Vous êtes sur la page 1sur 31

ANGINA PECTORIS

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
Yang dibina oleh Bapak dr. Eko Priyono,MM

Disusun Oleh
NUHROWI
(108115007)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
MAKALAH ANGINA PECTORIS i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
‫بِس َْم هللاِ الرحْ َم ِن الرحِ ي ِْم‬
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
sang Pencipta alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat
aturan-Nya, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ANGINA PECTORIS”
tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain adalah untuk
memenuhi salah satu dari sekian kewajiban pada mata kuliah “KEPERAWATAN
KRITIS” serta merupakan bentuk tanggung jawab langsung penulis pada tugas
yang diberikan. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun
sadar bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah SWT
hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari
para pembaca
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak
sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu
yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca,
ataupun seluruhnya. Amiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalalamualaikum Wr.Wb.
Cilacap, 24 november 2018

Penulis

MAKALAH ANGINA PECTORIS i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II ISI ............................................................................................................... 4

2.1 Definisi Angina Pectoris ......................................................................... 4

2.2 Epidemiologi ............................................................................................... 4

2.3 Etiologi Angina Pectoris ........................................................................ 5

2.4 Patofisiologi Angina Pectoris ................................................................. 6

2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................... 8

2.6 Klasifikasi Angina Pektoris ................................................................... 9

2.7 Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................... 10

2.8 Pemeriksaan Diagnosa Angina Pectoris ............................................. 11

2.9 Penatalaksanaan Angina Pectoris ....................................................... 13

BAB III .................................................................................................................. 24

PENUTUP ............................................................................................................. 24

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 24

MAKALAH ANGINA PECTORIS ii


3.2 Saran ........................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

MAKALAH ANGINA PECTORIS iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit angina pectoris merupakan suatu sindroma gangguan pada dada
berupa perasaan nyeri, terlebih saat sedang berjalan, mendaki, sebelum atau
sesudah makan. Angina (angina pektoris) adalah nyeri dada yang bersifat
sementara, dapat juga merupakan rasa tertekan pada dada, yang terjadi karena
otot jantung mengalami kekurangan oksigen akibat terganggunya aliran darah
ke arteri yang mengalirkan darah ke jantung. Penyumbatan atau penyempitan
arteri jantung yang mengakibatkan angina adalah jika penyumbatannya
mencapai 70%.
Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik, lebih
dari 6 juta memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark
miokard. Diet tinggi lemak dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang
sedentarysangat berkaitan dengan terjadinya penyakit 2 jantung iskemik ini. Di
Amerika dan Eropa, penyakit jantung iskemik lebih sering terjadi pada
kelompok masyarakat dengan penghasilan rendah daripada kelompok
masyarakat dengan tingkat penghasilan menengah ke atas (yang melakukan
gaya hidup sehat) (European Society of Cardiology, 2006).
Di Indonesia, penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama
sebagai penyebab utama kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 200 1 sebesar 26,3% kematian. Proporsi
kematian semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan meningkat nyata
pada usia 35 tahun ke atas. Penyakit sistem sirkulasi darah sebagai penyebab
kematian lebih tinggi di perkotaan daripada di pedesaan (31% vs 23,7%)
namun hampir tidak berbeda menurut ienis kelamin.

Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (ICD 120-199)


berdasarkan wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum hasil studi
morbiditas dan disabilitas SKRT 2001 menunjukkan 4,2% pada populasi
semua umur. Lebih tinggi pada perempuan (4,9% vs 3,4%) dan lebih tinggi di
pedesaan (4,4% : 4,0%).

