Vous êtes sur la page 1sur 13

A.

Definisi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka
kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari
bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut
terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1994)
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru
(alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun
demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di
Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa inggris yakni Acute Respiratory
Infections (ARI).

B. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk
ditetapkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di
Indonesia masih didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi
WHO, penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1%
hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju, dewasa ini Pneumonia
pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

a. Faktor Pencetus ISPA


1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang
usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih
baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota
besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan
kemampuannya menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong
peningkatan jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit
menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya
penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi
Balita yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat
yang masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA.
3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis
beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi
kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya
peningkatan kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian
pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi
semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA.
Perilaku bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat
pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di
masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman
masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA
yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

5) Lingkungan dan Iklim Global


Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas
buang sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman
kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal
terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu
angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan
imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran
pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena
dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka
akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
C. Manifestasi Klinis
1. Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt. Penyakit ini
biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung
dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 451).
2. Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak
sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul
sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
3. Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku
dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

4. Anoreksia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
5. Vomiting
Biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
6. Diare
Seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal
Pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena
banyaknya sekret.
8. Batuk
Merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin
tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas
Biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991).

D. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Biakan virus
2. Serologis
3. Diagnostik virus secara langsung.
Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan
sputum,biakan darah, biakan cairan pleura.
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
serta irama dari pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat
kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman
pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum.
E. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah :
1. Meningitis
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
F. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang
benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya
kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang
kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang
penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

G. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, aadanya sekret
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari
jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,
hospitalisasi pada anak
e. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
f. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan
cairan
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
h. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake
inadekuat
i. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan
kurang informasi
TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Definisi Tumbuh Kembang


Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan dan
belajar (Wong, 2000).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan.(Soetjiningsih. 1998 ).
Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh
yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi dari alat tubuh ( Depkes RI ).

B. Tahap-tahap tumbuh kembang


Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai berikut :
 Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar
tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang
tuanya. Sedangkan perawat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi yang masih belum diketahui oleh orang tuanya.
Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat.
Bayi pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada
mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai bisa
mengangkat kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan
mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap
dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi
usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan
dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam
memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar
bayi agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik.
Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai
membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman
dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga
terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan
perilaku/moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai
sumber pelayanan kesehatan, perawat berkepentingan untuk mengetahui
konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna memberikan asuhan
keperawatan anak dengan optimal.
Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong,
2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik
anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB
14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun
sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah
mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun
sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra
sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada
perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent
sudah dapat terjadi.
 Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Perkembangan fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini
membantu memberikan waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby yang
sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut.
Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian
koping pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik.

C. Cara Mendeteksi Perkembangan Pada Anak


1. DDST (Denver development screnning test)
DDST adalah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak,
test sini bukanlah test diagnostik atau test IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkam dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata
89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun
kemudian.
2. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
KPSP merupakan suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua
dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan untuk
perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut
berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tuaatau pengasuh yang
mengetahui keadaan perkembangan anak.
Pertanyaan dalam KPSP dikelompokan sesuai usia anak saat dilakukan
pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan,dst sampai kelompok 5-6
tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hri
dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ’ya’ atau ’tidak’ oleh orang tua.
Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.
a. Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 9-10, berarti anak tersebut normal
(perkembangan baik)
b. Apabila jawaban ’ya’ kurang dari 9,maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai;
 Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai
 Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan. Apabila ada
kesalahan, maka pemeriksaan harus diulang
 Apabila setelah diteliti jawaban ’ya’ berjumlah 7-8, berarti hasilnya
meragukan dan perlu diperiksa ulang1 minggu kemudian
 Apabila jawaban ’ya’ berjumlah 6 atau kurang, berarti hasilnya kurang
atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut
3. KPAP ( Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah
KPAP adalah sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi
secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak prasekolah (usia 3-6) tahun.
Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada orang tua.
Setiap perilaku perlu ditanyakan apakah ‘sering terdapat’, ‘ kadang-kadang terdapat’,
atau ‘ tidak terdapat’. Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘sering terdapat’ , maka
jawaban tersebut dinilai 2, ‘kadang-kadang terdapat’ diberi nilai 1 dan ‘tidak terdapat’
diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai keseluruhan kurang dari 11, maka anak perlu di
rujuk, sedangkan jika jumlah nilai 11 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.
4. Tes Daya Lihat dan tes Kesehataan Mata Anak Pra Sekolah
Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak
berusia 3- 6 tahun. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya
lihat pada anak usia prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat
segera ditangani.
Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik
dan alat ’kartu E’ yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E berisi 4 baris.
Baris pertama huruf E berukuran paling besar kemudian berasngsur-angsur mengecil
pada baris keempat. Apabila pada baris ketiga , anak tidak dapat melihat maka perlu di
rujuk.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu
ditanyakan ;

a. keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing

b. perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering


mengkedip-kedipkan mata

c. kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air

Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata naka, maka anak tersebut
perlu dirujuk.
5. Tes Daya Dengar Anak (TTD)
Tes daya dengar berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan denga usia
anak, yaitu kelompok 0-6 bulan, > 16 bulan, > 9 bulan, > 11 bulan, > 12 bulan, > 24
bulan dan > 36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ’ya’ atau ’tidak’. Apabila
jawabannya adalah tidak maka pendengaran anak tidak normal sehingga perlu
pemeriksaan lebih lanjut.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


1. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor
lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam
kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan setelah bayi lahir).
a. Lingkungan Prenatal
Ligkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari
konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,
lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal.
b. Lingkungan mekanis
Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau
posisi janin dalam uterus.
 Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin
 Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin
 Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam
plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan kurang
atau sering disebut dengan BBLR
 Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin karena menyebabkan terjadinya abortus atau karena ikterus
 Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin
2. Zat kimia atau toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan
merokok pada ibu hamil. Obat-obatan pada ibu hamil.
3. Hormonal
Hormon-hormon ini mencakup hormon sometotrofin, flasenta, tiroid, dan
insulin. Peran hormon somatotrofin atau hormon pertumbuhan, yaitu
disekresikan k meningkat kelenjar hipofisis janin sekitar minggu kesembilan
dan produksinya meningkat pada minggu ke dua puluh.Hormon tersebut
berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan
menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal.Hormon
yang kedua yang mempengaruhi yaitu hormon plasenta atau human plasental
laktogen yaitu berperan dalam nutrisi plasenta pada bayi.Hormon selanjutnya
yaitu hormon tiroid berperan menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon yang
terakhir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu hormon
glukokortikoid yaitu mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel
interstisial dari testis (untuk memproduksi hormon testoteron dan ovarium)
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks baik pada
anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonya
(wong,2000).
4. Faktor Herediter(genetik)
Faktor Herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain. Faktor
Herediter merupakan bawaan, jenis kelamin, ras, dan suku bangsa. Faktor ini
dapat ditentukan dengan intensitas kecepatan dalam pembelahan sel telur,
tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan dan perkembangan dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir
akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan
bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-laki maupun anak perempuan
akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa
pubertas.
Ras atau suku bangsa memiliki peran dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki
kecenderungan lebih besar seperti orang asia lebih pedek dan kecil
dibandingkan dengan eropa dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta; Salemba Mesika. Hal : 8-23
Rukiyah, Ai Yeyeh.2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Trans Info
Media. Hal : 106-123
Soetjiningsing, dr. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta; EGC. Hal: 1-13
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31.EGC : Jakarta.

Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.EGC : Jakarta.

Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Achmadi, U.F, 2003.Waspadai Penyakit Menular, Badan Peneliti danPengembangan


Depkes RI, Jakarta. Agustama., 2005.Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
pada Balita

Vous aimerez peut-être aussi