Vous êtes sur la page 1sur 6

Penatalaksanaan Abortus Spontan

1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi


darah dan cairan yang cukup.
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikan penisilin 1 juta
satuan tiap 6 jam, suntikan streptomisin 500 mg setiap 12 jam, atau
antibiotika spektrum luas lainnya.
3. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat
bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
4. Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan
kemajuan penderita.

Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya
setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali
bila ada komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat
atau infeksi.
Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus
spontan serta terminasi yang dilakukan pada keadaan lain, dan hal ini diringkas
sebagai berikut (Kenneth dkk, 2003):
Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus
Kuretase
Aspirasi vakum (kuretase isap)
Dilatasi dan evakuasi (D&E)
Dilatasi dan Curretase (D&C)
Aspirasi haid
Laparatomi
Histerotomi
Histerektomi
Teknik Medis
Oksitosin intravena
Cairan hiperosmotik intraamnion
Salin 20%
Urea 30%
Prostaglandin E2, F2α, dan analognya
Injeksi intraamnion
Injeksi ekstraovular
Insersi vagina
Injeksi parenteral
Ingesti oral
Antiprogesteron─RU 486 (mifepriston) dan epostan
Berbagai kombinasi dari di atas.

Dilatasi dan Kuretase


Aborsi bedah sebelum 14 minggu dilakukan mula-mula dengan membuka
serviks, kemudian mengeluarkan kehamilan dengan secara mekanis mengerok
keluar isi uterus (kuretase tajam), dengan aspirasi vakum (kuretase isap), atau
keduanya. Setelah 16 minggu, dilakukan dilatasi dan evakuasi (D&E). Tindakan
ini berupa pembukaan seviks secara lebar diikuti oleh dekstruksi mekanis dan
evakuasi bagian janin. Setelah janin dikeluarkan secara lengkap maka digunakan
kuret vakum berlubang besar untuk mengeluarkan plasenta dan jaringan yang
tersisa. Dilatasi dan Curretase (D&C) serupa dengan D&E kecuali pada D&C,
bahwa sebagian dari janin mula-mula dikuretase melalui serviks yang telah
membuka untuk mempermudah tindakan.
Dilator Higroskopik
Batang laminaria sering digunakan untuk membantu membuka serviks
sebelum aborsi bedah. Alat ini menarik air dari jaringan serviks sehingga serviks
melunak dan membuka. Dilator higroskopik sintetik juga dapat digunakan.
Lamicel adalah suatu spons polimer alkohol polivinil yang mengandung
magnesium sulfat anhidrosa. Trauma akibat dilatasi mekanis dapat diperkecil
dengan menggunakan dilator higroskopik. Wanita yang sudah dipasangi dilator
osmotik sebelum suatu aborsi elektif, tetapi kemudian berubah pikiran umumnya
tidak menderita morbiditas infeksi setelah dilator dikeluarkan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/Chapter%20II.pdf

https://books.google.co.id/books?id=mPwa0ARtMtIC&pg=PA61&lpg=PA61&dq=dilator+higro
skopik&source=bl&ots=44-
3h4YOpf&sig=v7n8QDHPyL7OIRvQPmApZPtkKN8&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjQ3fqw0
_jPAhXJNI8KHeqJAsoQ6AEIHDAA#v=onepage&q=dilator%20higroskopik&f=false
yang kuning jangan dicopy
Akibat-Akibat Melakukan Aborsi
Komplikasi-komplikasi yang terjadi dari pengakhiran kehamilan, adalah :
1. Pengumpulan pembekuan darah di mana uterus, yang memerlukan
sedotan/kuretase ulang, terjadi kurang dari 1%.
2. Infeksi, kebanyakan dari padanya mudah diketahui dan diobati kalau
perempuan yang bersangkutan memperhatikan instruksi pasca abortus, yang
terjadi kurang dari 3%.
3. Robekan mulut rahim, yang dapat dijahit, terjadi pada kurang dari 1%.
4. Perforasi (luka tembus) pada dinding peranakan atau organ lain, dapat
sembuh sendiri atau memerlukan jahitan, atau pengangkatan peranakan
(histerektomi), terjadi pada kurang dari 0,5% dari 1% kasus.
5. Missed abortion, karena tidak berhasil mengakhiri kehamilan sehingga
penggugurannya harus diulang terjadi pada kurang 0,5 dari 1% kasus.
6. Pengakhiran kehamilan tidak lengkap (abortus incompletus), dimana
sebagian jaringan kehamilan masih tertinggal di dalam rongga uterus,
sehingga tindakannya harus diulang, terjadi pada kurang dari 1% kasus.
7. Pendarahan banyak, karena uterus gagal berkontraksi yang mungkin
memerlukan transfuse darah, terjadi pada kurang dari 1% kasus.

Komplikasi yang serius kalau dilakukan sebelum 12 minggu. Biasanya, 89%


perempuan dilakukan pengakhiran kehamilan pada kehamilan kurang dari 12
minggu. Dari perempuan-perempuan ini, 97% tidak melaporkan terjadinya
komplikasi, 2,5% mengalami komplikasi ringan yang dapat diatasi di praktek
dokter atau di klinik pengakhiran kehamilan, dan kurang dari 0,5% memerlukan
tindakan medis atau perawatan di rumah sakit.

Komplikasi dini yang paling sering adalah sepsis yang disebabkan


oleh aborsi yang tidak lengkap (abortus incompletus), sebagian atau seluruh
produk pembuahan masih tertanam dalam rahim. Jika infeksi itu tidak diatasi,
dapat terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septik, yang
merupakan komplikasi aborsi legal yang paling fatal.
Penyebab kematian kedua yang paling sering dilaporkan adalah
pendarahan. Pendarahan dapat disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, atau
cedera organ panggul atau usus. Kematian umumnya diakibatkan oleh tidak
tersedianya darah atau fasilitas transfuse di rumah sakit.
Komplikasi pengguguran kandungan yang secara potensial fatal adalah
bendungan sistem pembuluh darah oleh bekuan darah(thrombus), emboli udara atau
cairan, gangguan mekanisme pembekuan darah yang berat (koagulasi
intravaskuler diseminata) yang disebabkan oleh infeksi yang berat, dan
keracunan obat-obat abortif yang menimbulkan gagal ginjal
http://digilib.uinsby.ac.id/10031/2/BAB%20II.pdf
Komplikasi umum
Complications of anesthesia
Postabortion triad (ie, pain, bleeding, low-grade fever)
Hematometra
Retained products of conception
Uterine perforation
Bowel and bladder injury
Failed abortion
Septic abortion
Cervical shock
Cervical laceration
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
The term "septic abortion" refers to a spontaneous miscarriage or therapeutic/artificial abortion
complicated by a pelvic infection
Medscape
Cara tradisional
Cara mekanis
1.Pijat
2.Dengan alat
Cara Kimiawi
1.Nanas muda (Ananas comosus) mengandung enzim bromealin menstimulasi produksi
prostaglandin http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/137191-T%20Yanti%20Puspitasari.pdf
2.Buah durian (mengandung asam arachidonat) precursor prostaglandin
3.Pepaya (papain) direct kontraksi uterus
4.Jamu
http://kuretase.com/cara-menggugurkan-kandungan-yang-aman/

Vous aimerez peut-être aussi