Vous êtes sur la page 1sur 17

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam menyimpan berjuta rahasia yang belum terpecahkan sampai saat ini.
Namun di era modern dan serba berilmu pengetahuan seperti saat ini, satu
persatu misteri yang ada di alam dapat terpecahkan. Pentingnya memecahkan
misteri yang ada di alam ini guna untuk mengetahui apa yang terjadi pada
alam sehingga kita bisa mempelajarinya. Salah satu ilmu yang mempelajari
tentang alam yaitu ilmu Geokimia.
Geokimia adalah ilmu yang mempelajari bentuk, sifat, dan fungsi serta
aksi- reaksi kimia alam yang ada di bumi. Dari dasar inilah berkembang
cabang-cabang ilmu Geokimia seperti geokimia panas bumi, geokimia
lingkungan, geokimia mineral, dan geokimia petroleum.
Tugas utama dari ilmu Geokimia yaitu mempelajari tetang penentuan
jumlah unsur dan spesies atom (isotop) secara mutlak dan relative di dalam
bumi, Serta mempelajari penyebaran dan pemindahan unsur-unsur di bumi dan
didalam mineral dan batuan, dengan tujuan memenuhi prinsip-prinsip
penyebaran dan pemindahan. Ilmu geokimia sudah dibuktikan dalam sejarah
perkembangan ilmu geologi terutama yang berhubungan dengan mineralogi
dan petrologi. Kajian geokimia sangat penting untuk mengetahui keberadaan
dan jumlah unsur-unsur dipermukaan bumi guna mempelajari tentang bumi.

1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya pratikum lapangan dan laboratorium ini yaitu Untuk
mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan beku di Daerah Pohe dan
Sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

1.3 Manfaat
Manfaat yang di dapat setelah diadakannya pratikum ini yaitu mahasiswa
dapat mengetahui kondisi geologi dan geokimia batuan beku di Daerah Pohe
dan Sekitarnya, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
2

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi
Secara fisografis, Gorontalo berada di bagian tengah Lengan Utara
Sulawesi. Gorontalo dibagi kedalam empat zona fisiografis utama, yaitu
Zona Pegunungan Utara, Zona Depresi Limboto, Zona Pegunungan
Selatan, Zona Perbukitan Bergelombang dan Zona Dataran Pantai
(Bemmelen, 1949).
Zona Pegunungan Utara umumnya terdiri dari formasi-formasi batuan
gunungapi tersier dan batuan plutonik. Zona Depresi Limboto di tengah-
tengah Provinsi Gorontalo. Cekungan ini di bentuk oleh sungai Panguat,
Sungai Randangan, Sungai Paguyaman, Danau Limboto, Sungai Bone,
dan Sungai Ongkang Dumoga. Depresi memanjang ini disebut sebagai
zona Limboto.
Zona Pegunungan Selatan umumnya terdiri dari formasi-formasi
batuan sedimenter gunungapi berumur sangat tua di Gorontalo, yaitu
Eosen-Oligosen (kira-kira 50 juta sampai 30 juta tahun yang lalu) dan
intrusi-intrusi Diorit.
Zona Perbukitan bergelombang terutama dijumpai di daerah selatan
dan di sekitar Tolotio. Batuan ini umumnya menunjukkan bentuk puncak
membulat dengan lereng relative landai dan berjulang kurang dari 200 m.
Zona ini ditempati oleh batuan gunungapi dan batuan sedimenter berumur
tersier hingga kuarter.
Zona terakhir adalah zona yang relative terbatas di Dataran Pantai
Pohuwato. Dataran yang terbentang dari timur Marisa hingga Torosiaje
dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan
daerah rawa dan zona pasang-surut. Berdasarkan pembagian zona
fisiografis tersebut, lokasi pratikum termaksud ke dalam Zona Perbukitan
Bergelombang.
3

2.2 Stratigrafi
Urutan batuan dari tua ke muda di daerah pratikum menurut Apandi
dan Bachri (1997), dalam Peta Geologi Lembar Kotamobagu yaitu Diorite
Bone, Batuan Gunungapi Pinogu, Endapan Danau, Batuan Gamping
Terumbu. Diorit Bone tersusun atas diorit kuarsa, diorite, granodiorit,
granite. Batuan ini menerobos Batuan Gunungapi Biungala, berumur
Miosen Akhir.
Batuan Gunungapi Pinogu terdiri dari produk vulkanik yaitu tuff, tuff
lapili, breksi dan lava. Tuff dan tuff lapili di sekitar sungai Bone
bersusunan dasitan. Lava bewarna kelabu muda hingga kelabu tua, pejal.
Umumnya bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara umum
termampatkan lemah sampai sedang, diduga berumur Pliosen-Plistosen
(John dan Bird, 1973 dalam Apandi dan Bachri 1997).

