Vous êtes sur la page 1sur 43

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN OBESITAS

Pengkajian

1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
 Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas
 Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang mengalami
penyakit serupa atau memicu
 Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan beribadah ,
kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
 Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
 Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
 Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
 Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
 Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
 Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin)
5. Pola fungsi kesehatan
a) Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk
beraktifitas.
b) Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan
perasaan tidak senang : frustasi
c) Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d) Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang
berat badan atau tulang belakang
e) Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f) Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan
yang lebih
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial pandangan
px tehadap diri
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak
nyaman dalam situasi social
4. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri ,
ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Perencanaan
Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah menentukkan prioritas, tujuan dan rencana
tindakkan keperawatan.
Diagnosa 1
Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan
yang lebih.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi kembali normal
Kriteria hasil : Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan
Menunjukan penurunan berat badan.
Intervensi :
1) Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien
2) Timbang berat badan secara periodic
3) Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi untuk penurunan
berat badan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan
(ex.dietilpropinion)
Rasional :
1) Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi
2) Memberikan informasi tentang keefektifan program
3) Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dg rencana
4) Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal
5) Penurunan berat badan

Diagnosa 2
Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri
Tujuan : Menyatakan gambaran diri lebih nyata
Kriterian hasil :
 Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealism.
 Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi :
1) Beri privasi kepada px selama perawatan.
2) Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya bagi px
tersebut
3) Waspadai mitos px / orang terdekat
4) Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghindari kritik
5) Waspadai makan berlebih
6) Kolaborasi dengan kelompok terapi
Rasional :
1) Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri
2) Pasien mengungkapkan beban psikologisnya
3) Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi upaya
penurunan berat badan
4) Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan masalahnya
5) Pola makan terjaga
6) Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi

Diagnosa 3
Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi sosial
Tujuan : Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial
yang buruk
Kriteria hasil : Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan
interpersonal
Intervensi :
1) Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku social
2) Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien
3) Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi
Rasional :
1) Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien
2) Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan kesepian isolasi
3) Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi dukungan
Diagnosa 4
Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri , ansietas ,
kelemahan dan obstruksi trakeobronkial
Tujuan : Mengembalikan pola napas normal
Kriteria hasil :
 Mempertahankan ventilasi yang adekuat
 Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain
Intervensi :
1) Awasi , auskultasi bunyi napas
2) Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
3) Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi
4) Ubah posisi secara periodic
5) Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain
Rasional :
1) Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial atelektasis,
hipoksia
2) Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal, pasien lebih
nyaman
3) Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis minimal
4) Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan diare

Pengkajian
1) Riwayat kebersihan anak dan lingkungan
2) Kebiasaan jajan atau makanan yang merangsang
3) BAB lebih dari empat kali cair
4) Warna feces berubah, konsistensi cair ( lendir, darah )
5) Rasa haus, selera makan menurun, berat badab berkurang
6) Anak menangis terus, gelisah dan insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 – 11
bulan.

Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlimpah
2. Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus,mual, muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.

Diagnosa 1
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil : Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan
cairan seimbang
Intervensi :
1. Observasi tanda – tanda vital.
2. Observasi tanda – tanda dehidrasi.
3. Ukur input dan Output cairan.
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit.
Rasional
1. parameter keadaan umum klien dan deteksi dini adanya kelainan
2. Tanda-tanda dehidrasi digunakan untuk mengetahui derajad dehidrasi
3. Catatan masukan dan pengeluaran membantu mendeteksi dini ketidak seimbangan cairan
4. Perawatan bersama akan mempercepat dan mempermudah dalam mengatasi masalah.
Diagnosa 2
Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorpsi
usus,mual, muntah.
Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual,
muntah tidak ada.
Intervensi :
1. Dorong tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut
2. Timbang berat badan klien.
3. Lakukan oral hygiene
4. Batasi makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen
5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.
Rasional :
1. Menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
2. Memberikan informasi tentang kebutuhan diet
3. Lakukan oral hygiene
4. Mencegah serangan akut
5. Zat gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Dengan gizi seimbang maka
tumbuh kembang anak dapat optimal serta dapat mempercepat proses penyembuhan
penyakit.

