Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perilaku abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan


depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Salah satu kajian dalam ilmu
psikologi yang mempelajari gangguan kepribadian pada sesorang. Gangguan
kepribadian ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang dan
membuatnya berpikir bahwa dia adalah seseorang yang berbeda dari yang
lain, karena dia tidak menikmati kehidupan yang normal pada umunya.
Seseorang yang menderita gangguan kepribadian memiliki suatu
ketidakseimbangan pada cara berpikir mereka. Mereka mungkin tampak sehat
secara fisik atau normal seperti orang kebanyakan, tetapi sebenarnya
pemikiran mereka sakit. Ada banyak jenis gangguan kepribadian dari yang
parah sampai dengan yang ringan. Namun, sebagian besar orang yang
menderita bentuk yang ringan yang akan dapat berubah menjadi parah
sewaktu-waktu. Jika gangguan menjadi parah, orang yang menderita biasanya
tidak akan memiliki kontak dengan masyarkat atau akan berperilaku dalam
cara yang abnormal
Abnormalitas di lihat dari sudut pandang biologis berawal dari
pendapat bahwa patologi otak merupakan factor penyebab tingkah laku
abnormal. Pandangan ini di tinjau lebih kuat dengan perkembangan di abad
ke-19 khususnya pada bidang anatomifaal, neurologi, kimia, dan kedokteran
umum.
Fungsi otak yang kuat tergantung pada efesiensi sel saraf atau neufron
untuk menstransmisiksikan suatu pesan melalui synaps ke neufron berikutnya
dengan menggunakan zat kimia yang diseut neurotransmitter. Dengan ketidak
seimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis
munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selan dari patologi otak sudut
pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal
ditentukan oleh gen yang di turunkan.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian Perilaku Abnormal ?
2. Bagaimana model Perilaku Abnormal ?
3. Bagaimana criteria Perilaku Abnormal ?
4. Bagaimana sebab-sebab Perilaku Abnormal ?
5. Bagaimana macam-macam gangguan Kepribadian Abnormal ?
6. Bagaimana Penyembuhan Perilaku Abnormal ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Perilaku Abnormal
2. Untuk mengetahui model Perilaku Abnormal
3. Untuk mengetahui kriteria Perilaku Abnormal
4. Untuk mengetahui sebab-sebab Perilaku Abnormal
5. Untuk mengetahui macam-macam gangguan Kepribadian Abnormal
6. Untuk mengetahui penyembuhan Perilaku Abnormal

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Abnormal


Perilaku abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan
depresi yang tidak sesuai dengan situasinya. Perilaku Abnormal terdiri dari
dua kata yaitu Perilaku dan Abnormal. Perilaku menurut kamus bahasa
Indonesia adalah tingkah laku seseorang manusia/ sikap seseorang manusia,
sedangkan Abnormal dapat difenisikan sebaga hal yang jarang terjadi (seperti
kidal) atau penyimpangan dari kondisi rata-rata ( seperti tinggi badan yang
ekstrim).
Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik
kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental
breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah
dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya,
masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan
supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan
kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada
tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang
kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-
roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut
trephination–menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat
pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman
pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa
perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis.
Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di
daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang
mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh
karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka
mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.

3
Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah
gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab
perilakuabnormal. Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad
pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh
jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni.
Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya:
berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan
membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan
perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan
dengan peralatan tertentu.
Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan
hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18.
Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan
sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia.
Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan,
meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis,
sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan
singkatnya :
1. Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger
(1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada
penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman
lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks
penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa
gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak
semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa
setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan
biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola
perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik
karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom
dari gangguan yang mendasarinya.
2. Perspektif psikologis: Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria
(1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada

4
interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar.
Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan
model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku
abnormal.
3. Perspektif sosiokultural: Pandangan ini meyakini bahwa kita harus
mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana
suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal.
Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan
masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah
psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti
kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gaya hidup,
dan sebagainya.
4. Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku
abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu
model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku
abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan
interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang
biologis, psikologis, dan sosiokultural.

