Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN HASIL PRAKTIK MANAJEMEN PELAYANAN

KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS (MPKKK)


DI RW 01 KELURAHAN TUAH MADANI KECAMATAN TAMPAN
KOTA PEKANBARU

03- 11 Desember 2018

MAHASISWA TINGKAT IV

1. Bella Friska 7. Putri Rahayu


2. Devy Yolanda 8. Reni Romauli Valentina.N
3. Dedek Fitriana 9. Retno Oktaviani
4. Ghina Atika Putri.J 10. Septiana Resti Pratiwi
5. Ikha Agustina Wati 11. Vivid Elyna
6. Muhammad Iqbal

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas akibat ISPA
pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di negara-negara
dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah. ISPA hingga saat ini masih
tercatat sebagai masalah kesehatan utamapada anak di negara berkembang.
Episode penyakit batuk pilek pada balita diIndonesia diperkirakan terjadi tiga
sampai enam kali per tahun. ISPAmerupakan salah satu penyebab utama
kunjungan kliendi sarana pelayanankesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan
berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat
inap rumah sakit (Depkes RI,2009).
Di Indonesia angka kematian ISPA diperkirakan mencapai 20 %. Hingga
saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA.
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan
yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi
yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami
3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % - 60 % dari kunjungan di puskesmas
adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).

1.2 Tujuan
Menjelaskan proses asuhan keperawatan dengan gangguan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)

1.3 Rumusan Masalah


Bagaimana proses Asuhan Keperawatan dengan gangguan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA)?

1.4 Manfaat
Mengetahui Asuhan Keperawatan dengan ISPA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ISPA.


Infeksi saluran pernafasan akut adalah proses peradangan yang disebabkan
oleh virus,infeksi bakteri, atipikal(Mycoplasma) atau aspirasi zat asing, yang
melibatkan salah satu atau seluruh bagian saluran pernafasan (Wilson
&Hockenberry, 2008)
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan
nafasdalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 2009).ISPA
adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi
saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang
tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang
menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia (WHO).

2.2 Klasifikasi ISPA


Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas
derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi
dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik
penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah,
2009)

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai


berikut: (Rasmalaiah 2009)
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.


Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :


(Rasmaliah 2009)

1. Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu
(Rasmaliah 2009)

1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2
-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2009).
2.3 Etiologi ISPA
Terdiri lebih dari 300 jenis penyakit bakteri,virus, dan riketsia. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenvirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (DepKes
RI 2008 : 5). Penyebab ISPA meliputi virus, bakteri dan jamur. Kebanyakan
ISPA desebabkan oleh virus. Diagnosis yang termasuk dalam keadaan ini
adalah rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis dan laryngitis. Terapi yang
diberikan penyakit ini biasanya pemberian antibiotic, walaupun kebanyakan
ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
pemberian obat-obatan terapeutik. Pemberian antibiotic dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat-obatan
symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotic dapat mencegah
terjadinya infeksi lanjutan dari bacterial.

2.4 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan


tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia
yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke
arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks
tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan (Kending dan Chernick, 2007 dalam DepKes RI, 2012).

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

 Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan


reaksi apa-apa
 Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena
nya tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya rendah.
 Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul
gejala demam dan batuk.
 Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal
akibat pneumonia.

2.5 Tanda dan Gejala(Whaley and Wong; 2011).


1. Demam
2. Meningismus
3. Anorexia
4. Vomiting

2.6 Pemeriksaan Penunjang (Benny 2010)


a) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
b) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
c) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

2.7 Komplikasi
ISPA ( saluran pernafasan akut sebenarnya merupakan self limited disease
yangsembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi
penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik
dapat menimbulkan penyakitseperti : semusitis paranosal, penutuban tuba
eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco pneumonia dan berlanjut
pada kematian karena danya sepsis yang meluas (Whaley and Wong, 2008 ).

2.8 Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2012) pencegahan ISPA antara lain:
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik.
2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Berhenti merokok.
5. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan
oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh.

