor Marker
AFP
4) USG Hati
f. Pemeriksaan Hati Khusus
Pemeriksaan hati khusus dilakukan bila ditemukan ada kelainan
pada pemeriksaan test hati awal. Pemeriksaan dipilih sesuai petunjuk
dokter, ke arah mana kelaianan tersebut harus ditindaklanjuti seperti
Cholinesterase, Elektroforesa protein, Protombin time, Hbe Ag, Anti Hbe,
Anti HBc Ig M, Anti HBc, Anti HCV Ig M, Anti HCV, HBV-DNA, HCV-
RNA, Biosi Hati.

9
2.5 Komplikasi
Menurut Marianti (2018) komplikasi hepatitis yang mungkin terjadi, yaitu:
a. Komplikasi Hepatitis A
Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A umumnya
tidak menyebabkan penyakit hati jangka panjang (kronis) dan jarang yang
berakibat fatal. Tapi beberapa kelompok seperti manula, orang dengan
penyakit kronis seperti diabetes, orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang menurun seperti penderita HIV, dan orang yang telah menderita
penyakit hati sebelum terinfeksi hepatitis A lebih rentan untuk mengalami
komplikasi. Berikut adalah komplikasi yang bisa terjadi:
1) Risiko Mengalami Gagal Hati
Komplikasi ini terjadi ketika fungsi hati menurun drastis. Gagal
hati dapat menyebabkan pengidapnya mengalami muntah-muntah
parah, rentan pendarahan, mudah mengantuk, penurunan konsentrasi
dan daya ingat, serta gangguan konsentrasi. Jika tidak segera diobati,
gagal hati bisa menyebabkan kematian.
2) Risiko Kambuhnya Infeksi
Infeksi hepatitis A terkadang dapat datang kembali. Kambuhnya
hepatitis A bisa terjadi lebih dari satu kali setelah infeksi pertama.
3) Risiko Mengalami Kolestasis
Kolestasis biasanya terjadi pada pengidap hepatitis A yang berusia
lebih tua. Kondisi ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pengobatan khusus. Komplikasi ini terjadi ketika cairan empedu
menumpuk di dalam hati. Gejala-gejalanya meliputi penurunan berat
badan, demam, sakit kuning yang tidak kunjung sembuh, dan diare.
b. Komplikasi Hepatitis B
Satu dari tiga penderita hepatitis B kronis yang tidak menjalani
pengobatan dapat mengalami komplikasi penyakit hati yang serius.
Komplikasi tersebut di antaranya adalah sirosis, kanker hati, dan hepatitis
B fulminan.
1) Sirosis
Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan
parut adalah jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya
normal, mengalami luka atau radang yang berkelanjutan. Gejala sirosis
biasanya tidak terdeteksi dan sering tidak disadari penderitanya sampai

10
terjadi kerusakan yang parah pada hati. Sirosis yang parah dapat
memicu gejala-gejala seperti turunnya berat badan, mual, gampang
lelah, gatal-gatal pada kulit dan pembengkakan pada perut serta
pergelangan kaki.
Perkembangan komplikasi ini dapat dihambat dengan langkah
pengobatan tertentu, misalnya dengan obat antivirus. Tetapi ada
sebagian penderita yang terpaksa menjalani transplantasi hati karena
kondisinya sudah sangat parah.
2) Kanker Hati
Hepatitis B kronis bisa berkembang menjadi kanker hati jika tidak
ditangani dengan baik. Gejala pada komplikasi ini di antaranya adalah
mual, muntah, sakit perut, penurunan berat badan, serta sakit kuning
(kulit dan bagian putih mata yang menguning). Operasi mungkin akan
dilakukan untuk membuang bagian hati yang terserang kanker.
3) Hepatitis B Fulminan
Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi
keliru dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan yang
parah. Beberapa gejala yang mengindikasikan kondisi tersebut adalah
penderita menjadi linglung atau bingung, perut membengkak, dan sakit
kuning. Penyakit ini bisa menyebabkan hati berhenti berfungsi dan
seringkali berakibat fatal jika tidak segera ditangani.
c. Komplikasi Hepatitis C
Infeksi hepatitis C yang terus berlangsung selama bertahun-tahun
dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan hati yang berakibat fatal.
Komplikasi-komplikasi tersebut meliputi sirosis, kanker hati, serta gagal
hati.
Jaringan parut pada hati atau sirosis merupakan komplikasi yang
berkembang dalam waktu 20 tahun setelah pertama terinfeksi. Konsumsi
minuman keras dan mengidap diabetes tipe 2 serta infeksi hepatitis lain
juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita sirosis. Gejala-
gejala sirosis meliputi kelelahan, mual, tidak nasfu makan, perut bagian
atas kanan (lokasi organ hati) terasa nyeri, sakit kuning, serta gatal-gatal
yang hebat.

