Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Munawaroh (12161004)
1. Latar belakang
Diabetes Militus adalah penyakit gangguan metabolism karbo-hidrat yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah. Berbagai komplikasi dapat terjadi salah
satunya adalah luka ganggren yang merupakan komplikasi kronis dan umumnya terjadi
pada kaki. Menurut Bruner and Suddarth ( 2001) terdapat 3 penyebab yang memicu
terjadinya luka gangrene pada kaki yaitu: Neoropati, gangguan vaskuler dan penurunan
daya tahan tubuh. Menurut Study di USA 75% penyandang Diabetes(DM) memiliki
masalah pada kaki yaitu ganggren dan 44% diantaranya harus menjalani rawat mondok.
Selanjutnya Study tersebut menyebutkjan 50 – 75% beresiko menjalani amputasi (
Bruner and Sudrth 2001).Menurut Street, Edeyson and Webster ( 1996 ) menyebutkan
perawatan luka ganggren membutuhkan biaya yang mahal dengan waktu penyembuhan
luka sekitar 2-3 bulan
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Definisi
Luka kaki merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien DM, akibat Neuropati
yang menyababkan hilangnya sensasi, bullae atau kallus, diikuti oleh penurunan sirkulasi
darah dan penurunan system imunitas tubuh ( Bruner and Sudarth, 2001).
Definisi gangren adalah jaringan nekrotik atau jaringan mati yang disebabkan oleh
adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga supplay darah
terhenti, dapat terjadi sebagai akibat proses implamasi yang memanjang, perlukaan
(digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar), proses degenerative ( arteiosklerosisi)
atau gangguan metabolic seperti DM ( tabet, 1990).
2.2. klasifikasi
Ganggren adalah akibat dari kematian sel dalam jumlah besar, ganggren dapat
diklasifikasikan sebagai kering atau basah. Ganggren kering meluas secara lambat dengan
hanya sedikit gejala, ganggren kering sering dijumpai di ekstremitas umumnya terjadi
akibat hipoksia lama. Gangren basah adalah suatu daerah dimana terdapat jaringan mati
yang cepat peluasannya, sering ditemukan di oragan-organ dalam, dan berkaitan dengan
infasi bakteri kedalam jaringan yang mati tersebut. Ganggren ini menimbulkan bau yang
kuat dan biasanya disertai oleh manifestasi sistemik.Ganggren basah dapat timbul dari
ganggren kering. Ganggren gas adalah jenis ganggren khusus yang terjadi sebagai respon
terhadap infeksi jaringan oleh suatu jenis bakteri aerob yang di sebut klostridium
ganggren jenis ini paling sering terjadi setelah trauma, ganggren gas cepat meluas ke
jaringan di sekitarnya sebagai akibat di keluarkan nya toksin-toksin oleh bakteri yang
membunuh sel-sel di sekitarnya. Sel-sel otot sangat rentan terhadap toksin ini dan apabila
terkena akan mengeluarkan gas hydrogen sulfide yang khas, ganggren jenis ini dapat
mematikan. Ganggren diabetik di temukan pada sekitar 4% di Indonesia, ganggren
diabetic merupakan dampak jangka lama arterios kleropis dan emboli thrombus kecil.
Infeksi dan luka sukar sembuh dan mudah mengalami nekrosis.
Angiopati arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga
mengalami radang jadi tidak efektif .
Lingkungan gula darah yang subur untuk perkembangan bakteri pathogen.
Terbukanya pintas arteri-vena di sukkutif, aliran nutriyen akan memimtas tempat
infeksi
2.3 patofisiologi
Pengkajian dilakukan secara holistic, komprehensif meliputi bio – psiko – sosial dan
spiritual dengan metode inspeksi, palpasi Tahapan pengkajian pada luka ganggren
sebagai berikut
Pengkajian lokas & letak luka penting sebagai indikator terhadap kemungkinan
penyebab tejadinya luk dan memudahkan educasi pada pasien, sehingga kejadian
luka dapat diminimalkan khususnya luka ganggren diabetik. Misalnya : pasien
dating ke RS dengan letak luka pada ibu jari kaki, kemungkinan penyebabnya
adalah pemakaian sepatu yang terlalu sempit ( ketata) sehingga terjadi penekanan
oleh sepatu. Kejadian luka dapat diminimalkan dg tidak menggunakan sepatu yang
sempit.
9 3
8 4
2 cm di jam 6
7 5
6
Keterangan:
a). 2 cm : lokasi goa yang terdapat di jam 6 dengan kedalaman luka 2 cm
b). 3 x 2 cm : adalah panjang 3 cm x lebar luka 2 cm
c). 1 cm : adalah kedalaman luka.
Status Vaskuler.
1) Palpasi.