MAKALAH ANGINA PECTORIS 1


Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan
diantara penduduk Indonesia umur 2-15tahun, prevalensi sakit jantung (angina
pectoris) berdasarkan informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga
kesehatan selama hidupnya sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar
0,9%. Pengalaman sakit jantung (angina pectoris) menurut gejala dilaporkan
oleh 5-1 per 1000 penduduk umur 5-21 tahun di mana 93% di antaranya tidak
tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan. Menurut data SKRT 2004,
prevalensi penyakit jantung berdasarkan keterangan pernah didiagnosis oleh
tenaga kesehatan pada penduduk umur 15 tahun sebesar 2,2% dan prevalensi
gejala penyakit jantung dalaln 1 tahun terakhir sebesar 8,4 %.
Sindroma Angina pectoris tidak stabil telah lama dikenal sebagai gejala
awal dari infark miokard akut (IMA).Bayak penelitian melaporkan bahwa
angina pectoris tidak stabil merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan
kematian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA
dan 60% penderita mati mendadak pada riwayat penyakitnya yang mengalami
gejala angina pectoris tidak stabil.Sedangkan penelitian jangka panjang
mendapatkan IMA terjadi pada 5-20% penderita angina pectoris tidak stabil
dengan tingkat kematian 14-80%.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa itu Angina Pectoris ?


b. Bagaimana epidemiologi Angina Pectoris ?
c. Apa saja etiologi dan faktor resiko dari Angina Pectoris?
d. Bagaimana patofisiologi Angina Pectoris ?
e. Apa saja manisfestasi klinis dari Angina Pectoris ?
f. Apa saja klasifikasi dari Angina Pectoris?
g. Apa saja pemeriksaan diadgostik dari Angina Pectoris ?
h. Apa saja Pemeriksaan Diagnosa Angina Pectoris ?
i. Bagaimana penatalaksanaan Angina Pectoris ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

MAKALAH ANGINA PECTORIS 2


a. Untuk mengetahui apa itu Angina Pectoris
b. Untuk mengetahui epidemiologi Angina Pectoris
c. Untuk mengetahui apa saja etiologi dan faktor resiko dari Angina Pectoris
d. Untuk mengetahui patofisiologi Angina Pectoris
e. Untuk mengetahui apa saja manisfestasi klinis dari Angina Pectoris
f. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari Angina Pectoris
g. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diadgostik dari Angina Pectoris
h. Untuk mengetahui apa saja Pemeriksaan Diagnosa Angina Pectoris
i. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Angina Pectoris

MAKALAH ANGINA PECTORIS 3


BAB II
ISI

2.1 Definisi Angina Pectoris

Angina Pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak kuat ke sel-sel miokardium.
Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk atau Masuk angina duduk.
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu
iskemik miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya
berguna untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun
patogenesa angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik
miokard dan bersifat sementara atau reversibel.Angina pektoris adalah suatu
sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu
seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan
sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti. Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. Angina
pektoris adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa
tidak nyaman yang biasanya terletak dalam daerah retrosternum.
2.2 Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 13 juta orang memiliki penyakit jantung iskemik,


lebih dari 6 juta memiliki angina pektoris stabil, dan lebih dari 7 juta dengan infark
miokard. Diet tinggi lemak dan kalori, merokok, dan gaya hidup yang
sedentarysangat berkaitan dengan terjadinya penyakit 2 jantung iskemik ini. Di
Amerika dan Eropa, penyakit jantung iskemik lebih sering terjadi pada kelompok
masyarakat dengan penghasilan rendah daripada kelompok masyarakat dengan
tingkat penghasilan menengah ke atas (yang melakukan gaya hidup sehat)
(European Society of Cardiology, 2006).

MAKALAH ANGINA PECTORIS 4


Di Indonesia, penyakit sistem sirkulasi darah (SSD) menurut ICD-10 yaitu
penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai
penyebab utama kematian umum pada tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 200 1 sebesar 26,3% kematian. Proporsi kematian
semakin meningkat dengan bertambahnya umur dan meningkat nyata pada usia 35
tahun ke atas. Penyakit sistem sirkulasi darah sebagai penyebab kematian lebih
tinggi di perkotaan daripada di pedesaan (31% vs 23,7%) namun hampir tidak
berbeda menurut ienis kelamin.

Prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah (ICD 120-199) berdasarkan


wawancara dan pemeriksaan fisik oleh dokter umum hasil studi morbiditas dan
disabilitas SKRT 2001 menunjukkan 4,2% pada populasi semua umur. Lebih
tinggi pada perempuan (4,9% vs 3,4%) dan lebih tinggi di pedesaan (4,4% : 4,0%).

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan diantara


penduduk Indonesia umur 2-15tahun, prevalensi sakit jantung (angina pectoris)
berdasarkan informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan
selama hidupnya sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar 0,9%. Pengalaman
sakit jantung (angina pectoris) menurut gejala dilaporkan oleh 5-1 per 1000
penduduk umur 5-21 tahun di mana 93% di antaranya tidak tercakup oleh sistem
pelayanan kesehatan. Menurut data SKRT 2004, prevalensi penyakit jantung
berdasarkan keterangan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan pada penduduk
umur 15 tahun sebesar 2,2% dan prevalensi gejala penyakit jantung dalaln 1 tahun
terakhir sebesar 8,4 %.
2.3 Etiologi Angina Pectoris
Angina pectoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen
yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat
sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja,
tetapi supplay oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit
pada jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel

MAKALAH ANGINA PECTORIS 5


miokard ini,telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner
menjadi meningkat.

2.4 Patofisiologi Angina Pectoris


Angina pectoris merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh aliran darah ke
arteri miokard berkurang sehingga ketidakseimbangan terjadi antara suplay O2 ke
miokardium yang dapat menimbulkan iskemia, yang dapat menimbulkan nyeri
yang kemungkinan akibat dari perubahan metabolisme aerobik menjadi anaerob
yang menghasilkan asam laktat yang merangsang timbulnya nyeri.
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply
oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan
penyempitan lumen arteri koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui
secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor
tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat
maka artei koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan oksigen
keotot jantung. Namun apabila arteri koroner mengalami kekauan atau menyempit
akibat ateriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah) miokardium.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 6


MAKALAH ANGINA PECTORIS 7
2.5 Manifestasi Klinis
1. Nyeri seperti diperas, diikat atau tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit,
terasa panas di daerah perikardium, sternal, atau substernum dada,
kemungkinan menyebar ke lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan
ulnar jari manis dan jari kelingking, rahang bawah, atau thoraks yang
menghilang selama 2-10 menit.
2. Rasa sesak, tercekik dan kualitas yang terus-menerus.
3. Rasa lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan yang
menyertai nyeri
4. Pada angina stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat.
Angina Prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya menghilang
selama 5 menit.
5. Tercetus oleh
a. Latihan fisik, dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung
b. Pajanan terhadap dingin, dapat mengakibatkan basokonstriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai dengan peningkatan kebutuhan oksigen
c. Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenterik
untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaaan darah untuk suplai
jantung (pada jantung yang sudah sangan parah, pintasan darah untuk
pencernaan membuat nyeri angina semakin buruk)
d. Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan
frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan meningkatnya
tekanan darah, dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
a) Tanda utama adalah depresi segmen ST pada elektrokardiogram (EKG)
selama serangan.
b) Pemeriksaan klinik sistem kardiovaskular dan elektrokardiogram di
antara waktu serangan biasanya normal.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 8


2.6 Klasifikasi Angina Pektoris
a. Angina Pectoris Stabil
Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini,
obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu
istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat
melewati obstruksi tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul gejala angina.
Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat meningkatkan
denyut jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung sehingga kebutuhan
O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang

banyak.
a) Sakit dada timbul setelah melakukan aktivitas.
b) Lamanya serangan biasanya kurang dari 10 menit.
c) Bersifat stabil tidak ada perubahan serangan dalam angina selama 30 hari.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 9