Satuan Endapan Danau terdiri dari betulempung kelabu, setempat


mengandung sisa tumbuhan dan lignit. Batu pasir berbutir halus sampai
kasar serta kerikil dijumpai di beberapa tempat. Satuan ini termampatkan
lemah, berumur holosen, tebalnya menurut data bor mencapai 94 meter
(Trail, 1974).

Batugamping Terumbu tersusun dari batugamping terumbu terangkat


dan batugamping klastik, dengan komponen utama koral, setempat
berlapis, terutama di jumpai di daerah pantai selatan dan utara, Gorontalo.
Satuan ini berumur Holosen.

2.3 Struktur Geologi Dan Tektonik


Menurut Hall dan Wilson (2000), Pada bagian Lengan Utara Sulawesi,
secara morfologi akan terlihat kenampakan empat segmen sesar. Bagian
tengah dari Lengan Utara Sulawesi diberi nama Blok Manado, yang bebas
dari pengaruh North Sula Block. Sehingga secara geologis terlihat jelas
pemisahan yang diakibatkan adanya sesar Gorontalo.
4

Sesar Gorontalo memanjang dari arah barat laut ke tenggara yaitu


mulai dari laut Sulawesi melewati Gorontalo hingga perairan Teluk
Tomini. Sesar normal yang terdapat digunung Boliohuto menunjukkan
pola memancar. Sedang sesar jurus mendatar umumnya bersifat menganan
(right lateral slip fault). Sesar tersebut memotong batuan berumur tua
(formasi Tinombo) hingga batuan yang berumur muda (batugamping
klastik) (Bachri. dkk, 1989).

Kekar merupakan struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran. Struktur kekar merupakan salah satu
struktur geologi yang paling mudah ditemukan hampir di semua batuan
yang tersingkap di permukaan. Terbentuknya struktur kekar ini dapat
terjadi bersama dengan pembentukan batuan atau sesudah batuan
terlitifikasi dan dapat terjadi setiap saat.

Subduksi Sulawesi Utara diinterpretasikan merupakan zona subduksi


konvergen antara laut Sulawesi dan Lengan Utara Sulawesi. Zona
subduksi Sulawesi Utara merupakan sistem penunjaman yang relatif tua
dan robekannya berkembang ke arah timur sepanjang tepian utara
Sulawesi. Penunjaman Sulawesi Utara menyusup dengan sudut
kemiringan sekitar 14o dan zona beniof menunjam sampai ke dalam 170-
180 km (Kertapati, 2006). Akibat pengaruh tektonik tersebut
mengakibatkan batuan sedimn terumbu terangkat ke permukaan dan
pengangkalan laut di sekitaran Gorontalo dan bagian Lengan Utara
Sulawesi.
5

BAB III

METODE PRATIKUM

Lokasi pengambilan sampel berada di koordinat N 0o 30’ 26’’ dan E


123o 03’ 27’’. Secara administratif termaksud dalam daerah Pohe,
kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo Metode
yang digunakan dalam pratikum Geokimia ini yaitu metode observasi
lapangan dan metode laboratorium XRF. Metode observasi lapangan
terdiri dari tahapan persiapan dan pengambilan sampel. Tahap persiapan
meliputi studi geokimia, studi geologi regional, dan persiapan alat.
Peralatan yang digunakan yaitu :

Tabel 1. Nama, gambar, dan fungsi alat

No Nama Alat Gambar Alat Fungsi Alat


Untuk menentukan
arah mata angin dan
Kompas menentukan posisi
1
Brunton

Menentukan titik
koordinat lokasi
2 GPS

Untuk mempermudah
pengambilan sampel
Palu batuan
3
geologi
6

Mengetahui titik
lokasi pengambilan
Peta
4 sampel
topografi

Mengetahui susunan
batuan
Peta
5
geologi

Sebelum melakukan pengambilan sampel terlebih dahulu melakukan


ploting lokasi dan menentukan arah mata angin dengan menggunakan GPS
dan kompas. Teknik pengambilan sampel dilapangan yaitu memilih batuan
yang dalam kondisi segar atau tidak lapuk, karena komposisi kimia batuan
yang telah lapuk akan berbeda dengan batuan yang masih segar. Setelah
itu mengambil sampel batuan dengan cara memecahnya dengan palu
geologi dengan ukuran hand specimen. Setelah itu tandai arah utara pada
sampel batuan tersebut.

