Vous êtes sur la page 1sur 17

ADA APA SETELAH TAX AMNESTY?

Antin Okfitasari1)
Ety Meikhati1)
Titik Setyaningsih2)

STMIK Duta Bangsa Surakarta, Jl. Bhayangkara No.55, Tipes, Serengan, Surakarta 57154 ,
1),

Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Surakarta 57126 2)
Surel : antin_okfitasari@stmikdb.ac.id

http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7070

Abstrak: Ada Apa Setelah Tax Amnesty? Penelitian ini meng­


analisis kewajiban wajib pajak setelah tax amnesty serta kon-
sekuensi yang muncul jika mereka lalai melaksanakan kewajiban-
nya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif
melalui telaah studi literatur. Hasil studi literatur menunjukan
bahwa terdapat beberapa kewajiban wajib pajak yang harus
dikerjakan. Kelalaian dan kesalahan dalam pelaksanaan ke-
wajiban setelah tax amnesty, akan menimbulkan konsekuen-
si sanksi, pembatalan tax amnesty, dan pemeriksaan. Akhir­
nya kelegaan yang seharusnya diperoleh wajib pajak peserta tax
amnesty akan berubah menjadi bumerang karena hal tersebut.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Abstract: What is the matter After Tax Amnesty? This
Volume 8 study analyzes the taxpayer obligation after tax amnesty and
Nomor 3 the consequences that arise if they fail to perform their obliga-
Halaman 427-611 tions. The research uses descriptive qualitative approach through
Malang, Desember 2017
ISSN 2086-7603 literature study. The research shows that there are some obliga-
e-ISSN 2089-5879 tions for taxpayers to be done. Failure and misconduct in the
implementation of obligations after tax amnesty, will result in
Tanggal Masuk: consequences of sanctions, tax amnesty cancellation, and exam-
09 November 2017 ination. Finally the relief that should be obtained taxpayers tax
Tanggal Revisi: amnesty participants will turn into a boomerang because of it.
09 Desember 2017
Tanggal Diterima: Kata kunci: tax amnesty, perpajakan, wajib pajak
31 Desember 2017

Pajak merupakan sumber pendapat­ Çaşkurlu, 2011) dan pertumbuhan ekonomi


an terbesar bagi pelaksanaan perekonomi- negara (Huda & Hernoko, 2017). Pelaksa-
an dan pembangunan di Indonesia. Tahun naan tax amnesty juga diharapkan menjadi
2016 APBN telah disahkan dengan, total momentum awal adanya perubahan perilaku
Pendapatan Nasional sebesar 84,6% berasal kepatuhan sukarela yang lebih baik dari wa-
dari pendapatan pajak. Selama sepuluh ta- jib pajak (Agbonika, 2015; Gupta & Lynch,
hun terakhir ini, kecuali tahun 2008, karena 2016). Diharapkan dengan adanya tax am-
adanya program Sunset Policy, target peneri­ nesty, sumber dana wajib pajak yang ada di
maan pajak tersebut tidak tercapai. Hal ini luar negeri dapat kembali masuk ke dalam
menunjukkan adanya tingkat tax ratio yang negeri dan dalam jangka panjang dapat di-
rendah, yaitu sekitar 11-13%. Tax amnesty gunakan sebagai tambahan investasi dalam
merupakan salah satu upaya yang dilaku- negeri untuk mendukung perekonomian
kan banyak negara untuk memperoleh dana nasional (Hamilton-Hart & Schulze, 2016).
yang besar bagi pendapatan negara dalam Dari sudut pandang fiskus, tax amnesty
jangka pendek (Alm, Martinez-Vasquez, & dilaksanakan untuk memperluas basis data
Wallace, 2009; Gupta & Lynch, 2016; Ha­ perpajakan dan reformasi sistem (Bimon-
milton-Hart & Schulze, 2016; Luitel & Tosun, te & Stabile, 2015; Fatmala & Ardini, 2017;
2014; Mikesell & Ross, 2012; Saraçoğlu & Huda & Hernoko, 2017; Mikesell & Ross,

