Vous êtes sur la page 1sur 21

REKAYASA GENETIKA DAN PROYEK GENOM MANUSIA

OLEH ;

I GUSTI AYU AGUNG WIDYA ADNYANI ( 182301001 )

I DEWA GDE AGUNG PRIYA WAHYU UTAMA ( 182301010 )

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2018

i
KATA PENGANTAR

“ OM SWASTI Astu “ Puji Syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami kelompok I dapat
menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul “ Rekayasa Genetika dan Proyek
Genom Manusia “ dapat diselesaikan tepat waktu.

Pada kesempatan ini kami kelompok I mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Tika.,M.Si yang telah memberikan tugas makalah sehingga kami dapat
mengembangkan dan menambah wawasan di bidang IPA Masa Depan dan tata cara penulisan
makalah.

2. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan IPA yang telah banyak memberikan
masukan untuk penyempurnaan makalah ini.

Kami kelompok I menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna seperti apa yang
diharapkan, untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Mudah
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca, tidak lupa mohon maaf kami
ucapkan atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini baik sengaja
maupun tidak sengaja,

“Om Santhi,santhi,Santhi Om “

Singaraja, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................... i
Kata pengatar ............................................................................................................. ii
Daftar isi ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
1.4 Tujuan ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1. Pengertian Rekayasa Genetika dan Proyek Genom Manusia ................... 3
2.1.1 Pengertian Rekayasa Genetika ................................................................ 3
2.1.2 Pengertian Proyek Genom Manusia......................................................... 3
2.2. Proses Rekayasa Genetikan dan Proyek Genom Manusia.......................... 4
2.2.1 Pengertian Rekayasa Genetika ............................................................... 4
2.2.2. Pengertian Proyek Genom Manusia ...................................................... 4
2.3. Proses Rekayasa Genetikan dan Proyek Genom Manusia ........................ 5
2.3.1 Proses Rekayasa Genetika ..................................................................... 5
2.4 Pemanfaatan Rekayasa Genetikan dan Proyek Genom Manusia ............. 9
2.4.1 Pemanfaatan Rekayasa Genetika............................................................ 9

2.4.2 Pemanfaatan Proyek Genom Manusia ................................................... 16


BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bioteknologi merupakan teknologi yang dikembangkan dengan memanfaatkan organisme,


baik secara utuh maupun bagian - bagiannya saja untuk menghasilkan produk yang bermanfaat
bagi manusia. Perkembangan bioteknologi modern telah sampai pada pemanfaatan organisme
pada level molekulernya dan terkait dengan rekayasa genetika. Rekayasa genetika melibatkan
manipulasi - manipulasi gen pada organisme sehingga dapat dimanfaatkan baik di bidang
pertanian, kesehatan, lingkungan, industri, dan lainnya
Secara konvensional, pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah
dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman sejak zaman
dahulu. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman tersebut
menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Prinsip rekayasa genetika sama
dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambahkan sifat-
sifat ketahanan terhadap cekaman mahluk hidup pengganggu maupun cekaman lingkungan yang
kurang menguntungkan serta memperbaiki kualitas nutrisi makanan. Rekayasa genetika adalah
kelanjutan dari pemuliaan secara tradisional. Dalam arti paling luas, rekayasa genetika
merupakan penerapan genetika untuk kepentingan manusia akan tetapi masyarakat ilmiah
sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik
genetika molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem
ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu. Obyek rekayasa genetika mencakup
hampir semua golongan organisme, mulai dari virus, bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan
tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak
berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain, seperti ilmu pangan,
kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga
telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing.
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang biologi molekuler dan bioteknologi
membawa pengaruh besar dalam penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam
berbagai bidang. Bidang kajian biologi molekuler mulai berkembang setelah Watson dan Crick
pada tahun 1953 berhasil menemukan struktur untai ganda (double helix) DNA yang menjadi
dasar perkembangan cabang ilmu bioteknologi. Berdasarkan struktur untai ganda DNA,
ilmuwan-ilmuwan di bidang biologi molekuler dapat melakukan serangkaian eksperimen terkait
struktur unik tersebut. Keingintahuan para ilmuwan akhirnya mendorong terwujudnya sebuah
proyek besar yang dinamai Proyek Genom Manusia pada tahun 1990. Perkembangan
bioteknologi di bidang kesehatan mendukung pula perkembangan terapi gen sebagai salah satu
alternatif solusi masalah kesehatan. Terapi gen dapat digunakan untuk terapi penyakit, baik yang
bersifat genetis maupun yang bukan. Adanya terapi gen memberikan pilihan lain bagi penderita
penyakit tertentu untuk memilih metode pengobatan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari rekayasa genetika dan proyek genom manusia ?
2. Bagaimana proses terjadinya rekayasa genetika dan proyek genom manusia ?
3. Bagaimana penerapan atau manfaat dari rekayasa genetika dan proyek genom manusia ?
1.3. Manfaat