11
Sirosis yang parah dapat menyebabkan gagal hati dan kanker hati.
Gejala yang mengindikasikan gagal hati meliputi urine berwarna gelap,
tinja yang cair dan berwarna pucat, rambut rontok, sering mengalami
mimisan dan gusi berdarah, serta muntah darah. Sementara kanker hati
memiliki gejala seperti mual, muntah, sakit kuning, dan penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas.
Sirosis dan gagal hati hanya bisa disembuhkan dengan prosedur
transplantasi hati. Penanganan dengan obat-obatan hanya bertujuan untuk
mengurangi gejala dan mencegah sirosis bertambah parah.
Sementara kanker hati pada umumnya sulit disembuhkan.
Penanganan dengan kemoterapi digunakan untuk memperlambat
penyebaran kanker.
2.6 Penatalaksanaan
Dalam NANDA NIC-NOC (2015), jika seseorang telah didiagnosis
menderita hepatitis, maka ia perlu mendapatkan perawatan. Pengobatan harus
dipercepat supaya virus tidak menyebar. Jika tindakan penanganan lambat
membuat kerusakan lebih besar pada hti dan menyebabkan kanker.
a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A diharapkan untuk
tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul.
Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan analgetik
serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta
obat-obatan yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah.
b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
1) Pengobatan oral
a) Lamivudine; dari kelompok nukleosida analog, dikenal dengan
nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak,
pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim hati (ALT)
untuk itu penderita akan mendapat monitor berkesinambungan dari
dokter.
b) Adefovir dipivoxil (Hepsera); Pemberian secara oral akan lebih
efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.

12
c) Baraclude (Entecavir); Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis
B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala,
pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzim hati.
2) Pengobatan dengan injeksi
Microsphere mengandung partikel radioaktif pemancar sinar β
yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat
di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (intron a, infergen, roferon)
diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam
seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian
obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memiliki riwayat
depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah teras sakit pada otot-otot,
cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat
dihilangkan dengan pemberian antipiretik.
c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan hepatitis C dilkukan dengan pemberian obat
seperti Interferon Alfa, Pegylated Interferon Alfa dan Ribavirin.
Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup
lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu
perlu penanganan pada stadium awalnya.

13
14

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Rohmah,

2009) dalam Lestari (2014). Dari hasil pengkajian pada klien Hepatitisbiasanya

didapat data-data sebagai berikut:


a. Identitas
1) Identitas Klien
Yang perlu dikaji adalah: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

agama, pendidikan, alamat, dan tanggal masuk rumah sakit berserta

waktu.
2) Identitas Penanggung Jawab
Yang perlu dikaji adalah: nama, status hubungan dengan klien,

umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan alamat.


b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling menonjol yang dirasakan klien saat dikaji yaitu

adanya nyeri dibagian perut kanan atas (kuadran 1).


2) Riwayat kesehatan sekarang
Menjabarkan kejadian sampai terjadinya penyakit saat ini yang

menyebabkan klien mencari pertolongan. Merupakan penjabaran


darikeluhan utama yang dirasakan saat dikaji dengan menggunakan

PQRST.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang

sekarang.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama

dengan klien atau penyakit yang diturunkan atau penyakit menular.


c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Penampilan: Pada dasarnya pasien lemah
b) Kesadaran: Composmetis, kemungkinan ditemukan adanya penularan

kesadaran.
2) Tanda-tanda vital
Pada tanda-tanda vital menunjukan adanya perubahan yang berarti

bergantung pada riwayat tanda vital klien sebelumnya.


