Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tips Mempromosikan Sekolah yang Epektif|Sebentar lagi penerimaan Peserta Didik Baru,
bahkan sudah banyak sekolah swasta yang sudah lebih dulu start untuk PPDBB . Yang paling
sibuk biasanya sekolah-sekolah swasta, sebab mereka harus bersaing dengan sekolah swasta
lainnya. Sekolah yang mempunyai tim marketing yang bagus biasanya tidak akan terlalu
kesulitan dalam mendapatkan siswa baru. Berbeda dengan sekolah swasta biasa saja yang
tidak memiliki tim marketing yang hanya mengandalkan guru untuk promo, biasanya
keteteran. Kecuali sekolah yang memang sudah mempunyai reputasi bagus di masyarakat.
Berikut beberapa tips yang bisa digunakan dalam hal mempromosikan sekolah kepada
masyarakat.
Berikut beberapa hal yang dilakukan tim marketing sekolah dalam rangka mempromosikan
sekolah:
Brosur
Banner
Spanduk
Slide presentasi
Video
Proposal
Even
Rewward
Blog
Sosial media
SMS
Orang tua siswa
Iklan di media cetak atau elektronik
Materi promosi
Menyebarkan brosur
Memasang sapnduk / banner ditempat strategis
Melakukan presentasi door to door ke setiap sekolah target
Membagikan proposal kerjasama dengan pihak sekolah target
Menyelenggarakan event (workshop, pameran, dll)
Kegiatan sosial
Melakukan kerjasama dengan orang tua siswa
Memberi diskon dan beasiswa
Promosi lewat blog atau website sekolah
Promosi lewat facebook, twitter dan sosial media lainnya
Promosi lewat sms gateway
Promosi berantai menggunakan para orang tua siswa
Media dan teknik presentasi diatas sudah standar, artinya semua sekolah pasti melakukan hal
yang sama. Yang membedakan adalah cara mengemasi media dan teknik promosinya.
Artinya, kreatifitas-lah yang membedakan tiap-tiap sekolah dalam melakukan promosi
sekolah. Faktor biaya operasional juga mempengaruhi cara mengemas promosi-promosi
tersebut, yang mempunyai biaya sesuai anggaran maka mempunyai kebebasan dalam
menentukan media dan teknik promosi lebih epektif. Tapi tidak selalu demikian, toh banyak
sekolah dengan tim marketingnya yang kreatif bisa mencari donatur untuk membiayai
promosi mereka. Salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan sponsor.
Point-point diatas merupakan hal yang lazim dilakukan pihak sekolah dalam rangka
mempromosikan sekolahnya, yang biasanya dilakukan diawal semester dua sampai
september ditahun ajaran baru. Tetapi point-point tersebut tidak lepas dari hal ini:
Cara promosi yang paling kuno dan ternyata paling epektif adalah promosi dari mulut ke
mulut, atau dalam bahasa marketing dikenal dengan istilah word of mouth (WOM). Promosi
semacam ini lahir dari kepuasan konsumen. Kalau orang tua siswa merasa puas dengan
program sekolah, kualitas guru, fasilitas dan prestasi-prestasi yang diperoleh sekolah maka
dengan sendirinya para orang tuas siswa tersebut dengan suka rela membicarakannya ke
saudara, tetangga atau kenalan barunya. Ini menyangkut reputasi dan pelayanan sekolah
tentunya. Makanya sekolah dengan kualitas diatas rata-rata akan mempunyai relawan-
relawan promosi yang banyak karena setiap orang tua siswa akan menceritakan
mempromosikan sekolah tempat anaknya bersekolah terus menerus tidak hanya ketika waktu
PSB.
Selain melalui orangtua siswa biasanya promosi dari mulut ke mulut dilakukan pula oleh
alumni.Biasanya semakin banyak alumni, maka semakin banyak pula “suara” promosi.
Karena setiap alumni akan bercerita tentang sekolahnya. Untuk itu manfaatkan alumni yang
ada di sekolah untuk menjadi duta promosi ke sekolah-sekolah tempatnya dulu bersekolah,
biasanya dengan melakukan kunjungan promo bersama si alumni tadi.
