Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas
Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami
penyakit serupa atau memicu
Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah ,
kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin)
5. Pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk
beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan
perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang
berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria
Diagnosa 2
Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri
Tujuan : Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Kriterian hasil :
Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealism.
Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi :
1) Beri privasi kepada px selama perawatan.
2) Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya bagi px
tersebut
3) Waspadai mitos px / orang terdekat
4) Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghindari kritik
5) Waspadai makan berlebih
6) Kolaborasi dengan kelompok terapi
Rasional :
1) Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri
2) Pasien mengungkapkan beban psikologisnya
3) Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya
penurunan berat badan
4) Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya
5) Pola makan terjaga
6) Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi
Diagnosa 3
Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial
Tujuan : Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial
yang buruk
Kriteria hasil : Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan
interpersonal
Intervensi :
1) Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku social
2) Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien
3) Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi
Rasional :
1) Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien
2) Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan kesepian isolasi
3) Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi dukungan
Diagnosa 4
Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas ,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan : Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil :
Mempertahankan ventilasi yang adekuat
Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi :
1) Awasi , auskultasi bunyi napas
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
3) Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi
4) Ubah posisi secara periodic
5) Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain
Rasional :
1) Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial atelektasis,
hipoksia
2) Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih
nyaman
3) Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis minimal
4) Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.
Pengkajian
1) Riwayat kebersihan anak dan lingkungan
2) Kebiasaan jajan atau makanan yang merangsang
3) BAB lebih dari empat kali cair
4) Warna feces berubah, konsistensi cair ( lendir, darah )
5) Rasa haus, selera makan menurun, berat badab berkurang
6) Anak menangis terus, gelisah dan insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 – 11
bulan.
Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlimpah
2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus,mual, muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil : Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan
cairan seimbang
Intervensi :
1. Observasi tanda – tanda vital.
2. Observasi tanda – tanda dehidrasi.
3. Ukur input dan Output cairan.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit.
Rasional
1. parameter keadaan umum klien dan deteksi dini adanya kelainan
2. Tanda-tanda dehidrasi digunakan untuk mengetahui derajad dehidrasi
3. Catatan masukan dan pengeluaran membantu mendeteksi dini ketidak seimbangan cairan
4. Perawatan bersama akan mempercepat dan mempermudah dalam mengatasi masalah.
Diagnosa 2
Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus,mual, muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,
muntah tidak ada.
Intervensi :
1. Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
2. Timbang berat badan klien.
3. Lakukan oral hygiene
4. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Rasional :
1. Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
2. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
3. Lakukan oral hygiene
4. Mencegah serangan akut
5. Zat gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Dengan gizi seimbang maka
tumbuh kembang anak dapat optimal serta dapat mempercepat proses penyembuhan
penyakit.
Diagnosa 3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
1. Ganti popok anak jika basah.
2. Hindari penggunaan bedak jika lecet
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggant popok
Rasional :
1. Keadaanbersih dan kering mencegah kembangbiaknya mikro organisme.
2. Partikel bedak akan melekat pada kulit dan menambah lecet sehingga menjadi sarang
perkembangbiakan kuman.
3. Cuci tangan dapat mencegah penyebaran kuman dan mencegah terjadinya infeksi
Diagnosa 4
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji tingkat rasa nyeri.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan hangat di atas abdomen
Rasional :
1. Dengan mengetahui tanda - tanda vital dapat mengetahui tingkat nyeri
2. Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mengetahui skala nyeri
3. Dengan mengatur posisi yang benar diharapkan rasa nyeri berkurang
4. Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi kram
Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
1. Jelaskan tentang diare dan tanda gejalanya
2. Jelaskan diet untuk anak diare yaitu makanan tinggi serat, tinggi lemak, air yang
sangat panas, dingin harus dihindari
Rasional :
1. Pemahaman orang tua tentang diare dan tanda gejalanya akan merangsang orang tua
untuk kooperatif dalam perawatan upaya penyembuhan
2. Makanan ini dapat mengiritasi usus.
Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.