1. Rekayasa genetika melibatkan manipulasi - manipulasi gen pada organisme sehingga


dapat dimanfaatkan baik di bidang pertanian, kesehatan, lingkungan, industry.
2. Proyek Genom Manusia dapat membantu penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
manusia dalam berbagai bidang khususnya bidang kesehatan.

1.4. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari rekayasa genetika dan proyek genom
manusia.
2. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya rekayasa genetika dan proyek genom manusia.
3. Mahasiswa memahami penerapan atau manfaat dari rekayasa genetika dan proyek
genom manusia.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.2 Pengertian Rekayasa Genetika dan Proyek Genom Manusia


2.2.1 Pengertian Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika atau rekombinan DNA adalah kumpulan teknik-teknik
eksperimental memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan
melipatgandakan suatu fragmen dari materi genetika (DNA) dalam bentuk
murninya.Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian diharapkan dapat
memberihkan sumbangan,baik dalam membantu memahami mekanisme-mekanisme dasar
proses metabolisme tanaman maupun dari segi aplikasi praktis seperti pengembangan
tanaman-tanaman pertanian dengan sifat unggul .Yang disebut terakhir bisa berupa
pengklonan dan pemindahan gen-gen penyandi sifat-sifat ekonomis penting pada
tanaman,maupun pemanfaatan klon-klon DNA sebagai masker (penanda) di dalam
membantu meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemulihan tanaman.
Rekayasa genetika juga dapat diartikan sebagai suatu usaha memanipulasi sifat genetik
suatu makhluk hidup untuk menghasilkan makhluk hidup yang memiliki sifat yang
diinginkan. Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau
menggabungkan dua materi genetik (DNA) yang berasal dari dua organisme berbeda. Hasil
penggabungan dua materi genetik yang berasal dari dua organisme yang berbeda disebut
DNA rekombinan.
Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari
sumber yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih
singkat. Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai
organisme maupun produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetika meliputi teknologi DNA
Rekombinan yaitu pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara
penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk
terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan
sebagai sel inang.

2.2.2 Pengertian Proyek Genom Manusia

Proyek genom manusia memiliki arti yang sangat penting karena katalog gen
manusia mengandung sebuah gambaran pada sekuan setiap gen di dalam genom, hal ini
akan menjadi sangat berharga bahkan untuk bertahun-tahun fungsinya pada beberapa gen
lain yang belum diketahui. Selain itu tidak hanya berisi sekuan pada sebagian coding setiap
gen, tetapi juga mengatur daerah masuknya gen ini. Salah satu dari beberapa gen ini
memiliki kasalahan dalam menjalankan fungsinya sehingga menyebabkan sebuah penyakit
genetik, berhubungan dengan hal ini katalog gen manusia akan secepatnya mengatasi gen ini
dan menjadikan hal tersebut sebagai suatu pelajaran dalam mencapai strateginya untuk
mencapai ketahanannya. Proyek genom manusia merupakan hal yang sangat penting, karena
genom manusia telah menjadi fokus penelitian di bidang.
Pemetaan genom manusia serta karyotyping memungkinkan adanya rekayasa gen-gen
tertentu demi menghasilkan ekspresi gen yang diharapkan. Rekayasa genetika merupakan
suatu sistem modifikasi genetik pada genom organisme menggunakan metode-metode dalam
bioteknologi. Rekayasa genetika memungkinkan dilakukannya manipulasi gen-gen sehingga
ekspresi gen dapat dikontrol dan produknya dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu
(Chaterine, 2010). Teknik ini sudah banyak dimanfaatkan untuk merekayasa gen fungsional
serta sudah banyak pula dimanfaatkan untuk memproduksi organisme-organisme transgenik
(Genetically Modified Organism)