2.9 Manifestasi Klinis


1. Batuk,
2. Demam.
3. Meningismus Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
4. Anorexia.
5. Vomiting,
6. Diare
7. Abdominal pain
8. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal,.
9. Batuk
10. Suara nafas
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN ISPA

3.1 Pengkajian
TERLAMPIR

3.2 DiagnosaKeperawatan
No Data Etiologi Problem
1 Ds : peningkatan Ketidakefektifan
Tn. A mengatakan batuk, dan produksi bersihan jalan
seperti ada dahak sputum. nafas
Tn. B mengatakan dahak nya
susah dibuang, nyangkut
Tn. R mengatakan merokok
sudah 5 tahun

DO :
Ttv Tn. A
TD : 120/70 mmHg
RR : 18 x/i
N: 90x/i
S : 36oC
Tn. B tampak batuk-batuk
Tn. R tampak merokok

2 Ds : gangguan difusi Gangguan


Tn. S mengatakan sesak oksigen yang pertukaran gas
kalau siap merokok ditandai dengan
Tn. M mengatakan asap dispnea,
rokok sudah biasa terhirup, pernafasan cuping
kadang buat sesak terkadang hidung
biasa saja.
Tn M mengatakan sulit untuk
berhenti merokok

DO :
Ttv Tn. M
TD : 110/70 mmHg
RR : 25 x/i
N: 80x/i
S : 36oC
Tn. M, tampak bernafas
dengan cuping hidung
Tn S tampak merokok

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan difusi oksigen
yang ditandai dengan dispnea, pernafasan cuping hidung, wheezing, PCO2
meningkat, PO2 menurun, sianosis dan batuk kering.

3.3 Rencana Keperawatan


No Intervensi Rasional
DX I Jelaskan pada pasien penyebab Peradangan pada parenkim paru
ketidakefektifan jalan nafas menyebabkan produksi sekret meningkat
jalan nafas. ditunjang dengan batuk tidak efektif
sehingga terjadi penumpukan sekret dan
mengalami obstruksi jalan nafas yang
mengakibatkan ketidakefektifan
Humidifikasi dengan nebulizer Kelembapan akan menurunkan kekentalan
secret, sehingga mempermudah
pengeluaran dan membantu mencegah
pembentukkan mucus tebal pada bronkus.
Perkusi dan fibrasi dada Perkusi dan fibasi dada membantu
merontokkan mucus sehingga masuk ke
saluran nafas yang lebih besar.
Anjarkan pasien untuk nafas dalam Nafas dalam akan meningkatkan inspirasi
dan batuk efektif maksimal.inspirasi dalam meningkatkan
volume paru dan membuka jalan nafas
untuk memungkinkan udara mencapai
bagian belakang mukus dan
mendorongnya ke depan. Batuk efektif:
membersihkan secret dari jalan nafas
dengan menggunakan dorongan udara dan
kontraksi otot.
Berikan cairan sesuai kebutuhan cairan membantu untuk mencegah terjadi
setelah fisioterapi nafas. kekurangan cairan dan mencegah sekret
yang kental sehingga sekret menjadi encer
dan mudah dikeluarkan
Kolaborasi dengan dokter dalam Obat mukolitik membantu mengencerkan
pemberian, seperti mukolitik, dahak sehingga secret dapat dengan mudah
bronkhodilator. dikeluarkan, Bronchodilator untuk
melebarkan jalan napas sehingga secret
mudah di keluarkan
Observasi keluhan pasien, Observasi secret untuk melihat adanya
karakteristik secret, frekuensi RR, manifestasi tubuh mengatasi kesulitan
suara nafas tambahan, bernafas akibat penyempitan saluran nafas.
ketidakefektifan batuk.