Daftar Pustaka
( Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata :
EGC ).
Pengkajian keperawatan
1) Pengkajian
Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi
dentitas orang tua:
4) Riwayat imunisasi
5) Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap
6) Riwayat Nutrisi
a. Pemberin asi
b. Susu Formula
c. Pemberian makanan tambahan
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
7) Riwayat Psikososial
8) Riwayat Spiritual
9) Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap
10) Aktifitas sehari-hari
a. Nutrisi
b. Cairan
c. Eliminasi BAB/BAK
d. Istirahat tidur
e. Olahraga
f. Personal Hygiene
g. Aktifitas/mobilitas fisik
h. Rekreasi
Diagnosa Keperawatan
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada
trakea dan spame otot pernafasan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia)
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
5. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea
dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu, batuk tidak efektif
disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab, Analisa Gasa Darah abnormal
(Asidosis Respiratorik)
Kriteria :
– Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-
7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
Intervensi :
Rasional :
1. Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
2. Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang
menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk
mengoptimalkan jalan nafas.
3. Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga
mempermudah proses respirasi
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
Diagnosa 2
Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya
lendir dan sekret yang menumpuk.
Kriteria :
– Tidak sianosis.
Intervensi :
Rasional :
1. Indikasi adanya penyimpangan atau kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan dan irama nafas.
2. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3. Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada
jaringan tubuh perifer
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
Diagnosa 3
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia) yang
ditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000 /mm3
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
Intervensi :
Rasional :
1. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu
proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2. Identifikasi perkembangan gejala-gajala ke arah syok exhaution
3. Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari
dalam
4. Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar
luka.
5. Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
proses konduksi.
Diagnosa 4
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali
lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau
albumin kurang dari 3,5 mg%.
Kriteria :
– BB optimal
– Intake adekuat
Intervensi :
Rasional :
1. Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien
mengalami kesulitan menelan dan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan
tingkat pengetahuan yang adequat diharapkan klien dapat berpartsipatif dan kooperatif
dalam program diit.
2. Diit yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan
proses mengunyah.
NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat.
Diagnosa 5
Kriteria :
Intervensi :
Rasional :
Diagnosa 6
Intervensi :
Rasional :
Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda lakukan
tidakan pada pasien.
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang
diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika
sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami
perubahan atau perbaikan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
MARASMUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang :
nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat,
pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b) Usia dan nomor Rekam Medik.
c) Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
a) Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a. Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang
normal.
2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak
lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas
kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a. Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang
dianjurkan.
b. Melaporkan / terlihat kurang makan.
4) Diet
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
5) Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan
kesehatan.
b. Data Objektif
1) Data umum
a. Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah
lepas bila ditarik).
b. Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda
daripada warna kulit anak sehat.
c. Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam “bercak bersepih”
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang
sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung
kalori dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan
berbagai vitamin.
i. Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j. Kaji adanya anoreksia, mual.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
4. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Fokus Intervensi
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
Intervensi :
Skala Nilai :
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
Intervensi :
Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
Intervensi :
3. Batasi pengunjung.
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
Intervensi :
1. Gunakan suara yang lembut dan pelan dalam berbicara dengan pasien.
2. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
3. Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif prainjury.
4. Buat rutinitas untuk pasien.
5. Hindari untuk menyudutkan pasien.
6. Hindari untuk membantah pasien.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
NOC : Knowledge : disease process
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program
pengobatan.
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan
lainnya.
Skala Nilai :
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
Intervensi :
Evaluasi
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa
medis, alamat. Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun dapat
pula terjadi pada bayi.
2. Riwayat sakit dan Kesehatan
a) Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB < 80%
dari BB normal seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan mental yaitu
apatis dan rewel. Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan nafsu makan
ringan sampai berat.