Karyotipe manusia (Gambar 1) menggambarkan keseluruhan genom manusia,


memvisualisasi sel-sel, dan kromosom individual (Biomnis, 2016). Modifikasi genetik
memungkinkan adanya perubahan pada pasangan basa, pemotongan fragmen DNA tertentu,
maupun penambahan atau insersi suatu gen. DNA dari suatu organisme diisolasi untuk
kemudian dikombinasi dengan DNA target lainnya.

2.3 Proses Rekayasa Genetikan dan Proyek Genom Manusia


2.3.1 Proses Rekayasa Genetika
Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui
teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut
adalah isolasi DNA genomik/kromosom yang akan diklon, pemotongan molekul DNA
menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, penyisipan fragmen DNA ke dalam
vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan
molekul DNA rekombinan, pengklonaan vektor pembawa DNA rekombinan, dan
identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan. Bakteri merupakan sel inang yang
paling umum digunakan untuk mengklonaan gen, terutama karena mudahnya DNA dapat
diisolasi dari dan dimasukkan kembali ke dalam sel tersebut. Kultur bakteri juga tumbuh
cepat dan secara cepat mereplikasi setiap gen asing yang dibawanya.
1. Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan mempersiapkan dua jenis DNA yaitu plasmid bakteri
yang akan digunakan sebagai vektor dan DNA yang mengandung gen yang diinginkan.
Plasmid yang dipilih merupakan plasmid yang mengandung amp-R (gen pengkode sifat
resisten terhadap antibiotik amphisilin) dan lac Z (pengkode enzim β-galaktosidase).
Kemudian dilakukan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat dilakukan
baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara
enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah selanjutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel
yang relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik,
sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat
seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot langkah ini
harus disertai dengan perusakan membran nukleus.
Setelah sel mengalami lisis, remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya
pembuangan remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi
menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi
dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari
protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse
untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian
dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi
kerapatan menggunakan CsCl.
2. Pemotongan Molekul DNA
Tahap kedua dalam rekayasa genetika adalah pemotongan molekul DNA, baik
genomik maupun plasmid. Perkembangan teknik pemotongan DNA berawal dari saat
ditemukannya enzim restriksi dan modifikasi DNA pada bakteri E. coli, yang berkaitan
dengan infeksi virus atau bakteriofag.
Tempat pemotongan pada kedua untai DNA sering kali terpisah sejauh beberapa
pasang basa. Pemotongan DNA dengan tempat pemotongan semacam ini akan menghasilkan
fragmen-fragmen dengan ujung 5’ yang runcing karena masing-masing untai tunggalnya
menjadi tidak sama panjang. Dua fragmen DNA dengan ujung yang runcing akan mudah
disambungkan satu sama lain sehingga ujung runcing sering pula disebut sebagai ujung
lengket (sticky end) atau ujung kohesif.
3. Ligasi Molekul–molekul DNA
Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim restriksi harus
menghasilkan ujung-ujung potongan yang kompatibel. Artinya, fragmen-fragmen DNA
genomik nantinya harus dapat disambungkan (diligasi) dengan DNA vektor yang sudah
berbentuk linier.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen DNA secara in
vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri. Kedua, ligasi
menggunakan DNA ligase dari sel-sel E. coli yang telah diinfeksi dengan bakteriofag T4 atau
lazim disebut sebagai enzim T4 ligase. Jika cara yang pertama hanya dapat digunakan untuk
meligasi ujung-ujung lengket, cara yang kedua dapat digunakan baik pada ujung lengket
maupun pada ujung tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga yaitu pemberian enzim
deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’. Dengan
untai tunggal semacam ini akan diperoleh ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat
diligasi menggunakan DNA ligase.
Suhu optimum bagi aktivitas DNA ligase sebenarnya 37ºC. Akan tetapi, pada suhu
ini ikatan hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujung lengket akan menjadi
tidak stabil dan kerusakan akibat panas akan terjadi pada tempat ikatan tersebut. Oleh
