Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah penyakit saluran nafas kronik yang penting dan merupakan
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat
sehari-hari. Produktivitas menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat
didapat data jumlah pasien asma bronchiale pada enam bulan terakhir yaitu dari
yang intensif, peran perawat dalam usaha promotif, preventif, kuratif, dan
B. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari karya ilmiah ini dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tujuan umum
Jakarta.
2. Tujuan Khusus
bronchiale
asma bronchiale
asma bronchiale
asma bronkial
3
praktek
mencari solusi
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup karya ilmiah ini hanya terbatas pada Asuhan keperawatan
pada pasien Tn. S dengan asma bronkial di ruang IBA I Rumah Sakit Sumber
D. METODE PENULISAN
dalam bentuk narasi dan tehnik penggumpukan data sebagai bahan penulisan
1. Wawancara
Teknik ini dilakukan untuk menggali informasi dari pasien, keluarga dan tim
diperlukan.
4
2. Studi kasus
3. Studi kepustakaan
dan sumber lain untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berhubungan
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian.
( Staf pengajar,1998)
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
1998)
B. PATOFISIOLOGI
1. Etiologi.
kulit (skin lest) spasme brokus itu dianggap merupakan reaksi alergi.
atas.
rangsang (iritan) lain dan keadaan selalu lelah (staf pengajar, 1998)
mucus di jalan nafas, lalu mucus tersebut akan menghalangi aliran udara
nafas.
(Suparman, 1998).
3. Manifestasi Klinis.
nafas berbunyi. Pada serangan itu terjadi spasme otot dinding bronkus,
ekspirasi memanjang kaena udara tertahan oleh lender yang liat. Serangan
ini biasanya berlangsung selama satu sampai beberapa jam yang disusul
oleh batuk yang lama dengan pengeluaran dahak yang kental (Suparman dan
kelainan pada fisik dan fungsi paru. Pada penderita ini timbul gejala
asma bila ada faktor pencetus baik secara didapat, alamiah maupun
1998).
4. Komplikasi.
a. Status asmatikus
Keadaan ini ditandai dengan serangan sesak nafas yang berulang dan
ranting-ranting tengkorak.
b. Pnemonia
Pada asma dapat menyebabkan radang parenkin pada paru, hal ini terjadi
c. Gagal pernafasan.
bernafas.
11
C. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Tes diagnostik
a. Spirometri.
lebih.
c. Test kulit.
Untuk menunjukkan adanya tingkat spesifik dalam tubuh, test ini hanya
yang negatif tidak ada faktor kerentanan kulit, hal yang akhir dapat
terutama bila test kulit tidak dilakukan atau jika hasilnya kurang dapat
dipercaya.
e. Pemeriksaan radiologi.
asma berat. Pada keadaan tersebut dapat terjadi hypoxemia dan asidosis
respiratorik.
kronik.
h. Pemeriksaan sputum.
2. Terapi
a. Terapi medis
3). Kortikosteroid.
4). Kromolin.
obat asma yang lain dan efeknya akan terlihat setelah satu bulan.
5). Antibiotik.
b. Terapi keperawatan.
a. Fisioterapi
b. Psikoterapi.
Penderita dan keluarga harus tahu tentang apa yang disebut asma
dokter.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Data-data yang mungkin ada dan penting pada kasus ini antara lain :
15
a. Identitas klien
Yang terdiri dari nama, seks, umur, alamat, agama, pendidikan, dan suku
bangsa.
b. Riwayat keperawatan.
pada sesuatu baik debu, cuaca ataupun bau-bauan, bahkan asma itu
Sakit dengan keluhan sesak nafas, baik saat saat istirahat ataupun saat
lemah.
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pencernaan
2) Sistem integumen
Data obyektif pada klien didapatkan turgor kulit buruk, tidak elastis,
3) Sistem pernafasan
d. Pemeriksaan penunjang
1). Spirometri.
dengan berlari cepat selama 6 menit dan denyut jantung 80-90% dari
atau lebih.
test kulit yang negatif tidak ada faktor kerentanan kulit, hal yang akhir
4). Pemeriksaan kadar Ige total dan Ige spesifik dalam serum.
berarti dilakukan terutama bila test kulit tidak dilakukan atau jika
bronchitis kronik.
2. Diagnosa Keperawatan.
Adapun diagnosa yang mungkin ada pada kasus asma bronchiale adalah
sebagai berikut :
alveoli.
mual/muntah.
19
mal nutrisi.
minimalkan ruangan klien dari polusi seperti rokok, onitor analisa gas
alveoli.
keperawatan.
dalam batas normal, Pernafasan klien dalam batas normal, lien tidak
sesak.
otot-otot bantu bernafasan, atur posisi kepala dan posisi tidur klien (semi
pasien nafas dalam dan lambat, berikan lingkungan yang tenang dan
mual/muntah.
keperawatan.
