Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki

ikatan kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan

budaya yang menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam

keluarga maupun masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut ,

para lanjut usia mempunyai mkebajikan ,kearipan serta pengalaman

berharga yang dapat di teladani oleh generasi penerus dalam pembangunan

nasional.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan telah

memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat, dengan

meningkatkan angka harapan hidup. Dari hasil sensus penduduk yang

dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000 usia harapan hidup di

Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di perkirakan 17 juta

orang . Pada tahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia

diproyeksikan mencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun . Perubahan

komposisi penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru

yang harus dipenuhi , sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang

komplek bagi lanjut usia ,baik sebagai individu ,keluarga maupun

masyarakat.

Guna mengatasi lanjut usia , diperlukan program pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia yang terencana , tepat guna dan tetap

1
memiliki karakteristik. Sebagai bangsa yang menjamin keharmonisan

hubungan di antara anak , Trhree in one roof, yang artinya Bahwa suasana

hubungan yang harmonis antar ketiga generasi akan terus terjalin

sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung tidak tinggal

bersama dalam satu rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu

atap kebersamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Apa saja klasifikasi pneumonia?
3. Bagaimana etiologi pneumonia?
4. Bagaimana patifisiologi pneumonia?
5. Bagaimana manifestasi klinis pneumonia?
6. Apa saja komplikasi pneumonia ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pneumonia
8. Bagaimana pencegahan dan faktor resiko pneumonia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pneumonia

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan pneumonia?
2. Untuk mengetahui Apa saja klasifikasi pneumonia?
3. Untuk mengetahui Bagaimana etiologi pneumonia?

2
4. Untuk mengetahui Bagaimana patifisiologi pneumonia?
5. Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi klinis pneumonia?
6. Untuk mengetahui Apa saja komplikasi pneumonia ?
7. Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan penunjang pneumonia
8. Untuk mengetahui Bagaimana pencegahan dan faktor resiko
pneumonia?
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pneumonia

BAB 2
PEMBAHASAN

3
A. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak
dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis
dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ). Pneumonia adalah
inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli
dengan cairan. Penyebabnya karena agen infeksi, iritan kimia dan terapi
radiasi. bakterinya bernama pneumococcal pneumonia.( Doenges,
Marilynn E., 1999). Penumonia adalah inflasi parenkim paru, biasanya
berhubungan dengan pengisian cairan di dalam alveoli. Hal ini terjadi
akibat adanya invaksi agen atau infeksius adalah adanya kondisi yang
mengganggu tahanan saluran. Trakhabrakialis adalah beberapa keadaan
yang mengganggu mekanisme pertahanan sehingga timbul infeksi paru
misalnya, kesadaran menurun, umur tua, trakheastomi, pipa endotrakheal,
dan lain-lain. Dengan demikian flora endogen yangmenjadi patogen ketika
memasuki saluran pernapasan.( Ngasriyal,Perawatan Anak Sakit, 1997).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada
masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul
sebagai penyakit primer dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A.
Aziz Alimul : 2006).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang
sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi,
bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi
untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah
pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah
menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian
substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut
pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78).
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:

4
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
2. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering
diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa
menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia. Para
peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi,
orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat
rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian
jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian
besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan
cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab
pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu
didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu
sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi virus pada
saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke
dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang
peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada

5
penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan
mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal
697).
b. Pneumonia Akibat virus.
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan
dengan bakteri hemofilus influenza yang bukan penyebab penyakit
influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya Gejala
awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu
demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12
hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir
sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia
itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang
disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi
bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

C. Etiologi
Diagnosis kuman penyebab akan lebih cepat terarah bila daignosis
pneumonia yang dibuat, dikaitkan dengan interaksi faktor-faktor terjadinya
infeksi dan cara pasien terinfeksi, misalnya infeksi melalui droplet sering
disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui slang infus oleh
Staphylococcus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh P.
aeruginosa dan Enterobacter. Pada masa kini terjadi perubahan pola
mikroorganisme penyebab ISNBA akibat perubahan keadaan pasien seperti
gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan
penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang menimbulkan perubahan pada
karakteristik kuman. Terjadinya peningkatan patogenitas/jenis kuman serta
resistensi yang disebabkan oleh S. aureus, B. catarrhalis, H. influenzae dan
Entero-bacteriacea yang menghasilkan beta laktamase. Perlu diingat bahwa
PN (pneumonia nosokomial) masih mungkin disebabkan oleh infeksi kuman
yang biasa menimbulkan PK (pneumonia komunitas).