511
512 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

2012; Muhammadi, Ahmef, & Habib, 2016). mungkin timbul bagi wajib pajak peserta tax
Program Pengampunan Pajak (Tax amnesty khususnya badan, adalah kesa­
amnesty) yang dicanangkan Presiden Joko lahan dalam penyajian laporan keuangan.
Widodo berdasarkan Undang-Undang Nomor Wajib pajak harus benar-benar memahami
11 tahun 2016 telah berakhir pada tanggal standar akuntansi yang digunakan beser-
31 Maret 2017. Realisasi penerimaan tax ta dengan pemahaman aturan tax amnes-
amnesty mencapai Rp134,99 T berupa uang ty yang berlaku. Hal ini karena kurangnya
tebusan Rp114,23 T, pembayaran tunggak­ penegakan hukum pemerintah terhadap
an pajak Rp19,02 T, dan pembayaran buk- standar akuntansi, pajak dan pasar mo­
ti permulaan (bukper) sebesar Rp1,75 T. dal. Hal ini tentunya menimbulkan ma­
Adapun komposisi harta yang diungkapkan salah ketika wajib pajak tidak memahami­
adalah deklarasi dalam negeri Rp3.697,94 nya. Berpijak dari adanya tingkat risiko yang
T, deklarasi luar negeri sebesar Rp1.036,37 kemungkinan bisa muncul karena tidak ter-
T, dan repatriasi sebesar Rp146,69 T. Jum- laksananya kewajiban perpajakan ini, pene-
lah peserta tax amnesty mencapai 972.530 litian ini menjadi penting untuk dilakukan.
wajib pajak dengan wajib pajak tambah- Penelitian terkait tax amnesty telah
an baru terdaftar sebanyak 52.757 (www. banyak dilakukan, di antaranya penelitian
go.pajak.id). Dari realisasi data hasil tax am- yang membahas kemungkinan implementasi
nesty menunjukan bahwa pelaksanaan tax tax amnesty di Indonesia dan perban­dingan
amnesty didominasi oleh wajib pajak yang pelaksanaan tax amnesty di negara lain
sudah terdaftar, sedangkan penambahan (Hamilton-Hart & Schulze, 2016; Ibrahim,
jumlah wajib pajak baru tidak signifikan. Myrna, Irawati, & Kristiadi, 2017), nilai posi-
Penelitian yang dilakukan Castro & tif dan negatif pelaksanaan tax amnesty (Ke-
Scartascini (2015) menemukan adanya pe­ suma, 2016; Mattos & Terra, 2016; Rohar-
ngaruh tax amnesty terhadap penyimpang­ tati, 2016), nilai keadilan dari dan setelah
an laporan keuangan. Hasilnya menunjuk- pelaksanaan tax amnesty (Anggraini, 2016;
kan bahwa wajib pajak yaitu para manajer Bimonte & Stabile, 2015; Litina & Palivos,
cenderung melakukan penyimpangan pela­ 2016), pengaruh tax amnesty terhadap ting-
poran keuangan selama program tax am- kat kepatuhan Wajib Pajak (Agbonika, 2015;
nesty berlangsung. Ketika program tax Darmayasa, 2017; Rosdiana, Inayati, & Sidik,
amnesty diulang, kecenderungan perilaku 2015; Sudarma & Darmayasa, 2017; Rusydi,
penyimpangan pelaporan keuangan menjadi Utama, & Djakman, 2017; Yuhertiana, 2016),
meningkat. Karena perilaku ini, diperlukan motivasi wajib pajak mengikuti tax amnes-
penegakan hukum dan pengawasan otoritas ty (Jackson & Pippin, 2013; Setyaningsih &
pajak terhadap pelaporan keuang­ an pas- Okfi­tasari, 2016), moral hazard dan persepsi
ca-tax amnesty. Di Indonesia penelitian yang wajib pajak setelah tax amnesty (Nar, 2015;
dilakukan oleh Cyan, Koumpias, & Marti- Saraçoğlu & Çaşkurlu, 2011). Penelitian ini
nez-Vazquez (2016) dan Raitano & Fantozzi difokuskan pada kewajiban wajib pajak pas-
(2015) menunjukkan adanya perbedaan ca-tax amnesty di Indonesia dari sisi pera-
penyajian laporan keuangan sebelum dan turan yang berlaku dan dari sudut pandang
sesudah wajib pajak badan meng­ ikuti tax pelaporan perpajakan yang harus dilaku-
amnesty. Adanya aturan penyajian lapor­ kan dengan menggunakan studi literatur.
an yang berbeda antara otoritas standar Berdasarkan pemikiran tersebut tu-
akuntansi dan otoritas pajak menimbulkan juan penelitian ini adalah menganalisis
kebingungan dan masalah bagi wajib pajak kewajiban wajib pajak dari sisi peraturan
badan khususnya. Berakhirnya tax amnes- perpajakan dan dari sisi pelaporan per-
ty bukanlah akhir dari pelaksanaan sistem pajakan pasca-tax amnesty; mengetahui
perpajakan, tetapi merupakan awal momen- konsekuensi atas tidak terlaksananya ke-
tum untuk menuju ke arah yang le­bih baik. wajiban wajib pajak pasca-tax amnesty;
Walaupun di dalam Undang-Undang Nomor mengetahui perlakuan akuntansi bagi enti-
11 tahun 2016 dijelaskan banyak­nya fasili­ tas peserta tax amnesty. Harapan dari pe-
tas yang diberikan bagi wajib pajak yang nelitian ini adalah muncul­ nya kesadaran
mengikuti tax amnesty, perlu dicermati pula wajib pajak peserta tax amnesty bahwa
adanya ancaman bagi wajib pajak yang ti- mereka belum sepenuhnya bernafas lega
dak melaporkan dengan benar, terlebih bagi karena masih ada kewajiban perpajakan
yang tidak memanfaatkan program tax am- yang harus dipenuhi pasca-tax amnesty se-
nesty. Salah satu bentuk ancaman yang suai ketentuan perpajakan yang berlaku.
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 513