d) Pada phisical assessment tidak selalu membantu dalam menegakkan
diagnosa.
b. Angina Pectoris Tidak Stabil
Unstable angina (angina tak stabil / ATS) Istilah lain yang sering digunakan
adalah Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina kresendo. Insufisiensi
koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan
kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang bertambah
progresif, sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama kali.
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya
ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.
Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan karakteristik frekuensi
berat dan lamanya meningkat.
a) Timbul waktu istirahat/kerja ringan.
b) Fisical assessment tidak membantu.
c) EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi.
c. Angina Variant
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru

menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner baik


pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi koroner
yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai
penurunan aliran darah arteri koroner.
Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada waktu aktifitas
ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner EKG deviasi segment ST
depresi atau elevasi yang timbul pada waktu serangan yang kemudian normal
setelah serangan selesai.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa utama untuk penderita angina
pectoris meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan ischemia miokardium

MAKALAH ANGINA PECTORIS 10


2. Curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi
3. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat
penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan
sakit dada yang mempunyai cirri khas sebagai berikut :
1. Letaknya, seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau
dibawah sternum, atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri kadang-kadang dapat menjalar ke punggung, rahang, leher, atau ke lengan
kanan.
2. Kualitas, sakit dada pada angina biasanya timbul pada waktu melakukan
aktivitas. Sakit dada tersebut segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya. Serangan angina dapat timbul pada waktu tidur malam.
3. Lamanya, serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 – 5 menit, walaupun
perasaan tidak enak di dada masih dapat terasa setelah sakit dada hilang . bila
sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit, mungkin pasien mendapat serangan
infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pectoris biasa.
Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai tinggi
rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris stabil atau
kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Ada 5 hal yang perlu digali dari
anamnese mengenai angina pectoris yaitu : lokasinya, kualitasnya, lamanya, factor
pencetus, factor yang bisa meredakan nyeri dada tersebut.
2.8 Pemeriksaan Diagnosa Angina Pectoris
a. Elektro Kardio Gram
Gambaran elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan
bukan pada waktu serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG
kadang-kadang menunjukkan bahwa pasien pernah mendapat infark miokard
pada masa lampau. Kadang-kadang EKG menunjukkan pembesaran ventrikel
kiri pada pasien hipertensi dan angina. Kadang-kadang EKG menunjukkan
perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada waktu serangan

MAKALAH ANGINA PECTORIS 11


angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST dan gelombang T
menjadi negatif.
b. Holter Monitor.
Holter monitor merupakan alat praktis yang mampu memantau berbagai
aktivitas listrik selama 24 jam untuk menilai irama jantung, posisi ruang
jantung, dan evaluasi terapi (pemasangan pacemaker). Bila terdapat keluhan
berupa pusing, pingsan, tekanan darah rendah, lelah berkepanjangan atau
berdebar tanpa adanya perubahan pada pemeriksaan EKG saat istirahat.
Alat ini dapat berguna untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung
(aritmia) atau kejadian epileptic (EEG) yang sulit diketahui bila dipantau dalam
jangka pendek. Bersamaan dengan perekaman, pasien mencatat aktivitas dan
keluhan yang muncul saat perekaman.
Alat ini menggunakan elektroda yang dipasangkan di dada yang dihubungkan
ke alat yang berfungsi menyimpan informasi mengenai aktivitas listrik jantung
selama periode perekaman.Prosedur pemasangan holter monitor antara lain :
a) Elektroda ECG dipasang pada dada dan disambungkan dengan kabel lead.
b) Monitor ECG dengan ukuran kecil dibawa sepanjang masa perekaman.
c) Pasien diberitahu agar elektroda harus selalu terpasang, tidak membasahi
elektroda, tidak menggunakan peralatan elektronik dan alat yang
menggunakan magnet selama masa perekaman agar tidak mengganggu
sinyal EKG, mencatat adanya gejala dan aktivitas yang dilakukan selama
masa perekaman, dan menghubungi dokter atau rumah sakit bila terdapat
masalah selama perekaman.
c. Angiografi Curone
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri koroner, telah menjadi tes
diagnostik yang paling akurat untuk menunjukkan keberadaan dan luasnya
penyakit koroner. Dalam prosedur ini, digunakan tabung fleksibel (kateter)
yang panjang dan tipis untuk melakukan manuver ke dalam arteri yang terletak
di lengan atau pangkal paha. Kateter ini akan dilewatkan lebih lanjut melalui
arteri ke salah satu dari dua arteri koroner utama. Sebuah pewarna disuntikkan