6
Pembagian etiologis:

 Bacteria : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus


hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae, bacillus
friedlander, mycobacterium tuberkolusis.
 Virus : respiratory sycytial virus, virus influenza,adenovirus, virus
sitomegalitik
 Mycoplasma pneumonia
 Jamu : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides.
 Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah) cairan amnion.
 Pneumonia hipostatik.

D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu
partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan
makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral.
Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal
yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus
atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus
pada saluran napas bagian atas.

7
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi. Meskipun lebih
dari seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia,
hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar
kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab
yang jarang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1) Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.
Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang
terhirup melalui mulut dan hidung. setelah masuk virus menyerang jalan
nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematian sel, sebagian
virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang
disebut apoptosis. Ketika sistem imun merespon terhadap infeksi
virus,dapat terjadi kerusakan paru.Sel darah putih,sebagian besar limfosit,
akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke dalam
alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli
mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai
tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan
kemudian menyebabkan fungsi organ lain terganggu.Virus juga dapat
membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, untuk alasan ini,
pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi dari pneumonia
yang disebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus
influensa,virussyccytial respiratory(RSV),adenovirusdan metapneumoviru
s.Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi
baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga beresiko terhadap
pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2) Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang
berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru
melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh. Banyak

8
bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti
hidung,mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup menuju
alveoli.Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan
diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung.Invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari
pertahanan sel darah putih,menuju paru.Neutrophil menelan dan
membunuh organisme yang berlawanan dan mereka juga melepaskan
cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun.
Hal ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada
pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan
cairan dari sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu
transportasi oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi
menuju aliran darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal
seperti septik syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada
bagian-bagian tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.
Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-paru dan
dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang dinamakan
empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan bakteri
adalah Streptococcus pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal.Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk
pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses
yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena
bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada
antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada
hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae,
sering disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari
pneumoni pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting
lain penyebab dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri
Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram

9
negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni
termasuk bkan demam, menggigil, dan mual umumnya pada pneumoni
yang disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil, bakteri, dan cairan dari
sekeliling pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi
oksigen. Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran
darah menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik
syok dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian
tubuh seperti otak,ginjal,dan jantung.Bakteri juga dapat berjalan menuju
area antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan
komplikasi yang dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari
pneumoni yang disebabkan bakteri adalah Streptococcus
pneumoniae,bakteri gram negatif dan bakteri atipikal.
Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk
pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses
yang dinamakan pewarnaan Gram.Istilah “atipikal” digunakan karena
bakteri atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih
sehat,menyebabkan pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada
antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain. Tipe dari bakteri gram
positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak
orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus”
adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia
kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia
adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri Gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang daripada
bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri gram negatif yang
menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,Klebsiella
pneumoniae,Escherichia coli,Pseudomonas aeruginosa,dan Moraxella
catarrhalis.Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan mungkin
memasuki paru-paru jika muntahan terhirup.Bakteri atipikal yang
menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila
pneumoniae,Mycoplasma pneumoniae,dan Legionella pneumophila.

10
3) Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini
mungkin terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang
disebabkan AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan
lain.patofisiologi dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan bakteri,Pneumonia yang disebabkan
jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma
capsulatum,Cryptococcus neoformans,Pneumocystis jiroveci dan
Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling sering ditemukan pada
lembah sungai Missisipi,dan Coccidiomycosis paling sering ditemukan
pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4) Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-
paru.Parasit ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan
ditelan.Setelah memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-
paru,biasanya melalui darah. Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain
,kombinasi dari destruksi seluler dan respon imun yang menyebabkan
ganguan transportasi oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil
berespon dengan dahsyat terhadap infeksi parasit.Eosinofil pada paru-paru
dapat menyebabkan pneumonia eosinofilik yang menyebabkan komplikasi
yang mendasari pneumonia yang disebabkan parasit.Parasit paling umum
yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Toxoplasma gondii,
Strongioides stercoralis dan Ascariasis. adalah
Toxoplasma gondii,Strongioides stercoralis dan Ascariasis.

E. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas atau terkadang
euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak berbicara dengan
kecepatan yang tidak biasa.

11
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher.
3. Anoreksia, merupakan hal umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebih besar atau sedikit melalui tahap demam dari
penyakit, seringkali memanjang sampai ke tahap pemulihan
4. Muntah, biasanya berlangsung singkat, tetapi dapat menetap selama
sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sring menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiktis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama faase akut.

F. Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis
pururental, perikarditis dan epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H.
Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467).

G. Pemeriksaan Penunjang

12
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos),
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi
jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada :
bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures
A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur
darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan
jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ;
kareteristik sel rekayasa(rubela)
H. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat.
Ventilasi mekanik mungkin dperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat
dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume
cairan

13
e. Terapi antimoikrobial berdasarkan kultur sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik.

I. Asuhan Keperawatan
a. Fokus Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
1. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan
penyakit yang menyertai.
2. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan,
faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3. Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
4. Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas
pembawa oksigen darah.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan
ketidakadekuatan
pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit kronis,
malnutrisi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

14
5. Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk
menetap.
6. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi.
7. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, penurunan masukan oral.

c. Intervensi
Dx 1 : Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea
bronchial, peningkatan produksi sputum, ditandai dengan:
 Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
 Bunyi nafas tak normal.
 Dispnea, sianosis
 Batuk efektif atau tidak efektif dengan/tanpa produksi sputum.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
 Batuk teratasi
 Nafas normal
 Bunyi nafas bersih
 Tidak terjadi Sianosis

Intervensi:
 Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada
Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris
sering terjadi karena ketidaknyamanan.
 Auskultasi area paru, catat area penurunan 1 kali ada aliran udara dan bunyi
nafas.
Rasional: Penurunan aliran darah terjadi pada area konsolidasi dengan
cairan.

15
 Ajarkan teknik batuk efektif
Rasional : Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami untuk
mempertahankan jalan nafas paten.
 Penghisapan sesuai indikasi.
Rasional: Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas suara mekanik
pada faktor yang tidak mampu melakukan karena batuk efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
 Berikan cairan sesuai kebetuhan.
Rasional: Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan
secret
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi: mukolitik.
Rasional: Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi
sekret, analgetik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat
menurunkan upaya batuk/menekan pernafasan
.

Dx 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pembawa


oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen, ditandai dengan:
 Dispnea, sianosis
 Takikardia
 Gelisah/perubahan mental
 Hipoksia
Tujuan : gangguan gas teratasi
Kriteria hasil :
 Tidak nampak sianosis
 Nafas normal
 Tidak terjadi sesak
 Tidak terjadi hipoksia
 Klien tampak tenang
Intervensi

16
 Kaji frekuensi/kedalaman dan kemudahan bernafas
Rasional: Manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
 Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis
perifer (kuku) atau sianosis sentral.
Rasional: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis pada daun telinga, membran mukosa dan
kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
 Kaji status mental.
Rasional: gelisah mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat
menunjukkan hipoksia atau penurunan oksigen serebral.
 Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan
batuk efektif.
Rasional: tindakan ini meningkat inspirasi maksimal, meningkat
pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi tak efektif.
 Kolaborasi
Berikan terapi oksigen dengan benar misal dengan nasal plong master,
master venturi.
Rasional: mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. O2 diberikan dengan
metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pernapasan.

Dx 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi (penyebaran) berhubungan dengan


ketidakadekuatan pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun), penyakit
kronis, malnutrisi.
Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Waktu perbaikan infeksi/kesembuhan cepat
 Penularan penyakit ke orang lain tidak ada
Intervensi:
 Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
Rasional: selama awal periode ini, potensial untuk fatal dapat terjadi.

17
 Tunjukkan teknik mencuci tangan yang baik.
Rasional: efektif berarti menurun penyebaran/perubahan infeksi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan penularan terhadap patogen infeksi lain
 Potong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang. Tingkatkan
masukan nutrisi adekuat.
Rasional: memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tekanan
alamiah
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotic. Berikan antimikrobial sesuai
indikasi dengan hasil kultur sputum/darah misal penicillin, eritromisin,
tetrasiklin, amikalin, sepalosporin, amantadin.
Rasional: Obat digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial
pulmonia.
Dx 4 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan:
 Dispnea
 Takikardia
 Sianosis
Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil :
 Nafas normal
 Sianosis tidak terjadi
 Irama jantung normal
Intervensi
 Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasional: merupakan kemampuan, kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan interan.
 Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan
istirahat.