3 Jan 2015
Bagaimanakah Cara Promosi Sekolah Untuk Mendapatkan Siswa Baru? Itu pertanyaan
yang sering keluar dari kawan-kawan yang tiap tahunnya selalu sibuk untuk mempromosikan
keberadaan sekolahnya. Yang selalu sibuk promosi biasanya kawan-kawan guru yang
beraktivitas di sekolah swasta, atau kawan-kawan yang sedang memulai bisnis pendidikan.
Promosi merupakan bagian penting yang harus dikerjakan dari keseluruhan strategi
marketing sekolah. Dengan promosi profile sekolah dikenalkan ke sasaran marketing.
Dengan promosi keberadaan sekolah diperkenalkan ke masyarakat, tujuan jelas, untuk
mendapatkan siswa baru sesuai target. Ada banyak cara promosi yang bisa dan lazim
dilakukan, tapi apakah promosi-promosi tersebut epektif dan bisa mendatangkan siswa sesuai
harapan?
Membuat even dengan peserta even adalah segmen mereka (kalau SMA tentu
mengundang peserta SMP, dst)
Membuat baliho, banner yang menampilkan profil sekolah dan gambar-gambar
kegiatan sekolah
Membuat brosur yang berisi teks dan gambar yang diyakini mampu membuat target
tertarik
Mengunjungi langsung target promosi, misalnya datang ke sekolah-sekolah atau door
to door ke rumah warga
Mengajak kerjasama dengan orang yang diyakini mampu mendatangkan siswa,
misalnya kerjasama dengan kepala sekolah, dengan wali kelas, lembaga bimbel, dan
seterusnya
Memberi insentif kepada orang yang mampu membawa calon siswa
Memberi diskon kepada pendaftar pertama
Memberi diskon kepada calon siswa berprestasi
Membuat kegiatan sosial
Memanfaatkan moment-moment tertentu
Memanfaatkan media promosi lainnya (internet, mulut ibu-ibu, kicauan siswa di
sosial media, dll)
Dari sekian banyak hal yang lazim di lakukan sekolah untuk mempromosikan sekolahnya
seperti lis diatas, mana saja yang sering sekali dilakukan? Untuk sekolah yang memiliki
modal cukup, tentu semuanya bisa dilakukan. Tapi untuk yang bermodal pas-pasan, mungkin
hanya beberapa saja yang dilakukan, bahkan ada yang tidak melakukannya sama
sekali.Sekolah yang memiliki modal besar memang bisa melakukan apa saja, padahal sekolah
yang bermodal besar tersebut tentu punya reputasi yang bagus pula dimata masyarakat.
Fasiliatas yang cukup dan baik, program sekolah yang mampu menjawab keinginan orang tua
siswa, plus didukung SDM yang baik pula, tentu sekolah yang seperti ini tanpa promosi pun
sepertinya sudah mendapat tempat tersendiri dihati masyarakat. Faktanya sekolah bermodal
besar tetap melakukan promosi, karena mereka bukan tanpa saingan, sekolah yang bermodal
besar tentu saingannya pun sekolah dengan modal besar pula. Jadi, promosi tetap harus
dilakukan.Sedangkan untuk sekolah dengan modal pas-pasan, tentu tidak bisa berbuat banyak
jika harus bersaing dengan sekolah bermodal besar, karena sudah tentu akan kalah.
Karenanya mengetahui segmen pasar adalah pilihan mensiasati promosi untu mendapatkan
siswa baru tersebut. Pertanyaan-pertanyaan berikut bisa menjadi studi kasus analisi dalam
mensiasati promosi sekolah:
Siapakah kebanyakan calon siswa?
Dari tingkatan eknomi mana saja?
Dari wilayah mana saja siswa datang?
Dari sekolah mana saja siwa berasal?
Siapa saja orang yang sering mendatangkan siswa setiap tahunnya?
Berapa persenkah siswa yang datang melalui promosi langsung?
Berapa persenkah siswa yang datng lantaran membaca baliho atau banner?
Alasan-alasan apa saja yang dikemukakan siswa sehingga memilih bersekolah
disekolah anda?
Apa saja yang dikeluhkan siswa, orang tua siswa terkait dengan pelayanan sekolah?
Apa saja yang diinginkan siswa dan orangtua siswa terkait dengan pelayanan sekolah?
Program sekolah apa saja yang memancing datangnya siswa?
