Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN KASUS

RADIAL NERVE PALSY/ “DROP HAND”

LAMRIA MALONI SIAHAAN 18010044

PEMBIMBING

Dr. dr. KIKING RITARWAN, Sp.S(K), MKT

MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL


DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Drop Hand atau yang secara internasional dikenal dengan Wrist Drop,
dikenal dalam dunia medis sebagai Radial Nerve Palsy, merupakan kondisi dimana
seseorang tak mampu mengekstensikan pergelangan tangannya dan pergelangan tangan
tersebut bergantung dalam kondisi flaksid. Seseorang dengan wrist drop tidak dapat
melakukan gerakan dimana jemarinya harus mengarah ke atas langit-langit. Walaupun
penyebab wrist drop bervariasi, neuropati nervus radialis seringkali terjadi oleh karena
cidera kompresi yang melingkupi kematian sel saraf radialis.

Pada umumnya, nyeri merupakan sinyal bahaya sebelum neuropati radialis


berkembang sebagaimana lengan menahan tekanan pada periode berkepanjangan.
Namun, suatu saat terdapat kondisi dimana nyeri tersebut tidak terasa atau diabaikan
seperti pada stupor oleh pengaruh zat kimia atau secara psikis. Satu contoh adalah
ketika duduk bergelayut pada kursi atau tidur semalam dengan pasangan yang
kepalanya istirahat diatas lengan atau yang disebut “Saturday night paralysis” .
Kompresi pada nervus radialis atau trauma dapat terjadi pada berbagai titik pada jaras
anatomisnya dan dapat memiliki berbagai macam etiologi. Lokasi kompresi tersering
adalah pada lengan bawah proksimal pada area otot supinator dan melingkupi cabang
interoseus posterior
BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang wanita Nn M, berusia 58 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, agama muslin,
tempat tinggal di daerah Stabat, Sumatera Utara, rawat jalan dibagian saraf tanggal 19
November 2018 ditemani oleh anaknya dengan keluhan utama telapak tangan kanan tidak bisa
diangkat.

Keluhan telapak tangan kanan yang tidak bisa diangkat ini disertai dengan kebas-kebas, nyeri
pada pergelangan tangan dan pegal serta tidak bisa mengenggam Keluhan ini sudah dirasakan
pasien tiba-tiba pada saat bangun tidur dan sudah dirasakan pasien dari beberapa bulan yang
lalu. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma sebelumnya. Tidak ada mual, muntah, dan
nyeri kepala. Pekerjaan pasien adalah ibu rumah tangga dan sering menjaga cucu. Pasien sudah
berobat ke RS di daerah stabat tetapi tidak ada perbaikan. Pasien juga mengeluhkan tekanan
darah yang sering tinggi beberapa bulan belakangan. RPT: Post operasi kelenjar pada daerah
genu dextra, OA, hipertensi RPO: allopurinol.

Pada pemeriksaan tanda vital dijumpai : TD: 150/90, frekuensi nadi 80x/i reguler,
frekuensi nafas: 24x/i. Pemeriksaan fisik umum dijumpai Kepala : tidak ditemukan jejas. Tidak
ditemui tanda-tanda anemis pada konjungtiva maupun ikterik pada sklera. Pada pemeriksaan
leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening, trakea letak ditengah. Pada
pemeriksaan dada, thorax, abdomen tidak dijumpai kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas
didapati kelemahan pada telapak tangan kanan dan pembesaran pada genu pasien serta atrofi
pada kedua tungkaI sehingga menyebabkan pasien sulit berjalan.

