Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir dari siklus hidup

manusia yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap

individu yang berusia panjang. Pada tahap ini akan terjadi perubahan atau

penurunan struktur dan fungsi seluruh sistem dalam tubuh yang disebut

dengan proses degeneratif, yang akan menimbulkan terjadinya berbagai

masalah kesehatan baik masalah fisik, psikologis, maupun sosial Masalah

fisik yang muncul dapat berkembang menjadi masalah lain seperti masalah

ekonomi, sosial, budaya dan masalah psikologis (W. Hadi, 2013).

Sedangkan menurut Rudimin (2017), lansia (lanjut usia) adalah kelompok

penduduk yang berumur tua. Masalah dalam kesehatan lansia cukup luas

dan bervariasi, secara umum masalah tersebut adalah seperti terjatuh,

sesak, sakit kepala, dan gangguan tidur.

Aspek utama dari peningkatan kesehatan bagi lansia antara lain

pemeliharaan tidur. Lansia kebanyakan beresiko mengalami gangguan

tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya pensiunan dan

perubahan pola sosial, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan

penggunaan obat-obatan, penyakit yang baru saja dialami, perubahan

irama sirkandia. Meskipun perubahan pola tidur dianggap sebagai bagian

normal dari proses penuaan, tetapi informasi terbaru menunjukkan bahwa


banyak dari gangguan ini yang berkaitan dengan proses patologis yang

menyertai penuaan (Stanley, 2007).

Dalam sebuah survei di Amerika Serikat yang dilakukan pada 428

lansia yang tinggal dalam masyarakat, sebanyak 19% subjek mengaku

bahwa mereka sangat mengalami kesulitan tidur, 21% merasa mereka tidur

terlalu sedikit, 24% melaporkan kesulitan tertidur sedikitnya sekali

seminggu, dan 39% melaporkan mengalami mengantuk yang berlebihan di

siang hari (Sohat, 2014).

Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang

berusia 65 tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering

ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia mengalami

insomnia, dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur. Prevalensi

insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Foerwanto, 2016).

Di Weru kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017 gangguan tidur

ditemukan pada lansia, mereka mengalami gangguan tidur serius

diperkirakan sekitar 38% dan sekitar 14% mengalami gangguan tidur.

Diperkirakan setiap tahun 15-50% lansia mengalami gangguan pada

tidurnya.

Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang

sering dihadapi oleh lansia. Kondisi ini membutuhkan perhatian yang

serius. Buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya

latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan biasanya terbangun lebih

awal karena proses penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan


penurunan fungsi neurontransmiter yang ditandai dengan menurunnya

distribusi norepinefrin. Hal tersebut menyebabkan perubahan irama

sirkadian, dimana terjadi perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4.

Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase ke 4 (Oktoro, 2016).

Menurut Sahanantya (2014), dalam penyembuhan gangguan tidur

terapi nonfarmakologis sangat diperlukan. Terapi nonfarmakologis dapat

dilakukan dengan cara pemberian terapi musik. Musik sudah lama menjadi

bagian dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur.

Musik juga bisa menjadi terapi. Musik diberikan untuk meningkatkan,

mempertahankan dan mengambalikan kesehatan mental, fisik, emosional,

dan spiritual seseorang. Terapi musik termasuk dalam terapi pelengkap

(complementary therapy), di mana terapi musik sebagai teknik yang

digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan

bunyi atau irama tertentu.

Berdasarkan hasil survei sementara yang dilakukan oleh peneliti di

wilayah kerja puskesmas Weru Sukoharjo, terdapat sekitar 62 lansia

mengalami gangguan tidur. Dari hasil wawancara peneliti saat ini terdapat

sekitar 53 lansia yang mengalami insomnia dan 9 lansia mengalami susah

untuk tidur kembali setalah terbangun dimalam hari. Dari hasil wawancara

di wilayah tersebut kebanyakan lansia susah tidur karena kecemasan dan

banyak pikiran, dan juga ada karena penyakit arthritis. Dari hasil

penelitian menyatakan bahwa musik karawitan jawa ataupun gamelan

sangat cocok dengan selera lansia dan relevan dengan tingkat pendidikan
serta pengalaman lansia sebelumnya. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh “Terapi Musik

Tradisional Gamelan Terhadap Gangguan Tidur Pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Weru Sukoharjo”, dimana penelitian mengenai terapi

musik belum pernah dilakukan di daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari hasil studi pendahuluan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi musik

tradisional gamelan terhadap gangguan tidur pada lansia di wilayah kerja

puskesmas Weru Sukoharjo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi musik tradisional gamelan

terhadap gangguan tidur pada lansia di wilayah kerja puskesmas

Weru Sukoharjo.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh terapi musik tradisional gamelan

2. Untuk mengetahui gangguan tidur sesudah dan setelah pemberian

terapi musik tradisional gamelan.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi masyarakat

Penlitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat bahwa terapi musik tradisional gamelan dapat

mempengaruhi tidur lansia.

1.4.2 Bagi Instansi Terkait Khususnya Puskesmas Weru Sukoharjo

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

dalam pengambilan kebijakan ataupun perbaikan program terkait

strategi dalam mengurangi gangguan tidur lansia.

1.4.3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar bagi

peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih

mendalam tentang terapi musik tradisonal terhadap gangguan tidur

pada lansia.

Vous aimerez peut-être aussi