Diagnosa 3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
1. Ganti popok anak jika basah.
2. Hindari penggunaan bedak jika lecet
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah menggant popok
Rasional :
1. Keadaanbersih dan kering mencegah kembangbiaknya mikro organisme.
2. Partikel bedak akan melekat pada kulit dan menambah lecet sehingga menjadi sarang
perkembangbiakan kuman.
3. Cuci tangan dapat mencegah penyebaran kuman dan mencegah terjadinya infeksi

Diagnosa 4
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Kaji tingkat rasa nyeri.
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
4. Baringkan pasien dalam posisi terlentang dengan bantalan hangat di atas abdomen
Rasional :
1. Dengan mengetahui tanda - tanda vital dapat mengetahui tingkat nyeri
2. Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mengetahui skala nyeri
3. Dengan mengatur posisi yang benar diharapkan rasa nyeri berkurang
4. Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi kram

Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil : Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
1. Jelaskan tentang diare dan tanda gejalanya
2. Jelaskan diet untuk anak diare yaitu makanan tinggi serat, tinggi lemak, air yang
sangat panas, dingin harus dihindari
Rasional :
1. Pemahaman orang tua tentang diare dan tanda gejalanya akan merangsang orang tua
untuk kooperatif dalam perawatan upaya penyembuhan
2. Makanan ini dapat mengiritasi usus.

Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.

Daftar Pustaka
( Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2 Jakarata :
EGC ).

Asukan Keperawatan pada pasien anak dengan Tetanus

Pengkajian keperawatan

1) Pengkajian
 Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi
 dentitas orang tua:

Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.

Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat

 Identitas sudara kandung


2) Keluhan utama/alasan masuk RS.
3) Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang


b. Riwayat kesehatan masa lalu
c. Ante natal care
d. Natal
e. Post natal care
f. Riwayat kesehatan keluarga

4) Riwayat imunisasi
5) Riwayat tumbuh kembang

a. Pertumbuhan fisik
b. Perkembangan tiap tahap

6) Riwayat Nutrisi

a. Pemberin asi
b. Susu Formula
c. Pemberian makanan tambahan
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

7) Riwayat Psikososial
8) Riwayat Spiritual
9) Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap
10) Aktifitas sehari-hari

a. Nutrisi
b. Cairan
c. Eliminasi BAB/BAK
d. Istirahat tidur
e. Olahraga
f. Personal Hygiene
g. Aktifitas/mobilitas fisik
h. Rekreasi

11) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien


b. Tanda-tanda vital
c. Antropometri
d. Sistem pernafasan
e. Sistem Cardio Vaskuler
f. Sistem Pencernaan
g. Sistem Indra
h. Sistem muskulo skeletal
i. Sistem integument
j. Sistem Endokrin
k. Sistem perkemihan
l. Sistem reproduksi
m. Sistem imun
n. Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi
cerebelum, refleks, iritasi meningen

12) Pemeriksaan tingkat perkembangan


a. 0 – 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal
sosial)
b. tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)

13) Tes Diagnostik


14) Terapi

Diagnosa Keperawatan

1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada
trakea dan spame otot pernafasan.
2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia)
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
5. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum pada trakea
dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu, batuk tidak efektif
disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab, Analisa Gasa Darah abnormal
(Asidosis Respiratorik)

Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria :

– Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada

– Pernafasan 16-18 kali/menit

– Tidak ada pernafasan cuping hidung


– Tidak ada tambahan otot pernafasan

– Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH= 7,35-
7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)

Intervensi :

1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi


2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah ronchi)
tiap 2-4 jam sekali
3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction
4. Oksigenasi
5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

Rasional :

1. Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan
pembuntuan jalan nafas.
2. Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret yang
menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk
mengoptimalkan jalan nafas.
3. Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga
mempermudah proses respirasi
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya hipoksia.
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang memanjang/lama.
Diagnosa 2

Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot pernafasan, adanya
lendir dan sekret yang menumpuk.

