Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1 INTEGRASI
A. Pengertian Integrasi
Secara arti kata integrasi berasal Dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam hal ini integrasi social dimaknai sebagai proses
penyesuaian diantara unsur- unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat
sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
Sedangkan definisi lain dari integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-
kelompok etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing- masing. Sehingga integrasi memiliki dua
pengertian, yaitu:
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan social dalam suatu system social tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsure- unsure tertentu.
Integrasi adalah pembauran warga masyarakat menjadi satu kesatuan yang utuh dan
bulat kedalam satu kesatuan sosial. Sebagai dasar negara Pancasila telah menciptakan
kestabilan nasional dan mengatasi kemajemukan masyarakat Indonesia. Rasa cinta tanah air
memungkinkan digalangnya persatuan dan kesatuan sehingga mampu mengatasi
kemajemukan dengan mengacu kepada prinsip Bhineka Tunggal Ika.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme integrasi social dalam masyarakat
senantiasa terkait dengan dua landasan berikut:
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi diatas tumbuhnya consensus (kesepakatan) di antara
sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai- nilai kemasyarakatan yang bersifat
fundamental (mendassar).
Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan social lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda
(crosscutting loyalities) Dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan social.
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan
sehingga menghasilkan persenyawaan- persenyawaan berupa adanya konsesus nilai- nilai
yang sama- sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi akomodasi, asimilasi, dan
berkurangnya prasangka- prasangka di antara anggota masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu untuk mewujudkan integrasi masyarakat pada masyarakat majemuk dilakukan
dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Hal yang penting, mengamati dimensi kemajemukan suatu masyarakat dapat
dilakukan dengan melihat jumlah kelompok yang berbeda kebudayaannya, konsensus
anggota- anggota masyarakat terhadap cita yang mengikat seluruh warga masyarakat, dan
mudah- tidaknya individu pindah dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.
Selain memahami integrasi masyarakat juga ada integrasi nasional, untuk terciptanya
integrasi nasional perlu adanya suatu jiwa maya asas spiritual, suatu solidaritas yang besar
yang terbentuk ari persamaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dibuat dan
bersedia dibuat lagi pada masa depan (Ernest Renan,1825-1892). Perlu dicari bentuk- bentuk
akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, yang meliputi
empat system, yaitu:
a. System budaya seperti nilai- nilai Pancasila dan UUD 1945
b. Sistem social seperti kolektif- kolektif social dalam segala bidang
c. System kepribadian yang terwuju sebagai pola- pola penglihatan (persepsi), perasaan
(cathexis), pola-pola penilaian yang dianggap pola- pola keindonesiaan
d. System organic jasmaniah, dimana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka, ke empat system itu harus dibina, dikembangkan, dan
diperkuat sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai.
Secara kongkrit memupuk integrasi dari negara kesatuan yang berotonomi luas yaitu:
Pertama, diupayakan terriorial integration kawasan nusantara, agar secara sosial
dekat satu sama lain: tumbuh shared attachment to place. Integrasi territorial ini tidak saja
dilakukan dalam bentuk pembangunan fisik dan pengembangan system transportasi, namun
juga ditempuh melalui pemerataan akses media masa, system administrasi kondusif, dan
sistem pendidikan yang terbuka pada kontak antar daerah. Kedua, dipupuk kinship
integration. Yaitu, dikembangkan ikatan antar kelompok melalui jalinan perkawinan,
emosional, ekonomi dan politik. Ketiga, integrasi ekonomi yang ditempuh dengan mengikat
orang-orang dalam proses pertukaran dan pasar. Misalnya diciptakan interdepedensi sistemik
dalam hubungan ekonomi regional berdasar spesifikasi produk. Keempat, adalah integrasi
politik. Smelser (1997) mengatakan proses ini sebagai “the bringing together of the people
who may be seperated territorially or culturally under a central government”.
Integrasi bangsa adalah landasan bagi tegaknya sebuah negara modern.
Karena itu, secara teoretik dipahami bahwa ancaman paling serius
terhadap integrasi bangsa adalah disharmoni sosial, sedangkan ancaman paling
nyata terhadap eksistensi wilayah negara adalah gerakan separatisme. Kedua
ancaman itu sering kali bercampur baur.
C. Faktor Integrasi
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan sepenanggungan serta rasa
seperjuanagan di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan
baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang
ditekan ( di jajah ). Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah semboyan kita yang terkenal yaitu
bhineka tunggal ika, dimana kita terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi yang
sama yaitu pancasila. Dengan kata lain yang dapat menjadi faktor integrasi bangsa Indonesia
adalah; (1)Pancasila, (2)Bhineka Tunggal Ika, (3) Rasa cinta tanah air, (4) Perasaan senasib
sepenanggungan. Dengan menyadari keadaan bangsa Indonesia yang majemuk itu, setiap
warga negara harus waspada agar jangan sampai melakukan hal-hal negatif yang dapat
memperlemah persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun factor- factor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi integrasi
social dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
Factor internal : kesadaran diri sebagai makhluk social, tuntutan kebutuhan, dan semangat
gotong royong.
Factor eksternal : tuntutan perkembangan zaman, persaman kebudayaan, terbukanya
kesempatan, berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persamaan visi, dan tujuan, sikap
toleransi, adanya consensus nilai, dan adanya tantangan Dari luar.
D. Syarat Berhasilnya Integrasi Sosial
Untuk mencapai integrasi social dalam masyarakat diperlukan setidaknya dua hal
berikut untuk menjadi solusi atas perbedaan yang terdapat dalam masyarakat:
1. Pada setiap diri individu masing- masing harus mengendalikan perbedaan/ konflik yang ada
pada suatu kekuatan bangsa dan bukan sebaliknya.