- Studi Geokimia
Tahap Persiapan
- Studi Geologi Regional
- Persiapan Alat

Tahap - Ploting Lokasi


Pengambilan - Menentukan arah mata angin
Sampel - Observasi batuan
- Pengambilan sampel
- Menandai arah dan labeling
sampel

Gambar 1. Bagan alir observasi lapangan


7

Metode XRF ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jumlah kandungan


senyawa dalam batuan. Metode laboratorium XRF (X-Ray Fluoresence)
meliputi preparasi sampel batuan dan analisis menggunakan XRF. Alat dan
bahan yang diperlukan dalam analisis laboratorium yaitu aluminium foil, tisu,
alcohol 70%, Penghalus batuan (mortal).

Tabel 2. Alat dan Bahan

Nama Nama
No. Fungsi No. Fungsi
Alat Bahan
Menghaluskan Membungkus
Aluminiu
Penghalus sampel batuan 1. Sampel yang
m Foil
Batuan dalam bentuk telah di oven
1.
(Mortal) bubuk (6000 Membersihkan
2. Alkohol
mesh) alat
XRF (X- Analisis unsur
Mengeringkan
Ray kimia pada
2. alat dari cairan
3. Tisu
Fluoresen sampel batuan
alkohol
ce)

Teknik preparasi sampel yaitu batuan dipecah berukuran kerikil kemudian


di oven selama beberapa jam untuk mengurangi kandungan air dalam sampel
batuan. Setelah itu batuan dihaluskan menggunakan alat sampai sampel batuan
halus berukuran bubuk. Semua sampel yang di analisis dalam bentuk press
powder. Setelah itu sampel bubuk di ukur massanya mengguunakan neraca
analitik dan kemudian di masukkan kedalam wadah sampel. Pastikan bawah
pemukaannya rata tertutup oleh sampel bubuk agar tidak terjadi eror ketika
pembacaan oleh alat. Sampel kemudian dimasukkan kedalam alat XRF untuk
kemudian di analisis mineral unsure batuan tersebut. Hasil akan muncul dalam
layar computer dan kemudian di print.
8

Preparasi Sampel a. Pengahancuran batuan


ke ukuran kerikil
b. Pengeringan (oven)
c. Penghalusan ke ukuran
bubuk

Analisis a. Penimbangan sampel


XRF b. Memasukkan ke dalam
wadah sampel
c. Analisis XRF
d. Pembacaan Alat
Hasil
Pembacaan
Alat
Gambar 2. Diagram metode laboratorium XRF
9

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Observasi Lapangan

Kondisi singkapan batuan di lapangan yang di jadikan bahan sampel


sebagian besar telah mengalami pelapukan di bagian pinggir tubuh singkapan
baik pelapukan secara kimia maupun organic dan terdapat indikasi adanya
struktur geologi berupa sesar dengan arah pergerakan utara-selatan dan
merupakan sesar menganan. Kondisi batuan yang tepat pada jalur sesar sangat
segar dibandingkan batuan yang berada di sisi singkapan. Kebanyakan
batuannya telah lapuk dan ditumbuhi tanaman liar.

Batuan yang ada pada singkapan tersebut merupakan batuan granodiorit


atau batuan intermediet. Batuan intermediet berwarna agak gelap karena
kandungan mineral dengan unsure besi yang terdapat pada batuan tersebut.
Pada beberapa titik di batuan tersebut terdapat xenolith yang merupakan
batuan mafic encleave. Batuan tersebut bewarna gelap yang diakibatkan
kandungan mineral besi pada batuan tersebut sangat banyak dan batuan
tesebut di bentuk oleh magma yang bersifat basa. Xenolith ini terbetuk ketika
fragmen batuan mafik yang masuk atau tertahan kedalam batuan saat
pembentukan batuan tersebut.

4.2 Analisis Laboratorium

Data yang diperoleh dari hasil analisis menggunakan metode XRF (X-Ray
Flouoresence) pada sampel 1 dan 2 berupa hasil analisis kualitatif dan
kuantitatif. Hasil anlisis kualitatif yaitu mengidentifikasi jenis unsur yang
terkandung dalam sampel yang ditunjukan berupa adanya unsur yang
terdeteksi oleh alat XRF sedangkan analisis kuantitatif yaitu mengidentifikasi
jumlah unsur yang terkandung dalam sampel berupa konsentrasi unsur dalam
bilangan perseratus (%) dari sampel yang diuji. Hasil analisis X-ray
Fluorescence (XRF) dapat dilihat berdasarkan grafik yang yang ada pada
gambar 3 dan 5 serta dalam bentuk table yang terdapat pada table 3 dan 4 yang
10

mengidentifikasikan jenis unsur 26 yang terdeteksi oleh sinar X berupa


unsure-unsur yang terkandung pada batuan dengan nilai konsentrasi yang
bervariasi berdasarkan jenis batuan dan komposisi mineral pembentuk batuan
dalam bentuk bilangan perseratus (%).

