Vous êtes sur la page 1sur 22

Makalah

METODE GEOELEKTROMAGNETIK

OLEH : KELOMPOK IV

Dewi Ainun Jariah H221 16 006


Muh. Shabran Abdullah H221 16 015
Sriwahyuni H221 16 017
William Mesalangi H221 16 303
Riana Trisartika ` H221 16 304
Muh Rexy Syam H221 16 305
Adiati H221 16 505
Dian Maulidiyah H221 16 503

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Puji dan syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Makalah Metode Geoelektromagnetik ini dapat diselesaikan dengan
lancar dan tepat waktu.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan untuk
mengerjakan laporan ini, Orang tua yang selalu memberikan dukungan penuh,
dosen mata kuliah yang telah memberikan bantuan ilmu sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Tak lupa ucapan terima kasih juga penyusun ucapkan kepada teman-teman
Geofisika 2016 yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam Makalah ini,


Ibarat pepatah “tak ada gading yang tak retak”, demikian pun dengan laporan
lengkap ini yang punya banyak kekurangan. Oleh karenanya, Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai upaya perbaikan
Kami dalam menyusun Makalah kedepannya. Sehingga Makalah
Geoelektromagnetik nantinya dapat menjadi pedoman dalam proses belajar
mengajar. Amiin

Makassar, 7 Desember 2018

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
I.2 Tujuan ................................................................................................... 2
I.3. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Dasar Metode CSAMT ............................................................. 3
II.2 Prinsip Kerja Alat ................................................................................. 5
II.3 Akuisisi Data CSAMT .......................................................................... 7
II.4 Pengolahan Data CSAMT..................................................................... 12
II.5 Kesalahan Saat Pengukuran Metode CSAMT ...................................... 15
II.6 Keuntungan Metode CSAMT .............................................................. 16
II.7 Kekurangan Metode CSAMT ............................................................... 17
BAB III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan .......................................................................................... 18
III.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Metode CSAMT adalah singkatan dari Controlled Source Audio-frequency

Magneto-telluric merupakan suatu metode Geofisika yang menggunakan sistem

induksi elektromagnetik. Metode CSAMT ini merupakan perluasan dari metode

MT (Magneto-telluric) yang menggunakan sumber alami. Goldstein dan

Strangway mengembangkan suatu metode yang menggunakan sumber medan

buatan (CSAMT). Sumber medan yang digunakan berasal dari dipol listrik

yang diinjeksikan ke dalam bumi. Informasi tentang resistivitas batuan bawah

permukaan sebagai fungsi kedalaman, diperoleh dengan mengukur

besarnya medan listrik dan medan magnet untuk berbagai frekuensi. Resistivitas

listrik merupakan parameter penting untuk mengkarakterisasikan keadaan

fisis bawah permukaan, yang diasoasiasikan dengan material dan kondisi bawah

permukaan. Parameter tersebut bergantung pada lithologi, porositas, suhu, tekanan,

dan fluida yang mengisi batuan.

Dengan metode ini kita dapat mengatahui target di dalam permukaan bumi yang

kita inginkan dengan metode induksi Elektromagnetik yaitu penurunan persamaan

untuk metode MT maupun CSAMT dikembangkan mengikuti pendekatan

Cagniard. Asumsi dasar yang digunakan adalah bumi dianggap lapisan horizontal

dimana masing-masing lapisan mempunyai sifat homogen isotropis dan,

gelombang elektromagneik alam yang berinteraksi dengan bumi merupakan

gelombang bidang. Dengan menganggap bahwa bumi bersifat homogen isotropis,

4
sifat fisik medium tidak bervariasi terhadap waktu dan tidak ada suatu sumber

muatan dalam medium yang ditinjau.

Adapun metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi lithologi batuan yang

berhubungan dengan struktur perlapisan batuan bawah permukaan berdasarkan

kontras resistivitas medium dan menginterpretasi sebaran resistivitasnya.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.

1. Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Geoelektromagnetik


2. Suatu usaha untuk meningkatkan pemahaman tentang metode
Elektromagnetik, CSAMT khususnya.
3. Membantu dalam menjelaskan tentang CSAMT (Controlled Source Audio-
frequency Magneto-telluric)

1.3 Rumusan Masalah


Permasalahan dalam metode CSAMT adalah suatu masalah yang sangat
komplek. Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita akan menemukan sekumpulan hal-
hal rumit yang sangat susah untuk dipahami. Masalah yang dihadapi tersebut akan
lebih susah jika kita tidak memahami seluruh dasar metode CSAMT.

5
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

II.1 Konsep Dasar Metode CSAMT

CSAMT adalah salah satu metode geofisika sounding dengan frequencydomain

elektromagnetik yang menggunakan dipol listrik atau loop horizontal sebagai

sumber sinyal buatan. Metode CSAMT pada dasarnya sama dengan metode

Natural-Source Magnetotellurics (MT) dan metode Audio-Frequency

Magnetotellurics (AMT). Perbedaan yang mendasar dari metode ini adalah

penggunaan sumber buatan pada CSAMT yang diletakkan pada jarak tertentu.

Sumber ini menghasilkan sinyal stabil, yang menghasilkan keakuratan lebih tinggi

serta biaya eksplorasi yang lebih ekonomis jika dibandingkan dengan menggunakan

sumber alami pada panjang gelombang yang sama. Akan tetapi CSAMT juga

memiliki interpretasi yang kompleks dengan adanya efek sumber dan batasan-

batasan yang dimiliki oleh alat survey saat di lapangan pengukuran. Pada beberapa

lapangan pengukuran, permasalahan ini bukan merupakan masalah serius dan

metode ini juga terbukti dapat memetakan kerak bumi pada kedalaman 2 hingga 3

Km (Zonge dan Hughes, 1991).

Secara umum pada metode elektromagnetik, gelombang yang berasal dari sumber,

jika sampai ke permukaan maka sebagian ada yang dipantulkan dan sebagian lagi

ditransmisikan. Sedangkan gelombang yang ditransmisikan, jika mengenai anomali

(bahan konduktif) akan menimbulkan medan elektromagnetik sekunder dan medan

ini yang kemudian dicatat oleh receiver. Karena ada sebagian gelombang yang

6
dipantulkan, maka medan yang tercatat pada receiver adalah medan totalnya, yaitu

medan primer yang berasal dari sumber dan medan sekunder yang berasal dari

induksi oleh anomali. Namun untuk kasus CSAMT efek medan primer tidak

tercatat, karena sumber gelombangnya langsung diinjeksikan ke dalam bumi

(Anderson, 1999).

Prinsip dasarnya adalah medan elektromagnetik primer akan dipancarkan keseluruh

arah oleh dipol listrik yang diinjeksikan ke bawah permukaan. Pada saat medan

elektromagnetik primer mencapai permukaan bumi di daerah lain, maka medan

elektromagnetik akan menginduksi arus pada lapisan-lapisan bumi yang dianggap

konduktor. Arus tersebut disebut sebagai arus telluric atau arus eddy.

Adanya arus telluric pada lapisan-lapisan bumi ini akan menyebabkan timbulnya

medan elektromagnetik sekunder yang kemudian akan dipancarkan kembali ke

seluruh arah sampai di permukaan bumi. Dalam pengukuran medan sekunder inilah

yang akan dicatat oleh receiver untuk memperoleh informasi tentang pengukuran

lapisan di bawah permukaan bumi yang diukur. Setiap lapisan mempunyai harga

konduktivitas yang berbeda-beda, sehingga medan elektromagnetik sekunder yang

dihasilkan juga akan berbeda-beda bergantung pada jenis lapisannya

(Anderson,1999).

Dasar teori dari metode CSAMT adalah persamaan maxwell, yang merupakan

persamaan umum yang dapat mendeskripsikan sifat gelombang elektromagnetik

(Zonge and Hughes, 1991).