Ada berapa sekolah di wilayah anda? Misalnya sekolah anda SMP, ada berapa SMP
diwilayah anda?
Sekolah mana sajakah yang menjadi pesaing dengan segmen yang sama? Misalnya
sekolah anda SMPIT maka adakah SMPIT lainnya di wilayah anda?
Kenapa sekolah pesaing lebih banyak mendatangkan siswa baru?
Apa kelebihan sekolah pesaing tersebut?
Program unggulan apa saja yang ada di sekolah pesaing tersebut?
Dll__________sampai ke pertanyaan detail dan sepertinya tidak penting sekalipun.
Kalau sudah membuat lis pertanyaan-pertanyaan tersebut, saatnya berkumpul bersama tim
untuk menjawabnya. Saatnya memikirkan cara promosi yang epektif, saatnya berpikir modal
dan strategi-strategi lainnya dalam mempromosikan sekolah.
Lihat artikel lain > Tips Gila Agar Sekolah Anda Bisa Mendapatkan banyak Siswa
Cara Sekolah Internasional Mendapatkan Siswa, Tanpa Spanduk, Tanpa Brosur Cara
Sekolah Internasional Mendapatkan Siswa, Tanpa Spanduk, Tanpa Brosur Di antara kita
mungkin ada yang sering melihat bagaimana sekolah-sekolah swasta melakukan upaya
marketing untuk mendapatkan siswa. Kita sering menjumpai spanduk yang bertuliskan
“Menerima Siswa Baru” yang dipasang di jalan-jalan dekat perumahan. Spanduk tersebut
akan menghiasi jalanan sekitar perumahan ketika memasuki tahun ajaran baru. Jumlahnya
memang tidak sebanyak jumlah spanduk Caleg (Calon Anggota DPR), namun tetap saja
terkesan kotor. Bagi saya cara berpromosi tersebut kurang cerdas. Sekolah-sekolah tersebut
terkesan sangat membutuhkan siswa. Kesan komersialisasi pendidikan pun muncul. Yang
menarik dan berbeda adalah cara berpromosi sekolah-sekolah internasional. Saya jarang
sekali melihat iklan dalam bentuk spanduk-spanduk yang terpasang di pohon. Sebagai
sekolah swasta yang beriorientasi profit tentunya sekolah-sekolah tersebut pun membutuhkan
siswa. Pertanyaan yang muncul di benak saya adalah bagaimana sekolah-sekolah
internasional mengkomunikasikan keberadaannya tanpa mengotori lingkungan? Bagi saya
cara iklan seperti itu efektif. Mengapa? karena bagi yang bukan menjadi target market
mereka, sekolah-sekolah tersebut mungkin tidak terlihat. Namun, bagi target market mereka,
sekolah tersebut sangat dikenal. Bagaimana tidak, setiap tahun mereka tidak pernah
kekurangan siswa. Jawabannya saya temukan dalam sebuah pameran pendidikan. Event
tersebut dihadiri oleh kalangan menengah atas. Saya mendapati beberapa booth sekolah
internasional yang sedang melakukan promosi. Mereka mengenalkan kurikulum yang
diajarkan, metode belajar mengajar beserta biaya sekolah yang super mahal. Pengunjung
yang hadir tentunya merupakan target yang tepat. Rata-rata memang para pemilik usaha,
direktur, profesional yang berencana menyekolahkan anaknya.Terlihat dari buku tamu di
front desk. Promosi berbasis komunitas merupakan strategi marketing yang efektif dilakukan.
Cara promosi seperti ini lebih terfokus. Target audiensnya adalah mereka yang benar-benar
memiliki minat dan kemampuan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah internasional.
Tentunya “message” komunikasi yang akan disampaikan, menjadi lebih jelas. Para manajer
marketing dan komunikasi cukup memikirkan apa bahasa yang biasa digunakan oleh
komunitas tersebut. Mempelajari bagaimana mereka berinteraksi, berkumpul, dan melakukan
pembelian menjadi kunci sukses promosi berbasis komunitas. Jika sudah mengetahui cara
melakukan promosi yang lebih efektif, mengapa masih melakukan promosi dengan
mengotori lingkungan?
