Vous êtes sur la page 1sur 14

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUD dr. H Soewondo Kabupaten Kendal terletak di Jalan Laut

No. 21 A Kendal, Jawa Tegah. yang bersebelahan dengan gedung AKBID

PemKab. RSUD dr. H Soewondo Kabupaten Kendal merupakan Rumah

Sakit Umum Daerah tipe B. RSUD dr. H Soewondo Kendal memiliki luas

tanah 2800 𝑚2 , luas bangunan 17726 𝑚2 yang terdiri dari gedung rawat

jalan, gedung IGD, gedung ICU, Ruang Hemodialisa,13 bangsal

perawatan, kamar bedah, kamar bersalin, kantor serta aula. RSUD dr. H

Soewondo Kendal saat ini memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 203

tempat tidur.

RSUD dr. H Soewondo Kabupaten Kendal adalah istantasi yang

bergerak pada bidang pelayanan kesehatan yang berperan sebagai Rumah

Sakit Umum Daerah yang sangat berkembang untuk menolong

masyarakat. Diharapkan RSUD dr. H Soewondo Kendal mampu

memberikan konsultasi dan pendampingan yang sinergis pada area

strategis, sehingga dapat memberikan hasil yang baik.

B. Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Alih Baring

Terhadap Kejadian Dekuibitus Pada Pasien Di ruang ICU RSUD dr. H.

Soewondo Kendal
51

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pasien Dekubitus di RSUD dr. H. Seowondo Kendal
Bulan Agustus 2018
n = 33

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki – laki 14 42.4
Perempuan 19 57.6
Jumlah 33 100

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian responden berjenis

kelamin Laki – laki sebanyak 14 orang (42.4%), sedangkan sisanya

berjenis kelamin Perempuan sebanyak 19 orang (36,7%).

2. Kejadian Dekubitus sebelum di lakukan tindakan Alih Baring di

Ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

Dekubitus responden sebelum diberikan perlakuan alih baring dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus Sebelum di
Lakukan Tindakan Alih Baring di Ruang ICU
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
Bulan Agustus 2018
N = 33

Pre Alih Baring Frekuensi Persentase (%)


Tidak ada dekubitus 5 15.2 %
Ada dekubitus 28 84.8 %
52

Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa seluruh responden sebelum

diberikan tindakan alih baring terdapat tanda – tanda dekubitus sebanyak

28 responden (84.8%), tidal ada tanda –tanda dekubitus sebanyak 5

responden (15.2%).

3. Kejadian Dekubitus Setelah Dilakukan Tindakan Alih Baring di

Ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

Dekubitus responden setelah diberikan alih baring dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Dekubitus Setelah di
Lakukan Tindakan Alih Baring di Ruang ICU
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
Bulan Agustus 2018
N = 33

Post Alih Baring Frekuensi Persentase (%)


Tidak ada dekubitus 30 90.9%
Ada dekuitus 3 9.1%
Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar

responden setelah dilakukan tindakan alih baring terdapat tanda –

tanda dekubitus sebanyak 30 responden (90.9%), tidak terdapat

tanda –tanda dekubitus sebanyak 3 responden (9.1%).


53

C. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel

dependen (terikat). Dalam penelitian ini analisa bivariate

digunakan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel yaitu

variabel Alih Baring dan Variabel Kejadian Dekubitus di Ruang

ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal.peneliti menggunakan uji

statistic Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan untuk menentukan

pengaruh antara dua variabel yang berbentuk data nominal yaitu

pengaruh alih baring dengan kejadian dekubitus sebelum dan

setelah diberi perlakuan.