Berikan penyuluhan mengenai bahaya Agar mengetahui bahaya dari merokok


merokok
DX II Jelaskan kepada pasien penyebab Sianosis disebabkan karena ketidak
sianosis. efektifan suplai oksigen ke jaringan perifer
dan dengan penjelasan yang diberikan
diharapkan pasien lebih kooperatif.
Berikan posisi semi Posisi semi fowler akan meningkatkan
fowler(memodifikasi tempat tidur atau ekspansi paru.
menyangga kepala dengan bantal). Rasional :Mempertahankan PO2 lebih dari
80 mmHg
Kolaborasi dengan dokter dalam Obat bronco dilator akan melebarkan jalan
Pemberian oksigen. napas dan mengurangi bronco spasme.
Pemberian obat bronkodilator Rasional :Obat antihistamin bekerja untuk
(teofilin). menghambat efek histamineyang
Pemberian antihistamin dibebaskan pada reaksi alergi
Untuk mengetahui kadar PCO2, PO2 dan
pH

Berikan penyuluhan mengenai bahaya Untuk mengetahui bahaya merokok dan


merokok efek samping merokok

3.4 Implementasi

Pasien diberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok dengan kontak


waktu yang telah disepakati oleh mahasiswa perawat dan pasien yang dibimbing
oleh CI (Ns Marnita, S.Kep) dan bapak RW 01 Kel. Tuah Madani (Bpk, Herman
Jaya) setelah mendapatkan kesepakatan, mahasiswa perawat memberikan
penyuluhan kepada pasien dalam jangka watu 15 menit, sesuai waktu yang telah
disepakati bersama. Penyuluhan tersebut juga melalui pemutaran video tentang
bahaya merokok dan leaflet.

Penyuluhan dilaksanakan pada

Hari/Tanggal : Kamis, 6 Desember 2018

Pukul : 22.00 wib

Tempat : Musholla Nur Hidayah


3.5 Evaluasi

Setelah diberikan penyuluhan, warga tampak paham dan mengerti


mengenai bahaya merokok. Tampak mampu mengulangi kembali tentang bahaya
merokok dan dapat menjelaskan kembali tentang tips berhenti merokok.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Didapat beberapa faktor resiko ISPA padapenderita faktor agen; faktor
manusia, yangterdiri dari faktor umur, jenis kelamin, dan status gizi;
lingkungan, yang terdiri dari faktor kelembaban udara,suhu ruangan, ventilasi,
penggunaan anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, dan keberadaan
perokok.
Gejala yang dirasakan penderita yaitu nafsu makan menurun,pasien
merasa lesu, demam, disertai batuk dan pilek selama 5hari, sakit tenggorokan
dan terdapat tonsilitis dan faringitis akutsetelah di periksa dokter

4.2 Saran
 Bagi orang tua hindarilah faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian
ISPA pada anak, kecuali faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti
umur dan jenis kelamin.
 Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersihan perseorangandan
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA

Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. EGC: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.
Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Arif
Muttaqin,2009. Jakarta : penerbit Salemba Medika.
Fitri Yuli, 2012. Asuhan keperawatan Ispa pada Anak.
http://yulifitri34.wordpress.com/ 2012/10/21/askep-ispa-pada-anak/
_______, 2012. Askep Ispa pada Anak.
http://www.sumbarsehat.com/2012/07/asuhan- keperawatan-anak-ispa.html
Nuzulul,2013. Asuhan Keperawatan Ispa .http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail- 35511-Kep%20Respirasi-
Askep%20ISPA.html
_______, 2014. Saluran Napas Atas.
http://id.wikipedia.org/wiki/Infeksi_saluran_napas atas2014
Hadi Nur. 2013. Penyakit Ispa. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-
gdl- nurhadig2a-6164-2-babii.pdf
______, 2014. Cara Menghindari Penyakit Ispa.http://nasional.republika.co.id/
berita/nasional/daerah/14/10/08/nd3tat-cara-menghindari-penyakit-ispa
_______,2014. Sistem Pernafasan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan_atas
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG BAHAYA
MEROKOK DI MUSHOLLA NUR HIDAYAH

Vous aimerez peut-être aussi