Apabila anda bekerja dan mengabdi pada sekolah negeri atau pemerintah, beruntunglah anda
karena tidak dipusingkan oleh kewajiban berpromosi untuk menjaring siswa. Siswa akan
datang sendiri pada tanggal yang sudah ditentukan di setiap awal tahun ajaran. Tidak perlu
pusing mengenai berapa bangku yang kosong atau terisi, karena pembiayaan sekolah berasal
dari pemerintah, bukan dari berapa banyak siswa yang masuk dan mendaftar. Tanpa berusaha
keras menjaring siswa , beberapa sekolah dasar negeri di Jakarta bahkan sampai menolak
siswa karena bangku sudah penuh terisi.
Beda halnya dengan sekolah swasta, sepanjang tahun sekolah berupaya terus menjaring dan
mempertahankan siswa. Ini dikarenakan sumber pembiayaan sekolah swasta yang berasal
dari kantung sendiri alias tanpa subsidi dari pihak lain. Banyak dan sedikitnya siswa di
sekolah tersebut akan mempengaruhi kemampuan keuangan sekolah dalam membayar gaji
guru, melengkapi fasilitas hingga membeli sumber belajar bagi siswa.
Ibaratnya memasarkan sebuah produk, sebuah sekolah perlu juga memakai prinsip pemasaran
dalam menjaring orang tua siswa agar mau menyekolahkan putra-putrinya.
Saat ini banyak sekolah swasta yang berada di komplek perumahan, apabila sekolah anda
juga begitu, lakukan lah riset sederhana mengenai sekolah lain yang ada di sekitar anda. Hal
yang layak dijadikan perbandingan adalah kelebihan dan kekurangan sekolah anda bila
dibandingkan dengan sekolah disekitar dalam hal :
berapakah uang sekolah, termasuk elemen uang sekolahnya terdiri dari apa saja.
kualitas guru, pendidikannya serta dari universitas mana saja, sudahkan dites TOEFL
nya bila sekolah itu adalah sekolah bilingual.
fasilitas pendukung, jemputan siswa dan lain-lain
tempat bermain,berbahaya atau tidak, serta keluasannya
sumber belajar, tersedia lengkap atau tidak
program pengajaran dua bahasa (bilingual), apakah benar-benar diterapkan
penghantaran materi keagamaan, inklusif atau tidak, apakah siswa diajarkan
menerima perbedaan atau tidak.
mutu kelulusan.
keamanan siswa selama di sekolah
pengelolaan keuangan sekolah
perencanaan ke depan
Apabila merujuk dari daftar di atas banyak sekali hal yang butuh dicermati. Untuk itu
bentuklah tim kecil atau beberapa fokus grup di sekolah anda (terdiri dari guru, orang tua
siswa, administrator serta kepala sekolah) untuk menganalisa isu-isu tersebut. Anda sebagai
pengelola sekolah bisa juga datang melakukan kunjungan ke sekolah sekitar anda saat acara
‘Open Day’ atau ‘Open house’ di sekolah lain. Karena pada saat itu siapapun boleh datang
melihat.
2. Strategi
Setelah semua fokus grup sudah memberikan paparannya mengenai hal apa saja yang
menjadikan kelemahan dan kelebihan sekolah lain dan sekolah kita, mulailah untuk melalui
tahap strategi. Selalu lah menghitung kisaran anggaran yang dibutuhkan untuk strategi
berikut. Pilih strategi yang seusai dengan kemampuan anggaran sekolah anda. Adapun
strategi yang bisa dilakukan adalah:
Apabila sekolah anda setuju untuk melaksanakan beberapa strategi diatas, mulailah hitung
anggaran serta kapan waktu yang tepat. Biasanya bulan Oktober sampai Februari adalah
masa-masa orang tua murid mulai mencari sekolah yang tepat bagi putra-putri nya.
Jangan lupa menerka seberapa banyak keefektifan dari strategi diatas bagi sekolah anda.
Terkadang ada strategi yang berbiaya murah tapi malah sangat mengena dalam menjaring
siswa.
Akhirnya sebuah promosi sekolah yang berhasil tidak akan dapat terjadi tanpa peran serta
guru yang professional dan kreatif. Ambil contoh misalnya saat menjelaskan program pada
orang tua, hanya guru yang percaya diri lah yang bisa tampil dengan baik dan mau
mendengar. Dengan demikian pelatihan guru yang terus menerus untuk menjadi seorang guru
yang professional sangat dibutuhkan.
