Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak
alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap
memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya
KTD.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss)
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang
belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif membentuk Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif melaksanakan langkah-langkah
persiapan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit dengan mengembangkan
laboratorium program keselamatan pasien rumah sakit.
I.2. Tujuan
Sebagai Pedoman bagi manajemen RSUD Wakai untuk dapat melaksanakan program
keselamatan pasien dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
1. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RSUD Wakai didalam mengambil
keputusan terhadap keselamatan pasien.
2. Sebagai acuan bagi para dokter untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien.
3. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis dan terarah.
I.3. Manfaat Pedoman Keselamatan Pasien
1. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang bekualitas dan citra yang baik bagi
RSUD Wakai
2. Agar seluruh personil rumah sakit memahami tentang tanggung jawab dan rasa
nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSUD Wakai
3. Dapat meningkatkan kepercayaan antara dokter dan pasien terhadap tindakan
yang akan dilakukan
4. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
BAB II
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
Rumah Sakit Umum Daerah Wakai, maka diperlukan standar keselamatan pasien RSUD
Wakai yang merupakan acuan bagi seluruh petugas di RSUD Wakai dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan di RSUD Wakai dan penilaiannya dilakukan
dengan menggunakan instrumen akreditasi. Standar keselamatan pasien terdiri dari 7 (tujuh)
standar, yaitu :
Hak pasien.
Mendidik pasien dan keluarga.
Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Standar :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, di RSUD Wakai harus ada
sistem dan mekanisme dalam pemberian edukasi pasien dan keluarga tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut, diharapkan pasien
dan keluarga pasien dapat :
Standar :
Kriteria :
Standar :
RSUD Wakai harus mendesain proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan melakukan evaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif insiden, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
Kriteria :
Standar :
Kriteria :
Standar :
RSUD Wakai memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
RSUD Wakai menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisipliner dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
Standar :
Kriteria :
Tujuan dari Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) adalah untuk menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam hal keselamatan pasien. Dasar SK adalah bahwa untuk menyediakan
perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik.
Tujuan :
Komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dapat dipahami oleh
resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai media, baik secara elektronik, lisan
ataupun tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah :
Perintah yang diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon.
Pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasik pemeriksaan secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah.
4. Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan
verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan melaui telepon.
Obat-obat yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah obat yang presentasinya
tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/error dan atau kejadian sentinel, obat yang
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome), demikian
pula obat-obatan yang tampak mirip NORUM (nama obat, rupa dan ucapan mirip) atau
LASA (Look Alike Sound Alike).
Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi, adalah kejadian yang fatal dan mungkin
terjadi di semua fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan dapat terjadi akibat komunikasi
yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak melibatkan
pasien di dalam lokasi penandaan (site marking) dan tidak ada prosedur untuk melakukan
verifikasi lokasi operasi. Selain itu kesalahan dapat juga terjadi akibat assesmen pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis yang tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan
dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian singkatan merupakan
faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Kebijakan yang dibuat harus berdasarkan praktik berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam
Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009), juga di The Joint Commision’s
Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi harus melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang dapat
segera dikenali. Maksud dan tujuan dari verifikasi praoperatif tersebut adalah :
1. Menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk melakukan verifikasi saat pre-
operasi tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien serta semua dokumen dan
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional.
2. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat semua prosedur sebelum insisi /
timeout tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
3. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dan tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
III.5. Sasaran V (Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan)
1. RSUD Wakai mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah
diterima secara global dari WHO Patient Safety.
2. RSUD Wakai menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur yang telah dibuat dikembangkan untuk mengarahkan
pengurangan secara berkelanjutan resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.