Tujuan : Pola nafas teratur dan normal

Kriteria :

– Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuahn oksigen

– Tidak sesak, pernafasan normal 16-18 kali/menit

– Tidak sianosis.

Intervensi :

1. Monitor irama pernafasan dan respirati rate


2. Atur posisi luruskan jalan nafas.
3. Observasi tanda dan gejala sianosis
4. Oksigenasi
5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

Rasional :

1. Indikasi adanya penyimpangan atau kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan dan irama nafas.
2. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3. Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada
jaringan tubuh perifer
4. Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia
5. Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan kerja
jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.

Diagnosa 3

Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin (bakterimia) yang
ditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah putih lebih dari 10.000 /mm3

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3

Intervensi :

1. Atur suhu lingkungan yang nyaman.


2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam
3. Berikan hidrasi atau minum ysng cukup adekuat
4. Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka.
5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang.

Rasional :

1. Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai suatu
proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.
2. Identifikasi perkembangan gejala-gajala ke arah syok exhaution
3. Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari
dalam
4. Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar
luka.
5. Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara
proses konduksi.
Diagnosa 4

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot pengunyah
yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk lewat mulut kembali
lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau
albumin kurang dari 3,5 mg%.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

– BB optimal

– Intake adekuat

– Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %

Intervensi :

1. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya


makanabagi tubuh
2. Kolaboratif :

Pemberian diit TKTP cair, lunak atau bubur kasar.

Pemberian carian per IV line

Pemasangan NGT bila perlu

Rasional :

1. Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien
mengalami kesulitan menelan dan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan
tingkat pengetahuan yang adequat diharapkan klien dapat berpartsipatif dan kooperatif
dalam program diit.
2. Diit yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan
proses mengunyah.

Pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan mengunyak


atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.

NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat.

Diagnosa 5

Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang

Tujuan : Cedera tidak terjadi

Kriteria :

– Klien tidak ada cedera

– Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman

Intervensi :

1. Identifikasi dan hindari faktor pencetus


2. Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengaman
3. Sediakan disamping tempat tidur tongue spatel
4. Lindungi pasien pada saat kejang
5. Catat penyebab mulai terjadinya kejang

Rasional :

1. Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang


2. Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang
3. Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memperberat
kondisi klien
4. Mencegah terjadinya benturan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik
5. Pendokumentasian yang akurat, memudah-kan pengontrolan dan identifikasi kejang

Diagnosa 6

Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat


Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan

kriteria: Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik

Intervensi :

1. Kaji intake dan out put setiap 24 jam


2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam
3. Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m,
NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien
4. Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya
5. Pertahankan kepatenan NGT

Rasional :

1. Memberikan informasi tentang status cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan


penggantian
2. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3. Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
4. Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuh
5. Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine diduga dehidrasi/
peningkatan kebutuhan cairan
Implementasi Keperawatan

Lakukanlah apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apa yang telah anda lakukan
tidakan pada pasien.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi semua tindakan yang telah anda berikan pada pasien. Jika dengan tindakan yang
diberikan pasien mengalami perubahan menjadi lebih baik. Maka tindakan dapat dihentikan. Jika
sebaliknya keadaan pasien menjadi lebih buruk, kemungkinan besar tindakan harus mengalami
perubahan atau perbaikan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

MARASMUS

A. Pengkajian

1. Identitas

a) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang :
nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat,
pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b) Usia dan nomor Rekam Medik.
c) Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.