Tabel 4.4

Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus pada


Pasien Di Ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo
Kendal Bulan Agustus 2018
n = 33

Dekubitus Frekuensi 𝒁𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 ρ - value


Negative Rank 30 -5,000 0,000
Positive Rank 0
Ties 3
Jumlah 33

Dari Tabel 4.4 hasil uji statistik Wilcoxon ditemukan bahwa

rata – rata kejadian dekubitus setelah dilakukan tindakan alih

baring lebih rendah dibandingkan dengan sebelum dilakukan

tindakan alih baring. Hasil perhitungan uji Wilcoxon diketahui


54

𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = -5,000 dan nilai ρ – value = 0,000 yang berarti lebih

kecil dari α = 0,05 ( p < α), maka Ho ditolak dan Ha diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh alih baring

terhadap kejadian dekubitus pada pasien di ruang ICU RSUD dr.

H. Soewondo Kendal.
55

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 responden sebagian

responden berjenis kelamin laki - laki sebanyak 14 orang (42.4%),

sedangkan sisanya berjenis kelamin Perempuan sebanyak 19 orang

(36,7%). Penelitian yang dilakukan oleh Beffi Dewi (2014),

menyatakan bahwa sebanyak 32 responden (54.8%) berjenis kelamin

perempuan dan 28 responden (45.2%) berjenis kelamin laki – laki.

Menurut Ardianto (2016), ulkus dekubitus di temukan paling banyak

pada responden wanita (66.7%). Semntara pada pasien laki- laki hanya

(33%).

Hasil yang didapatkan sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sunandar said (2013) di RS Labuang Basi Makassar, yaitu

sebanyak 58% pasien yang mengalami dekubitus adalah permpuan,

namun hasil penelitian yang berbeda didapatkan dari penelitian

Wasisto Utomo (2014), yang mendapatkan sebanyak 76.7% pasien

dekubitus berjenis kelamin laki – laki.

Jenis kelamin bukan termasuk faktor resiko ulkus dekubitus,

namun ada beberapa faktor hormonal penting yang mungkin berperan

dalam menerangkan adanya perbedaan antara laki – laki dan


56

perempuan, yaitu kaum perempuan memiliki hormone ekstrogen

sebelum masa menopous (Levina, dkk 2015).

B. Dekubitus

1. Kejadian Dekubitus pada Pasien di ICU Sebelum di Lakukan

Alih Baring

Sebelum dilakukan tindakan alih baring peneliti melakukan

observasi menggunakan lembar observasi dekubitus, didapat data

distribusi frekuensi yaitu sebelum diberikan tindakan alih baring

terdapat 28 responden (84.8%), tidak ada dekubitus sebanyak 5

responden (15.2%).

Menurut Potter & perry (2015), factor presdiposisi terjadinya

luka dekubitus pada klien yaitu gangguan input sensorik, klien yang

mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan

beresiko tinggi mengalami gangguan integritas kulit. Gangguan fungsi

motoric, klien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri

beresiko tinggi terjadi dekubitus. Klien tersebut dapat merasakan

tekanan tetapi tidak mampu mengubah posisi mandiri untuk

menghilangkan tekanan posisi tersebut. Perubahan tingkat kesadaran,

klien bingung disorientasi atau mengalami perubahan tingkat kesadaran

tidak mampu melindungi dirinya dari dekubitus, klien bingung atau

disorientasi mungkin dapat merasakan tekanan tetai tidak mampu

memahami bagaimana cara menghilangkan tekanan itu. Klien, tidak

dapat merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah ke posisi yang


57

lebih baik. Gift, traksi, dan peralatan lain, mengurangi posisi klien dan

ekstermitasnya. Klien yang menggunakan gift beresiko terjadi

dekubitus karena ada nya gaya friksi eksternal mekanik dari permukaan

gift yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik kedua adalah tekanan

yang dikeluarkan gift pada kulit jika gift terlalu ketat atau jika

ekstermitasnya bengkak. Gangguan integritas kulit yang terjadi pada

dekubitus merupakan akibat utama tekanan. Tetapi ada faktor tambahan

yang dapat meningkatkan resiko terjadinya dekubitus yang lebih lanjut

pada pasien. Termasuk diantaranya gaya gesek dan friksi, kelembaban,

nutrisi buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer,

obesitas, dan usia.