Walaupun apabila sebuah sekolah sudah menjadi besar dan lengkap kelengkapan biro
administrasinya maka urusan promosi sekolah akan ditangani oleh bagian tersendiri.
Cara promosi paling kuno yang masih menjadi senjata pemasaran paling efektif hingga hari
ini adalah cerita dari mulut ke mulut alias word of mouth (WOM). Orang terkesan, lalu
menceritakan kepada orang lain, dan tidak hanya berhenti di telinga, orang lain itu pun
menceritakan kembali kepada orang-orang yang ia temui. Satu cerita bisa mengalir ke
puluhan, ratusan dan bahkan ribuan orang. Dan karena cerita disampaikan atas kemauan
sendiri, bukan pesanan sponsor, serta dilakukan oleh orang yang tidak punya kepentingan
dengan produk tersebut, maka kekuatannya menjadi sangat dahsyat. Orang percaya penuh.
Masalahnya adalah, membuat orang berbicara spontan atas kemauan sendiri tentang produk
yang kita miliki (baca: sekolah) justru jauh lebih sulit dibanding pasang iklan di majalah.
Inilah yang mendorong para ahli pemasaran dan pakar komunikasi untuk melakukan
penelitian serius tentang bagaimana caranya agar orang dengan senang hati dan atas kemauan
sendiri membicarakan produk kita kepada orang lain. Para ahli memusatkan perhatian pada
upaya apa saja yang bisa dilakukan agar orang berbicara dengan sangat antusias dan
merekomendasikan kepada orang lain. Dibanding iklan, rekomendasi dari sesama konsumen
sampai saat ini merupakan promosi paling efektif.
Berbicara tentang WOM, satu nama yang hampir tak bisa kita abaikan adalah Andy
Sernovitz. Penulis buku Word of Mouth Marketing sekaligus orang penting di balik situs
terpercaya tentang pemasaran dari mulut ke mulut (www.wordofmouthbook.com) ini
merupakan praktisi yang telah berpengalaman menangani strategi pemasaran dari mulut ke
mulut berbagai perusahaan multi nasional. Buku Word of Mouth Marketing merupakan
rangkuman pengalaman dan kedalaman ilmu Sernovitz tentang strategi pemasaran C2C
(customer to customer), istilah lain untuk WOM.
Berbeda dengan strategi pemasaran B2C (business to customer) atau perusahaan ke
konsumen, pendekatan C2C menitikberatkan pada upaya-upaya sistematis agar orang secara
“alamiah” berbicara tentang produk kita. Dalam konteks sekolah, strategi C2C dirancang agar
wali murid serta orang-orang yang berinteraksi dengan sekolah mempunyai dorongan untuk
mempromosikan sekolah kita secara menggebu-gebu tanpa kita suruh. Mereka dengan senang
hati menceritakan sekolah kita karena sangat terkesan. Mereka memiliki ikatan emosional
yang sangat kuat, meskipun anaknya sudah pindah ke sekolah lain atau saat mendaftar tidak
diterima di sekolah kita. Misalnya karena kuota sudah terpenuhi.
Jika kondisi ini tercapai, maka promosi sekolah boleh dikata costless (tak berbiaya). Lebih
penting dari itu, promosi model ini juga sangat efektif dan berlangsung terus-menerus
sepanjang waktu.
Nah, bagaimana caranya agar orang dengan senang hati “mempromosikan” sekolah kita tanpa
kita suruh? Sernovitz menunjukkan ada empat aturan yang harus kita penuhi. Pertama, jadilah
yang menarik (be interesting). Berikan alasan yang kuat bagi orang untuk membicarakan
sekolah kita. Ini bukan urusan mutu semata-mata. Ada hal lain yang berkait dengan kekhasan
sebagai daya tarik yang menggugah orang untuk membicarakan.
Kedua, sederhanakan. Temukan pesan yang sangat sederhana. Semakin sederhana semakin
baik. Jika kita bisa menciptakan pesan super sederhana yang bermakna tentang sekolah kita,
orang akan mudah berbagi cerita. Temukan satu kata dahsyat yang mewakili sekolah Anda.
Kata inilah yang menjadi keunikan sekolah Anda. Ingat, yang perlu kita temukan adalah
pesan sederhana. Satu kata yang kuat merupakan pesan sederhana, tetapi akan rumit jika
lebih dari satu kalimat. Apalagi jika terdiri dari beberapa kalimat.