2. Alasan Masuk

a) Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :


b) Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :

a) Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a. Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b. BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang
normal.
2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak
lesu dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas
kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a. Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang
dianjurkan.
b. Melaporkan / terlihat kurang makan.
4) Diet
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
5) Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan
kesehatan.

b. Data Objektif

1) Data umum

a. Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah
lepas bila ditarik).
b. Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakan warna lebih muda
daripada warna kulit anak sehat.
c. Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d. Adanya ruam “bercak bersepih”
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang
sangat muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e. Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f. Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung
kalori dan protein.
g. Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h. Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan
berbagai vitamin.
i. Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j. Kaji adanya anoreksia, mual.

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
4. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.

Fokus Intervensi

1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang kurang.
NOC : status nutrisi : intake nutrisi dan cairan.
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan.
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan

NIC : Nutrition Monitoring

Intervensi :

1. BB pasien dalam batas normal.


2. Monitor adanya penurunan berat badan.
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
4. Monitor turgor kulit.
5. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah.
6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
7. Monitor kalori dan intake nutrisi.

2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.


NOC : Tissue Integrity : skin and mucous membranes.
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.
c. Perfusi jaringan baik.
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cedera berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan
alami.

Skala Nilai :

1 : tidak pernah menunjukkan

2 : jarang menunjukkan

3 : kadang menunjukkan

4 : sering menunjukkan

5 : selalu menunjukkan

NIC : Tissue integrity;skin and mucous.

Intervensi :

1. Monitor kulit akan adanya kemerahan.


2. Oleskan lotion pada derah yang tertekan.
3. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

3. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun


NOC : Risk Control
Kriteria hasil :
a. Kenali faktor resiko infeksi
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
c. Monitor perubahan status kesehatan.
d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke status
kesehatan yang baik).
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.

Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan

NIC : Infection Protection

Intervensi :

1. Monitor tanda dan gejala infeksi.

2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.

3. Batasi pengunjung.

4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.

5. Ajarkan cara menghindari infeksi.

6. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.

4. Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi


NOC : Neglect Recorvery
Kriteria hasil :
a. Nutrisi adekuat.
b. Mendapatkan diet yang dianjurkan.
c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal.
d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai.
e. Mendapat perawatan yang sesuai.
Skala Nilai :

1 : tidak pernah menunjukkan

2 : jarang menunjukkan

3 : kadang menunjukkan

4 : sering menunjukkan

5 : selalu menunjukkan

NIC : Management behavior

Intervensi :

1. Gunakan suara yang lembut dan pelan dalam berbicara dengan pasien.
2. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
3. Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif prainjury.
4. Buat rutinitas untuk pasien.
5. Hindari untuk menyudutkan pasien.
6. Hindari untuk membantah pasien.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
NOC : Knowledge : disease process
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program
pengobatan.
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan
lainnya.
Skala Nilai :

1 : tidak pernah dilakukan

2 : jarang dilakukan

3 : kadang dilakukan

4 : sering dilakukan

5 : selalu dilakukan

NIC : Teaching ;Disease Process

Intervensi :

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit.


2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
3. Gambarkan proses penyakitnya.
4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat.
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

Evaluasi

1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang kurang.

Kriteria hasil : Skala


a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 5
berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
5
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
5
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.

Kriteria hasil : Skala


a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan. 5

b. Tidak ada luka / lesi pada kulit. 5

c. Perfusi jaringan baik. 5

d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit 5


dan mencegah terjadinya cedera berulang.
5
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan
kelembapan kulit dan perawatan alami.

3. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun

Kriteria hasil : Skala


a. Kenali faktor resiko infeksi 5

b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko. 5

c. Monitor perubahan status kesehatan. 5

d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status 5


kesehatan yang buruk ke status kesehatan yang baik).
5
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.

4. Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi

Kriteria hasil : Skala


a. Nutrisi adekuat. 5
b. Mendapatkan diet yang dianjurkan. 5

c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal. 5

d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai. 5

e. Mendapat perawatan yang sesuai. 5

5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya informasi.

Kriteria hasil : Skala


a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, 5
prognosis, dan program pengobatan.
5
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
5
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat
/ tim kesehatan lainnya.