Kriteria hasil : Klien dapat mencapai berat badan yang ditargetkan (0,5g
– 1 Kg / minggu), klien tidak mual dan muntah, berat badan klien stabil.
badan dan tinggi badan, catat derajat kesulitan makan, auskultasi bising
klien makan dalam porsi kecil tapi sering, timbang berat badan, sediakan
panas atau sangat dingin, konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk
mal nutrisi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi, seperti : rubor, colar, dolor,
secret pada tempat yang tertutup, cuci tangan baik perawat maupun
keperawatan.
pengobatan.
pertanyaan, anjurkan atau ajarkan klien untuk latihan nafas dalam dan
23
untuk batuk efektif, diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi
saluran nafas atas, kaji tingkat pengetahuan klien, rujuk untuk evaluasi
4. Evaluasi.
nyeri.
dilakukan.
24
pengobatan penyakitnya.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang asuhan keperawatan pada klien
Tn.S dengan asma bronciale yang dirawat di ruang IBA 1 Rumah Sakit Sumber
Waras Jakarta.
Adapun data yang penulis kumpulkan dari hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal 10 Agustus 2005 sampai dengan 12 Agustus 2005 adalah sebagai berikut
A. PENGKAJIAN
1. Data dasar.
a. Identitas klien.
Nama : Tn.S umur 35 tahun, agama Islam, Suku Jawa, Bahasa yang
alamat Jl. Kp Kebon 200 Rt. 06/02, Kamal, Kalideres Jakarta Barat,
asma bronchiale.
b. Riwayat Keperawatan.
mengeluh sesak nafas dan sudah minum obat warung napacin tapi
26
Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= pasien
27
riwayat asma.
klien, klien ingin pulang dan ingin kerja kembali, dengan keluarga
2x/hari, pakai sabun, sikat gigi 2x/hari pakai odol, cuci rambut 2-
28
c. Pemeriksaan fisik.
Berat badan klien sebelum sakit dan setelah sakit 65 Kg, dengan
tinggi badan 160 cm, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 86x/menit,
2. Sistem penglihatan.
Posisi mata simetris, kelopak mata normal dan pergerakan bola mata
3. Sistem pendengaran.
tidak ada cairan di telinga, perasaan penuh di telinga tidak ada, tidak
4. Sistem wicara.
5. Sistem pernafasan.
tidak ada sputum, tidak terdapat darah, suara wheezing positif, tidak
6. Sistem kardiovaskuler.
warna kulit pucat, pengisian kapiler 3 detik, tidak ada edema, untuk
7. Sistem hematologi.
V=6 M=5, tidak ada peningkatan tekanan intra kramial, tidak ada
patologis tidak.
9. Sistem pencernaan.
lidah tidak kotor, salifa normal, tidak ada muntah, nyeri daerah perut
tidak, bising usus 12x/menit, tidak ada diare, hepar tidak teraba, dan
abdomen lembek.
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, luka
Pola BAK rutin 5x/hari, jumlah 1200 cc/24 jam, tidak ada perubahan
kulit baik, tidak ada kelainan kulit, keadaan kulit pemasangan infus
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang,
sendi dan kulit tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang
d. Data penunjang.
N=60-100 mg%.
Foto thorax : Tidak menunjukkan adanya hasil yang spesifik, hasil dari
e. Penatalaksanaan.
f. Resume Kasus
Agustus 2005 jam 23.35 WIB dengan keluhan utama sesak nafas, nafas
terasa berat, nafas bertambah sesak jika klien berbaring, suara paru
timbul sejak kurang lebih 1 hari yang lalu, walaupun klien sudah minum
obat yang biasa dikonsumsi, tetapi tidak ada penurunan gejala, ada
pernafasan.
33
2. Data Fokus
sejak ±6 tahun yang lalu, saat ini serangan tetap berlanjut walaupun
dikeluarkan.
3. Analisa Data
a. Data subyektif : Klien mengatakan nafasnya sesak, batuk dan sulit untuk
mengeluarkan sekret.
28x/menit.
terengah – engah
mempunyai riwayat sesak nafas sejak ±6 tahun yang lalu, aat ini
napacin.
S = 37°C.
perawatan penyakit.
35
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Subyektif : Klien mengatakan nafasnya sesak, batuk, dan sulit untuk
mengeluarkan sekret.
Data Obyektif : Klien tampak sesak, suara paru wheezing saat di auskultasi,
28x/menit.
produksi sputum.
sulit keluar
riwayat sesak nafas sejak ±6 tahun yang lalu, saat ini serangan tetap
37°C.