1.2 Model Perilaku Abnormal


Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan, gambaran,
bentuk dan sebagainya dapat di lihat melalui:
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang
dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi,
Sebab-sebab gejala, dan Cara mengatasi.
2.2.1 Model demonologis.
Dasar perilaku abnormal adalah kepercayaan pada unsur-unsur
mistik, ghaib (kekuatan setan, guna2, sihir). Gejala-gejalanya adalah
Halusinasi, PL aneh, tanda jasmani khusus (warna kulit, pigmen, dsb )
dianggap sebagai tanda setan. Sementara jenis Gangguan mental adalah
bersifat “jahat” -dianggap berbahaya, bisa merugikan / membunuh orang.

5
Cara mengatasinya:
a) Zaman batu: Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh
jahat.
b) Abad pertengahan: Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara,
RSJ
c) Perkembangan di Gereja: Pendeta yang mengobati (doa,
sembahyang, penebusan dosa).
2.2.2 Model Naturalistis
Dasar penyebabnya : Proses-proses fisik / jasmani perilaku abnormal
selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang abnormal (bukan
karena gejala spiritual). Misal : Hipocrates – Galenus Perilaku abnormal —
karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam tubuh). Cara mengatasi
: Perlakuan terhadap penderita lebih humanistic/manusiawi – lebih lembut,
wajar dan menghilangkan bentuk siksaan-siksaan.
2.2.3 Model Organis
Dasar perilaku abnormal : Kerusakan pada jaringan syaraf atau
gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi endokrin,
infeksi, luka2, khususnya pada otak.
2.2.4 Model Psikologi
Dasar perilaku abnormal : Pola-pola yang patologis, Pendekatan
Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic.

2.3 Kriteria Perilaku Abnormal


Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang
individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria
berikut:

2.3.1 Kriteria Statistik.


Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila
menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias
menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi
normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik

6
perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui
nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
2.3.2 Kriteria Norma.
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di
masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang
bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam
masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai
kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan
perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap
sebagai bentuk perilaku abnormal.
2.3.3 Personal Distress.
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan
distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa
menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua
penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang
sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk
menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan
secara umum.

2.4 Sebab-sebab perilaku abnormal


2.4.1 Trauma pada anak masa kanak-kanak

Contoh: Ketika si anak menyaksikan orang tuanya kerap bertengkar,


maka tidak menutupi kemungkinan ia akan memutuskan untuk tidak
menikah karena ia menganggap bahwa pernikahan menimbulkan
penderitaan
2.4.2 Deprivasi parental ( kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti
pelukan, ciuman, dll)
Contoh: ketika ayah dan ibu si anak pergi bekerja setiap dini hari dan
pulang setiap malam hari maka otomatis waktu bertemu antara orang tua
dan anak sangat minim, sehingga anak kurang mendapat perhatian, pelukan,

7
pujian, pengasuhan, dll, dari orang tuanya, hal itu dapat berpengaruh pada
perkembangan emosi dan mentall
2.4.3 Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat.

Contoh : pola asuh yang salah seperti terlalu membebaskan atau


contoh yang buruk dari orang tua yang kemudian ditiru oleh sang anak
2.4.4 Sruktur keluarga yang tidak sehat
Contoh: orang tua yang tidak pecus dalam mendidik anak, orang tua
yang antisocial seperti pengedar narkoba/perampok, keluarga yang tidak
akur dan bermasalah, keluarga yang tidak utuh
2.4.5 Stress berat

Contoh: frustasi, merasa tidak diperhatikan, dll

Beberapa prespektif lain yang merupakan penyebab lain tingkah laku


abnormal dengan membedakan antara lain:
1) Penyebab primer
Penyebab primer : kondisi yang harus di penuhi agar suatu
gangguan dapat muncul, meskipun dalam kenyataan gangguan tersebut
tidak atau belum muncul.
Contoh dalam bidang psikologi adalah kecemasan yang terjadi
ketika seseorang anak masih kecil. Ini merupakan penyebab primer
yang harus ada untuk terjadinya suatu gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku.
2) Penyebab predisposisi
Penyebab predisposisi : keadaan sebelum munculnya suatu
gangguan yang merintis kemungkinan terjadinya suatu gangguan
dimasa yang akan datang. Misalnya sifat tertutup dapat merupakan
predisposisi gangguan perilaku menghindar kemudian.