ASUHAN KEPERAWATAN KHOWASHIOKOR

Pengkajian
1. Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa
medis, alamat. Kwashiorkor paling seringnya pada usia antara 1 – 4 tahun, namun dapat
pula terjadi pada bayi.
2. Riwayat sakit dan Kesehatan
a) Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan
keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
b) Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (BB < 80%
dari BB normal seusianya), bengkak, serta mengalami keterbelakangan mental yaitu
apatis dan rewel. Pada anak kwarshiorkor juga mengalami penurunan nafsu makan
ringan sampai berat.
3. Riwayat Peri natal
a) Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama kehamilan. Kekurangan
nutrisi pada ibu selama kehamilan jugan memungkinkan anak juga akan mengalami
malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin dapat timbul pada ibu dan menyalur ke
anak dan menjadi infeksi kronis bagi anak.
b) Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat lahir dengan
berat badan rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang sehingga kwarshiorkor
dapat timbul saat bayi.
c) Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif dan pemberian
nutrisi setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak memberikan asi eksklsif
pada bayinya setelah melahirkan. Hal ini beresiko anak mengalami malnutrisi.
4. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan dengan asupan nutrisi
yang tidak adekuat.
5. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas dikarenakan
penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang sering rewel.
6. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat terkena
kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang membuatnya
mengalami gangguan penyerapan protein.
7. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi protein. Ana
juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral penting yang
diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah seperti Ferum,
vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk pertumbuhan
mata.
8. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
a) Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn pertumubuhan akibat
defisiensi protein dan gangguan penglihatan
b) Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat keterbelakangan
pertumbuhan dan perkembangan
c) Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi
sehingga intake nutrisi semakin berkurang

Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:


1. Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
Orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan malnutrisi atau
kwarshiorkor namun tidak mengetahui perawatan pada anak dan bagaiamana mengasuh
anak yang menderita kwarshiorkor.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami defisiensi nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan mineral yang penting untuk tubuh.metabolisme akan terganggu
akibat zat – zat yang tidak tersedia, contohnya adalah pembesaran hati karena
kekurangan asam amino.
3. Pola eliminasi
Pasien dapat memiliki gangguan gastointestinal seperti diare dan anoreksia. Diare dapat
disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi dapa saluran cerna, intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak
4. Pola aktivitas dan latihan
Anak akan mengalami gangguan aktivitas akibatstatus mental yang apatis dan rewel.
Aktifitas jugan akan terganggu akibat udem yang ada pada ekstremitas, serta penurunan
fungsi otot.
5. Pola istirahat dan tidur
Anak akan mengalami gangguan tidur akibat edema.
6. Pola persepsi dan kognitif
Anak akan mengalami gangguan kgonitif akibat asupan nutrisi yang kurang,
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan serta gangguan penglihatan akibat
defisiensi vitamin A.
7. Pola konsep diri
Anak akan merasa malu untuk berkomunikasi dengan dunia luar akibat gangguan
penglihatan dan ketidaknormalan tubunhnya.
8. Pola peran dan hubungan
Hubungan sosial anak dengan dunia luar akan terhambat akibat keterbelakangan mental
dan gangguan pertumbuhan yang dirasakan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10. Pola keyakinan dan nilai
Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien

Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari
akibat terjadinya edema. Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada
stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi
pasif.
b. Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA (Lingkar Lengan
Atas) <14cm
c. Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak mampu berjalan
dengan baik.
d. Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e. Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f. Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipomagnesemia.
g. Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa
rasa sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan
tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih.
h. Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Perubahan
kulit lain pun dapat ditemui, seperti kulit yang keringdengan garis kulit yang mendalam.
Kadang-kadang pada kasus yang sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia
dengan prognosis yang buruk bagi si penderita.
i. Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j. Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan.
k. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
l. Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-kadang batas hati
terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar dengan mudah dapat diraba.
m. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi
protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
n. Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan:
a) Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
b) Penurunan kadar kreatinin
c) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
d) Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
e) Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi tidak sebanyak
menurunnya albumin serum, hingga pada kwashiorkor terdapat rasio albumin/globulin
yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada kwashiorkor yang berat ditemukan
rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
f) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non
essiensial.
g) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase menurun
h) Anemia