karena itu, ligasi biasanya dilakukan pada suhu antara 4 dan 15ºC dengan waktu inkubasi
yang diperpanjang.
4. Transformasi Sel Inang
Tahap berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil pemotongan DNA
genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul-molekul DNA tersebut
menggunakan teknik elektroforesis. Jika hasil elektroforesis menunjukkan bahwa fragmen-
fragmen DNA genomik telah terligasi dengan baik pada DNA vektor sehingga terbentuk
molekul DNA rekombinan, campuran reaksi ligasi dimasukkan ke dalam sel inang agar
dapat diperbanyak dengan cepat. Dengan sendirinya, di dalam campuran reaksi tersebut
selain terdapat molekul DNA rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan
DNA plasmid yang tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi
ke dalam sel inang ini dinamakan transformasi karena sel inang diharapkan akan mengalami
perubahan sifat tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.
Teknik transformasi pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh M. Mandel
dan A. Higa, yang melakukan transformasi bakteri E. coli. Sebelumnya, transformasi pada
beberapa spesies bakteri lainnya yang mempunyai sistem transformasi alami seperti Bacillus
subtilis telah dapat dilakukan. Kemampuan transformasi B. subtilis pada waktu itu telah
dimanfaatkan untuk mengubah strain-strain auksotrof (tidak dapat tumbuh pada medium
minimal) menjadi prototrof (dapat tumbuh pada medium minimal) dengan menggunakan
preparasi DNA genomik utuh. Baru beberapa waktu kemudian transformasi dilakukan
menggunakan perantara vektor, yang selanjutnya juga dikembangkan pada transformasi
E.coli.
Hal terpenting yang ditemukan oleh Mandel dan Higa adalah perlakuan kalsium
klorid (CaCl2) yang memungkinkan sel-sel E. coli untuk mengambil DNA dari bakteriofag l.
Pada tahun 1972 S.N. Cohen dan kawan-kawannya menemukan bahwa sel-sel yang
diperlakukan dengan CaCl2 dapat juga mengambil DNA plasmid. Frekuensi transformasi
tertinggi akan diperoleh jika sel bakteri dan DNA dicampur di dalam larutan CaCl 2 pada
suhu 0 hingga 5ºC. Perlakuan kejut panas antara 37 dan 45ºC selama lebih kurang satu menit
yang diberikan setelah pencampuran DNA dengan larutan CaCl2 tersebut dapat
meningkatkan frekuensi transformasi tetapi tidak terlalu esensial. Molekul DNA berukuran
besar lebih rendah efisiensi transformasinya daripada molekul DNA kecil.
5. Pengklonaan Sel dan Gen Asing
Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang
mengandung amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium yang akan
memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh karena
adanya resistensi dari amp-R. Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi koloni
bakteri yang mengandung gen asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis oleh β-
galaktosidase menghasilkan produk berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang
mengandung plasmid dengan gen β-galaktosidase utuh akan berwarna biru. Tetapi jika suatu
plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam gen lacZ-nya maka koloni sel yang
mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena sel tersebut tidak bisa menghasilkan
β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.
6. Identifikasi Klon Sel yang Membawa Gen yang Diinginkan
Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan
diidentifikasi menggunakan metode hibridisasi asam nukleat. Dalam pengujian hibridisasi
DNA, DNA dari virus atau sel akan didenaturasi dengan larutan basa sehingga kedua untai
DNA-nya terpisah. Untai–untai tunggal DNA dilekatkan pada medium solid, misalnya
membran nitroselulosa atau nilon, sehingga untai–untai tersebut tidak bersatu kembali. DNA
akan menempel pada membran melalui tulang punggung gula- fosfatnya sehingga basa
nitrogennya terletak menjulur kearah keluar. Untuk mengkarakterisasi atau mengidentifikasi
DNA target, maka pada membran ditambahkan molekul DNA dan RNA untai tunggal yang
disebut probe dan didalam larutan buffer. Akibatnya, akan terbentuk ikatan hidrogen di
antara basa–basa yang komplementer. Probe yang dinamai sedemikian rupa karena
digunakan untuk mencari sekuens DNA, diberi label dengan suatu gugus reporter. Reporter
bisa berupa isotop radioaktif atau enzim yang kehadirannya mudah dideteksi.
Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan dalam
kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen tersebut
dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk mengidentifikasi
gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber lain.