8
3) Penyebab yang mencetuskan
Penyebab yang mencetuskan: peristiwa yang sebenarnya tidak
terlalu parah namun seolah-seolah merupakan sebab timbulnya perilaku
abnormal.
Misalnya seorang anak yang sejak lama sudah meredam frustasi
(predisposisi), setelah terjadinya sesuatu peristiwa sepele (peristiwa
pencetus) mengalami gangguan jiwa
4) Penyebab yang menguatkan (reinforcing)
Penyebab yang menguatkan( reinforcing) : peristiwa yang terjadi
pada seseorang yang menetapkan sesuatu keadaan atau kecenderungan
tertentu
Misalnya seseorang yang mempunyai dendam pada sekelompok
suku tertentu diberi informasi yang mendukung rasa dendam itu.

2.5 Macam-macam gangguan kepribadian


Gangguan kepribadian merupakan gangguan yang dialami seseorang
sehingga merubah pandangan, emosional serta perilaku seseorang. Tidak
sedikit akibat dari gangguan tersebut banyak membuat orang lain tidak dapat
membangun hubungan secara sosial karena membuat orang lain merasa tidak
nyaman. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan tersebut,
misalnya penyakit fisik pada otak atau saraf, faktor lingkungan, genetik dan
hal-hal lain yang merubah perilaku penderita. Beberapa gangguan
kepribadian sebenarnya hapir dapat ditemukan sehari-hari, bisa diri kita,
keluraga dan orang lain disekitar kita. Namun gangguan kepribadian bukan
berarti bahwa penderita tersebut mengalami kegilaan.

Berikut ini jenis gangguan kepribadian yang banyak terjadi :

2.5.1 Gangguan kepribadian Paranoid

Paranoid berasal dari bahasa yunani, yaitu paranoia yang memiliki


makna bahwa seseorang yang mengalami gangguan mental atau
kepribadian, dimana orang tersebut merasa bahwa seseorang ingin
membahayakan atau merugikanya. Biasanya hal itu hanya terus dirasakan

9
penderita ketika merasa orang lain memiliki perilaku yang mencurigakan
baginya. Penderita paranoid memiliki gejala berupa rasa curiga yang
berlebihan terhadap orang lain, merasa orang lain mempunyai motif tertentu
dan ingin memanfaatkannya, sulit bekerjasama dan sering ada rasa
permusuhan, sulit bersosial dan kurang humoris.

2.5.2 Gangguan kepribadian skizoid

Gangguan kepribadian sosial cenderung memiliki sifat yang tidak


tertarik terhadap keadaan lingkungan sekitar termasuk sesama manusia dan
lawan jenis. Penderita sering lebih menyendiri dan tampak seperti orang
yang tidak dapat meluapkan perasaannya. Orang dengan gangguan ini juga
tidak tampak menikmati suatu suasana dan akan merasa selalu datar atau
biasa saja.

2.5.3 Gangguan kepribadian skizotipal

Gangguan skizotipal d ikatakan sebagai tanda awal terjadinya


skizofrenia. Orang dengan gangguan skizotipal memiliki hubungan yang
tidak baik terhadap orang lain, yang bisa dilihat dari ucapannya atau
sikapnya terhadap orang lain. Akibatnya penderita biasanya akan dijauhi
oleh orang lain dan hubungannya semakin merenggang. Semakin lama
penderita akan mulai seperti berilusi dan berkata ngawur dan berprilaku
aneh serta interaksinya dam bersosialisasi cenderung tidak lazim.

2.5.4 Gangguan kepribadian borderline

Gangguan kepribadian borderline memiliki nama lani gangguan


kepribadian ambang, dimana pen derita berada pada ambang neurosis
dan skizofrenia atau ambang psikotik. Penderita umumnya akan mudah
mengalami perubahan suasana hati dan emosi. Penderita umumnya cepat
marah, sulit berpikiran jernih dan sulit mengevaluasi diri. Akibatnya
suasana emosi yang terjadi dapat mempengaruhi perilaku penderita.
Penderita biasanya mudah kecewa pada orang lain ketika keinginannnya
tidak dapat dipenuhi.