Status perfusi dinilai dengan melakukan palpasi pada daerah tibia dan dorsalis
pedis untuk menilai ada / tidaknya denyut nadi ( arteri dorsalis pedis ) Pada pasien
dengan lanjut usia ( lansia) terkadang sulit diraba, jalan keluarnya dapat
menggunakan alat stetoskope ultra sonic dopler
2) Capillery rRefill
Merupakan waktu pengisian kaviler dan di evaluasi dengan memberi tekanan
pada ujung jari atau ujung kuku kaki ( ektremitas bawa, setelah tampak
kemerahan atau putih bila dilakukan penekanan pada ujung kuku. Pada beberapa
kondisi menurunnya atau bahkan hilangnya deng nadi, pucat, kulit dingin
merupakan indikasi iskemia ( arteri insufgiciency ) dengan capillary refill lebih
dari 40 detik.
3) Edema
Merupakan penilaian ada/ tidaknya edema dengan melakukan penekanan dengan
jari tangan pada tulang yang menonjol umumnya pada tibia malleolus.Kulit /
jaringan yang mengalami edema tampak lebih coklat kemerahan atau mengkilat,
adanya edema menunjukkan gangguan aliran darh balik vena.
Tingkat Edema
0 – 0,6 cm : + 1 ( medle)
Status Neurologi
Pengkajian status neurologi penting pada pasien diabetis melirus untuk menilai
fungsi motorik, sensorik, dan saraf otonom. Pada motorik lakukan inspeksi pada
bentuk kaki seperti jari2 telapak kaki yg menonjol, adanya kallus karena penekanan
secara terus menerus yang dapat menjadi luka. Penilaian sensorik dapat berupa
baal, kesemutan, dilakukan dengan cara melakukan palpasi / sentuhan pada jari2
satu persatu , telapak kaki dan anjurkan pasien untuk memejamkan mata, hal ini
dilakukan untuk menilai sensitivitas pada ekstremitas bawah, selanjutnya penilaian
otonom dilakukan dg cara inspeksi pada kaki secara seksama terhadap adanya
kekeringan, luka/lecet kulit terkelupas akibat berkurangnya pengeluaran keringat (
kekeringan)
Infeksi.
Psedomonas dan stapilococcus aureus merupakan mikroorganisme patogn yang
paling sering muncul pada luka ganggren & merupakan jenis luka kronis yang
terkontaminasi, adanya kolonisasi bakteri mengindikasikan luka tersebut telah
terinfeksi. Luka yang telah terinfeksi menunjukkan adanya infeksi secara:
Zigzag tehnik
2.8 Edukasi
Edukasi keperawatan sangat penting bahkan saat ini educasi menjadi pilar ke 4 dalam
penatalaksanaan pasien DM, edukasi memerlukan perencanaan , beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan sebelum memnbuat perencanaan educasi sebagai berikut:
1) Educasi & latihan diberikan dg instruksi tertulis dan verbal secara bersamaan
& mempergunakan media ( lembar balik, leaf late dll)
2) Bila memungkinkan lakukan redemontrasi oleh pasien bila ada tindakan yang
dapat dilakukan oleh pasien setelah pulang perawatan ( perawatan di rumah)
3) Memahami dan mengerti keterbatasan pasien ( lakukan berulang-ulang)
4) Mengembangkan sikap bersahabat & terbuka antar perawat – pasien dan
keluarganya.
5) Identifikasi factor penunjang dan penghambat yang ada.
6) Gunakan secara maximal sumber daya yang dimiliki oleh pasien dan keluarga.
7) Melakukan evaluasi secara terus menerus jika diperlukan lakukan kunjungan
rumah atau evaluasi saat berobat jalan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Penutup
1) Luka ganggren diabetik merupakan komplikasi kronis yang terjadi pada pasien dengan
DM seperti gangguan neuropati, vaskuler dan penurunan daya imunitas tubuh
2) Amputasi dapat diminimalkan bila perawata melakukan perawatan luka secara
professional, terintegrasi antara tim kesehatan dan kerja sama dg pasien/ keluarga
melalui pendekatan proses keperawatan, yang diawali dengan pengkajian secara
menyeluruh ( bio-psiko- sosial- dan spiritual), mmelakukan perawatan luka dengan
memperhatikan tehnik- tehnik yang benar mulai dari pencucian luka sampai dengan
pemilihan jenis balutan yang tepat serta melakukan evaluasi secara terus – menerus dg
pengukuran dan obyektif dg bekerja sama dg pasien/ keluarga.
3) Educasi keperawatan penting dilakukan dan perlu perencanaan serta dilaksanakan dg
mempertimbangkan media, factor pendukung, & penghambat serta mempergunakan
secara maximal sumber daya yg dimiliki oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Diabets dan lipid RSUP nasional Dr. Ciptomangunkesume Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesi (2007), Penata laksanaan Diabetes militus. Jakarat.