Setelah sampel batuan di preparasi dan di analisis menggunakan metode


XRF yang dimana dalam metode ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
mineral unsur pembetuk batuan. Hasil pembacaan alat pada dua sampel batuan
yang telah diambil yaitu sampel pertama berupa sampel batuan granodiorit
yang bersifat intermediet dan sampel kedua merupakan batuan mafic encleave
yang bersifat basa.

Tabel 3. Konsentrasi senyawa kimia dan unsur kimia sampel 1 geo

Senyawa Kimia Konsentrasi Unsur kimia Konsentrasi

Fe2O3 50.47% O 36.10%

SiO2 29.58% Fe 35.30%

CaO 10.29% Si 13.83%

K2O 3.30% Ca 7.36%

TiO2 2.04% K 2.74%

SrO 1.40% Ti 1.23%

MnO 1.20% Sr 1.19%

CuO 0.54% Mn 0.93%

ZrO2 0.42% Cu 0.43%

Y2O3 0.29% Zr 0.31%

Cr2O3 0.18% Y 0.23%

ZnO 0.10% Cr 0.12%


11

Kandungan Senyawa Mineral Sampel 1 Geo


60.00%

50.47%
50.00%

40.00%

29.58%
30.00%

20.00%

10.29%
10.00%
3.30% 2.04%
1.40% 1.20% 0.54% 0.42% 0.29% 0.18% 0.10%
0.00%
Fe2O3 SiO2 CaO K2O TiO2 SrO MnO CuO ZrO2 Y2O3 Cr2O3 ZnO

Kandungan Unsur Mineral Sampel 1 Geo


40.00%
36.10% 35.30%
35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00% 13.83%

10.00% 7.36%

5.00% 2.74%
1.23% 1.19% 0.93% 0.43% 0.31%
0.23% 0.12%
0.00%
O Fe Si Ca K Ti Sr Mn Cu Zr Y Cr

Gambar 3. Grafik kandungan senyawa dan unsur kimia pada sampel 1 geo
12

Foto 1. Sampel 1 Geo dalam bentuk press powder

Pada grafik Senyawa Mineral dapat dilihat bahwa senyawa Fe2O3 sangat
tinggi dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya. Pada grafik Unsur
mineral, unsure oksigen (O) sangat tinggi dibandingkan dengan senyawa lain
yang membuktikan bahwa dalam proses pembentukan batuan tersebut
melibatkan gas-gas yang cukup tinggi.

Tabel 4. Konsentrasi senyawa kimia dan unsure kimia sampel 2 geo

Senyawa Kimia Konsentrasi Unsur Kimia Konsentrasi


Fe2O3 67.42% Fe 47.15%
SiO2 10.68% O 31.80%
CaO 9.63% Ca 6.88%
TeO2 3.56% Si 4.99%
TiO2 2.65% Te 2.85%
MnO 1.75% Ti 1.59%
K2O 1.33% Mn 1.35%
SrO 0.67% K 1.11%
Y2O3 0.58% Sr 0.56%
V2O5 0.39% Y 0.46%
SnO2 0.36% Sn 0.29%
ZrO2 0.32% Zr 0.24%
Nb2O5 0.23% V 0.22%
CeO2 0.18% Nb 0.16%
Rb2O 0.16% Ce 0.15%
Rb 0.14%
13