10
2.5.5 Gangguan kepribadian histrionik

Gangguan kepribadian histrionik merupakan gangguan dimana


seseorang cenderung sulit menahan emosinya dalam mendapatkan suatu
perhatian (menjadi pusat perhatian). Penderita cenderung tampak berlebihan
dan perasaan yang berubah-ubah. Akibat suasana yang terlalu dramatis
maka penderita bisa berlebihan dalam hal menyenangkan atau sebaliknya
dalam hal sedih atau duka.

2.5.6 Gangguan kepribadian menghindar (Avoidant)

Gangguan avoidant berupa keadaan seseorang yang takut memiliki


hubungan dengan masyarakat. Berbeda dengan gangguan skizoid, perilaku
antisosial cenderung dengan sengaja menghindari masyarakat atau
lingkungan sekelilingnya. Kadang perasaan yang timbul misalnya perasaan
yang menganggap dirinya tidak beruntung, atau malu sehingga kurang
percaya diri dan merasa kurang pantas berteman atau berhubungan dengan
seseorang.

2.5.7 Gangguan kepribadian narsistik

Narsistik merupakan keadaan dimana seseorang terlalu menggangap


atau melebih-lebihkan kemampuan dirinya dibanding hal sebenarnya.
Akibat perasaan yang berlebihan terhadap dirinya, kadang penderita merasa
pentas diperlakukan secara khusus dan dikagumi oleh orang lain. Akibatnya
kadang penderita merasa lebih hebat dari orang lain sehingga sering merasa
orang lain harus mengikuti segala idenya. Akibat rasa percaya diri yang
berlebihan, penderita mudah iri ketika ada orang yang dilihatnya lebih hebat

2.5.8 Gangguan kepribadian obsesif kompulsif

Obsesif kompulsif merupakan keadaan seseorang tidak mampu


mengendalikan dirinya atas obsesi dari pikirannya (kadang hal yang tidak
ingin dipikirkan) sehingga cenderung melakukan hal berulang-ulang karena
terus dipikirkan. Jika perbuatannya tidak melakukan hal yang dipikirkannya,
maka penderita cenderung akan mengalami rasa cemas. Misalnya orang

11
yang cenderung sering merasa apakah lupa mengunci pintu atau mematikan
kompor api, sehingga akan pergi mengeceknya kembali.

2.5.9 Gangguan kepribadian Astenik (dependen)

Astenik merupakan perasaan seseorang yang seperti kurang percaya


diri. Penderita cenderung bergantung pada orang lain dalam melakukan hal.
Penderita merasa tidak mampu untuk melakukan suatu hal jika sendiri dan
perlu orang lain membantunya. Akibatnya penderita kadang sulit
memutuskan pendapat saat sendiri, dan sulit menyelesaikan
tanggungjawabnya akibat perasaan tersebut

2.5.10 Gangguan kepribadian antisosial

Gangguan antisocial merupakan keadaa dimana seseorang kurang


memiliki rasa sosial dan cenderung tidak memperdulikan orang lain.
Penderita cenderung tidak memiliki perasaan atau hati nurani terhadap
orang lain. Akibat kurangnya rasa simpati, penderita akan mudah
menyalahkan orang lain atau mengintimidasi orang lain atas suatu
kesalahan. Penderita biasanya jauh lebih mementingkan keinginannnya
dibanding orang lain.

2.5.11 Gangguan kepribadian eksplosif

Gangguan ini berupa perilaku sseseorang yang meledak-ledak.


Biasanya penderita mengalami ledakan amarah atau agresif yang
berlebihan atas suatu peristiwa kecil. Akibat kurangnya pengendalian
emosional, kadang penderita sampai melakukan kekerasan dan merusak
benda tanpa pikir panjang. Namun biasanya setelah itu penderita akan
menyesali lagi perbuatannya.

12
2.5.12 Gangguan kepribadian pasif progresif

Gangguan ini terjadi pada orang yang tampak begitu santai dan
malas. penderita cenderung melakukan hal yang berlawanan dari rencana
awal akibat rasa tidak suka atau tidak senang. Sehingga penderita seolah
memperlihatkan ketidaksukaannya dengan cara melakukan hal
berlawanan. Misalnya penderita suka mengulu-ulur waktu atau lambat
dalam melakukan hal yang direncanakan namun tidak disukainya. Berkerja
tidak maksimal atau tidak sesuai target dengan sengaja. Melakukan kerja
asal-asalan serta merasa bahwa hal itu tak penting banginya. Umumnya
penderita akan melakukan hal tersebut atas kekecewaan yang tidak mampu
diungkapkannya karena takut akan permusuhan.