4.2 Analisa Data


No. Data Masalah Keperawatan
1. Anak dengan kwashiorkor dalam asupan Gangguan pertumbuhan
kalori dan protein tidak adekuat. Umumnya dan perkembangan
kandungan karbohidrat pada makanan yang
dikonsumsi anak tinggi, namun mutu dan
kandungan proteinnya rendah. Berat dan
tinggi badan anak kwashirkor akan berbeda
dengan anak sehat.
2. Anak dengan kwashiorkor mengalami Perubahan nutrisi kurang
anoreksia dan diare sehingga nutrisi dalam dari kebutuhan tubuh
tubuh kurang dari kebutuhan tubuh. Faktor
yang paling mungkin adalah menyusui ketika
ASI digantikan oleh makanan pengganti ASI
yang tidak adekuat atau tidak seimbang
(kurang protein).
3. Anak dengan kwashiorkor mengalami intake Gangguan kekurangan
cairan yang tidak adekuat. Hal ini cairan
dikarenakan penyerapan tidak berjalan
dengan baik, terutama penyerapan protein.
4. Anak dengan kwashiorkor mengalami Gangguan persepsi sensori
perubahan dalam penerimaan sensori di mata (penglihatan)
karena defisiensi vitamin A.
5. Anak dengan kwashiorkor mengalami Gangguan integritas kulit
gangguan nutrisi dan status metabolik. Kulit
biasanya kering dengan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar serta crazy
pavement dermatosis.
6. Anak dengan kwashiorkor mengalami Intoleransi aktivitas
penurunan asupan kalsium sehingga
mengalami kelemahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
7. Anak dengan kwashiorkor mengalami Kerusakan gigi
penurunan asupan kalsium sehingga terjadi
caries pada gigi.
8. Anak dengan kwashiorkor mengalami Diare
inflamasi GI dan malabsorbsi dalam
menyerap protein. Hal ini dikarenakan infeksi
atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan
malabsorbsi lemak.
9. Anak dengan kwashiorkor mengalami Ansietas
perubahan mental dan anoreksia.
10. Anak dengan kwashiorkor memiliki daya Resiko infeksi
tahan tubuh yang rendah sehingga mudah
terserang infeksi, baik bakteri maupun virus.
Infeksi dapat memperburuk keadaan gizi
anak dan MEP akan menurunkan imunitas
tubuh terhadap infeksi. Anak akan udah
terserang infeksi seperti ISPA, TBC, polio,
dan lain-lain.
11. Orang tua anak dengan kwashiorkor Kurang pengetahuan
umumnya memiliki pengetahuan yang
terbatas tentang asupan kebutuhan nutrisi
yang tepat bagi anak sehingga menyebabkan
keseimbangan nutrisi anak tidak terkontrol
dengan baik. Selain itu, keluarga tertentu
memiliki beberapa pantangan dalam
mengkonsumsi makanan tertentu yang
sebenarnya bermanfaat bagi anak.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
3. Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin A.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status metabolik.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan faktor sekunder akibat malnutrisi.
7. Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan asupan kalsium.
8. Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi lemak.
9. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein
yang tidak adekuat.
Tujuan/ kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu bertumbuh
dan berkembang sesuai usianya.
Intervensi :
1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas
perkembangan sesuai uisa anak.
2. Kaji keadaan fisik kemampuan anak.
3. Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai terapi diit pemulihan.
4. Lakukan program antropometrik secara berkala.
5. Lakukan stimulasi tingkat perkembanngan sesuai dengan usia klien.

Rasional :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatann pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Untuk mengetahui pertumbuhan fisik dan tugas perkembangan anak yang belum
tercapai sesuai umur.
3. Diit khusus untuk pemulihan nutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan anak dan kemampuan toleransi system pencernaan.
4. Untuk menilai perkembangan masalah klien.
5. Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek
motorik, bahasa, dan personal/social.

Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan/ kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, kebetuhan nutrisi pasien
adekuat.
Intervensi :
1. Kaji antropometri.
2. Kaji pola makan klien.
3. Berikan intake makan tinggi potein, kalori, mineral, dan vitamin.
4. Timbang berat badan.
5. Tingkat pemberian ASI dengan pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional :
1. Untuk menentukan berat badan, osteometri dan resiko berat berlemak, kurus.
2. Untuk mengetahui kebiasaan makan klien.
3. Untuk mempertahankan berat badan, kebutuhan memenuhi metabolik dan
meningkatkan penyembuhan
4. Untuk menentukan diet dan menetahui keefektifan terapi.
5. Pemberian ASI yang adekuat mempengaruhi kebutuhan nutrisi si anak dan
pemasukan nutrisi pada ibu dapat meningkatkan produksi ASI si ibu.
6. Untuk merencanakan masukan nutrisi dan cairan.

Diagnosa 3
Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
Tujuan/ kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x24 jam,
kebutuhan cairan pasien terpenuhi.
Intervensi
1. Pantau Tanda-tanda vital.
2. Ukur intake dan output.
3. Kaji terjadinya kulit kering, membran mukosa kering dan pengisian kapiler.
4. Pantau adanya edema.
5. Berikan cairan yang adekuat sesuai dengan kondisi.
6. Kolaborasikan untuk adanya pemberian cairan parental

Rasional :
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
2. Untuk mengetahui status keseimbangan cairan.
3. Menunjukkan kehilangan cairan berlebih.
4. Edema dapat terjadi karena perpindahan cairan dan berkenaan dengan penurunan
kadar albunim serum / protein.
5. Untuk meminimalkan terjadinya dehidrasi.
6. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Diagnosa 4
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin A.
Tujuan/ kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi gangguan
persepsi sensori (penglihatan)
Intervensi :
1. Kaji ketajaman pengelihatan.
2. Dorong agar pasien mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
kehilangan pengelihatan.
3. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani keterbatasan pengelihatan,
contoh : kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang suram dan masalah
pengelihatan malam.
4. Kolaborasikan untuk dilakukan Test adaptasi gelap.
5. Lakukan kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi, pemberian vitamin A
dalam dosis terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih dari
400.000-500.000 IU.
6. Lakukan kolaborasi untuk pengobatan kelainan pada mata

Rasional :
1. Untuk mengetahui ketajaman pengelihatan klien dan sumber pengelihatan menurut
ukuran yang baku.
2. Pada saat intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan
kehilangan pengelihatan sebagian atau total, meskipun kehilangan pengelihatan telah
terjadi tidak dapat diperbaiki meskipun dengan pengobatan kehilangan lanjut dapat
dicegah.
3. Untuk menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang
atau kehilangan pengelihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.
4. Untuk mengetahui adanya kelainan atau abnormalitas dari fungsi pengelihatan klien.
5. Pemberian vitamin A dosis terapeutik dapat mengatasi gangguan pengelihatan secara
teratur dapat mengembalikan pengelihatan pada mata.
6. Untuk mengembelikan ke fungsi pengelihatan yang beik da mencegah terjadinya
komplikasi lebih lanjut.

Diagnosa 5
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status metabolik.
Tujuan/ kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi gangguan
integritas kulit pada pasien
Intervensi :
1. Obervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi.
2. Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi, pijat kulit, khususnya di daerah di atas
penonjolan tulang.
3. Lakukan perubahan posisi sering.
4. Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat.