Ketiga, bahagiakan orang lain. Konsumen yang bahagia adalah pengiklan paling hebat. Untuk
itu, ciptakan produk yang menakjubkan dan beri pelayanan yang terbaik. Jika Anda memberi
layanan ekstra, mereka akan memperoleh pengalaman mengesankan yang selalu teringat. Ini
mungkin berkait dengan hal-hal kecil. Tetapi perkara kecil bisa membawa pengaruh besar.
Keempat, perbanyak tabungan kepercayaan dan sikap hormat dari orang lain. Jika orang lain
tidak hormat kepada Anda, promosi dari mulut ke mulut (WOM) tidak akan pernah terjadi.
WOM akan berkembang jika sekolah Anda menjadi lembaga yang memiliki kelayakan untuk
dihormati dan dipercaya. Dua hal ini –hormat dan percaya—hanya akan mungkin terjadi jika
sekolah Anda bukan hanya bagus, lebih dari itu sangat menjaga tata krama kepada para
konsumen, terutama wali murid.
Jika empat aturan itu sudah kita penuhi, Sernovitz mengajukan 5-T sebagai formula strategi
pemasaran WOM. Kelima T itu meliputi talkers, topics, tools, taking part, dan tracking.
Talkers. Selalu ada orang yang antusias untuk berbicara. Mereka ini yang paling bersemangat
menceritakan pengalamannya. Tugas Anda menemukan dan merawat orang-orang semacam
ini sehingga mereka menjadi penyampai pesan Anda secara suka rela. Mereka akan
melakukan “tugas” tersebut jika Anda memberikan kepada mereka sesuatu untuk mereka
bicarakan dan mereka menyukai Anda.
Satu hal yang harus diingat, mereka berbicara atas kemauan sendiri. Bukan karena Anda
suruh. Semakin spontan dan antusias mereka, akan semakin besar peluangnya menular
kepada orang lain. Sebaliknya begitu orang melihat bahwa ada unsur transaksi antara Anda
dengan mereka, pembicaraan mereka akan kehilangan kredibilitas.
Lalu siapa yang bisa menjadi talkers? Intinya, orang tersebut senang bercerita tentang apa
yang berkesan baginya. Ini bisa wali murid, karyawan, relasi, pedagang di sekolah atau
bahkan guru di sekolah Anda sendiri maupun keluarganya.
Topics. Seluruh WOM bermula dari topik yang menggairahkan untuk dibicarakan.
Karenanya, ciptakanlah topik tersebut. Jika TK menampilkan gerak dan lagu saat ada acara,
dijamin tak akan ada topik yang hangat untuk dibicarakan. Kenapa? Karena semua TK
begitu. Topiknya sama, caranya juga sama.
Tools. Anda perlu menyiapkan perangkat agar topik bisa berkembang dengan lebih pesat.
Internet merupakan salah satu alat yang sangat efektif. Ini terutama melalui milis, blog atau
jejaring sosial lainnya. Bukan melalui situs resmi, meskipun ini juga sangat bermanfaat.
Taking part. Bergabunglah dalam percakapan. Jika perlu ada orang yang mengambil peran
aktif dengan melibatkan diri dalam berbagai percakapan. Ini merupakan salah satu tugas
humas, tetapi pelaksananya sebaiknya jangan orang-orang yang secara resmi memakai
predikat humas. Ingat, predikat tersebut bisa menjadikan kredibilitas menurun karena orang
akan merasa, “Maklum humas. Sudah tugasnya menebar berita.”
Tracking. Lacak jejaknya. Pembicaraan yang berkembang meluas perlu Anda ukur dan
pahami apa yang sedang diperbincangkan orang. Pantau pembicaraan apa yang sedang
berkembang tentang sekolah Anda dan cermati apa sebabnya. Juga apa yang akan terjadi
dengan pembicaraan tersebut.
Nah.
Lalu apa yang bisa Anda lakukan untuk menggencarkan strategi pemasaran WOM bagi
sekolah Anda?
