Vous êtes sur la page 1sur 6

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO

FakultasKeguruandanIlmuPengetahuan
Program StudiPendidikanGuru SekolahDasar
http://www.unusida.ac.id

Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Elsa Rosyidah, M.I.L

Oleh:
1.Dilang Ibnu Affandi
2.Namira Eka Fibriani Senin, 10 Desember 2018
3.Zaza Wahyu Faradillah
4.Yuli Ayu Afriyanti
5.Anita Dwi Yanti
6.Sheny Amelya ayu1001yuli@gmail.com
Berteman Dengan Mantan Adalah
Bukti Kedewasaan. Ini 6 Alasan
Untuk Menjalin Hubungan Positif
Dengan Mantan
Jadi, banyak yang bilang begini:
“Namanya juga hubungan. Kalau udah putus, ya udah — putus aja.
Kalau masih berteman ‘kan bukan putus hubungan namanya?”
Memang sih, berteman dengan mantan bukan pekerjaan mudah. Jauh
lebih gampang (mudah) buat nggak (tidak) kontak-kontakan dengan
mantan selamanya dan cukup tahu kabarnya lewat stalking online saja.
Padahal kalau mau berpikir lebih jernih, menjalin hubungan baik
dengan mantan ada banyak sisi positifnya. Sisi positif ini membuat
usaha yang harus kita keluarkan untuk kembali berteman dengan
mantan jadi (menjadi) sangat sepadan.
Yang bilang berteman dengan mantan itu gak (tidak) mungkin
adalah golongan pemuda yang merugi. Ada banyak hal yang bisa kamu
tuai andai kamu cukup dewasa buat gak (untuk tidak) baper (bawa
perasaan) sana-sini. Butuh diyakinkan lagi? Fine, ini 7 penjabaran lebih
lanjut kenapa kamu nggak (tidak) perlu gengsi buat (untuk) berteman
dengan mantan.
1. Sekali peduli, mustahil berhenti sama sekali. Daripada denial, bukankah lebih baik
kepedulianmu diarahkan untuk membangun pertemanan?
Sekali punya perasaan peduli pada seseorang, nggak (tidak) mungkin perasaan itu dilenyapkan.
Bagaimanapun, orang itu sudah pernah jadi (menjadi) begitu berarti buat kamu. Orang itu juga yang
berperan membentukmu jadi (menjadi) pribadi seperti sekarang ini. Pada orang yang pernah seberjasa
itu di hidupmu, gimana (bagaimana) caranya kamu berhenti peduli?
Catatan: peduli sama mantan bukan berarti diam-diam berharap balikan. “Peduli” artinya simpel saja,
kamu ingin hidupnya bersih dari malapetaka. Kamu ingin dia tak (tidak) menyerah pada ujian yang
sewaktu-waktu bisa tiba. Dan kalau diminta, kamu bersedia membantu sebisanya agar dia selalu baik-
baik saja.
Nggak (tidak) tahu sih apa pendapatmu soal poin ini. Tapi akuilah: (tapi ketahuilah,) bukankah ini
terdengar seperti resep menjadi teman yang baik?