7
II.2 Prinsip Kerja Alat

Gambar 2. 1 Alat CSAMT

Penurunan persamaan untuk metode MT maupun CSAMT dikembangkan

mengikuti pendekatan Cagniard . Asumsi dasar yang digunakan adalah bumi

dianggap lapisan horizontal dimana masing-masing lapisan mempunyai sifat

homogen isotropis dan, gelombang elektromagneik alam yang berinteraksi dengan

bumi merupakan gelombang bidang. Dengan menganggap bahwa bumi bersifat

homogen isotropis, sifat fisik medium tidak bervariasi terhadap waktu dan tidak ada

suatu sumber muatan dalam medium yang ditinjau, sehingga diperoleh persamaan

Maxwell dalam bentuk:

∇× E = μ H (1)

∇×H =σE +ε E (2)

∇•E = 0 (3)

∇ •H = 0

8
Apabila variasi terhadap waktu dinyatakan sebagai fungsi sinusoidal, maka akan

diperoleh persamaan:

E(r,t) = ReE~(r,ω )eiωt

H(r,t) = ReH~ (r,ω)eiωt

Skin depth adalah jarak pelemahan gelombang elektromagnetik dalam medium

homogeny sehingga menjadi 1/e (~37%) dari amplitudo di permukaan. Dengan

menggunakan pendekatan quasi-static dan mengasumsikan nilai

permeabilitas μ = μ0 = 1,256 x 10-6 H/m, dan memasukkan frekuensi (ω = 2πf),

maka diperoleh :

δ= ρ .f

dengan δ = skin depth (m), ρ = resistivitas medium homogen (Ωm), dan f =

frekuensi gelombangelektromagnetik (Hz). Untuk mendapatkan resistivitas yang

sebenarnya dimana bumi mempunyai resistivitas yang heterogen diperoleh dengan

cara membuat model dan diturunkan hubungan antara resistivitas semu dan

resistivitas sebenarnya (metode inversi).

Hukum Faraday menyatakan bahwa perubahan medan magnet terhadap waktu

menginduksi adanya medan listrik. Begitu pula yang terjadi pada Hukum Ampere,

bahwa medan magnet tidak hanya terjadi karena adanya sumber berupa arus listrik,

akan tetapi dapat juga disebabkan oleh medan listrik yang berubah terhadap waktu

sehingga menginduksi adanya medan magnet. Hukum Coulomb menyatakan bahwa

medan listrik disebabkan oleh adanya muatan listrik sebagai sumbernya.sedangkan

Hukum Kekontinyuan Fluks menyatakan bahwa tidak ada medan magnet monopol.

9
Besarnya nilai medan listrik dan medan magnet induksi bergantung pada nilai

intrinsik batuan berupa ε (permitivitas), µ (permeabilitas) dan σ (konduktifitas)

yang dihubungkan dengan persamaan hingga persamaan, (Hukum Ohm).

̅ =ε𝑬
𝑫 ̅

̅ =μ𝑯
𝑩 ̅

𝑱̅ = σ 𝑬
̅

Persamaan diatas menyatakan bahwa besarnya rapat fluks medan listrik tergantung

pada permitivitas bahan dielektrik yang diinduksi dan besarnya medan listrik yang

menginduksi. Persamaan juga menyatakan bahwa besarnya fluks medan magnet

tergantung pada permeabilitas bahan dielektrik yang diinduksi serta besarnya

medan magnet yang menginduksi. yang merupakan hukum ohm, menyatakan

bahwa rapat arus listrik bergantung pada nilai konduktivitas bahan yang terinduksi

oleh besarnya medan listrik (Vanderlinde, 1993).

II.3 Akuisisi Data CSAMT

Proses akuisisi data CSAMT ini dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya

adalah :

a. Pemasangan

b. elektroda Tx1 dan Tx2

c. Proses pengaturan otomatis dengan software CMTpro

d. Frekuensi

e. Pengaturan arus

f. Pengaturan waktu pengukuran

g. Pengaturan dan pengoperasian pada transmitter TXU-30

10
h. Pengaturan dan pengoprasian genset

i. Pengaturan GPS

j. Pengaturan dan pengoprasian Current Source Controller

k. Pengaturan dan pengoperasian pada receiver V8

l. Pemasangan coil magnetic (Hy)