Kandungan Senyawa Mineral Sampel 2 Geo


80.00%

70.00% 67.42%

60.00%

50.00%

40.00%

30.00%
10.68%

20.00%
9.63%

3.56%

2.65%

10.00%
1.75%

1.33%

0.67%

0.58%

0.39%

0.36%

0.32%

0.23%

0.18%

0.16%
0.00%

Kandungan Unsur Mineral Sampel 2 Geo


47.15%

50.00%

45.00%

40.00%
31.80%

35.00%

30.00%

25.00%

20.00%

15.00%
6.88%

4.99%

10.00%
2.85%

1.59%

1.35%

1.11%

0.56%

0.46%

0.29%

0.24%

0.22%

0.16%

0.15%

0.14%

5.00%

0.00%
Fe O Ca Si Te Ti Mn K Sr Y Sn Zr V Nb Ce Rb

Gambar 4. Grafik kandungan senyawa dan unsur kimia pada sampel 2 geo
14

Foto 2. Sampel 2 geo dalam bentuk press powder

Pada grafik senyawa kimia terlihat bahwa kandungan senyawa Fe2O3


sangat tinggi dibandingkan dengan senyawa yang lainnya dan pada grafik
unsure kimia memperlihatkan bahwa kadungan besi (Fe) sangat tinggi
dibandingkan dengan senyawa yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
proses pembentukan batuan mafik ini tidak terlalu banyak melibatkan gas-gas
yang terdapat pada magma yang membentuk batuan tersebut.

4.3 Geokimia Batuan Beku

Dari hasil observasi lapangan dan hasil analisis laboratorium XRF


membuktikan bahwa batuan granodiorit pada sampel 1 geo merupakan batuan
felsik karena perbandingan mineral besi lebih banyak dari pada mineral silica.
Sedangkan pada sampel 2 geo kandungan mineral besi sangat tinggi dari pada
mineral silica yang membuktikan bahwa batuan ini merupakan batuan mafic
atau batuan basa.

Dari kedua sampel tersebut menunjukkan bahwa kandungan mineral


Fe2O3 pada sampel 1 geo lebih tinggi dibandingkan pada sampel 1 geo. Ini
membuktikan bahwa benar sampel 2 geo meerupakan batuan mafic yang
banyak mengandung unsur besi sehingga batuannya bewarna gelap. Batuan
yang bersifat basa mengandung banyak gas, tetapi pada sampel 2 geo
kandungan gasnya lebih sedikit ketimbang sampel 1 geo yang merupakan
batuan intermediet. Kemungkinan pada saat pembentukan batuan tersebut ada
15

sebuah proses yang mengakibatkan kandungan gas pada batuan mafik tersebut
lebih sedikit dari pada batuan felsik.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kandungan unsure yang terdapat pada batuan tergantung pada sifat batuan
tersebut. Sifat batuan berbeda karena magma pembentuk batuan. Semakin
dalam magma pembentuk batuan maka batuannya akan bersifat basa karena
magma pembentuk batuannya bersifat basa. Begitupun sebaliknya, batuan
yang terbentuk oleh magma yang bersifat asam akan membentuk batuan yang
bersifat asam pula. Batuan yang bersifat asam akan memiliki warna yang
terang dikarenakan kandungan mineral silica lebih banyak. Sedangkan batuan
yang bersifat basa akan memiliki warna yang gelap karena kandungan mineral
besi lebih banyak.

5.2 Ucapan Terimakasih

Terimakasih tidak lupa saya ucapkan kepada Dosen pengampuh mata


kuliah Geokimia yaitu Ibu Yayu Indrianti Arifin, S.Pd, M.Si yang telah
memberikan materi tentang Geokimia sehingga kami bisa mendapatkan ilmu
guna untuk mengkaji permasalahan tentang kimia pembentuk batuan. Tak lupa
ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Asisten mata kuliah yang telah
membimbing dari sebelum dan sesudah pelaksanaan pratikum di lapangan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Apandi, T. Dan Bachri, S. 1997. Peta Geologi Regional Lembar


Kotamobagu Sulawesi, Skala 1: 200.000. Puslitbang Geologi, Bandung

Bachri, Dkk. 1989. Peta Geologi Lembar Tilamuta. Skala 1: 250.000


Kabupaten Limboto, Provinsi Sulawesi Utara. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Geologi, Bandung

Bemmelen. R.W. Van. 1949. The Geologi Of Indonesia Vol (A).


Government Printing Office

Billing, M.P 1959. Struktural Geologi. Prentice Hall. Inc. Englewood Ciff,
New Jersey

Hall. R Dan Wilson, M.E.J. 2000. Neogen Structural In Eastern Indonesia


Jurnal Of Asian Eart Science.

John, T.U. Dan M.C. Bird. 1973. Sulawesi Blok 2

Katili, J.A. 1980. Geotectonics Of Indonesia A Modern View Department


Of Geologi, Bandung Institute Of Technology. Jakarta.

Kertapati, Ek. 2006. Aktivitas Gempa Bumi Merusak. Psg. Bandung

Trall, Ds. 1974. The General Geologi Survey Of Blok 2 Sulawesi Utara
Indonesia. Pt Trope Endeavour Indonesia Unpbl. Report. 68 Pp
17

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Vous aimerez peut-être aussi