2. Tiap warga masyarakat meraas saling dapat mengisi kebutuhan antara satu dengan yang
lainnya. Sehingga dalam masyarakat tercipta keharmonisan dan saling memahami antara stu
sama lain, maka konflik pun dapat dihindarkan.
Maka dari itu ditawarkan empat system berikut untuk mengurangi konflik yang
terjadi, antara lain:
1. Mengedepankan identitas bersama seperti system budaya yang berasaskan nilai- nilai
Pancasila dan UUD 1945.
2. Menerapkan system social yang bersifat kolektiva social dalam masyarakat dalam segala
bidang.
3. Membiasakan system kepribadian yang terintegrasi dengan nilai- nilai social kemasyarakatan
yang terwujud dalam pola- pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis), sehingga pola-
pola penilaian yang berbeda dapat disamakan sebagai pola- pola keindonesiaan.
4. Mendasarkan pada nasionalisme yang tidak diklasifikasikan atas persamaan ras, melainkan
identitas kenegaraan.
12.2 DISINTEGRASI
A. Pengertian Disintegrasi
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak
bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian
yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu
pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking into parts”.
Potensi disintegrasi bangsa Indonesia menurut data empiris relatif tinggi. Salah satu indikasi
dari potensi ini adalah homogenitas ethnik dan linguistic yang rendah.
Disintegrasi merupakan faktor terpenting yang dilancarkan imperialisme untuk
mendominasi pemerintahan suatu negara sehingga pembangunan masyarakatnya
diorientasikan pada corak Barat. Masyarakat Barat dibangun di atas dasar disintegrasi dan
diskriminasi yang menjadi tumpuan rasionalitas Eropa, logika pembaratan, dan pola
kehidupan Barat. Hal-hal tersebut tidak berarti di hadapan Islam dan masyarakat tradisional
yang masih orisinil sebagai rival negara disintegrasi dan aspek-aspek yang bertumpu pada
disintegrasi dan diskriminasi (rasionalitas Eropa, logika pembaratan, dan pemolaan
kehidupan Barat).
Secara historis, masyarakat modern lahir dalam lingkup disintegrasi, sehingga
negerinya pun berwatak disintegratif. Padahal lembaga-lembaga ekonomi dan
kebudayaannya merupakan institusi lokal. Karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa
masyarakat modern merupakan produk undang-undang disintegrasi yang berdampingan
dengan agama dan melahirkan disintegrasi dalam berbagai hal.
Pola disintegrasi sosial: Pertama, kebodohan dan kemiskinan, jaminan pendidikan
untuk orang banyak yang tidak tersedia. Kedua, penyimpangan yang mengganggu
kepentinagn umum dengan modus operandi yang beragam, penyimpangan lain yaitu
ketergantungan obat dan heroin dan penyakit menular seksual. Ketiga, rendahnya ketaatan
publik terhadap berbagai peraturan dan suatu komunal. Nilai kemanusiaan menipis. Keempat,
tidak berfungsinya institusi-institusi sosial dan jaringan sosial karena persoalan birokrasi.
Pelayanan publik tidak dapat berlangsung dengan baik, dilanda sistim birokrasi. Korupsi
melanda berbagai pihak dalam pelayanan publik.
Basis sosial disintegrasi : Proses disintegrasi terakumulasi menjadi suatu penyakit
yang parah, kecenderungan "penarikan diri" masyarakat dari sistem dan struktur yang ada
meyulitkan usaha pemecahan masalah. Kecenderungan untuk memisahkan diri dari sistem
general itu, dapat dipahami dari beberapa proses sosial politik yang terjadi, seperti
kebijaksanaan bahasa nasional yang dijadikan alat politik, awal dari proses penjajahan
identitas lokal yakni menghilangkan akar kultur lokal dalam rangka persatuan dan kesatuan.
Gejala disintegrasi
Secara umum gejala disintegrasi sosial ditandai oleh hal-hal berikut ini :
a. sebagian masyarakat tidak mematuhi aturan dan norma yang ada
b. muncul silang pendapat di antara anggota masyarakat tentang tujuan yang akan dicapai
c. wibawa dan karisma para pemimpin semakin pudar
d. sanksi dan hukuman yang tidak dilaksanakan secara benar dan konsekuen
Bentuk disintegrasi
Adapun bentuk-bentuk disintegrasi sosial antara lain:
a. Pemberontakan atau pergolakan daerah
b. Aksi protes dan demontrasi
c. Kriminalitas
d. Kenakalan remaja
B. Faktor Disintegrasi
Disintegrasi tidak akan berhasil tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Faktor
pertama dan utama adalah lemahnya pemikiran umat Islam. Ini membuat umat Islam
mengalami depolitisasi sehingga kehilangan pengaruh politik di tengah-tengah umat lain.
Umat Islam hampir-hampir tidak memahami politik dan berbagai peristiwa politik yang
terjadi.
Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah negara yang berbentuk kepulauan yang
dipisahkan oleh lautan, sehingga akan memunculkan sikap ingin menguasai daerah sendiri
dan tidak mau diatur.Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi
bangsa, karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan
yang pasti mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga akan
mudah konflik dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa
ketidakadilan yang memicu pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil.
Yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang adanya rasa nasionalisme
yang tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa, campur tangan pihak asing dalam
masalah bangsa. Selain faktor kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia
juga terpicu oleh sentralisasi pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa,
sehingga menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul
keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI.