Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
produksi air kencing dan keadaan-keadaan yang idiopatik. Lokasi batu saluran kemih
dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolithiasis) dan bila akan keluar terhenti di ureter
Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di
Indonesia maupun dunia. Pravelensi Penyakit batu diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa
dan 6% pada wanita dewasa, 7% batu ginjal didapatkan pada anak (Worcester&Coe,2009).
Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan
Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah
Sistem perkemihan atau sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri atas empat komponen yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
dan uretra.
1. Ginjal
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada
dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya
ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap –
tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari
tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus,
yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan
banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk
kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang
berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian
menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam
berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus
distal.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil
renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing
renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari
papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
b. Fungsi Ginjal
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
atau basa.
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas
3) Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa
mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan
bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut
(vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke
dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone
2. Ureter
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan
fibrosa), Lapisan tengah otot polos dan Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
a) Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat
vesika umbilikalis.
d) Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi
spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol
volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra
medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut
maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari)
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan
masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi
lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung
kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra berjalan berkelok –
kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
a) Uretra Prostaria
b) Uretra membranosa
c) Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena
– vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak
di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
2. Klasifikasi Nefrolitiasis
a. Batu Kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan batu
jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur
tersebut.
1) Hiperkalsiuri
tulang.
3) Hiperurikosuria
4) Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat sedikit.
5) Hipomagnesuria
b. Batu Struvit
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
Batu sistin, batu xanthine, batu triamteran, dan batu silikat sangat jarang dijumpai.
d. Obstruksi kronik oleh benda asing di dalam traktus urinarius dan kelebihan
4. Faktor Resiko
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam urat, kondisi
medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi urinitu sendiri.
(seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus
perasaan nyeri pada epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam
perut, pada benjolan yang ada dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda
asing di area di mana kalkulus dapat menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis
yang muncul bergantung pada area obstruksinya, batu yang terpecah dapat menyumbat
b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
c. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-
f. Hematuria.
7. Komplikasi
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
e. Obstruksi ginjal
f. Urotiliasis.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa :
2) pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet
c. Hormon Paratyroid
kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut
bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
2) Terapi mekanik (Litotripsi)
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling
Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
3) Tindakan bedah
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sebsis dan obstruksi urinarius
pasase batu.
4) Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus
urinarius.
nyeri.
kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
1. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
2) Keluhan Utama
di bawa ke RS.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
6) Riwayat psikososial
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan
produksi sexual.
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada
a) Keadaan Umum
- Kesadaran komposmetis.
b) Kulit
- Teraba panas.
- Penampilan pucat.
c) Pernafasan
d) Cardio Vaskuler
- Takicardi.
e) Gastro Intestinal
f) Sistem Integumen
- Tampak pucat.
g) Geneto Urinalis
c) Pemeriksaan IVP
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
3. Perencanaan Keperawatan
berikut (sebutkan 1-5 : tidak patuh, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) :
(sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada ) :
- Gelisah
3) Pasien akan :
kenyamanan
interpersonal.Rencana tindakan
Intervensi keperawatan
akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah dan
- Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
dan terapeutik.
8. Aktivitas kolaboratif :
- Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
dimasa lalu.
Rasional
pada saraf nyeri sehingga bisa mengurangi nyeri secara tepat dan cepat
3. Analgesic dalam dosis tinggi dapat berbahaya bagi tubuh bahkan dapat
dirasakan pasien.
perjalanan nyeri maupun terapi yang diberikan supaya keluarga paham dan
dan ilmu praktisi dengan kawan sejawat maupun seprofesi kesehatan lainnya
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau
luas) :
- Deskripsi nefrolitiasis
Intervensi keperawatan :
belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar perilaku yang konduksif untuk
jenis pengalaman sensorik dan peristiwa yang dihubungkan dengan prosedur atau
atau kelompok
8. Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
mendiskusikan masalahnya.
Rasional
dan pencegahannya
2. Memdukung perawatan home care atau rawat jalan sesuai kebutuhan dan keinginan
pasien.
3. Menginformasikan kepada pasien agar pasien siap mental dan tahu cara mengatasi
4. Sebagai aktivitas atau imunitas untuk dapat menghindari dan mencegah penyakit
5. Penggunaan zat dan obat-obat narkotik dapat memperparah keadaan pasien dengan
nefrolitiasis
kedepannya
7. Penyuluhan obat /resep agar pasien tepat obat, tepat dosis pemberian dan tepat
waktu pemberian.
9. Agar pasien lebih aktif dan efektif dalam berbicara dan supaya keadaan tidak bosan.
10. Untuk menyampaikan informasi tentu narasumber harus dipercayai dulu supaya
informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik dan dijalankan dengan efektif.
Implementasi :
TD : 120/70 mmHg
N : 75 x/i
S : 36.4 OC
P : 20 x/i
MAP : 86
2. Memberikan posisi semi fowler. Setelah diberikan posisi semi fowler pasien
Hasil : pasien bisa melakukan sendiri teknik napas dalam dan nyeri perlahan
berkurang
Implementasi :
dikemudian hari.
O: TD : 120/70 mmHg
N : 75 x/i
S : 36.4 OC
P : 20 x/i
MAP : 86
P : Lanjutkan intervensi
penyakit nefrolitiatis
P : Lanjutkan intervensi
pascabedah
DISCHARGE PLANNING
A. Discharge Planning
1. Pengertian
pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar
pasien dapat mencapai kesehatan optimal dan mengurangi biaya rumah sakit
(Rakhmawati, 2013).
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawat baik dalam proses penyembuhan
kembali ke lingkungannya (Kozier, 2004). Proses ini dimuali sejak pasien masuk rumah
merupakan proses perencanaan bagi pasien dan keluarganya yang berkelanjutan dimulai
sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien siap kembali ke lingkungannya dengan
Status kesehatan pasien. Pada pasien dengan batu ginjal, discharge planning bertujuan
bukan hanya meningkatkan kesehatan pasien tetapi juga mencegah batu ginjal berulang.
maksimal setelah pasien pulang. Artinya, melalui discharge planning yang dilakukan di
rumah sakit, pasien akan dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya di
pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, mengurangi kunjungan ulang pasien ke
pasien sejak pasien diterima di rumah sakit. Proses ini dilakukan multidisiplin, meliputi
keperawatan, medis, gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Melalui discharge planning informasi
tertulis maupun verbal akan disampaikan pada pasien dan keluarganya, sehingga dapat
meningkatkan bekal pengetahuan bagi pasien dan keluarga jika mereka pulang.
Pelaksanaan discharge planning menurut Potter & Perry (2004) dimulai dari
pengkajian pada saat pasien masuk rumah sakit, yakni pengkajian mengenai kebutuhan
sumber finansial, tingkat pendidikan, dan hambatan yang pasien miliki. Pengkajian ini
Faktor resiko penyakit pasien, komplikasi, dan upaya pencegahan yang dapat
dilakukan pasien di rumah. Kolaborasi dengan tim pelayanan kesehatan yang lain
planningsecara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni discharge planning sebelum
hari pemulangan pasien dan pada hari pemulangan pasien. Pelaksanaan pada saat
pengobatan). Sedangkan pada saat hari pemulangan pasien, maka pasien diberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum atau kurang dipahami dan hal-
hal yang ingin diketahui lebih lanjut. Evaluasi kegiatan discharge planning dilakukan
sesuai dengan pendidikan kesehatan yang sudah didiskusikan bersama pasien dan
Materi pendidikan :
Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.