Vous êtes sur la page 1sur 16

AB II

TINJAUAN MEDIS

2.1 DEFINISI

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah
anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks
yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar
anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis
dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).

Klasifikasi hemoroid

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau
diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di
daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar. Masalahnya
jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang
menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk
sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :

1. Derajat I

2. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi

3. Tanpa disertai rasa nyeri

4. Tidak terdapat prolaps

5. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke
dalam lumen

6. Derajat II

7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi

8. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)

9.

3. Derajat III

4. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi

5. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong dengan
jari (reposisi manual)

6. Derajat IV

1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi

2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah
direposisi akan keluar lagi)
7. Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan
bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri
dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

 ETIOLOGI

Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1. Penuaan

2. Kehamilan

3. Hereditas

4. Konstipasi atau diare kronik

5. Penggunaan toilet yang berlama – lama

6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama

7.

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis
atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)

2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram

3. Berdiri terlalu lama

4. Banyak duduk

5. Sering mengangkat beban berat

6. Sembelit diare menahun (obstipasi)

7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)

8. Keturuna penderita wasir(genetik)

 PATOFISIOLOGI

Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasitersebut dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Interna (dilatasi sebelum spinter)

2. Bila membesar baru nyeri


3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia

4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)

1. Nyeri

2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika
mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return
(Muttaqin, 2011).

Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,

kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid
Prolaps Hemoroidectomy

Kurang Informasi Luka post operasi Takut BAB

Kurang pengetahuan Feses mengeras

tentang penyakit,

pengobatan Konstipasi

Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik Inflamasi mikroorganisme Diskontiunitas jaringan

Resiko Infeksi

Kurang perawatan diri

Nyeri

Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

1. Hemoroid internal
2. Prolaps dan keluarnya

3.

4. Rasa tak

5.

6. Hemoroideksternal

1. Rasa terbakar.

2. Nyeri (jikamengalami trombosis).

3.

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal
seperti berikut :

1. Perdarahan

Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar
(BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu
BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.

1. Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri
khas/ karakteristik hemoroid.

1. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan
keluar anus, polip rectum, skin tag.

1. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid
interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

1. Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge.
Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak
feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan.
Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku
hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien
berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom
diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis
hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini
dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat
dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif
indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya
sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak
dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan mengalami
prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik
pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa.
Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan
jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.

2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa


dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan
lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Anamnesa atau riwayat penyakit

2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid
interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps
dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

1. rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat
besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.

1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan
untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya
dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain
dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja
atau tanda yang menyertai.

1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi

2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang


Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

 KOMPLIKASI HEMOROID

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

1. Perdarahan, dapat sampai anemia.

2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh
sfingter ani.

4. Luka dan infeksi

 DIAGNOSA BANDING

1. Perdarahan juga dapat terjadi pada :

2. Carcinoma kolorektal

3. Divertikulitis

4. Kolitis ulserosa

5. Polip adenomatosa

6. Benjolan juga dapat terjadi pada :

7. Anorektal

8. Prolaps rekti (procidentia)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADDA KLIEN DENGAN HEMOROID

 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal
merupakan hal yang penting diwaspadai.

Pengkajian

Anamnesa
Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

No. Registrasi :

Diagnose Medis :

Pengumpulan data

2. Identitas

Nama Pasien :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan :

Agama :

3. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus
atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit

5. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan
beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

1. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada
pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

5. Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada
tempat tidur.

 Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

 Warna benjolan terlihat kemerahan.

 Benjolan terletak di dalam ( internal ).

 Palpasi
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal
tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan
konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)

2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas
tubuh primer menurun

3. PK: Perdarahan

4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang
paparan sumber informasi

5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri

6. Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan

INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup
perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan
retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

Diagnosa keperawatan RENCANA INTERVENSI

NOC : NIC :
Nyeri akut berhubungan
· Pain Level, · Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan:
komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, · pain control, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
psikologis), kerusakan jaringan dan faktor presipitasi
· comfort level
· Observasi reaksi nonverbal dari
Setelah dilakukan tinfakan
keperawatan selama …. ketidaknyamanan
DS:
Pasien tidak mengalami · Bantu pasien dan keluarga untuk
· Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
DO: · Mampu mengontrol · Kontrol lingkungan yang dapat
· Posisi untuk menahan nyeri (tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri mampu menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tehnik nonfarmakologi
· Tingkah laku berhati-hati untuk mengurangi nyeri, · Kurangi faktor presipitasi nyeri

· Gangguan tidur (mata mencari bantuan) · Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
sayu, tampak capek, sulit atau · Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
gerakan kacau, menyeringai) berkurang dengan · Ajarkan tentang teknik non
· Terfokus pada diri sendiri menggunakan manajemen farmakologi: napas dala, relaksasi,
nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
· Fokus menyempit · Mampu mengenali nyeri · Berikan analgetik untuk
(penurunan persepsi waktu, (skala, intensitas, frekuensi mengurangi nyeri: ………
kerusakan proses berpikir, dan tanda nyeri)
· Tingkatkan istirahat
penurunan interaksi dengan
· Menyatakan rasa
orang dan lingkungan) · Berikan informasi tentang nyeri
nyaman setelah nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa lama
· Tingkah laku distraksi, berkurang
nyeri akan berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan, menemui
· Tanda vital dalam ketidaknyamanan dari prosedur
orang lain dan/atau aktivitas,
rentang normal
aktivitas berulang-ulang) · Monitor vital sign sebelum dan
· Tidak mengalami sesudah pemberian analgesik pertama
· Respon autonom (seperti
gangguan tidur kali
diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)