3. Riwayat Peri natal
a) Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama kehamilan. Kekurangan
nutrisi pada ibu selama kehamilan jugan memungkinkan anak juga akan mengalami
malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin dapat timbul pada ibu dan menyalur ke
anak dan menjadi infeksi kronis bagi anak.
b) Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan
berat badan rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor
dapat timbul saat bayi.
c) Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan pemberian
nutrisi setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif
pada bayinya setelah melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami malnutrisi.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan asupan nutrisi
yang tidak adekuat.
5. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan
penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat terkena
kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya
mengalami gangguan penyerapan protein.
7. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein. Ana
juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan
mata.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan akibat
defisiensi protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan
pertumbuhan dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi
sehingga intake nutrisi semakin berkurang
Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari
akibat terjadinya edema. Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi
pasif.
b. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA (Lingkar Lengan
Atas) <14cm
c. Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak mampu berjalan
dengan baik.
d. Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f. Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipomagnesemia.
g. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa
rasa sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan
tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
h. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Perubahan
kulit lain pun dapat ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit yang mendalam.
Kadang-kadang pada kasus yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia
dengan prognosis yang buruk bagi si penderita.
i. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j. Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan.
k. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
l. Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati
terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba.
m. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi
protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
n. Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan:
a) Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
b) Penurunan kadar kreatinin
c) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
d) Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
e) Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi tidak sebanyak
menurunnya albumin serum, hingga pada kwashiorkor terdapat rasio albumin/globulin
yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat ditemukan
rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
f) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
g) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
h) Anemia
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
3. Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin A.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status metabolik.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan faktor sekunder akibat malnutrisi.
7. Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan asupan kalsium.
8. Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi lemak.
9. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein
yang tidak adekuat.
Tujuan/ kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu bertumbuh
dan berkembang sesuai usianya.
Intervensi :
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai uisa anak.
2. Kaji keadaan fisik kemampuan anak.
3. Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai terapi diit pemulihan.
4. Lakukan program antropometrik secara berkala.
5. Lakukan stimulasi tingkat perkembanngan sesuai dengan usia klien.
Rasional :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatann pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan tugas perkembangan anak yang belum
tercapai sesuai umur.
3. Diit khusus untuk pemulihan nutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi system pencernaan.
4. Untuk menilai perkembangan masalah klien.
5. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa, dan personal/social.
Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan/ kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, kebetuhan nutrisi pasien
adekuat.
Intervensi :
1. Kaji antropometri.
2. Kaji pola makan klien.
3. Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.
4. Timbang berat badan.
5. Tingkat pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional :
1. Untuk menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
2. Untuk mengetahui kebiasaan makan klien.
3. Untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolik dan
meningkatkan penyembuhan
4. Untuk menentukan diet dan menetahui keefektifan terapi.
5. Pemberian ASI yang adekuat mempengaruhi kebutuhan nutrisi si anak dan
pemasukan nutrisi pada ibu dapat meningkatkan produksi ASI si ibu.
6. Untuk merencanakan masukan nutrisi dan cairan.
Diagnosa 3
Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
Tujuan/ kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam,
kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Intervensi
1. Pantau Tanda-tanda vital.
2. Ukur intake dan output.
3. Kaji terjadinya kulit kering, membran mukosa kering dan pengisian kapiler.
4. Pantau adanya edema.
5. Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
6. Kolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental
Rasional :
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui status keseimbangan cairan.
3. Menunjukkan kehilangan cairan berlebih.
4. Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan dan berkenaan dengan penurunan
kadar albunim serum / protein.
5. Untuk meminimalkan terjadinya dehidrasi.
6. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Diagnosa 4
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin A.
Tujuan/ kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi gangguan
persepsi sensori (penglihatan)
Intervensi :
1. Kaji ketajaman pengelihatan.
2. Dorong agar pasien mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
kehilangan pengelihatan.
3. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan pengelihatan,
contoh : kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah
pengelihatan malam.