2.4 Pemanfaatan Rekayasa Genetikan dan Proyek Genom Manusia


2.4.1 Pemanfaatan Rekayasa Genetika
Penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai
produk yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya.
Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi
genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Genetically Modified
Organism (GMO).
Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal
oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh
pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.
1. Bidang Pertanian dan Peternakan
Teknik bioteknologi tanaman di bidang pertanian telah dimanfaatkan terutama untuk
memberikan karakter atau sifat baru pada berbagai jenis tanaman. Beberapa contoh
aplikasi rekayasa genetika di bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman
transgenik yang memiliki sifat: 1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida); 2)
tahan terhadap hama dan penyakit tertentu; 3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya
tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta-karoten dan vitamin A,
kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, kentang dan pisang yang berkhasiat obat, dll.); 4)
dapat mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen
disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri); dan
5) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan
tanah dengan kandungan garam tinggi).
Teknologi pemindahan gen atau transformasi gen untuk mendapatkan tanaman
transgenik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Contoh
transfer gen secara langsung adalah perlakuan pada protoplas tanaman dengan
eletroporasi atau dengan polyethyleneglycol (PEG), penembakan eksplan gen dengan
gene gun atau di vortex dengan karbit silikon. Teknik pemindahan gen secara tak
langsung dilakukan dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens.