Pada pemeriksaan fisik status neurologis, GCS: E4M6V5, pupil bulat isokor, dengan
diameter kanan dan kiri 3 milimeter, pupil kanan dan kiri reaktif terhadap reaksi cahaya
langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan nervus kranialis tidak dijumpai kelainan. Pada
sistem motorik, tonus otot hipotonus pada lengan kanan. Kekuatan otot ESD 44211 ESS 55555
EID 55555 EIS 55555. Refleks fisiologis bisep, trisep, brakioradialis kanan dan kiri dalam
batas normal. Status sensorik: hipoastesi telapak tangan kanan. Status autonom: hidrosis
normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapati diagnosa pasien tersebut.
Diagnosis Klinis : Drop hand dextra, OA, Topis : N. Radialis dextra, Etiologis : 1.
Kompresi, 2. Penyakit Vaskular. Dengan prognosis: Dubia ad Bonam
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Anatomi

N.Radialis adalah cabang terbesar dari pleksus brachialis dan merupakan terusan dari
korda posterior, dengan serabut saraf dari C6, C7, C8 dan T1. N.radialis menginervasi otot-
otot ekstensor dan supinator di lengan. Jarasnya membawa dari latissimus dorsi ke dalam
hingga arteri aksillaris, melewati batas dalam teres mayor, melewati sisi medial humerus, dan
masuk ke otot triseps diantara bagian otot panjang (long head of triceps) dan medial head of
triceps. Cabang dari brachioradialis dan ekstensor karpi radialis longus tampak pada proximal
fossa cubiti. N.radialis kemudian bercabang menjadi cabang superfisial dan cabang profundus.
Cabang superfisial, yang umumnya bersifat sensoris berjalan dibawah brachioradialis di
lengan. Delapan sentimeter proksimal dari styloid radialis, persarafan menembus fasia medialis
ke bradchioradialis hingga agian dorsal dari tendon ektensor, terbagi menjadi cabang medial
dan cabang lateral untuk menginervasi pergelangan tangan. Cabang profundus dari N.radialis,
yaitu N.interosseus posterior, berjalan pada dorsum dari lengan bagian atas, melewati sisi
lateral radius, dan menembus fiber otot sebagai supinator. Kemudian terbagi lagi menjadi
cabang lateral dan medial yang masing-masing mernginervasi otot ekstensor yang berbeda.1
Nervus radialis pada lengan atas, memberi persarafan motorik untuk:
a. m.triseps dan m.ankoneus; ekstensor lengan bawah
b. m.brakhioradialis; fleksor lengan bawah pada posisi semipronasi
c. m.ekstensor karpi radialis longus dan brevis; ekstensor radial tangan
Pada lengan bawah, melalui cabang motoris profunda memberi persarafan motorik
untuk:
a. m. supinator; supinator lengan bawah
b. m. ekstensor digitorum; ekstensor ruas jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking
c. m.ekstensor digiti minime; ekstensor ruas kelingking dan tangan
d. m.ekstensor karpi ulnaris; ekstensor ulnar tangan
e. m.abduktor pollicis longus; abduktor ibu jari dan ekstensor radial tangan
f. m.ekstensor pollicis brevis dan longus; ekstensor ibu jari dan ekstensor radial tangan
g. m.ekstensor indicis; ekstensor telunjuk dan tangan
Fungsi utama dari nervus radialis ini adalah untuk ekstensi sensi siku, pergelangan tangan dan
jari2,3
Gambar 1. Anatomi Nervus Radialis4

3.2 Definisi5
Wrist drop atau drop hand yang juga dikenal sebagai paralisis nervus radialis atau
neuropati radialis yang menyebabkan kelemahan untuk mendorsofleksikan lengannya dan
mengekstensikan jari-jari tangannya. Neuropati radial dihasilkan dari cedera akibat luka
tembus atau patah tulang lengan, kompresi, atau iskemia.
Drop hand merupakan kelumpuhan saraf radialis yang menyebabkan kelumpuhan
semua kelompok otot ekstensor pergelangan tangan, jari-jari dan supinator lengan bawah.

3.3 Etiopatogenesis
Neuropati radialis dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor mana mungkin terjadi
sendiri-sendiri atau secara bersamaan (multiple factors). Misalnya, suatu diabetes melitus yang
pada mulanya subklinis akan menjadi simptomatis sesudah adanya suatu trauma atau kompresi
yang mengenai saraf.