MAKALAH ANGINA PECTORIS 12


pada waktu itu untuk membantu sinar x “melihat” jantung dan arteri lebih jelas.
Banyak sinar x singkat dibuat untuk menciptakan sebuah “film” darah mengalir
melalui arteri koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan yang mungkin
dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala terkait
angina.
d. Stres Testing
Bagi banyak orang dengan angina, hasil elektrokardiogram saat istirahat tidak
akan menunjukkan adanya kelainan. Karena gejala angina terjadi selama stress
(latihan fisik), fungsi jantung mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan fisik
dari latihan. Tes stres dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan
setelah latihan untuk mencari kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan
darah juga diukur selama uji stres.

e. Foto Rontgen Dada


Foto rontgen dada seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi
pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-
kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
2.9 Penatalaksanaan Angina Pectoris
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
a. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.
b. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian oksigen
(dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen
(dengan mengurangi kerja jantung).
Terapi Farmakologis untuk anti angina
a) Penyekat Beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut

MAKALAH ANGINA PECTORIS 13


jantung, kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel
kiri. Efek samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok
atrioventrikuler. Obat penyekat beta antara lain : atenolol, metoprolol,
propranolol, nadolol.
b) Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk mengurangi
symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai efek antitrombotik dan
antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan oksigen miokard melalui
pengurangan preload sehingga terjadi pengurangan volume ventrikel dan
tekanan arterial. Salah satu masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah
terjadinya toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup yaitu 8 – 12
jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit, ISDN, isosorbid
mononitrat, nitrogliserin.
c) Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga
terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium
antagonis juga menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara
menurunkan resistensi vaskuler sistemik. Golongan obat kalsium antagonis
adalah amlodipin, bepridil, diltiazem, felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin,
nimodipin, verapamil.
Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen
jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena merokok
mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah, sehingga memaksa jantung
bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung. Mengurangi stress untuk menurunkan kadar adrenalin
yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 14


Penggunaan kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :

1. Airway
a. Lidah jatuh kebelakang
b. Benda asing/ darah pada rongga mulut
c. Adanya sekret
2. Breathing
a. pasien sesak nafas dan cepat letih
b. Pernafasan Kusmaul
3. Circulation
a. TD meningkat
b. Nadi kuat
c. Disritmia
d. Adanya peningkatan JVP
e. Capillary refill > 2 detik
f. Akral dingin
4. Disability : pemeriksaan neurologis  GCS menurun
A : Allert : sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon :kesadaran menurun, berespon thd suara

P : Pain Respons:kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd

rangsangan nyeri

U : Unresponsive : kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon

thd nyeri

B. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau

penenganan pada pemeriksaan primer. Pemeriksaan sekunder meliputi :

1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event

MAKALAH ANGINA PECTORIS 15


2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
Anamnese

Diagnosa angina pectoris terutama didapatkan dari anamnese mengenai riwayat

penyakit, karena diagnosa pada angina sering kali berdasarkan adanya keluhan

sakit dada yang mempunyai ciri khas sebagai berikut :

a. Letak
Seringkali pasien merasakan adanya sakit dada di daerah sternum atau di bawah
sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke
lengan kiri, ke punggung, rahang atau leher. Sakit dada juga dapat timbul di
tempat lain seperti di daerah epigartrium, gigi dan bahu
b. Kualitas sakit dada