Intervensi : auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, kaji / pantau
frekuensi pernafasan, catat adanya derajat dispnea, atur posisi kepala dan
posisi tidur klien (semi fowler), pertahankan polusi udara yang minimum
seperti debu, asap, dll, observasi karakteristik batuk, misal : menetap batuk
abdomen/ bibir.
klien posisi nyaman (semi fowler), emberikan therapi obat oral prednison 1
memberikan therapi obat oral prednison 1 tab dan OBH 1 cth, memberikan
ruangan.
produksi sputum.
vesicular
ajarkan keluarga untuk memberi posisi nyaman pada klien semi fowler
pertahankan polusi udara yang minimum seperti debu, asap, catat adanya
Obyektif : Rr = 24x/menit
tanda dan gejala, obat-obatan dan cara perawatan di rumah bila ada
serangan.
hal yang belum dimengerti, anjurkan pada klien mengulang kembali tentang
klien untuk mengulangi kembali tentang penjelasan tadi, Hasil : klien dapat
klien untuk mengingat cara dan penjelasan tentang apa yang sudah
diberikan.
penyakitnya.
banyak bertanya.
ruangan.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
ruangan dan dari status klien. Pada saat pengkajian klien dirawat di Rumah
Sakit untuk pertama kalinya. Keadaan umum klien tampak sakit sedang,
penulis menemukan data – data yang sama dengan teori seperti sesak, batuk
suara paru terdegar waheezing, lemas, menggunakan otot bantuan nafas, namun
pada teoritis ditemukan data berat badan menurun adanya siasonis, mual
muntah, sakit kepala, tetapi pada kasus tidak ditemukan data - data tersebut, hal
ini disebabkan pada pengkajian klien mengatakan tidak mual, muntah atau
pusing, kemudian klien juga baru masuk pada perawatan pada hari pertama dan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
42
informasi.
diagosa yang muncul sesuai teori yaitu gangguan pola pernafasan berhubungan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak diangkat karena tidak
ada data yang menunjang yaitu mual dan muntah, sedangkan resiko tinggi
43
infeksi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh yang tidak muncul
C. INTERVENSI
dengan prioritas masalah dan sesuai dengan kebutuhan utama klien dan
menganut pada teori Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa nyaman,
terutama pernapasan, auskultasi suara paru, rubah posisi klien semi fowler. Pada
produksi sputum dilakukan tindakan yaitu catat adanya derajat dispnea, kaji
frekuensi pernafasan.
beraturan atau berurutan (pengertian asma, penyebab asma, tanda dan gejala
asma, proses penyakit asma, komplikasi asma dan penatalaksanaan asma). Hal
ini dikarenakan situasi dari penulis yang kurang sistematis dalam penulisan
lembar balik mengingat waktu yang begitu cepat dalam proses pembuatan
44
dilaksanakan.
D. IMPLEMENTASI
intervensi beri perawatan luka dan penggantian balutan tidak dilakukan karena
keluarga kooperatif dan tidak lepas dari adanya kerjasama dengan perawat
yaitu kerja sama dengan perawat ruangan tidak terjalin efektif misalnya dalam
E. EVALUASI
45
pasien yaitu untuk masalah gangaguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
ditensi jaringan usus oleh inflamasi teratasi klein telah dioperasi apendiktomi,
gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi bedah
teratasi sebagian karena klien melakukan teknik relaksasi dan latihan napas
dalam. Untuk masalah infeksi tidak terrjadi karena tidak ada tanda-tanda
infeksi, luka kering dan tidak kotor, masih di berikan therapy antibiotik
mengenai cara perawatan luka, teknik pereda nyeri, dan diet untuk klien post
apendiktomi.
46
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis menampilkan kesimpulan yang diambil dari hasil
A. KESIMPULAN
masalah yang timbul pada Tn. S ini merupakan masalah asma bronchiale yang
terjadi akibat adanya alergi terhadap udara dingin pada diri klien, sehingga
pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik ada data yang menonjol yaitu sesak
nafas, batuk sputum susah dikeluarkan, terdengar suara paru wheezing, ronkhi.
Maka berdasarkan data fokus, diagnosa yang muncul pada kasus asma
bronchiale adalah, ganguan pola pernapasan, tidak efektif bersihan jalan nafas
klien nafas dalam, tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi yang nyaman
menurut klien. Pada diagnosa tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan
dengan peningkatan produksi sputum, yaitu auskultasi bunyi nafas, ukur tanda –
dan gejala, obat - obatan dan perawatan di rumah tentang asma bronchiale.
posisi yang nyaman menurut klien, pada diagnosa tidak efektif bersihan jalan
bunyi nafas, mengukur tanda – tanda vital.. Sedangkan pada diagnosa kurang
48
ganguan pola pernafasan masalah teratasi sebagian, tidak efektif bersihan jalan
B. SARAN
baronchiale selain itu juga klien harus selalu mempunyai persedian obat
anti asma di rumah untuk pengobatan dini pada saat kambuh yang
2. Kepada perawat
data – data yang dianggap penting mengenai pasien ada dan itu sangat
pasien.
50
51
52
53