1. Trauma
Trauma ataupun kompresi pada nervus radialis di berbagai titik sepanjang jarasnya akan
menyebabkan denervasi dari otot-otot ekstensor/supinator juga parastesia pada distribusi
sensorik nervus radialis, yang menyebabkan nyeri, kelemahan dan disfungsi.6
Pada fraktur dan dislokasi, neuropati terjadi karena penekanan saraf oleh fragmen
tulang, hematom, kallus yang berbentuk sesudah fraktur, atau karena peregangan saraf
akibat suatu dislokasi. Neuropati radialis sering terjadi pada fraktur kaput humerus. Presis
nervus radialis dapat terjadi akibat tidur dengan menggantungkan lengan diatas sandaran
kursi (Saturday night palsy), atau tidur dengan kepala diatas lengan atas. Akibat penekanan
pada waktu saraf ini menembus septum intermuskularis lateralis. Pada tempat mana saraf
ini terletak agak superfisial dan menempel pada tulang. Disamping itu trauma pada waktu
olah raga, kerja, pemakain kruk, atau posisi tangan pada waktu operasi dapat menyebabkan
terjadinya parese NR.
2. Infeksi.
Dapat terjadi karena: sifilis, herpes zoster, leprea dan TBC. Bisa mengenai saraf atau
banyak saraf
3. Toksin
Bahan kimia terterntu yang bekerja selektif pada neuron dapat menyebabkan cedera
atau ketika dosis yang relatif meningkat dapat menyebabkan kematian pada saraf. Hilangnya
neuron ini tidak dapat diubah, karena termasuk dalam degenerasi semua komponen saraf
seperti dendrit, akson, dan mielin. Senyawa neurotoksik memiliki karakteristik tertentu.
Sebagian besar senyawa ini secara selektif berinteraksi dengan neuron. Pada awal cedera akan
terjadi apoptosis atau nekrosis pada neuron yang menyebabkan hilangnya neuron secara
permanen. Sejumlah besar zat kimia yang bekerja pada sistem saraf dan dapat mempengaruhi
fungsinya, diantaranya adalah zat yang digunakan dalam medis sebagai obat (anastesi,
analgesik, dan sedative), yang dikonsumsi sebagai faktor gaya hidup (etanol, nikotin, kafein,
selain itu terpapar bahan kimia (peptisida, logam berat, pelarut organik, dan aditif). Sistem
saraf sangat sensitif dan rentan terhadap bahan-bahan ini. Dalam sistem saraf ada 4 target untuk
aksi bahan kimia: neuron, akson, sel myelin, dan neurotransmisi sistem. Setiap target memiliki
fitur mekanisme klinis, histopatologi, dan toksikologi karena efek neurotoksik dari bahan
kimia.7
4. Penyakit vaskuler
Berdasarkan studi didapati stroke embolik pada “hand knob area” atau “small lacunar infarct”
salah satu penyebab wrist drop yang unilateral. Untuk mendiagnosis hand drop yang terisolasi
sebagai stroke are motorik akut sangat sulit. Namun faktor risiko yang tinggi seperti hipertensi
harus dikonfirmasi.8
5. Neoplasma

3.4 Gejala Klinis


Nervus radialis mensarafi banyak otot-otot lengan dan tangan. Daerah yang mendapat
persarafannya ialah bagian tengah dari kulit yang menutupi permukaan posterior lengan bawah,
kulit tangan yang menutupi ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan separoh bagian radial jari
manis berikut kulit permukaan dorsal dan volar tangan yang tergolong dalam kawasan
sensibilitas jari-jari tersebut. Neuropti radialis dapat memberikan gejala adanya “drop hand dan
drop fingers “ (tangan dan jari-jarinya yang bersikap menjulai) dan “Saturday night paralysis”
(kelumpuhan malam minggu). Tanda dan gejala drop hand yaitu nyeri, kaku sendi dan
kelemahan otot ekstensor wrist.
Gejala klinik dari n. radialis dapat dilihat dari table dibawah ini