m. Pemasangan antenna GPS

n. Pemasangan aki

o. Pemasangan porouspot

Gambar 2. 2 Skema Pengukuran Pada Transmitter

11
Gambar 2. 3 Skema Pemasangan Elektroda Tx1 dan Tx2

Pada dasarnya CSAMT adalah turunan spesifik konvensional-sumber alam dan

audio frekuensi magneto-telurik metode, yang menggunakan sumber buatan

(biasanya dalam kisaran 0.1Hz untuk 10kHz) untuk mempercepat akuisisi data dan

menyediakan lebih detail dan sinyal yang kuat. Sumber biasanya terdiri baik loop

atau panjang dipol membumi hingga beberapa kilometer. Dipole mungkin

dikombinasikan dengan kedua ortogonal pemancar dalam rangka menyediakan dua

sumber polarisasi. Serentak pengukuran dari lima terpisah parameter yang diambil

di setiap lokasi; dua komponen medan listrik dan tiga komponen magnet lapangan.

Medan listrik pengukuran diperoleh menggunakan ortogonal dipol sementara

magnetik vektor lapangan diukur menggunakan multiturn permeabilitas tinggi koil.

Modern instrumen CSAMT juga memungkinkan pengukuran alam dan

audiofrequensi sinyal MT dalam rangka memberikan kedalaman eksplorasi

diperpanjang rentang (yang frekuensi rendah semakin besar kedalaman

penyelidikan). Resistivitas semu adalah dikombinasikan dengan ukuran fase

perbedaan antara listrik dan magnetik komponen. Lebih dari isotropik homogen

tanah magnetik komponen akan tertinggal di belakang listrik komponen dengan Pi

12
4. Namun, jika resistivitas bervariasi dengan kedalaman perbedaan fasa terukur

akan berbeda. Bersama inversi data menggunakan kedua fase dan resistivitas semu

memberikan lebih kuat interpretasi. Data biasanya ditampilkan sebagai resistivitas

semu versus frekuensi dan beda fase versus frekuensi plot.

Kemudian hasil mentah dari survei CSAMT adalah sering ditampilkan dalam grafik

log-log resistivitas semu dan fase terhadap frekuensi. Namun, merencanakan

sejumlah konvensi lainnya dapat diterapkan tergantung pada parameter tertentu

yang sedang diukur. Kombinasi inversi resistivitas 1D atau fase gabungan /

resistivitas inversi mengarah pembentukan 2D pseudosections dari resistivitas

terhadap kedalaman. Dalam gambar daerah resistivitas rendah dit ampilkan warna

biru. resistivitas tinggi dalam merah.

Akuisisi data di lapangan menggunakan peralatan CSAMT model Stratagem26716

Rev. D. Alat ini digunakan untuk mengukur intensitas medan listrik dan medan

magnet dalam frekuensi tertentu. Sistem Stratagem terdiri dari dua komponen dasar

yaitu penerima (receiver) dan pemancar (transmitter). Sumber daya untuk pemancar

dibangkitkan dari baterei 12 volt. Sistem penerima standar dikonfigurasi untuk

menerima data dalam jangkauan frekuensi dari 10 Hzsampai 92 kHz. Pengolahan

data secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengukuran komponen E dan Hdalam arah tegak lurus yang

memiliki rentang frekuensi tertentu

2. Melakukan analisis frekuensi (spektrum)

13
3. Melakukan pemilihan sinyal-sinyal pengukuran pada spektrum tertentu

(yang kemudian dianggap mewakili kedalaman tertentu),

4. Melakukan perhitungan nilai resistivitas berdasarkan nilai E dan H

bersesuaian

5. Melakukan perhitungan kedalaman oleh suatu frekuensi melalui

perumusan skin depth

6. Hasil akhir dalam nilai resistivitas untuk berbagai frekuensi (atau

kedalaman) diplot sebagai nilai resistivitas terhadap kedalaman. Langkah-

langkah tersebut kemudian diintegrasikan dengan algoritma inversi Bostic,

analisis koherensi, korelasi, dsb untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih

baik.