METODE jak setelah tax amnesty, serta dampak dan


Penelitian ini menggunakan pendekat- kewajiban setelah terjadinya tax amnesty.
an kualitatif deskriptif melalui telaah studi Langkah analisis data yang terakhir adalah
literatur. Studi literatur merupakan pene- menarik simpulan sebagai jawaban dari per-
litian dengan mengumpulkan data melalui tanyaan penelitian ini. Analisis data peneli-
studi penelaahan terhadap buku, catatan, tian ini dapat digambarkan pada Gambar 1.
literatur, dan laporan-laporan baik terpub-
likasi maupun tidak terpublikasi, terkait HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan masalah yang sedang diteliti (Mu- Program pengampunan pajak di Indo-
lawarman, 2014). Alasan peneliti meng- nesia diakui sebagai tax amnesty yang paling
gunakan pendekatan kualitatif deskriptif berhasil di dunia selama dekade terakhir.
adalah untuk memperoleh gambaran se- Bahkan, salah seorang pembicara dari Si­
cara jelas dan akurat mengenai kewajiban ngapura menyatakan bahwa amnesti pajak
wajib pajak pasca-tax amnesty, bagaima- sebagai the second best policy dan program tax
na pelaporan perpajakan setelah tax am- amnesty di Indonesia dapat dijadikan model
nesty, beserta konsekuensi yang timbul dunia di dalam konferensi tentang Interna-
jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi. tional Wealth Transfer di London pada bulan
Menurut Sekaran & Bougie (2010) Maret 2017 (Kis-Katos & Sjahrir, 2017). Ke-
data kualitatif merupakan data dalam ben- berhasilan tax amnesty di Indonesia menurut
tuk kata-kata yang diperoleh dari beragam Amir, Asafu-Adjaye, & Ducpham (2013)
data primer ataupun data sekunder, seper- dipengaruhi oleh fitur program yang mena­
ti lapor­an perusahaan, catatan wawancara, rik, kerja keras dari peme­rintah, dukungan
publikasi perusahaan, buku, dan artikel politik, dan kerja sama dengan pihak lain.
jurnal. Data penelitian ini dikumpulkan Tax Amnesty sebagai evolusi politik, lebih
dari artikel yang relevan dengan tax amnes- memperhatikan materialisme dan menga­
ty, kewajiban pasca-tax amnesty, pelapor­ baikan keadilan de­ngan tujuan wajib pajak
an pajak setelah tax amnesty, dan dampak patuh (Darmayasa, Sudarma, Achsin, & Mu-
pasca-tax amnesty melalui google, google lawarman, 2016). Pendapat mereka berdua
scholar, dan sciencedirect. Pencarian artikel juga ditunjang dengan penelitian Wihan-
terkait dilakukan dengan menggunakan toro, Lowe, Cooper, & Manochin (2015) yang
kata kunci pemanggil­ an yaitu tax amnes- menemukan bahwa WP orang pribadi akan
ty, aturan tax amnesty, pasca-tax amnesty, patuh terhadap kewajiban pajaknya, bila
kewajiban setelah tax amnesty dan laporan WP memiliki pengetahuan dan pemaham­
keuangan pasca-tax amnesty. Setelah artikel an tentang pajak dan adanya tax amnesty.
terkait terkumpul, selanjutnya dilakukan Menurut pendapat Kuang & Lee (2017) ting-
analisis data. Model interaktif Miles & Hu- kat pendidikan dapat meme­ngaruhi persepsi
berman (1994) digunakan sebagai analisis dan pola berpikir seseorang. Litina & Pali-
data dalam penelitian ini, dengan langkah vos (2016) menyatakan ketika edukasi per-
pertama adalah melakukan reduksi data pajakan kepada wajib pajak disampaikan
dengan merangkum, memilih, mengategori- dengan tepat, kesadaran wajib pajak dalam
kan, memilah, dan mengarsipkan data ter- melaksanakan kewajiban­ nya akan timbul.
kait tujuan penelitian ini. Langkah kedua Komunikasi yang terjadi di antara wajib
adalah melakukan penyajian data melalui pajak terkait pelaksanaan dan fasilitas tax
pembuatan matrik berdasarkan aturan amnesty juga akan mendukung keberhasil­
pajak terkait tax amnesty, artikel pelak- an tax amnesty (Alm, Martinez-Vasquez, &
sanaan tax amnesty, artikel pelaporan pa- Wallace, 2009). Keberhasilan tax amnesty di