3.5 Diagnosis9,10
Anamnesis
Pasien akan mengeluh nyeri yang tajam, menusuk-nusuk, atau terdapat sensasi seperti
terbakar pada bagian lateral siku, dorsum tangan, ibu jari, jari telunjuk, jari tengah dan sebagian
jari manis, Numbness dan tingling bisa terasa pada ibu jari dan jari telunjuk. Seiring dengan
waktu pasien akan merasa kelemahan yang semakin bertambah kurangnya kecekatan
(dextetity) dan rasa lelah sewaktu pergelangan tangan dan tangan, kemudian bisa terjadi wrist
drop, dimana tangan tidak dapat digerakkan dari posisi pronasi (telapak tangan di bawah) ke
posisi supinasi (telapak tangan di atas)
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, adanya wrist drop atau fnger drop dan ada kesulitan untuk
melakukan rotasi telapak adanya tangan ke atas. Dalam kasus-kasus yang lebih ringan,
kelemahan dapat terdeteksi sewaktu melawan ekstensi jari telujuk atau melawan supinasi
dalam posisi pronasi. Keterbatasan fungsional juga bergantung pada tingkatan lesi. Pada palsi
saraf radialis yang berat, ekstensi pergelangan tangan dan jari akan terganggu. Namun,
ketidakmampuan untuk menstabilkan pergelangan tangan saat ekstensi, mengarah pada
keterbatasan fungsional utama. Kehilangan kekuatan dari ekstensor pergelangan tangan dan
jari merusak aksi reciprocal tenodesis yang penting dalam tindakan menggenggam dan
membuka genggaman tangan dan menyebabkan inefektifitas fungsi fleksi jari. Aktivitas seperti
menggenggam atau memegang barang akan terganggu.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi : Pada kasus yang dicurigai terdapat kompresi pada saraf radial di lengan
atas, rontgen harus dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat fraktur, pembentukkan callus,
atau tumor yang bisa menyebabkan terjadinya kompresi. MRI bermanfaat daiam mendeteksi
tumor seperti lipoma dan ganglion, aneurisma serta sinovitis rheumatoid.
Elektromiografi: Pemeriksaan EMG dasar 2-3 minggu setelah cedera menunjukkan
perluasan denervasi dan menegaskan pola atau distribusi cedera. Pemeriksaan EMG harus
dilakukan serial untuk mencari tanda-tanda reinervasi atau denervasi yang persisten. Pada
regenerasi, aktifitas insersional mulai pulih dan fibrilasi serta potensial denervasi berkurang
dan terkadang digantikan oleh potensial aksi motor yang timbul sewaktu-waktu. Setiap
perubahan menunjukkan bahwa beberapa serabut yang mengalami regenerasi mencapai otot
dan terjadi beberapa rekonstruksi hubungan akson-motor end plate.Tanda-tanda tersebut tidak
berarti apa-apa atas kemungkinan perluasan atau kualitas regenerasi. Bila terjadi pengurangan
fibrilasi atau timbulnya potensial terjadi pada otot pada distribusi saraf yang cedera, dianjurkan
tindakan konservatif selanjutnya untuk interval yang singkat. EMG menjadi penting karena
dapat membuktikan regenerasi beberapa minggu atau bulan sebelum fungsi motor volunter
tampak. Ia juga melacak adanya sisa unit motor yang berarti lesi parsial segera setelah cedera.
EMG terutama membantu menentukan tingkat cedera lesi pleksus brakhial hingga bisa
menyeleksi pasien untuk dioperasi beserta jenis operasi yang akan dilakukan. Denervasi otot
paraspinal mengarahkan pada lesi proksimal pada satu atau lebih akar dan karenanya
merupakan temuan negatif. Kerusakan proksimal pada tiga akar terbawah dapat berakibat
denervasi paraspinal ekstensif dimana akar C5 dan bahkan C6 mungkin cedera lebih kelateral
dan karenanya dapat diperbaiki. Elektromiografer memiliki kesulitan membedakan tingkat
spinal didalam otot paraspinal karena sangat tumpang tindih.Operasi biasanya diindikasikan
pada lesi pleksus brakhial bila terjadi kerusakan lengkap pada satu atau lebih akar saraf atas
(C5,C6,C7) dan hantaran kedistal tidak mulai pulih secara klinis maupun elektrik pada bulan-
bulan awal pasca cedera. Adanya perubahan EMG yang menunjukkan reinervasi tidak
menjamin pemulihan fungsi, dan pemeriksaan harus digabung dengan temuan klinis dan data
elektrikal lain. Karena EMG dapat terus menunjukkan perubahan denervasi berat bahkan walau
otot berkontraksi volunter, EMG tidak pernah menggantikan pemeriksaan klinis yang teliti.
Namun hanya melengkapi pemeriksaan klinis. EMG terutama bernilai mengenal anomali dari
inervasi, seperti sering terjadi pada lengan bawah dan tangan.