18
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi.
 Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.

Dx 5 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim varul, batuk menetap


ditandai dengan:
 Nyeri dada
 Sakit kepala
 Gelisah
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Nyeri dada teratasi
2) Sakit kepala terkontrol
3) Tampak tenang
Intervensi:
 Tentukan karakteristik nyeri, misal kejan, konstan ditusuk.
Rasional: nyeri dada biasanya ada dalam seberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul karena pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
 Pantau tanda vital
Rasional: Perubahan FC jantung/TD menu bawa Pc mengalami nyeri,
khusus bila alas an lain tanda perubahan tanda vital telah terlihat.
 Berikan tindakan nyaman pijatan punggung, perubahan posisi, musik
tenang/berbincangan.
Rasional: tindakan non analgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat
menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek derajat analgesik.
 Aturkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode
batuk.
Rasional: alat untuk mengontrol ketidaknyamanan dada sementara
meningkat keefektifan upaya batuk.

19
 Kolaborasi : Berikan analgesik dan antitusik sesuai indikasi
Rasional: obat dapat digunakan untuk menekan batuk non produktif atau
menurunkan mukosa berlebihan meningkat kenyamanan istirahat umum.
Dx 6 : Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
inflamasi
Tujuan: Nutrisi tubuh dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan
 Pasien mempertahankan meningkat BB
Intervensi :
 Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/muntah, misalnya: sputum,
banyak nyeri.
Rasional: pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
 Jadwalkan atau pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.
Rasional: menurun efek manual yang berhubungan dengan penyakit ini
 Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti
panggang)
makanan yang menarik oleh pasien.
Rasional: tindakan ini dapat meningkat masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali.
 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional: adanya kondisi kronis keterbatasan ruangan dapat menimbulkan
malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap inflamasi/lambatnya respon
terhadap terapi.
Dx 7 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebihan, demam, berkeringat banyak, nafas mulut,
penurunan masukan oral.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil :

20
Pasien menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter
individual yang tepat misalnya membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, tanda vital stabil.

Intervensi :
 Kaji perubahan tanda vital contoh peningkatan suhu demam memanjang,
takikardia.
Rasional: peningkatan suhu/memanjangnya demam meningkat laju
metabolik dan kehilangan cairan untuk evaporasi.
 Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
Rasional: indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun
membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan O2
tambahan.
 Catat laporan mual/muntah
Rasional: adanya gejala ini menurunkan masukan oral
 Pantau masukan dan keluaran catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan. Ukur berat badan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan
keseluruhan penggantian.
Tekankan cairan sedikit 2400 mL/hari atau sesuai kondisi individual
Rasional: pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan resiko dehidrasi.
 Kolaborasi : Beri obat indikasi misalnya antipiretik, antimitik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan
 Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional: pada adanya penurunan masukan banyak kehilangan
penggunaan dapat memperbaiki/mencegah kekurangan

d. Evaluasi

1. Jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tak ada dispnea, sianosis.

2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA


dalam rentang normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

21
3. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang
dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tanda
vital dalam rentang normal.

4. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, dan peningkatan aktivitas yang tepat.

5. Menunjukkan peningkatan masukan makanan, mempertahankan/


meningkatkan berat badan, menyatakan perasaan sejahtera.

6. Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter


individual yang tepat, mis: membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil.

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu
infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada
orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-
persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes,
dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak
antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia
dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum

22
ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih
banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali
orang tua terdapat riwayat merokok.

B. Saran

Hakikat dari manusia itu sendiri yang penuh dengan


ketidaksempurnaan. Begitu juga dengan makalah ini, penulis menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena ini
adalah sebuah usaha yang manusiawi. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan
penyusunan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Charles, J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba
Medika. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 2. EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
SumberDari: http://www.ilmukeperawatan.info/2011/10/asuhan-keperawatan
pneumonia.html#ixzz4QcfYHzcb

23

Vous aimerez peut-être aussi