14
II.4 Pengolahan Data CSAMT

a. Pengolahan Data CSAMT

Data Lapangan Data CSAMT

Perngolahan Data
dengan
CMTpro™

Inversi Data CSAMT Komparasi


dengan MTsoft2D™, Hasil Inversi
Dan Pemilihan
WinGlink, MT2Dinv™
Hasil Terbaik

Pemodelan 2D dengan
Surfer 9™
Korelasi Data
Bor Dan Geologi
Analisis Setiap Lintasan Lokal

Pemodelan 3D dengan
Geo Slicer X™

Model Geologi

Analisis dan
Intepretasi
Terpadu

Gambar 2. 3 Alur Pengolahan Data


CSAMT

15
menggunakan software MTsoft2D buatan Phoenix Geophysics.

b. Software CMTpro

Sebelum melakukan editing data menggunakan CMTpro terlebih dahulu

dilakukan loading data dari hasil pengkuran di lapangan,yang terdapat pada

alat receiver V8 berupa memory card eksternal menggunakan bantuan card

rider. Data yang didapatkan berupa tiga jenis ekstensi file yang berbeda yaitu

“.tss”, “.tbl”, dan “.trs”. selanjutnya pilih data yang ber ekstensi “.tbl” untuk

kemudian dilakukan pengolahan pada CMTpro.

Gambar 2.5 Tampilan satu Lintasan titik pengukuran

merupakan tampilan data salah satu lintasan titik pengukuran apparent resistivity vs

frequency. Setelah semua data hasil pengukuran dalam satu lintasan dimasukkan,

data tersebut kemudian diperiksa kualitasnya. Data yang baik akan memperlihatkan

kurva yang kontinu (Surya,2010). Selanjutnya apabila data tersebut kurang smooth

dilakukan editing data dengan menu pilihan yang tersedia, tujuannya mengganti

data dengan pilihan data yang tersedia hasil rekaman saat pengukuran.

16
Gambar 2. 6 Tampilan data setelah Editing

Gambar 2. 6 merupakan t tampilan data setelah diediting, terlihat data yang

awalnya kurang smooth menjadi lebih smooth. Pada CMTpro dapat dilihat

nilai apparent resistivity dan frequency dari data hasil pengukuran di

lapangan. Untuk harga apparent resistivity berkisar antara 10 ohm m-100

ohm m, pada frekuensi 6400 Hz -100 Hz. Fasilitas lain yang terdapat pada

CMTpro yaitu, dengan mematikan data pada frekuensi yang tidak

diinginkan, namun perlu diingat, apabila dimatikan satu data, maka nantinya

akan mengalami kendala pada proses inversi menggunakan MTsoft2D,

dikarenakan MTsoft2D tidak dapat digunakan apabila terdapat jumlah

frekuensi yang tidak sama pada lintasan tersebut, solusinya adalah

mematikan frekuensi seterusnya, berikut adalah trampilan data yang

dimatikan frekuensinya.

17
c. Penampang 2D CSAMT Tiap Lintasan

Dari hasil inversi menggunakan softeware MTsoft2D didapatkan data

keluaran dalam bentuk “.dat”, namun perlu diperhatikan data hasil keluaran

tersebut masih dalam skala logaritmik dan kedalaman serta panjang lintasan

masih dalam satuan kilometer. Apabila ingin menampilkan dalam bentuk

meter maka harus dilakukan editing koordinat dengan mengalikan 1000,

serta apabila ingin menampilkan dalam skala linier maka harus mengalikan

skalanya dengan “10^(skala log)”. Hal tersebut bertujuan untuk

memudahkan pembacaan skala dalam linier dan juga dalam satuan meter.

Selanjutnya baru dapat menampilkan hasil inversi menggunakan software

surfer 9.0. berikut merupakan tampilannya.

Gambar 2. 7 Penampang Lintasan 2D

II.5 Kesalahan Pada saat pengukuran Metode CSAMT

1. Kesalahan operator

Kesalahan ini dapat berupa kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan

alat,dimana operator tersebut salah memasang kabel-kabel, serta kesalahan

menentukan konfigurasi medan magnet dan medanlistrik.