Pada angina, sakit dada biasanya seperti tertekan benda berat (pressure like),

diperas (squeezing), terasa panas (burning), kadang-kadang hanya perasaan

tidak enak di dada (chest discomfort) karena pasien tidak dapat menjelaskan

sakit dada tersebut dengan baik, lebih-lebih bila pendidikan pasien rendah.

c. Hubungan dengan aktivitas


Sakit dada pada angina pektoris biasanya timbul pada waktu melakukan

aktivitas, misalnya sedang berjalan cepat, tergesa-gesa, atau sedang menaiki

tangga. Aktivitas ringan seperti mandi, menggosok gigi, makan terlalu kenyang

atau emosi juga dapat menimbulkan angina pektoris. Sakit dada tersebut segera

hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya. Serangan angina pektoris dapat

timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam.

d. Lamanya serangan sakit dada

MAKALAH ANGINA PECTORIS 16


Serangan sakit dada biasanya berlangsung 1 sampai 5 menit, walaupun

perasaan tidak enak di dada masih dapat dirasakan setelah sakit dada hilang.

Bila sakit dada berlangsung lebih dari 20 menit, kemungkinan pasien mendapat

serangan infark miokard akut dan bukan disebabkan angina pektoris biasa.

Pada pasien angina pektoris, dapat pula timbul keluhan lain seperti sesak napas,

perasaan lelah, kadang-kadang sakit dada disertai keringat dingin.

Dengan anamnese yang baik dan teliti sudah dapat disimpulkan mengenai

tinggi rendahnya kemungkinan penderita tersebut menderita angina pectoris

stabil atau kemungkinan suatu angina pectoris tidak stabil. Setelah semua

deskriptif nyeri dada tersebut didapat, pemeriksa membuat kesimpulan dari

gabungan berbagai komponen tersebut. Kesimpulan yang didapat digolongkan

menjadi tiga kelompok yaitu angina yang tipikal, angina yang atipikal atau

nyeri dada bukan karena jantung. Angina termasuk tipikal bila : rasa tidak enak

atau nyeri dirasakan dibelakang sternum dengan kualitas dan lamanya yang

khas, dipicu oleh aktivitas atau stress emosional, mereda bila istirahat atau

diberi nitrogliserin.

Angina dikatakan atipikal bila hanya memenuhi 2 dari 3 kreteria diatas. Nyeri

dada dikatakan bukan berasal dari jantung bila tidak memenuhi atau hanya

memenuhi 1 dari tiga kreteria tersebut.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik biasanya normal pada penderita angina pectoris. Tetapi

pemeriksaan fisik yang dilakukan saat serangan angina dapat memberikan

informasi tambahan yang berguna. Adanya gallop, mur-mur regurgitasi mitral,

MAKALAH ANGINA PECTORIS 17


split S2 atau ronkhi basah basal yang kemudian menghilang bila nyerinya

mereda dapat menguatkan diagnosa PJK. Hal-hal lain yangn bisa didapat dari

pemeriksaan fisik adalah tanda-tanda adanya factor resiko, misalnya tekanan

darah tinggi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium


2. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi
3. Cemas b.d. Rasa takut akan kematian
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b.d. Keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin
muncul dan perubahan gaya hidup

RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d. Iskemia miokardium
NOC:
Tingkat nyeri
Nyeri terkontrol
Tingkat kenyamanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, klien dapat :
a. Mengontrol nyeri, dengan indikator :
a) Mengenal faktor-faktor penyebab
b) Mengenal onset nyeri
c) Tindakan pertolongan non farmakologi
d) Menggunakan analgetik
e) Melaporkan gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.
f) Nyeri terkontrol
b. Menunjukkan tingkat nyeri, dengan indikator:
a) Melaporkan nyeri

MAKALAH ANGINA PECTORIS 18


b) Frekuensi nyeri
c) Lamanya episode nyeri
d) Ekspresi nyeri; wajah
e) Perubahan respirasi rate
f) Perubahan tekanan darah
g) Kehilangan nafsu makan
Manajemen nyeri :
1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan ontro presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
4. Kontrol ontro lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangi ontro presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis)..
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/ontrol nyeri.
10. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak
berhasil.
11. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi..
3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
5. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 19