3) Pertumbuhan
Pada pertumbuhan menunjukan adanya perubahan yang berarti

bergantung pada riwayat pertumbuhan sebelumnya.


4) Sistem pernafasan
Kaji ada tidaknya secret, nyeri tekan pada bagian sinus frontalis dan

maksilaris. Pernafasan cuping hidung ada/tidak, trachea deviasi dan skar.

Bentuk dada simetris, pengembangan paru di kedua segmen sama,

deformitas, nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada, pengembangan torak

dan paru-paru simetris, secret, pola nafas/menit, kesulitan bernafas, bunyi

pernafasan vesikuler, bunyi nafas.


5) Sistem Kardiovaskuler
Ada pembesaran vena jugularis atau tidak, bentuk dada simetris, tidak

ada keluhan nyeri dada, bunyi jantung S 1 dan s 2 normal, ada/tidak

bunyi tambahan, nadi karotis teraba.


6) Sistem Gastrointestinal

15
Biasanya nyeri saat palpasi abdomen, hepar teraba membesar, mual dan

muntah dan tidak ada nafsu makan


7) Sistem Genitourinaria
Kemungkinan adanya kelainan pada urine berwarna seperti teh. Kaji

frekuensi BAK dan BAB.


8) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya tidak ada gangguan, tidak ada nyeri.
9) Sistem Integumen
Biasanya tidak terdapat edema, tidak ada jaundice.
a) Kuku
Kaji lekukan kuku normal/tidak, keadaan kuku rapuh/tidak.
b) Rambut Kepala
Keadaan rambut, distribusi rambut merata/tidak, mudah tidak

tercabut, bersih/kotor, lebat/jarang,warna rambut

10) Sistem Endokrin


Kaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah beninng,

apakah mempunyai penyakit diabetes.


d. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola kebiasaan sehari-hari pola makan dan minum, pola tidur dan

istirahat, aktivitas atau bermain dan pola eliminasi.


e. Data Psikologis
Riwayat psikologi dikaji keadaan emosi dan respon keluarga dalam

menghadapi penyakit Hepatitis yang sedang diderita klien. Dampak

psikologis dari klien kemungkinan dihadapkan rasa nyeri, perubahan

tingkah laku dan cemas akibat timbulnya sesak nafas. Sehingga perawat

dapat menggali perasaan klien dan dapat dituangkan dalam bentuk verbal:
f. Data Sosial
Riwayat sosial dikaji tentang pola hidup, kebiasaan dan pola

interaksi dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Observasi interaksi

social klien kaena klien dengan hepatitis sangat memerlukan support

mental dan bantuan beraktivitas


g. Data Spiritual

16
Aspek spiritual yaitu tentang keyakinan nilai-nilai ketuhanan yang

dianut, keyakinan dan harapan akan kesembuhan / kesehatannya


h. Data Penunjang

Specime
Pemeriksaan Metode Hasil Nilai normal
n
Darah lengkap Darah Automatic Terlam Terlampir
pir
LFT
Bilirubin total Serum Automatic 1,55 0,00-1,00 mg/dl
Bilirubin direct 1,18 0,00-1,00 mg/dl
SGOT 167 P: 0-35 u/l L: 0-40
u/l
SGPT 163 P: 0-35 u/l L:0-40
u/l
Imunologi
HBs Ag elisa Serum Elisa Positif Negatif (positif bila
dengan Abs 1000)
Abs=
1,39
HBS AB elisa Serum Elisa Negatif Negatif (positif bila
dengan tiber 20.000)
tiber=
1,312
Anti HAV Serum CMI Positif Negatif
Indeks (positif bila indeks
9,25 1000)

4. Therapy
Perawatan di Rumah Sakit diindikasikan untuk pasien dengan

signifikan dehidrasi karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminant.