1) Metode elektroporasi.
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas, perlakuan polythyleneglycol (PEG) pada protoplas dan
kombinasi antara dua perlakuan tersebut diatas. PEG memudahkan presipitasi DNA dan
membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid mengalami
degradasi dari enzim nuklease. Sedangkan elektroporasi dengan perlakukan listrik voltase
tinggi meyebabkan permeabilitasi tinggi untuk sementara pada membran sel dengan
membentuk pori-pori sehingga DNA mudah penetrasi kedalam protoplas. Integritas
membran kembali membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah
perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil dengan sukses ditransformasi melalui
elektorporasi dengan efisien antatar 0,1 – 1 %. Salah satu kelemahan penggunaan
protoplas sebagai eksplan untuk transformasi adalah sulitnya regenerasi dari protoplas,
dan variasi somaklonal akibat panjang periode kultur
2) Karbid silikon (silicon carbide)
Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam transformasi tanaman
tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung, dan turfgrass adalah penggunaan
karbid silikon (silicon carbide). Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur
dengan serat silicon carbide dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan
kedalam tabung Eppendorf, kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan
vortex. Serat karbid berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk
memudahkan transfer DNA kedalam sel tanaman. Metode ini telah digunakan dan
menghasilkan tanaman jagung transgenik yang fertil.
3) Penembakan partikel (Particle bombardment)
Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan metoda gene
gun atau particle bombardment. Metode transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan
menembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan tanaman. Dengan cara
partikel dan DNA yang ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian
DNA melarut dan tersebar dalam secara independen. Telah didemonstrasikan bahwa
teknik ini efektif untuk metransfer gen pada bermacam–macam eksplan. Penggunaan
senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi
kerusakan sel selama proses penembakan berlangsung. Penggunaan particle
bombardment membuka peluang dan kemungkinan lebih muda dalam memproduksi
tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi dengan
Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan turfgrass..
4) Metode transformasi yang dilakukan atau diperantara oleh Agrobacterium
tumefaciens.
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media vektor
Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk melakukan transformasi
tanaman, terutama tanaman kelompok dikotil. Bakteri ini mampu mentransfer gen
kedalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf disc)
atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi beregenerasi tinggi.
2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
a. Bidang Perkebunan
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya
lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan
perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih
kuat dan juga ketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang
berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus
thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang bekerja seperti insektisida
(insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al.,
1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang,
aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein
yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau cry Bt
sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang
mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein
kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada
tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah
lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah
terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan.
b. Bidang Kehutanan
Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki
struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia
falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai
ekonomis yang digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan
rumah tangga, pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga baik
ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan
pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman sengon
transgenik yang mengandung gen xyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan
mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi
tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan.
c. Bidang Florikultur
Florikultur merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.
Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk
kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan di Floristry
dengan menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta berbagai
produksi hasil tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru bagaimana cara
menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan
mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain telah
diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama serta
lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis
tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa
kesegaran bunga yang lebih panjang.
3. Bidang Farmasi dan Industri
Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis
obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis
berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri
farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-
produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen
untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang
mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah
besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit.
1) Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β kelenjar
Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula darah (kadar
gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh tubuh kita
dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar pankreas
mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah tubuh
membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia atau
dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat menyebabkan
penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I). Insulin terdiri dari
51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A dan B yang
dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
terdiri dari 30 asam amino.
3) Pengklonaan sel dan gen asing
Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang
mengandung amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium yang
akan memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh
karena adanya resistensi dari amp-R. Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi
koloni bakteri yang mengandung gen asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis
oleh β-galaktosidase menghasilkan produk berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang
mengandung plasmid dengan gen β-galaktosidase utuh akan berwarna biru.
Tetapi jika suatu plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam gen
lacZ-nya maka koloni sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena
sel tersebut tidak bisa menghasilkan β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.
4) Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan
Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan
diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat. Probe adalah rantai RNA atau rantai
tunggal DNA yang diberi label isotop radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat
berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah
pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah RNAd dari gen pengkode insulin
pankreas manusia. Untuk memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA
rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan
ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah diberi probe akan tampak
bersinar.
Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan dalam
kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen tersebut
dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk
mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber lain.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang
digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard
cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari
organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita
rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya
saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.
4. Bidang Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang
sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan
dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara
industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi
hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi
logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis
thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk
untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari
sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba
untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan
tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon
klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba
merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat
digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau digunakan oleh para manufaktur
sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya.
5. Bidang Hukum dan Forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain
milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat
ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi
untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan
jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat
mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan
DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphims)
dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian kemiripan dan
perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan lain dalam jumlah
yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode ini dapat digunakan
untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah yang
dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis yang mengandung
penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima penanda, dengan
kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi, rangkaian penanda dari
suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat memberikan sidik jari DNA atau
pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena probabilitas bahwa dua orang akan
memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama adalah kecil. Autoradiografi meniru
jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada pakaian
terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari
terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban
bukan dari terdakwa sendiri.
2.4.2 Pemanfaatan Proyek Genom Manusia
2.4.2.1 Terapi Gen
Dalam bidang kesehatan proyek genom juga dapat dimanfaatkan untuk terapi
penyakit-penyakit dengan cara terapi gen. Ilmuwan dalam bidang bioteknologi banyak
melakukan penelitian di bidang terapi gen, meliputi penggantian gen yang termutasi
dengan salinan gen sehat, inaktivasi (knocking off) gen yang termutasi, serta pengenalan
gen baru untuk membantu mengatasi penyakit tertentu (Johnson, 2017). Misra (2013)
menyatakan bahwa terapi gen banyak digunakan untuk penyakit yang disebabkan oleh
kelainan gen tunggal resesif, seperti fibrosis kistik (cystic fibrosis), hemofilia, kelainan
muscular, dan anemia sel sabit; serta penyakit lain, seperti kanker maupun AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome).
1. Terapi gen
Teknologi terapi gen tidak terlepas dari prinsip rekayasa genetika untuk
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang biasa dikenal
sebagai organisme transgenik. Ide untuk terapi gen cukup unik yaitu dengan
menambahkan gen yang normal ke bagian genom yang mengalami mutasi ataupun
kerusakan sehingga fungsi gen tersebut dapat diperbaiki (Kachroo & Gowder, 2016).
Penggunaan terapi gen harus disesuaikan dengan jenis penyakit yang akan diterapi.
Penyakit dan hubungan genetiknya harus diketahui terlebih dahulu sebelum
dilakukan terapi gen. Apabila suatu gen yang terkait pada penyakit tertentu telah
dapat diidentifikasi, maka potensi penyakit tersebut untuk diterapi akan semakin
besar. Misra (2013) menyatakan bahwa gen merupakan unit fungsional yang
berkaitan dengan hereditas yang memiliki sekuen basa tertentu. Sekuen basa tersebut
yang nantinya akan menentukan jenis dan fungsi protein yang diekspresikan. Ketika
suatu gen mengalami mutasi ataupun perubahan dalam sekuen basa nitrogennya,
maka protein yang dikode tidak akan bisa melaksanakan fungsi normalnya dan
mengakibatkan suatu kelainan genetik. Terapi gen hadir untuk menjadi solusi terapi
terbaru pada penyakit baik yang diturunkan maupun yang tidak.