· Perubahan autonomic
dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah ke
kaku)

· Tingkah laku ekspresif


(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)

· Perubahan dalam nafsu


makan dan minum

Risiko infeksi NIC :


NOC :
Faktor-faktor risiko : · Pertahankan teknik aseptif
· Immune Status
· Prosedur Infasif · Batasi pengunjung bila perlu
· Knowledge : Infection
· Kerusakan jaringan dan control · Cuci tangan setiap sebelum dan
peningkatan paparan sesudah tindakan keperawatan
· Risk control
lingkungan · Gunakan baju, sarung tangan
Setelah dilakukan tindakan
· Malnutrisi sebagai alat pelindung
keperawatan selama……
· Peningkatan paparan pasien tidak mengalami · Ganti letak IV perifer dan dressing
lingkungan patogen infeksi dengan sesuai dengan petunjuk umum

· Imonusupresi · Gunakan kateter intermiten untuk


menurunkan infeksi kandung kencing
· Tidak adekuat pertahanan kriteria hasil:
sekunder (penurunan Hb, · Tingkatkan intake nutrisi
Ø Klien bebas dari tanda
Leukopenia, penekanan respon dan gejala infeksi · Berikan terapi antibiotic
inflamasi)
Ø Menunjukkan · Monitor tanda dan gejala infeksi
· Penyakit kronik kemampuan untuk sistemik dan lokal
· Imunosupresi mencegah timbulnya · Pertahankan teknik isolasi k/p
infeksi
· Malnutrisi · Inspeksi kulit dan membran
Ø Jumlah leukosit dalam mukosa terhadap kemerahan, panas,
· Pertahan primer tidak
batas norm drainase
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan Ø Menunjukkan perilaku · Monitor adanya luka
peristaltik) hidup sehat
· Dorong masukan cairan
Ø Status imun,
· Dorong istirahat
gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas · Ajarkan pasien dan keluarga tanda
norma dan gejala infeksi

· Kaji suhu badan pada pasien


neutropenia setiap 4 jam

NIC :
Konstipasi berhubungan
dengan Manajemen konstipasi
· Fungsi:kelemahan otot · Identifikasi faktor-faktor yang
abdominal, Aktivitas fisik tidak menyebabkan konstipasi
mencukupi
NOC: · Monitor tanda-tanda ruptur
· Perilaku defekasi tidak bowel/peritonitis
teratur · Bowl Elimination
· Jelaskan penyebab dan
· Perubahan lingkungan · Hidration rasionalisasi tindakan pada pasien
· Toileting tidak adekuat: Setelah dilakukan tindakan · Konsultasikan dengan dokter
posisi defekasi, privasi keperawatan selama …. tentang peningkatan dan penurunan
konstipasi pasien teratasi bising usus
· Psikologis: depresi, stress dengan kriteria hasil:
emosi, gangguan mental · Kolaburasi jika ada tanda dan
· Pola BAB dalam batas gejala konstipasi yang menetap
· Farmakologi: antasid, normal
antikolinergis, antikonvulsan, · Jelaskan pada pasien manfaat diet
antidepresan, kalsium · Feses lunak (cairan dan serat) terhadap eliminasi
karbonat,diuretik, besi,
· Cairan dan serat · Jelaskan pada klien konsekuensi
overdosis laksatif, NSAID, opiat,
adekuat menggunakan laxative dalam waktu
sedatif.
· Aktivitas adekuat yang lama
· Mekanis:
ketidakseimbangan elektrolit, · Hidrasi adekuat · Kolaburasi dengan ahli gizi diet
hemoroid, gangguan neurologis, tinggi serat dan cairan
obesitas, obstruksi pasca bedah, · Dorong peningkatan aktivitas yang
abses rektum, tumor optimal
· Fisiologis: perubahan pola · Sediakan privacy dan keamanan
makan dan jenis makanan, selama BAB
penurunan motilitas
gastrointestnal, dehidrasi,
intake serat dan cairan kurang,
perilaku makan yang buruk

DS:

· Nyeri perut

· Ketegangan perut

· Anoreksia

· Perasaan tekanan pada


rektum

· Nyeri kepala

· Peningkatan tekanan
abdominal

· Mual

· Defekasi dengan nyeri

DO:

· Feses dengan darah segar

· Perubahan pola BAB

· Feses berwarna gelap

· Penurunan frekuensi BAB

· Penurunan volume feses

· Distensi abdomen

· Feses keras

· Bising usus hipo/hiperaktif

· Teraba massa abdomen


atau rektal

· Perkusi tumpul

· Sering flatus

· Muntah

 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, implementasi
keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan.

 EVALUASI
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain
sebagai berikut :

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat


dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan
perkembangan yang terdiri atas:

1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.

2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda
akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.

3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji dari


data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang mengakibatkan
informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh
karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.

4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan


keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.

5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau


menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus
dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.

6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien
terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif
intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.

7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan tujuan jika
ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan
ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
BAB 4

PENUTUP

 KESIMPULAN

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane
mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi
hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan
kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering mengangkat beban berat, sembelit diare menahun
(obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah),
keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien
hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak
nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu :
anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur),
pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan
Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin, feses
sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan
trombosis akut pada prolaps hemorroid.

 SARAN

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan konsep yang
sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual
dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.

DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS
R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.
beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa

Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia

Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.


Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan

Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah,

Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Gouda m. ellabban, World Journal of Colorectal Surgery, Stapled Hemorrhoidectomy versus


Traditional Hemorrhoidectomy for the Treatment of Hemorrhoids, 2010

Vous aimerez peut-être aussi