Tiga eleman yang menjadi dasar terjadinya dekubitus adalah,

intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler, durasi dan

besarnya tekanan, dan toleransi jaringan. Beberapa tempat yang sering

terjadi dekubitus adalah sacrum, tumit, siku, malleolus lateral, trokanter

besar, dan tuberositis iskial. Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan

antara dan tekanan. Semakin besar tekanan dan durasinya, semakin

besar pula insiden terbentuknya luka. Kulit dan jaringan subkutan dapat

mentoleransi beberapa tekanan. Tetapi pada tekanan eksternal terbesar

daripada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau menghilangkn

aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi hipoksia

sehingga terjadi cidera (Potter&Perry 2015).


58

Pencegahan dari dekubitus adalah prioritas utama dalam

merawat pasien dan tidak terbatas pada pasien yang mengalami

pembatasan mobilitas. Pencegahan luka dekubitus banyak di tinjau

literatur mengindikasikan bahwa luka tekan dapat di cegah. Meskipun

kewaspadaan perawat dalam memberikan perawatan tidak dapat

sepenuhnya mencegah terjadinya luka tekan dan perburukannya pada

beberapa individu yang sangat beresiko tinggi. Dalam kasus seperti ini,

tindakan intensif yang dilakukan harus di tunjukan untuk mengurangi

faktor resiko, melaksanakan langkah – langkah pencegahan dan

mengatasi luka tekan dengan cara memperbaiki asupan nutrisi pasien,

terutama cukupi kebutuhan kalori dan protein, memberikan

rekomendasi untuk standar pemberian makanan untuk pasien dengan

dekubitus antara lain intake energy/kalori 30 – 35 kal/kg BB/hari, 1 –

1,5 g protein/kg BB/hari dan 30 ml cairan/kg per kg BB/hari. Menjaga

kelemban kulit dengan memberikan lotion atau creams. Mengontrol

urine, fases, keringat, saliva, cairan, luka, melakukan inspeksi setiap

hari terhadap kulit. Kaji adanya tanda – tanda kerusakan integritas kulit

(Carville, 2016). Melakukan tindakan alih baring sesuai dengan

Standart Operasional Prosedur (SOP) dan dilakukan setiap 2 – 4 jam

sekali sehari dalam waktu 4 – 5 hari. (Handayani, 2016). Serta

memberikan edukasi pendidikan kesehatan kepada keluarga secara

komprehensif sehingga keluarga dapat berperan serta secara aktif dalam

perawatan pasien untuk mencegah terjadinya dekubitus.


59

2. Kejadian Dekubitus pada Pasien di Ruang ICU Setelah dilakukan

Alih Baring.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap 33

responden di ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal setelah

dilakukan tindakan Alih Baring setiap 2 – 4 jam sekali sehari dalam

waktu 4 hari menunjukkan bahwa sebagian besar responden sesudah

dilakukan tindakan Alih Baring mengalami penurunan kejadian

dekubitus, yaitu sebanyak 30 responden (90.9%) tidak terdapat

dekubitus dan sebanyak 3 responden (9.1%) terdapat dekubitus.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2016),

bahwa sebanyak (75.3%) responden tidak terdapat dekubitus setelah

dilakukan alih baring selama 2 – 4 jam sehari dalam waktu 4 – 5 hari.

Hal ini menunjukkan bahwa ada penurunan kejadian dekubitus setelah

dilakukan tindakan alih baring.

Alih baring merupakan pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Mnurut perry & Potter

(2005) dalam jurnal Aini (2013). Menurut Young (2004) dalam jurnal

Elizabet (2014), alih baring sangat diperlukan untuk mencegah nyeri

otot, mengurangi tekanan, mencegah kerusakan saraf dan pembuluh

darah superfisial, mencegah kontraktur otot, mempertahankan tonus

otot dan refleks.

