Vous êtes sur la page 1sur 6

A.

Definisi Varicella

Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh
Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya
vesikel-vesikel. (Rampengan, 2008).

Varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut primer
oleh virus variselazoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda,
1993).

June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai
anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa
makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4
hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986) Varisela atau chickenpox atau
yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer virus varicella-zoster (VZV) yang
umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit yang sangat menular.(
Hadinegoro.2010)

B. Etiologi Varicella

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes
Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein
dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162 capsomir dan
sangat infeksius. Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan
dalam darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari
Fibroblast paru embrio manusia. Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan
Varicella dan Herpes Zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan
Varicella, sedangkan bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes
Zoster, sehingga Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.
(Dumasari.2008) 2.2.3 Patogenesis Varicella Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada
anak imunokompeten (rata - rata 14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais
biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia
dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung
dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah
timbul lesi dikulit. VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran
pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama
terjadi pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti
penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang
mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah
infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut
dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan
berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar
ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan
timbulnya lesi dikulit yang khas. Seorang anak yang menderita varicella akan dapat
menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di
kulit. (Dumasari.2008) 2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik Untuk pemeriksaan virus varicella
zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa test yaitu : a. Tzanck smear - Preparat diambil
dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai dengan pewarnaan
yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolaou’s
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells. -
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. - Test ini tidak dapat membedakan antara
virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus. b. Direct fluorescent assay (DFA) -
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurangsensitif. - Hasil pemeriksaan cepat. - Membutuhkan
mikroskop fluorescence. - Test ini dapat menemukan antigen virus varicellazoster. -
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus. c.
Polymerase chain reaction (PCR) - Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan
sangat sensitif. - Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai
preparat, danCSF. - Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%. - Test ini dapat menemukan
nucleic acid dari virus varicellazoster d. Biopsi kulit Hasil pemeriksaan histopatologis :
tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada
dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. (Dumasari.2008)
C. Patofisiologi

Varicella primer disebabkan oleh infeksi Varicella Zooster Virus, suatu Herpes Virus.
Penularan melalui inhalasi (droplet) atau kontak langsung dengan lesi di kulit penderita.
Infeksi biasanya terjadi dengan menembus selaput konjungtiva atau lapisan mukosa
saluran napas atas penderita. Kemudian terjadi replikasi virus di limfonodi setelah dua
sampai empat hari sesudahnya, dan diikuti viremia primer yang terjadi setelah empat
sampai enam hari setelah inokulasi awal. Virus kemudian menggandakan diri di liver,
spleen, dan organ lain yang memungkinkan. Viremia kedua, ditandai dengan adanya
partikel – partikel virus yang menyebar di kulit 14 sampai 16 hari sejak paparan awal,
menyebabkan typical vesicular rash. Ensefalitis, hepatitis, atau pneumonia dapat terjadi
pada saat itu. Periode inkubasi biasanya berlangsung antara 10 sampai 21 hari. Pasien
mampu menularkan penyakitnya sejak satu sampai dua hari sebelum muncul rash sampai
muncul lesi yang mengeras, biasanya lima sampai enam hari setelah muncul rash pertama
kali. Meskipun kebanyakan infeksi varicella menimbulkan kekebalan seumur hidup,
pernah dilaporkan infeksi ulangan pada anak yang sehat. Hal lain yang harus dijelaskan,
setelah infeksi primer VZV bertahan hidup dengan cara menjadi dormant di system saraf
sensorik, terutama Geniculatum, Trigeminal, atau akar Ganglia Dorsalis dan dormant.
Mekanisme imunologi host gagal menekan replikasi virus, namun VZV diaktifkan
kembali jika mekanisme host gagal menampilkan virus. Kadang – kadang terjadi setelah
ada trauma langsung. Viremia VZV sering terjadi bersama dengan herpes zoster. Virus
bermigrasi dari akar saraf sensoris dan menimbulkan kehilangan sensoris pada dermatom
dan rash yang nyeri dan khas.