3.6 Penatalaksanaan11
Non-operative
Perawatan non-bedah tentu memiliki peran. Banyak kondisi yang termasuk gangguan nervus
radialis bersifat sementara dan dapat diobati secara non-operatif. Neuropati kompresi pada
awalnya bisa diobati dengan istirahat, modifikasi aktivitas, obat anti-inflamasi non-steroid
(NSAID), terapi vitamin dan periode imobilisasi dalam functinal splint. Suntikan
kortikosteroid dengan atau tanpa bius lokal dapat diberikan dengan hati-hati. Salah satu aspek
terpenting dari perawatan ini adalah mempertahankan rentang gerak pasif penuh di semua sendi
yang terkena melalui program latihan dan penggunaan splint dinamis/ fisioterapi. Fungsi kunci
yang diatributkan pada otot innervated radial adalah ekstensi pergelangan tangan. Power grip
sangat bergantung pada fiksasi pergelangan tangan dalam ekstensi.
Operative
Operasi pada keadaan terdorongnya nervus radialis oleh tulang atau jaringan lunak,
juga adanya jebakan pada muskulus supinator.

3.7 Prognosis
Secara keseluruhan kesembuhan menyangkut nervus radialis umumnya baik setelah
manajemen konservatif dan operasi. Jika belum memperoleh hasil maksimal maka dapat
dilakukan perbaikan melalui transfer tendon.
BAB IV
KESIMPULAN

Wrist drop atau drop hand yang juga dikenal sebagai paralisis nervus radialis atau
neuropati radialis yang menyebabkan kelemahan untuk mendorsofleksikan lengannya dan
mengekstensikan jari-jari tangannya. Etiologi dari penyakit ini adalah trauma, toksin, penyakit
vaskular, infeksi dan neoplasma. Tanda dan gejala drop hand yaitu nyeri, kaku sendi dan
kelemahan otot ekstensor wrist. Untuk mendiagnosa adanya neuropati radialis dapat dilakukan
dengan pemeriksaan fisik dan penunjang yaitu dengan elektromiografi (EMG). Tatalaksana
untuk paralisis nervus radialis ini dapat dilakukan dengan pemberian kortikostreoid, fisioterapi
dan operasi. Dengan prognosis dubia ad bonam.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Robson AJ, See MS, Ellis H. Applied anatomy of the superficial branch of the radial nerve.
Clin Anat. Jan 2008;21(1):38-45.

2. Dyck Pl, Low PA. Disease of peripheral nerves, in Clinical neurology, Baker (ed).
Philadelphia: Harper & Row, 1987

3. Chusid JG and deGroot J. Correlative neuroanatomy. 20th ed. A Lange Medical Book,
1988:p.92-96

4. Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC,. 2014

5. Japardi, 2002; Neuropati Radialis; USU Digital library.Medan


6. Thomsen NO, Dahlin LB. Injury to the radial nerve caused by fracture of the humeral shaft:
timing and neurobiological aspects related to treatment and diagnosis. Scand J Plast Reconstr
Surg Hand Surg. 2007;41(4):153-7.
7. Jokanovic M. Neuropathy: Chemical Induced. Belgrade, Serbia. Elsevier. 2009.
8. Khushbu G, Kumar S, Himanshu A, et al. Isolated wrist drop presenting as acute stroke:
Rare case report with review of literature. JNRP. 2018;9(4):647-49.
9. Ran, S, et al. 2007. Radial side had and wrist pain: Diagnosis and treatment of common
problem. J. of Chinese Clinical Medicine
10. Maqsood, et al. 2008. Radial Nerve Injuries: Presenting as wrist drop analysis of 100
patient. Professional Medical Journal
11. Bumbasirevic M, Palibrk T, Lesic A, Atkinson HDE. Radial nerve palsy. EFORT Open
Rev 2016;1:286-294.

Vous aimerez peut-être aussi