2. Tipe Terapi Gen


a. Terapi gen sel embrional (germ line gene therapy) Pada terapi gen sel kelamin ini,
digunakan sel kelamin jantan (sperma) maupun sel kelamin betina (ovum) yang
dimodifikasi dengan adanya penyisipan gen fungsional yang terintegrasi dengan
genomnya.
b. Terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy) Pada terapi gen sel tubuh ini, dilakukan
transfer gen fungsional ke dalam sel tubuh pasien sehingga malfungsi pada organ
dapat diperbaiki. Singh et al. (2016) menyatakan bahwa terapi gen sel tubuh spesifik
untuk setiap pasien dan tidak diturunkan ke generasi berikutnya.

2.4.2.2 Identifikasi Variasi Genetik


Berdasarkan pengembagan dari penelitian Genom manusia, arah penelitian
genom lebih ditujukan pada aspek penyakit hereditas ( keturunan ).Pada sub didang
epidemiologi molekuler, penelitian difokuskan pada idenvikasi peran variasi genetik
sebagai faktor resiko penyakit sebagai penanda tingkat resiko penyakit.
Pada periode awal, penelitian genom lebih banyak dipakai untuk mengungkap masalah
penyakit hereditas ( keturunan ) melalui indenfikasi variasi genetik antar individu
( polimorfisme ) dikaitkan dengan munculnya penyakit keturunan pada kelompok
tertentu. Informasi variasi genetik tersebut selanjutnya digunakan untuk mendeteksi dan
mengidenfikasi orang atau kelompok berisiko terhadap suatu penyakit sehingga sangat
membantu dalam pencegahan dan penanganan beberapa penyakit tertentu.

BAB III
KESIMPULAN

Rekayasa genetika suatu usaha memanipulasi sifat genetik suatu makhluk hidup untuk
menghasilkan makhluk hidup yang memiliki sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika dapat
dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau menggabungkan dua materi genetik (DNA) yang
berasal dari dua organisme berbeda. Hasil penggabungan dua materi genetik yang berasal dari
dua organisme yang berbeda disebut DNA rekombinan.
Keunggulan rekayasa genetika adalah mampu memindahkan materi genetika dari sumber
yang sangat beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat.
Melalui proses rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun
produk yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Kemajuan dalam penelitian, proyek genom manusia dengan kompleknya masalah
kesehatan, proyek genom dapat untuk lebih responsif dan antisipatif. Menciptakan suatu generasi
yang mampu mencegahatau atau menghilangkan adanya penyakit keturunan. Proyek genom
pada manusia sangat membantu di dunia kesehatan mendeteksi dan mencegah timbulnya
berbagai penyakit pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Dinata,D.2009.Bioteknologi.jakarta: Erlangga.
Rosanti, Di. 2013. Kloning Gen. Jakarta: Erlangga
Suryo.1992.Genetika Strata 1. Universitas Gajah Mada: Jogjakarta

Sloanne, Ethel. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Agus andi sulhan. 2014. Rakayasa genetika pada tanaman.
http://agusandisulhan.blogspot.co.id/2014/06/rekayasa-genetika-pada-tanaman-dan.html.
(diakses pada tanggal 08 oktober 2016)
Anomim. 2012. Rekaysa genetika. http://matakuliahbiologi.blogspot.co.id/2012/04/rekayasa-
genetika.html. (diakses pada tanggal 08 oktober 2016)
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2007.Doni Hikmat
Ramdhani Penelitian Genom dan Implikasinya dalam Kesehatan Masyarakat di Indonesia.

Vous aimerez peut-être aussi