D. Manifestasi Klinis

Varicella Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:

a. Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas
yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa
berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk kering diikuti eritema
pada kulit dapat berbentuk scarlatina form atau morbiliform. Panas biasanya
menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya
komplikasi atau gangguan imunitas.
b. Stadium Erupsi: Dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa
jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu
menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak
umbilicated dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk
krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air
mata”. Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan
penyakit ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula,
vesikel, krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana kead.

E. Penatalaksanaan Varicella

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus
selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi
masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari kita tentu
ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat, dapat timbul
jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah Umum

a. Isolasi untuk mencegah penularan.


b. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
c. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
d. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik
pada air mandi
e. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
1. Jangan menggaruk vesikel.
2. Kuku jangan dibiarkan panjang.
3. Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada
kulit, jangan digosok.
f. Farmakoterapi
1) Antivirus (contoh : Asiklovir, Valasiklovir)
 pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan
waktu penyembuhan akan lebih singkat
 antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam
setelah erupsi dikulit muncul
2) Antipiretik dan untuk menurunkan demam
 Parasetamol atau ibuprofen. Jangan berikan golongan salisilat
(aspirin) untuk menghindari terjadinya sindrom Reye 3) Vesikel
yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan
salep antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. 4)
Bila lesi masih dalam bentuk vesikel, dapat diberikan bedak atau
losio pengurang gatal (misalnya losio kalamin).

F. Pencegahan Varicella
a. Hindari kontak dengan penderita.
b. Tingkatkan daya tahan tubuh.
c. Imunoglobulin Varicella Zoster Varicella zoster immunoglobulin (VZIG) adalah
antibodi IgG terhadap VZV dengan dosis pemberian satu vial untuk 10 kg berat
badan secara intramuskular (IM). VZIG profilaksis diindikasikan untuk individu
beresiko tinggi, termasuk anak-anak imunodefisiensi, wanita hamil yang pernah
mempunyai kontak langsung dengan penderita varicella, neonatal yang
terekspose oleh ibu yang terinfeksi varicella, setidaknya diberikan dalam waktu
tidak lebih dari 96 jam. Antibodi yang diberikan setelah timbulnya gejala tidak
dapat mengurangi keparahan yang terjadi. (Kurniawan. 2009) Anak yang belum
pernah menderita cacar air harus mendapatkan 2 dosis vaksinasi cacar air pada
usia : a) Dosis pertama : 12-15 bulan b) Dosis ke-2 : 4-6 tahun (bisa diberikan
lebih cepat jika jarak minimal 3 bulan setelah dosis pertama) Bagi yang berusia
13 tahun keatas (yang belum pernah menderita cacar air atau mendapatkan
vaksinasi cacar air) arus mendapatkan dua dosis minimal dalam jarak waktu 28
hari. (Centers for Disease Control and Preventio.

G. Komplikasi Varicella

Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalah:

a. Infeksi sekunder dengan bakteri Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat
stafilokokus. Stafilokokus dapat muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis,
erisipelas furunkel, abses, scarlet fever, atau sepsis.
b. Varisela Pneumonia Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita
immunokompromis, dan kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak
napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari
setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran
noduler yang radio-opak pada kedua paru.
c. Ensefalitis Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai
1 pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya
timbul pada hari 3-8 setelah timbulnya ruam.
d. Neurologik - Acute postinfeksius cerebellar ataxia Ataxia sering muncul tiba-
tiba, selalu terjadi 2 - 3 minggu setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat
menetap selama 2 bulan. Manisfestasinya berupa tidak dapat mempertahankan
posisi berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan
dysarthria. Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella e. Herpes zoster Komplikasi
yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster, timbul beberapa bulan
hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer. Varicella zoster virus menetap
pada ganglion sensoris. f. Reye syndrome Ditandai dengan fatty liver dengan
encephalophaty. Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi
setelah digunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom
mulai jarang ditemukan. (Dumasari.2008)

Vous aimerez peut-être aussi