Pe ngumpulan Data Pe nyajian Data

Re duksi Data Ve rifikasi/ Pe narikan


Simpulan

Gambar 1. Model Interaktif Analisis Data Miles & Huberman (1994)


514 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

Indonesia menunjukkan kerja keras dan cenderung terpaksa dalam mengikuti


peme­rintah melalui kerja sama de­ngan ber­ tax amnesty. Fasilitas tersebut berupa den-
bagai pihak. Sosialisasi melalui berbagai da yang dihapus dan pemeriksaan yang di-
cara dilakukan pemerintah. Sosialisasi ke- tiadakan (Saraçoğlu & Çaşkurlu, 2011). An-
pada wajib pajak terkait program tax am- tusiasme masyarakat dalam mengikuti tax
nesty adalah sebagai bentuk edukasi pajak. amnesty dapat dilihat dari antrian panjang
De­ngan edukasi ini wajib pajak memiliki pe­ hingga hari terakhir tanggal 31 Maret 2017.
ngetahuan tentang tax amnesty dan mengo- Fasilitas yang diberikan UU Pengampunan
munikasikannya kepada sesama wajib pajak pajak menjadi daya tarik utama bagi wajib
sehingga secara tidak langsung sosialisasi pajak untuk mengikuti tax amnesty. Denda
tax amnesty terjadi di masyarakat. Gencar­ yang dihapus, janji tidak ada pemeriksaan,
nya sosialisasi terkait tax amnesty yang beru- serta tarif yang sangat murah menjadi mag-
pa fasilitas yang ditawarkan serta ancaman net bagi wajib pajak untuk menyukseskan
jika wajib pajak tidak mengikuti program tax amnesty. Ketika para pembayar pajak
tax amnesty mendorong keberhasilan ini. merenung untuk membuat pengungkapan
Sosialisasi yang dilakukan pemerintah tax amnesty, keinginan untuk menghindari
dalam propaganda tax amnesty pada awal- hukuman adalah motif ekstrinsik yang pa­
nya lebih ditekankan pada fasilitas yang ling berpengaruh dan tanggung jawab un-
diberikan program tax amnesty ancaman tuk membayar pajak seseorang adalah motif
bagi yang tidak mengikuti program tax am- intrinsik yang paling berpengaruh (Farrar
nesty serta ancaman bagi yang mengikuti & Hausserman, 2016). Terlebih bagi wa-
tax amnety tetapi tidak melaporkan dengan jib pajak yang tidak taat pajak ataupun
sebenarnya. Atas sosialisasi ini, wajib pajak pengemplang pajak, kesempatan pengha-
termotivasi atas fasilitas yang diberikan pro- pusan dosa ketidakpatuhan dapat tersele-
gram tax amnesty. Asumsi wajib pajak ada- saikan melalui program tax amnesty de­
lah ketika mereka tidak memanfaatkan fasi­ ngan dana sangat murah. Agbonika (2015)
litas maka fasilitas tersebut berbalik menjadi menyatakan bahwa tax amnesty merupa-
ancaman bagi mereka setelah tax amnesty kan salah satu cara untuk menyelesaikan
berakhir. Hal ini terbukti dari penelitian masalah penghindaran pajak. Tax amnesty
Setyaningsih & Okfitasari (2016) serta Jack- menjadi win-win solution antara wajib pajak
son & Pippin (2013), yang menemukan ke- dan otoritas perpajakan. Dengan demiki-
takutan wajib pajak terhadap ancaman dan an, wajib pajak yang bermasalah mendapat
gangguan dari otoritas pajak jika wajib pa- cara untuk menyelesaikan masalah per-
jak tidak berperan serta dalam tax amnesty. pajakannya melalui program tax amnesty.
Ancaman tersebut telah berhasil memotivasi Berakhirnya tax amnesty berarti lang-
wajib pajak untuk berperan dalam program kah awal untuk melakukan reformasi perpa-
tax amnesty, selain tarif tebusan yang murah jakan secara menyeluruh. Otoritas perpajak­
jika dibanding dengan tarif normal. Kondisi an akan bertindak cepat untuk melakukan
ini menimbulkan keterpaksaan wajib pajak reformasi perpajakan berdasarkan data yang
untuk berperan serta dalam tax amnesty. diperoleh dari tax amnesty. Salah satu wujud
Penelitian Setyaningsih & Okfitasari reformasi perpajakan yang mendesak adalah
(2016) membuktikan bahwa motivasi wajib penegakan hukum atas ketidakpa­tuhan wa-
pajak mengikuti tax amnesty adalah untuk jib pajak (Agbonika, 2015; Amir, Asafu-Ad-
memperoleh fasilitas tax amnesty dengan jaye, & Ducpham, 2013; Mikesell & Ross,
harapan tidak “diganggu” oleh otoritas per- 2012). Tanpa adanya reformasi perpajakan
pajakan dan ketakutan adanya pemerik- mustahil tujuan peningkatan kepatuh­ an
saan. Wajib pajak yang merasa sudah patuh wajib pajak terwujud (Jackson & Pippin,
menjalankan kewajiban perpajakannya, 2013). Dukungan penelitian juga dilakukan
mengikuti setiap program perpajakan se­ oleh Nar (2015) yang mengemukakan bahwa
perti Sunset Policy atau Sunset Policy jilid II setelah tax amnesty, jika reformasi perpajak­
rela mengikuti tax amnesty untuk memper- an masih merupakan agenda dan tidak ada
oleh fasilitas yang ditawarkan Undang-Un- penegakan hukum, maka kepatuhan wajib
dang tax amnesty. Jackson & Pippin (2013) pajak menurun. Penegakan hukum seharus-
menunjang hasil penelitian Setyaningsih & nya menjadi alat utama untuk meningkat-
Okfitasari (2016), bahwa berdasar teori peri­ kan kepatuhan wajib pajak pasca-tax am-
laku perencanaan, wajib pajak mengikut­ i nesty. Janji dalam UU Pengampunan Pajak
tax amnesty karena fasilitas tax amnesty harus direalisasikan bukan hanya sebagai
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 515