Penanganan atas hal diatas dapat dilakukan dengan berkonsultasi pada


psikiater, pada keluraga, serta sahabat dan terbuka untuk mau mendengarkan
pendapat orang lain. Dilain sisi kita perlu mengendalikan kesabaran serta
menahan emosional, berusaha mengambil keputusan dan bertidak bijak dengan
melihat dengan melihat permasalahan dengan pikiran tanpa emosi. Perubahan
mungkin tidak dapat langsung terjadi, namun seiring dengan latihan dan
penerapan dalam sehari-hari akan mampu mengatasi gangguan-gangguan
tersebut.

2.6 Penyembuhan Perilaku Abnormal


Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal
berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh
disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya
penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan
prosedur pembedahan.

2.6.1 Kemoterapi(Chemotherapy). Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus


J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan
gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini
dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang
menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia. Beberapa tahun kemudian

13
ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan
dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan.
2.6.2 Electroconvulsive. Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy)
dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi
ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil
yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan
kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami
depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
2.6.3 Psychosurgery. Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya
pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery
merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah
laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang
berat dan kerusakan pada bagian otaknya. Pada pasien yang mengalami
gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang
menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area
hipotalamus tertentu. Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom
psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas,
disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.

Usaha lain yang dapat dilakukan untuk melakukan pencegahan


terjadinya abnormal kepribadian antara lain:

a) Hindari konflik batin yang berasal dari diri sendiri maupun lingkungan
b) Upayakan untuk selalu memelihara kebersihan jiwa, hati nurani yaitu
dengan kejujuran, tidak iri dengki dan tidak berfikir negatif
c) Upayakan segala tingkah laku sesuai dengan norma dan etika yang ada di
masyarakat.
d) Dalam kehidupan berusaha melatih, membiasakan dan menegakkan
disiplin dalam segala hal.
e) Melatih berfikir positif dan berbuat wajar tanpa menggunakan mekanisme
pertahanan diri dan pelarian negatof
f) Berani dan mampu mengatasi setiap kesulitan yang di hadapi dengan
kemauan dan usaha konkrit dan rasional

14
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Perilaku abnormal adalah kondisi emosional seperti kecemasan dan


depresi yang tidak sesuai dengan situasinya.
2. Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi
ruang dan waktu yang mencakup Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala
patologi, Sebab-sebab gejala, dan Cara mengatasi. Model perilaku
abnormal terdiri dari : model Demonologis, naturalistis, organs, dan
psikologi
3. Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu
menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
4. Sebab-sebab perilaku abnormal: Trauma pada anak masa kanak-kanak ,
Deprivasi parental ( kurangnya rangsangan emosi dari orang tua seperti
pelukan, ciuman, dll), Hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat,
Sruktur keluarga yang tidak sehat, Stress berat.
5. Macam-macam gangguan kepribadian
Gangguan kepribadian merupakan gangguan yang dialami seseorang
sehingga merubah pandangan, emosional serta perilaku seseorang.
6. Penyembuhan Perilaku Abnormal
Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat
bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi
biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya
penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif
dan prosedur pembedahan.

3.2 Saran

Dari penjelasan di atas, kami memberi saran supaya kita lebih


memahami mengenai tentang pentingnya mengetahui kepribadian
abnormal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Evi Lupita, 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. PT Pustaka Insan Madani,


AnggotaIKAPI:Jl.Kenanga,Muguwoharjo,Depok,Sleman,Yogykarta
55282

wedaran.com/6781/pengertian-psikologi-abnormal-jenis-gangguan-
kepribadian/

kuliahpsikologi.com/psikologi-klinis/perilaku-abnormal-pengertian-model-
kriteria-dan-penyembuhan-perilaku-abnormal/

halosehat.com/penyakit/gangguan-jiwa-mental/jenis-gangguan-kepribadian

psychologymania.net/2010/04/gangguan-kepribadian-personality.html

windhi-marifatiyani-fpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-106367-Psikologi-
Klinis- -Sebab-Sebab-Tingkah-Laku-Abnormal.html

17

Vous aimerez peut-être aussi