Pengobatan yang dikenal toksisitas hati harus dihindari


3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

17
Ds: Virus hepatitis Hipertermi
Klien mengatakan tubuhnya 
Inflamasi pada hati
demam dan pusing. 
Do: Tejadi nekrosis pada hati
S: 39C, TD: 130/80 
Merangsang hipotalamus
mmHg, RR: 28x/menit, N: 
Peningkatan suhu tubuh
88x/menit
- Mukosa bibir kering
- Konjungtiva anemis
Ds: Inflamasi virus hepatitis Defisit
Klien mengeluh mual dan
pada hati nutrisi
muntah serta kepala terasa 
Tejadi nekrosis pada hati
pusing. 
Do: Duodenum menjadi asam
- Klien tampak sering 
Mual dan muntah
muntah. 
- Porsi makan habis ½ porsi Merangsang syaraf respttor
- Klien tampak lemah
- HB : 8,2 yang menghantarkan ke

nukleoventromedio

hipotalamus

Nafsu makan berkurang

Kebutuhan nutrisi

terganggu
Ds: Infasi virus hepatitis pada Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada
hepar
perut bagian kanan atas 
Do: Nekrosis pada hepar
Ketika ditekan perut bagian 
Sekresi hormon
kuadaran kanan atas klien
neurotranmiter
tampak meringis. 
Skala nyeri … (0-10) Bradikinin dan serotonin

18

Dihantarkan ke

hypothalamus

Respon nyeri pada coretex

cerebri

Nyeri
Ds: Terjadinya nekrosis pada Gangguan
Klien mengeluh badan
hepar pemenuhan
terasa lemas 
Do: Kerusakan sel-sel hepar kebutuhan
- Klien tampak berbaring di 
Karbohidrat meningkat Aktivitas
tempat tidur 
- Aktivitas klien dibantu Tidak dapat disimpan oleh sehari-hari

keluarga. hepar dalam bentuk


- Billirubin total 8.40
- Billirubin direct 8.10 Glikogen
- Penurunan BB 
Metabolisme energi

terganggu

Energi yang diperlukan

tubuh berkurang

Kelemahan fisik

Aktivitas terganggu

Ds: Inflamasi virus hepatitis Kekurangan


Klien mengatakan sering
pada hepar volume
haus. 
Do : Nekrosis pada hepar cairan
- Tampak keluar keringat 
- Klien selalu mengeluh Duodenum menjadi asam

haus

19
- Klien sering muntah Mual dan muntah
- Turgor kulit < 2 detik 
Cairan tubuh banyak keluar

atau terbuang

Defisit cairan dalam tubuh
Ds:- Inflamasi virus hepatitis Resiko tinggi
Do:
- Klien masih tampak pada hepar terhadap

berkeringat Nekrosis pada hepar penularan
- Makanan yang disajikan 
Duodenum menjadi asam
masih tampak terbuka. 
- Keluarga masih banyak Mual dan muntah

kontak fisik dengan klien Virus terbawa keluar

Keluarga melakukan

kontak secara baik secara

oral dan fecal klien tanpa

proteksi diri

Resiko terjadi penularan

b. Diagnosa
1) Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah

sekunder terhadap inflamasi hepar


2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,

perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan

metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah


3) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan

hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta


4) Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder

terhadap hepatitis

20
5) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan

intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret


6) Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output berlebih

karena adanya penurunan protein plasma


7) Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat

menular dari agent virus

3.3 Perencanaan Keperawatan

No Tujuan Intervensi Rasional


.
Dx
1 Setelah 1. Ajarkan dan bantu 1. Keletihan berlanjut
diberikan klien untuk istirahat menurunkan keinginan
asuhan sebelum makan untuk makan
keperawatan 2. Awasi pemasukan 2. Adanya pembesaran
selama 24 jam diet/jumlah kalori, hepar dapat menekan
masalah tawarkan makan saluran gastro intestinal
perubahan sedikit tapi sering dan menurunkan
nutrisi kurang dan tawarkan pagi kapasitasnya
dari kebutuhan paling sering
tubuh dapat 3. Pertahankan 3. Akumulasi partikel
diatasi. hygiene mulut yang makanan di mulut dapat
Kriteria hasil: baik sebelum makan menambah baru dan
- dan sesudah makan rasa tak sedap yang
Menunjukkan menurunkan nafsu
peningkatan makan
berat badan 4. Anjurkan makan 4. Posisi duduk tegak dapat