4. Kolaborasikan untuk dilakukan Test adaptasi gelap.
5. Lakukan kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi, pemberian vitamin A
dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih dari
400.000-500.000 IU.
6. Lakukan kolaborasi untuk pengobatan kelainan pada mata
Rasional :
1. Untuk mengetahui ketajaman pengelihatan klien dan sumber pengelihatan menurut
ukuran yang baku.
2. Pada saat intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
kehilangan pengelihatan sebagian atau total, meskipun kehilangan pengelihatan telah
terjadi tidak dapat diperbaiki meskipun dengan pengobatan kehilangan lanjut dapat
dicegah.
3. Untuk menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang
atau kehilangan pengelihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
4. Untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi pengelihatan klien.
5. Pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan pengelihatan secara
teratur dapat mengembalikan pengelihatan pada mata.
6. Untuk mengembelikan ke fungsi pengelihatan yang beik da mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut.
Diagnosa 5
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status metabolik.
Tujuan/ kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi gangguan
integritas kulit pada pasien
Intervensi :
1. Obervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi.
2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi, pijat kulit, khususnya di daerah di atas
penonjolan tulang.
3. Lakukan perubahan posisi sering.
4. Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.
Rasional :
1. Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan dan
perawatan lebih intensif
2. Melicinkan kulit dan menurunkan gatal. Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
meningkatkan tonus kulit.
3. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
4. Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit
Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan
1. Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar
perkembangan berhubungan pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan
dengan asupan kalori dan sesuai uisa anak.
protein yang tidak adekuat.2. Telah dikaji keadaan fisik kemampuan anak.
3. Telah dilakukan pemberian makanan/minuman
sesuai terapi diit pemulihan.
4. Telah dilakukan program antropometrik secara
berkala.
5. Telah dilakukan stimulasi tingkat perkembanngan
sesuai dengan usia klien.
6. Telah dilakukan rujukan ke lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan
(puskesmas/posyandu)
2 Perubahan nutrisi kurang
1. Telah dikaji antropometri.
dari kebutuhan tubuh
2. Telah dikaji pola makan klien.
berhubungan dengan
3. Telah diberikan intake makan tinggi potein, kalori,
asupan yang tidak adekuat, mineral, dan vitamin.
anoreksia dan diare. 4. Telah ditimbang berat badan.
5. Telah ditingkatkan pemberian ASI dengan
pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi.
3 Gangguan kekurangan
1. Telah dipantau Tanda-tanda vital.
cairan berhubungan dengan
2. Telah diukur intake dan output.
intake cairan tidak adekuat.3. Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran
mukosa kering dan pengisian kapiler.
4. Telah dipantau adanya edema.
5. Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai dengan
kondisi.
6. Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian
cairan parental.
4 Gangguan persepsi sensori
1. Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
(penglihatan) berhubungan
2. Telah didorong agar pasien mengekspresikan
dengan defisiensi vitamin perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
A. kehilangan pengelihatan.
3. Telah dilakukan tindakan untuk membantu klien
menangani keterbatasan pengelihatan, contoh :
kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang
suram dan masalah pengelihatan malam.
4. Telah dikolaborasikan untuk dilakukan Test
adaptasi gelap.
5. Telah dilakukan kolaborasi untuk pemberian obat
sesuai indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis
terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000
IU/kgBB tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.
6. Telah dilakukan kolaborasi untuk pengobatan
kelainan pada mata
4.6 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya sudah
perkembangan berhubungan bisa berhitung”
dengan asupan kalori dan O: Anak mampu menebak gambar
protein yang tidak adekuat. A: Tujuan tercapai
P: Hentikan tindakan keperawatan
2 Perubahan nutrisi kurang S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya sudah
dari kebutuhan tubuh menghabiskan porsi makannya”
berhubungan dengan O: BB pasien bertambah
asupan yang tidak adekuat, A: Tujuan tercapai
anoreksia dan diare. P: hentikan tindakan keperawatan