2. Penurunan curah jantung b.d. Gangguan kontraksi
NOC : Cardiac Pump effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
NIC : Cardiac Care
a. Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
d. Monitor status kardiovaskuler
e. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
m. Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi

MAKALAH ANGINA PECTORIS 20


g. Monitor adanya pulsus paradoksus dan pulsus alterans
h. Monitor jumlah dan irama jantung dan monitor bunyi jantung
i. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
j. Monitor suara paru, pola pernapasan abnormal
k. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
l. Monitor sianosis perifer
m. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
n. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3. Cemas b.d. Rasa takut akan kematian
NOC : Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
c. Vital sign dalam batas normal
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC :Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Dorong keluarga untuk menemani anak
g. Lakukan back / neck rub
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

MAKALAH ANGINA PECTORIS 21


4. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya,
tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin
muncul dan perubahan gaya hidup.
NOC :
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
b.Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC :Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

MAKALAH ANGINA PECTORIS 22


11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

MAKALAH ANGINA PECTORIS 23


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari Makalah yang kami sampaikan,kami dapat menarik kesimpulan bahwa :


a. Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adanya infark. Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna
untuk mengevaluasi mekanisme terjadinya iskemik.
b. Etiologi dari angina pectoris terdiri dari 4 bagian yaitu
a) Arterosklerosis.
b) Aorta insufisiensi
c) Spasmus arteri koroner
d) Anemi berat
c. Macam Macam Angina Pectoris :
a) Angina pectoris stabil.
b) Angina pectoris tidak stabil.
c) Angina variant
d. Data spesifik yang berhubungan dengan nyeri yaitu:
a) Letak.Nyeri dada.
b) Kualitas nyeri.
c) Lamanya serangan.
d) Gejala yang menyertai.
e. Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah : meningkatkan pemberian
oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan
kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
f. Diagnosa dari penderita angina adalah nyeri berhubungan dengan ischemia
miokardium, curah jantung menurun berhubungan dengan gangguan kontraksi,
cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, dan kurang pengetahuan
tentang penyakit berhubungan dengan deficit knowledge.
g. Pemeriksaan diagnosa dari angina pectoris, adalah :

MAKALAH ANGINA PECTORIS 24


a) Elektrokardiogram (EKG)
b) Holter monitor
c) Angiografi Curone
d) Stress testing
e) Foto rontgen dada
h. Penatalaksanaan dari angina pectoris terdiri dari terapi farmakologis
a) Penyekat Beta
b) Nitrat dan Nitrit
c) Kalsium Antagonis
i. terapi nonfarmakologis.
a) Berhenti merokok
b) Untuk Pasien obesitas, turunkan berat badan
c) Mengurangi setress
d) Pengontrolan gula darah

3.2 Saran
Dari makalah ini saya mengharapkan agar para pembaca bisa membacanya,
memahaminya dan membuat makalah ini menjadi referensi untuk belajar
mengetahui tentang penyakit angina pectoris yang merupakan salah satu penyakit
dari sistem kardiovaskular. Demi kesempurnaannya makalah ini saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik untuk selanjutnya.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 25


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,Edisi III. Jakarta: Kedokteran
Egc.
Charlene J.Reeves,Robin Lockhart. 2001. Medical Surgical Nursing. Jakarta: Salemba
Medika.
Dipiro,Joseph Dkk. 1999. Pharmacotherapy.”A Pathophysiology Appronch: New
York Mc.Graw-Hill.
Ely Ismudianti Rilantono Dkk.1998. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Fkui
Kapita Selekta Kedokteran. 1982. Edisi Kedua Editor Junaedi Purnawan Dan Kawan-
Kawan, Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
www.informasikedokteran.com/2015/09/angina-pectoris.html
digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../694 D.delima.2011.

MAKALAH ANGINA PECTORIS 26

Vous aimerez peut-être aussi