Rasional :
1. Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan dan
perawatan lebih intensif
2. Melicinkan kulit dan menurunkan gatal. Pemijatan sirkulasi pada kulit, dapat
meningkatkan tonus kulit.
3. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada
jaringan.
4. Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit
Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan
1. Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar
perkembangan berhubungan pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan
dengan asupan kalori dan sesuai uisa anak.
protein yang tidak adekuat.2. Telah dikaji keadaan fisik kemampuan anak.
3. Telah dilakukan pemberian makanan/minuman
sesuai terapi diit pemulihan.
4. Telah dilakukan program antropometrik secara
berkala.
5. Telah dilakukan stimulasi tingkat perkembanngan
sesuai dengan usia klien.
6. Telah dilakukan rujukan ke lembaga pendukung
stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan
(puskesmas/posyandu)
2 Perubahan nutrisi kurang
1. Telah dikaji antropometri.
dari kebutuhan tubuh
2. Telah dikaji pola makan klien.
berhubungan dengan
3. Telah diberikan intake makan tinggi potein, kalori,
asupan yang tidak adekuat, mineral, dan vitamin.
anoreksia dan diare. 4. Telah ditimbang berat badan.
5. Telah ditingkatkan pemberian ASI dengan
pemasukan nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi.
3 Gangguan kekurangan
1. Telah dipantau Tanda-tanda vital.
cairan berhubungan dengan
2. Telah diukur intake dan output.
intake cairan tidak adekuat.3. Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran
mukosa kering dan pengisian kapiler.
4. Telah dipantau adanya edema.
5. Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai dengan
kondisi.
6. Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian
cairan parental.
4 Gangguan persepsi sensori
1. Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
(penglihatan) berhubungan
2. Telah didorong agar pasien mengekspresikan
dengan defisiensi vitamin perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan
A. kehilangan pengelihatan.
3. Telah dilakukan tindakan untuk membantu klien
menangani keterbatasan pengelihatan, contoh :
kurangi kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang
suram dan masalah pengelihatan malam.
4. Telah dikolaborasikan untuk dilakukan Test
adaptasi gelap.
5. Telah dilakukan kolaborasi untuk pemberian obat
sesuai indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis
terapeutik yaitu vitamin A oral 50.000-75.000
IU/kgBB tidak lebih dari 400.000-500.000 IU.
6. Telah dilakukan kolaborasi untuk pengobatan
kelainan pada mata

5 Gangguan integritas kulit


1. Telah diobervasi adanya kemerahan, pucat,
berhubungan dengan ekskoriasi.
gangguan nutrisi atau status
2. Telah digunakan krim kulit 2 kali sehari setelah
metabolik. mandi, pijat kulit, khususnya di daerah di atas
penonjolan tulang.
3. Telah dilakukan perubahan posisi sering.
4. Telah ditekankan pentingnya masukan
nutrisi/cairan adekuat.

4.6 Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya sudah
perkembangan berhubungan bisa berhitung”
dengan asupan kalori dan O: Anak mampu menebak gambar
protein yang tidak adekuat. A: Tujuan tercapai
P: Hentikan tindakan keperawatan
2 Perubahan nutrisi kurang S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya sudah
dari kebutuhan tubuh menghabiskan porsi makannya”
berhubungan dengan O: BB pasien bertambah
asupan yang tidak adekuat, A: Tujuan tercapai
anoreksia dan diare. P: hentikan tindakan keperawatan

3 Gangguan kekurangan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya


cairan berhubungan dengan mampu menghabiskan 8 gelas air sehari”
intake cairan tidak adekuat. O: Anak terlihat tidak pucat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.
4 Gangguan persepsi sensori S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah bisa
(penglihatan) berhubungan melihat dengan jelas jarak jauh”
dengan defisiensi vitamin O: Hasil Test menunjukkan ketajaman penglihatan
A. pasien meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
5 Gangguan integritas kulit S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak
berhubungan dengan gatal-gatal lagi”
gangguan nutrisi atau status O: Tidak terjadi abnormalitas pada kulit
metabolik. A:tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan

Vous aimerez peut-être aussi