21
mencapai pada posisi duduk menurukan rasa penuh
tujuan tegak pada abdomen dan dapat
- Nilai meningkatkan
laboratorium 5. Berikan diit tinggi pemasukan
normal kalori, rendah 5. Glukosa dalam
- Bebas dari lemak karbohidrat cukup
tanda-tanda efektif untuk
mal nutrisi pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit
untuk
diserap/dimetabolisme
sehingga akan
membebani hepar
2 Setelah 1. Kolaborasi dengan 1. Nyeri yang berhubungan
diberikan individu untuk dengan hepatitis sangat
asuhan menentukan metode tidak nyaman, oleh
keperawatan yang dapat karena terdapat
selama 24 jam digunakan untuk peregangan secara
gangguan rasa intensitas nyeri kapsula hati, melalui
nyaman pendekatan kepada
(nyeri) dapat individu yang
diatasi. mengalami perubahan
Kriteria hasil: kenyamanan nyeri
- diharapkan lebih efektif
Menunjukka mengurangi nyeri.
n penurunan 2. Tunjukkan pada 2. Klienlah yang harus
tanda-tanda klien penerimaan mencoba meyakinkan
nyeri fisik tentang respon klien pemberi pelayanan
dan perilaku terhadap nyeri kesehatan bahwa ia
dalam nyeri mengalami nyeri
(tidak 3. Berikan informasi 3. Klien yang disiapkan

22
meringis akurat dan jelaskan untuk mengalami nyeri
kesakitan, penyebab nyeri, melalui penjelasan nyeri
menangis tunjukkan berapa yang sesungguhnya
intensitas lama nyeri akan akan dirasakan
dan berakhir, bila (cenderung lebih tenang
lokasinya) diketahui dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)

4. Bahas dengan 4. Kemungkinan nyeri


dokter penggunaan sudah tak bisa dibatasi
analgetik yang tak dengan teknik untuk
mengandung efek mengurangi nyeri
hepatotoksi
3 Setelah 1. Monitor tanda vital: 1. Sebagai indikator untuk
diberikan suhu badan mengetahui status
asuhan hypertermi
keperawatan 2. Ajarkan klien 2. Dalam kondisi demam
selama 24 jam pentingnya terjadi peningkatan
masalah mempertahankan evaporasi yang memicu
hipertermi cairan yang adekuat timbulnya dehidrasi
dapat diatasi. (sedikitnya
Kriteria hasil:
2000/hari) untuk
- Tidak terjadi
mencegah dehidrasi,
peningkatan
misalnya sari buah
suhu
2,5-3 liter/hari
3. Berikan kompres 3. Menghambat pusat
hangat pada lipatan simpatis di hipotalamus
ketiak dan femur sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar

23
keringat untuk
mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
4. Anjurkan klien 4. Kondisi kulit yang
untuk memakai mengalami lembab
pakaian yang memicu timbulnya
menyerap keringat pertumbuhan jamur,
juga akan mengurangi
kenyamanan klien,
mencegah timbulnya
ruam kulit
4 Setelah 1. Jelaskan sebab- 1. Dengan penjelasan
diberikan sebab keletihan sebab-sebab keletihan
asuhan individu maka keadaan klien
keperawatan cenderung lebih tenang
selama 24 jam 2. Sarankan klien 2. Tirah baring akan
masalaah untuk tirah baring meminimalkan energi
keletihan yang dikeluarkan
dapat diatasi. sehingga metabolisme
Kriteria hasil:
dapat digunakan untuk
- Tidak terjadi
penyembuhan penyakit.
keletihan
3. Bantu individu 3. Memungkinkan klien
untuk dapat memprioritaskan
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang
kekuatan-kekuatan, sangat penting dan
kemampuan- meminimalkan
kemampuan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang
kurang penting
4. Analisa bersama- 4. Keletihan dapat segera
sama tingkat diminimalkan dengan
keletihan selama 24