Ini sebuah refleksi dari apa yang saya rasakan dan saya lihat bagaimana lembaga pendidikan
swasta (yang belum mapan) mempersiapkan strategi-strateginya ketika menyambut tahun
ajaran baru untuk mendapatkan siswa. Tentu tulisan ini tidak ilmiah, karena tidak berdasar
data dan fakta, tapi sekali lagi, ini hanya sebuah refleksi bagaimana saya mulai mencermati
strategi suatu lembaga dalam mempersiapkan kader-kader siswanya.
Ada beberapa cara yang biasanya dilakukan lembaga pendidikan untuk terus bisa
mendapatkan siswa baru. Seperti pengembanga pelayanan profesional, program unggulan –
unik, ciri khas, kaderisasi dan brand.
Program unggulan-unik
Program unggulan biasanya menjadi strategi marketing yang ditawarkan oleh sekolah,
program unggulan tersebut biasanya berupa kurikulum pendidikan yang unik, maka
munculah sekolah-sekolah yang mempunyai label unik seperti sekolah plus, sekolah terpadu,
sekolah alam, dan seterusnya. Dengan program unggulan dan juga unik tersebut akan menjadi
strategi promosi tersendiri, karena unggulan dan unik tersebut akan memancing perhatian dan
itu terlihat menarik.
Ciri khas
Ciri khas menjadi pembeda antara sekolah yang satu dengan sekolah lainya. Setiap sekolah
menawarkan ciri khas masing-masing seperti dari pembiasaan, budaya sekolah, seragam dan
ciri khas lainya yang dibuat menarik. Maka sekarang kita bisa melihat ada sekolah berbasis
IT dengan seragam ala militer, sekolah terpadu dengan seragam santun dengan pembiasaan
bahasa inggris-arab setiap harinya, dan banyak lagi. Siswa baru bisa saja tertarik dengan
seragam dan sesuatu yang tidak sama, misalnya seragam gagah ala militer, pun dengan
keterampilan berbahasa yang akan menjadi “gengsi” tersendiri.
Kaderisasi
Kaderisasi adalah bagian dari regenerasi. Kaderisasi juga merupakan strategi
mempertahankan sistem dan kultur yang telah dibangun. Karenanya banyak sekolah yang
menerapkan strategi kaderisasi sebagai salah satu cara mempertahankan kulutr yang telah
diberikan kepada siswanya agar terus berlanjut di jenjang berikutnya, dan ini juga bagian dari
strategi mendapatkan siswa baru. Makanya banyak satu yayasan pendidikan yang mengelola
banyak level sekolah. Kalau yayasan pendidikan tersebut mengelola level SD maka dia harus
punya kader dibawahnya seperti TK/RA, juga proses kaderisasi selanjutnya di Level SMP
dan seterusnya.
Brand
Brand tidak hanya ada pada strategi marketing produk, brand pada sekolah pun memiliki
peranan penting. Sekolah yang selalu mendapatkan banyak siswa sampai-sampai mesti dibuat
sistem tes dan seterusnya biasanya merupakan sekolah yang mendapat kredit nilai positif di
masyarakat. Sekolah-sekolah seperti ini biasanya memiliki label modern, fasilitas lengkap,
program unggulan, guru yang profesional dan disiplin, serta prestasi yang segudang (prestasi
guru, prestasi siswa, prestasi sekolah). Sekolah-sekolah seperti ini biasanya akan
mendapatkan tempat dihati masyarakat. Dan untuk membuat brand seperti ini memang
memerlukan biaya yang tinggi, dan hanya sekolah-sekolah yang memiliki sumber biaya yang
bagus saja yang bisa membuat brand seperti ini.
Beberapa Catatan Berharga Tentang Strategi Mendapatkan Siswa Baru tadi semuanya
memerlukan kesungguhan dan biaya yang sangat tinggi, karenanya tidak semua sekolah
mampu menciptakan strategi-strategi tadi. Faktanya, banyak sekolah-sekolah yang mulai
berguguran lantaran tidak mampu menciptakan strategi sehingga siswa baru selalu enggan
mendaftar ditiap tahun ajaran baru. Ini tragis, tapi kenyataan.
Empat hal yang bisa dilakukan oleh sekolah-sekolah swasta agar mampu bertahan dari
persaingan. Memaksimalkan dan mengembangkan potensi guru, berusaha mendapatkan
peluang sumber dana untuk membangun fasilitas, kaderisasi dan tim marketing yang
independen (bukan melibatkan guru).