18
2. Gangguan Intrumentasi alat

Kesalahan ini meliputi kesalahan pada komponen alat itu sendiri seperti

impedansi yang rendah pada receiver, serta pemasangan kabel yang kurang

sempurna

3. Gangguan Lingkungan

Gangguan ini disebabkan oleh lingkungan daerah pengukuran, dimana pada

lintasan pengukuran terdapat power line atau jaringan kabel yang

bertegangan tinggi,hal ini dapat mempengaruhi kualitas data medan magnet

dan medanlistrik yang terukur.

4. Atmospheric dan telluric noise

Gangguan ini bersifat alami artinya bersumber dari yang disebabkan oleh

aktifitas atmosfer dan arus telurik di dalam bumi.Kasus noise yang

bersumber dari atmosfer dapat berupa petir yang sfitnya memiliki frekuensi

tinggi dan tidak dapat diprediksi kapan akanterjadinya.

5. Gangguan angin

Gangguan ini bersifat alami, dimana tidak dapat diprediksi kapan angina

tersebut terjadi, gangguan ini dapat menyebabkan goncangan atau getaran

yang dapat mempengaruhi kestabilan antenna medan magnet yang berakibat

data medan magnet yang dihasilkan kurang maksimal

II.6 Keuntungan metode CSAMT

1. Padametode CSAMT memilik isinyal yang lebih kuat terutama bila

dibandingkan dengan medan alami yang lemah pada batasan 1000 Hz –

19
3000 Hz, keadaaan ini sering menyulitkan untuk memperoleh data yang

berkualitas dengan menggunakan metode AMT.

2. Mempunyai sinyal yang koheren sehingga meningkatkan keefektifan

pemrosesansinya luntuk menghilangkan noise.

3. Survei dengan menggunakan metode CSAMT lebih cepat dan lebih

ekonomis.

II.7 Kekuranganmetode CSAMT

1. Diperlukannya pemancar (transmitter) pada metode CSAMT

2. Kemungkinan jarak yang dekat antara transmitter (Tx) dengan receiver (Rx)

sehingga menimbulkan efek near field.

3. Pengukuran yang tidak menggunakan konfigurasi tensor secara penuh

menghasilkan informasi yang lebih sedikit.

4. Umumnya berkaitan pada pembatasan kekuatan transmitter sehingga

kedalaman investigasi lebih dangkal.

20
BAB III
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan
Metode CSAMT (Controlled Source Audio-frequency Magneto-telluric)
merupakan salah satu metode survai geofisika dengan menggunakan sistem induksi
elektromagnetik, . Metode CSAMT ini merupakan perluasan dari metode MT
(Magneto-telluric) yang menggunakan sumber alami dan metode ini digunakan
untuk skala yang sempit dan dangkal.

III.2 Saran
Saran untuk setiap metode dapat di praktikan secara langsung pernggunaannya agar
Mahasiswa dapat mengerti dan dapat dimengerti secara praktik, sehubungan
dengan banyaknya alat-alat yang digunakan khususnya untuk mata kuliah Metode
Geoelektromagnetik, kemudian diperlukan pula pelajaran tambahan dari asisten
agar mahasiswa dapat lebih mudah memahami materi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Perdana, Aditya Wira. 2011. Metode Controlled Source Audio Frequency


Magnetotelluric (Csamt) Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah ‘‘A‘‘
Dengan Data Pendukung Metode Magnetik Dan Geolistrik. Skripsi
Universitas Indonesia.
Rahman, Kholilur. 2017. Identifikasi Zona Mineralisasi Emas Berdasarkan Data
Controlled Source Audio-Frequency Magnetotellurics (Csamt) Dengan
Data Pendukung Induced Polarization (Ip) Di Lapangan Au. Skripsi
Universitas Lampung.

Zonge, Kennet L dan Larry J, Hughes. 1991. Electromagnetic Methods in Applied


Geophysics. Terra Graphics, Kingston Springs, Tennesse, US.

Venderlinde, J. 1993. Classical Electromagnetic Theory . Jhon Willey and Sons


Inc, Canada

22

Vous aimerez peut-être aussi