24
jam meliputi waktu mengurangi kegiatan
puncak energi, waktu yang dapat
kelelahan, aktivitas menimbulkan keletihan
yang berhubungan
dengan keletihan
5. Bantu untuk belajar
tentang keterampilan 5. Untuk mengurangi
koping yang efektif keletihan baik fisik
(bersikap asertif, maupun psikologis
teknik relaksasi)
5 Setelah 1. Awasi frekwensi, 1. Pernafasan
diberikan kedalaman dan dangkal/cepat
asuhan upaya pernafasan kemungkinan terdapat
keperawatan hipoksia atau akumulasi
selama 24 jam cairan dalam abdomen
masalah pola 2. Auskultasi bunyi 2. Kemungkinan
nafas tidak nafas tambahan menunjukkan adanya
efektif dapat akumulasi cairan
diatasi. 3. Berikan posisi semi 3. Memudahkan
Kriteria hasil: fowler pernafasan dengan
- Pola nafas
menurunkan tekanan
adekuat
pada diafragma dan
4. Berikan latihan meminimalkan
nafas dalam dan 4. Membantu ekspansi
batuk efektif paru dan mengeluarkan
secret
5. Berikan oksigen 5. Mungkin perlu untuk
sesuai kebutuhan mencegah hipoksia
6 Setelah 1. Monitor intake dan 1. Mengukur kehilangan
diberikan output cairan yang keluar dari
asuhan dalam tubuh dan retensi
keperawatan dalam tubuh untuk

25
selama 24 jam member pedoman dalam
masalah pemberian cairan
gangguan pengganti.
keseimbangan 2. Pantau karakteristik 2. Berguna untuk
cairan dan dan aliran muntahan membedakan terjadinya
elektrolit perdarahan dan
dapat diatasi. lokasinya.
Kriteria hasil:
3. Observasi TTV, 3. Indicator dari volume
- Klien
turgor kulit dan sirkulasi atau perfusi
mengatakan
membrane mukosa jaringan
sering haus.
- Tampak 4. Pantau adanya asites 4. Untuk memonitor
keluar atau odem perkembangan odem
keringat 5. Observasi tanda- 5. Berkurangnya
- Klien
tanda perdarahan protrombin karena
selalu
perubahan absorbs
mengeluh
vitamin K dalam GIT.
haus
6. Kolaborasi dengan 6. Mengganti cairan dan
- Klien
tenaga kesehatan drah untuk mencegah
sering muntah
- Turgor kulit dalam pemberian terjadinya hipovolemik,
< 2 detik cairan darah sesuai vitamin K
induksi dan mempengaruhi
tambahan terapi pembekuan darah.
(vitamin K) g. Mengidentifikasi retensi
7. Pemerikasaan sodium, kekurangan
laboratorium Hb, protein yang dapat
Hct, Na, Albumin menimbulkan odema.
dan Cloting tim
7 Setelah 1. Gunakan 1. Pencegahan tersebut
diberikan kewaspadaan umum dapat memutuskan
asuhan terhadap substansi metode transmisi virus
keperawatan tubuh yang tepat hepatitis

26
selama 24 jam untuk menangani
masalah risiko semua cairan tubuh
tinggi tubuh
a. Cuci tangan
terhadap
sebelum dan
transmisi
sesudah kontak
infeksi dapat
dengan semua
diatasi.
Kriteria hasil: klien atau
- Tidak
spesimen
menunjukkan
tanda-tanda b. Gunakan
infeksi sarung tangan
untuk kontak
dengan darah
dan cairan

c. Tempatkan
spuit yang telah
digunakan
dengan segera
pada wadah
yang tepat,
jangan menutup
kembali atau
memanipulasi
jarum dengan 2. Teknik ini membantu
cara apapun melindungi orang lain
2. Gunakan teknik dari kontak dengan
pembuangan materi infeksius dan
sampah infeksius, mencegah transmisi
linen dan cairan penyakit
tubuh dengan tepat