Berdasarkan data diatas maka dapat di simpulkan bahwa alih

baring sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya dekubitus,


60

apabila dalam pelaksanaannya dilakukan dengan benar dan dilakukan

sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP) yaitu setiap 2 jam

sekali dalam waktu 4 - 5 hari, Menjaga kebutuhan nutrisi, menjaga

kelembaban kulit, serta memberikan edukasi kepada keluarga klien

tentang manfaat tindakan alih baring untuk mencegah terjadinya luka

dekubitus. (Widodo, 2015)

C. Pengaruh Alih Baring Terhadap Kejadian Dekubitus pada Pasien Di

Ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 33

responden dapat disimpulkan bahwa Ada Pengaruh Alih Baring

Terhadap Kejadian Dekubitus pada Pasien di Ruang ICU RSUD dr. H.

Soewondo Kendal. Hal ini di buktikan dengan hasil perhitungan Uji

Wilcoxon, diketahui Z Hitung = -5,000 dan nilai ρ – value = 0,000

yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 ( p < α), maka Ho ditolak dan Ha

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh alih baring

terhadap kejadian dekubitus pada pasien di ruang ICU RSUD dr. H.

Soewondo Kendal. Dari hasil penelitian kejadian dekubitus di ruang

ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal setelah dilakukan alih baring

terdapat 30 responden tidak terjadi dekubitus, sedangkan 3 responden

lainnya mengalami dekubitus. Hal ini bukan disebabkan oleh

perawatan alih baring yang dilakukan oleh peneliti kurang maksimal,

tetapi disebabkan oleh kondisi umum pasien itu sendiri.


61

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Aini,

dkk (2013), bahwa ada pengaruh alih baring terhadap kejadian

dekubitus dengan nilai ρ – value (0,011) < α (0,05).

Alih baring merupakan pengaturan posisi yang diberikan untuk

mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit. Mnurut perry &

Potter (2005) dalam jurnal Aini (2013). Menurut Young (2004)

dalam jurnal Elizabet (2014), alih baring sangat diperlukan untuk

mencegah nyeri otot, mengurangi tekanan, mencegah kerusakan

saraf dan pembuluh darah superfisial, mencegah kontraktur otot,

mempertahankan tonus otot dan refleks.

Kesimpulan pada penelitian ini, semakin tidak dilakukan alih

baring maka kejadian dekubitus semakin tinggi, untuk mencegah

terjadinya dekubitus perlu pengobatan dan perawatan intensuf. Hal

ini bisa dilakukan dengan tindakan alih baring setiap 2 jam sekali

sehari dalam waktu 4 hari, agar tidak terjadi penekanan yang

terlalu lama.

D. Keterbatasan Penelitian
62

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Alih Baring

Terhadap Kejadian Dekubitus pada Pasien di Ruang ICU RSUD dr. H.

Soewondo Kendal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kejadian Dekubitus sebelum dilakukan tindakan Alih Baring sebanyak

28 responden (84.8%), dan tidak terjadi dekubitus sebanyak 5

responden (15.2%).

2. Kejadian Dekubitus setelah dilakukan tindakan Alih Baring sebanyak

30 responden (90.9%) tidak ada dekubitus dan sebanyak 3 responden

(9.1%) ada dekubitus.

3. Ada pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada pasien di

ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal dengan hasil perhitungan

Uji Wilcoxon, diketahui Z Hitung = -5,000 dan nilai ρ – value = 0,000

yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 ( p < α).

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Skripsi ini diharapkan dapat digunakan sebagai

dilakukannya audit keperawatan oleh pelaksana audit RS terkait

guna untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.


63

2. Bagi institusi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi

mengenai pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada

pasien di ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

3. Bagi peneliti/penulis

Peneliti ini mendapat wawasan, baik dalam bentuk

pengalaman maupun dari segi ilmu pengetahuan tentang gambaran

pengaruh alih baring terhadap kejadian dekubitus pada pasien di

ruang ICU RSUD dr. H. Soewondo Kendal.

Vous aimerez peut-être aussi