2. Mantan mengerti kamu luar-dalam. Dia tahu sisi-sisi yang bahkan gak (tidak)pernah kamu
tampakkan di depan teman. Yakin orang begini mau “dibuang”?
Sudah berapa banyak pengalaman suka-duka yang kamu punya bersamanya? Gak(tidak) peduli akhirnya
bagaimana, kamu toh (kamu itu) pernah menjalin hubungan yang sangat dekat dengannya. Dia orang
yang paling tahu sisi luar-dalammu. Hal-hal yang nggak (tidak) kamu tampakkan ke orang lain, buat dia
sudah bukan rahasia.
Karena mengerti kamu dari segala sisi, dia kandidat terbaik untuk ditanyai. Kira-kira menurutnya, cocok
nggak (tidak) ya kalau kamu ambil tawaran pekerjaan yang ini? Menurut dia, kamu bakal (akan) bisa
beradaptasi nggak (tidak) ya kalau pindah ke kota ini? Tanpa sadar, setelah tak (tidak) lagi jadi
(menjadi) pasangan kamu sudah punya sahabat secara instan.
3. Kalian berdua masih satu dunia. Kalau harus bertemu lagi sebelum “sepakat untuk
baik-baik saja”, gimana? (bagaimana)
Mau putus atau tidak, kalian berdua masih ada di satu dunia. Karena ini, peluangmu
untuk bertemu dia lagi begitu terbuka. Jadi bukankah lebih nyaman kalau kalian
membangun hubungan baik saja?
Apalagi kalau kalian bertemu sebagai relasi kerja. Dunia kerja tidak akan peduli
pada “kenangan” yang pernah kalian punya. Saat masih ada kecanggungan antara
kamu dan dia, jangan kaget saat kinerjamu terganggu. Sebaliknya, ketika kamu
bertemu dengannya sebagai teman dekat, maka pekerjaanmu akan berjalan lancar
dan mungkin saja kariermu akan terbantu olehnya.
Satu hal yang perlu diingat adalah dia mengerti jalan hidup yang kamu inginkan. Bukan
tak (tidak) mungkin bahwa dialah yang nanti menghubungkanmu dengan peluang
kerja yang kamu cita-citakan. Tentu saja ini tidak terjadi sembarangan. Ini bisa terjadi
dengan satu catatan: kamu berteman baik dengannya. (satu catatan, “kamu
berteman baik dengannya”)

4. Pertemanan yang baik dengan mantan adalah tanda kedewasaan. Kalian berdua
bukan anak kecil yang jadi pecundang di depan perasaan
Sudah bukan zamannya lagi untuk menjalani siklus pacaran-putus-musuhan. Semakin
dewasa, maka kamu akan melihat sebuah hubungan lebih dari sekadar itu. Pacaran-
putus-temanan menunjukkan kedewasaan. Dengan bisa berteman,
kamu membuktikan bahwa kamu bukan budak yang lemah di depan perasaan.
5. Sudah saatnya berdamai dengan dirimu sendiri. Katanya mau jadi lebih baik lagi?

Belajar berteman baik dengan pacar adalah proses berdamai dengan diri sendiri. Pada tahap ini kamu belajar
untuk mengelola perasaan dan mengusahakan kebaikan masa depan. Tentu saja, di awal putus, kamu akan
sangat emosional. Gak (tidak) cuma nyesek (hanya sedih), kamu juga merasakan segumpal sesal dan
kemarahan.
Seiring kamu mampu mengontrol ego dengan baik, hatimu jadi semakin lapang. Yang tadinya terlihat gak
(tidak) masuk akal (seperti menjalin pertemanan), jadi skenario yang menarik ketika kamu sudah move
on dan melupakan semua kekecewaan. Udah (sudah) saatnya, Bung. Turn mistakes into gold!

6. Kalian memulai hubungan dengan baik-baik. Justru gak (tidak) masuk akal untuk menolak
“mengakhirinya” dengan baik-baik.

Ada banyak harapan yang pernah kamu pasang (ingin) dengan mantanmu. Meskipun ada banyak juga
ketidakcocokan yang berujung pada berakhirnya hubungan. Tapi bukankah niat baik untuk menjalin hubungan
itu pernah ada? Justru gak (tidak) masuk akal ketika sekarang kamu mengkhianatinya.
Berteman dengan mantan bukan kemustahilan. Yang kamu butuhkan hanyalah kedewasaan. Di akhir hari, dia
tetaplah individu hebat yang pernah bikin (membuat) kamu jatuh hati. Fakta ini gak (tidak) akan berubah,
meskipun kamu nggak (tidak) memilikinya lagi.
Semoga 6 alasan ini dapat membantumu sebagai pertimbangan untuk menjalin hubungan pertemanan dengan
mantan. Tidak perlu buru-buru. Nikmati prosesmu supaya dirimu bisa menerima dengan lapang dada segala
kenangan dan kekecewaan bersama mantan, kemudian mengubahnya menjadi semangat pertemanan yang tak
akan berakhir. Semoga berhasil!

Vous aimerez peut-être aussi