27
untuk
membersihkan
peralatan-peralatan
dan permukaan 3. Mencuci tangan
yang terkontaminasi menghilangkan
3. Jelaskan pentingnya organisme yang
mencuci tangan merusak rantai transmisi
dengan sering pada infeksi
klien, keluarga dan
pengunjung lain dan
petugas pelayanan 4. Rujukan tersebut perlu
kesehatan untuk
4. Rujuk ke petugas mengidentifikasikan
pengontrol infeksi sumber pemajanan dan
untuk evaluasi kemungkinan orang lain
departemen terinfeksi
kesehatan yang
tepat

28
29

BAB IV
PENTUTUP
4.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah radang pada organ hati yang disebabkan oleh bakteri
atau cedera toksik, tetapi hepatitis virus yang paling sering terlihat. Virus
hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis
A(HAV), hepatitis B(HBV), hepatitis C(HCF). Hepatitis juga dibagi menjadi 2
tahapan, yang pertama hepatitis akut hepatitis yang berlangsung >6 bulan, yang
kedua hepatitis kronis terjadi berlangsung >6 bulan dankelanjutan dari hepatitis
akut. Menurut Sudoyo Aru dkk,2009 terdapat 4 gejala hepatitis: 1. Fase
inkubasi. 2. Fase prodormal(pra ikterik). 3. Fase ikterus. 4. Fase konvalesen
(penyembuhan).
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis biasanya
meliputi pengkajian dimulai dari (keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, dan keluarga), aktivitas sehari-hari, data penunjang,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan. Di dalam perencenaan
keperawatan terdapat rasional yang berkaitan dengan intervensi, sedangkan
evaluasi berkaitan dengan tujuan dilakukannya asuhan keperawatan selama
waktu yang ditetapkan.
4.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini kami menyarankan ada penelitian lebih
lanjut mengenai hepatitis terutama dalam bidang keperawatan. Untuk petugas
dirumah sakit khususnya perawat dalam penanganan pasien yang berhubungan
langsung dengan kontak dan darah yang harus lebih hati-hati terutama dalam
penggunaan alat-alat yang membutuhkan kesterilan saat digunakan.
Selain itu, perawat juga bukan hanya sekedar menangani dan memberi
asuhan kepada penderita hepatitis, tetapi perawat juga harus bisa
mengimplementasikan peran perawat yang lainnya, seperti adanya konseling
bagi penderita hepatitis, dengan demikian dapat memperkecil penyebaran.
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, M. 2012. Gangguan Sistem Pencernaan Pada Manusia.


repository.maranatha.edu/2676/3/0910132_Chapter1.pdf. Diakses tanggal
23 Agustus 2018
FKUI. 2009. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. file.pdf
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Hepatitis. infodatin-hepatitis.pdf
Laboratorium Biomed. 2014. Hepatitis.
http://www.labbiomed.co.id/index.php/article/26-hepatitis Diakses pada 4
Oktober 2014
Lestari, W. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Tn. N Dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal : Hepatitis B Di Ruang Kenanga Rsud Ciamis.
13DP2770553.pdf Diakses pada 4 Oktober 2018
Marianti. 2018. Hepatitis A. https://www.alodokter.com/hepatitis-a/komplikasi
Diakses pada 4 Oktober 2018
Marianti. 2018. Hepatitis B. https://www.alodokter.com/hepatitis-b/komplikasi
Diakses pada 4 Oktober 2018
Marianti. 2018. Hepatitis C. https://www.alodokter.com/hepatitis-c/komplikasi
Diakses pada 4 Oktober 2018
Marianti. 2018. Hepatitis. https://www.alodokter.com/hepatitis.html Diakses pada
4 Oktober 2018
Nurarif, A., & Hardhi, K. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Percetakan Mediaction Publishing
Savitri, T. 2017. Informasi Lengkap Seputar Penyakit Hepatitis yang Wajib Anda
Ketahui. https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hepatitis/informasi-
lengkap-seputar-penyakit-hepatitis-yang-wajib-anda-ketahui Diakses pada
4 Oktober 2018

30

Vous aimerez peut-être aussi