gertakan semata. Menko Perekonomian, tax amnesty pasca pelaksanaan tax amnesty.
Darmin Nasution, menyatakan bahwa pas- Kewajiban tersebut adalah sebagai berikut.
ca berakhirnya program tax amnesty men- Wajib Pajak nonUMKM yang melaku-
jadi titik awal pemerintah dalam menegak- kan repatriasi dengan membayar tebusan
kan hukum, dalam hal ini adalah hukum 2% dan 3% dengan batas akhir tanggal 31
perpajakan (Langenmayr, 2017). Otoritas Desember 2016 dan wajib pajak yang mem-
pajak sudah bersiap membuat berbagai sen- bayar tebusan sebesar 5% dengan batas
jata melalui peraturan perUndang-Undan- akh­­
ir 31 Maret 2017, wajib memindahkan
gan untuk melakukan penegakan hukum dana dari luar negeri ke dalam negeri ser-
baik bagi wajib pajak yang tidak berperan ta menempatkannya dalam instrumen in-
serta atas tax amnesty maupun yang ber- vestasi sesuai dengan PMK Nomor 119/
peran serta dalam tax amnesty, tetapi tidak PMK.08/2016. Penempatan dana dalam
benar. Saat ini langkah yang sedang dilaku- instrumen investasi di Indonesia ini ber-
kan adalah pemerintah sedang mendesain laku minimal selama 36 bulan sejak harta
Rancangan Peraturan Pemerintah guna dialihkan di Indonesia. Adapun bagi wajib
memeriksa harta WP yang tidak patuh, pajak peserta tax amnesty yang melaku-
khususnya mereka yang sudah menerima kan deklarasi harta dalam negeri memi-
teguran dari Otoritas Pajak, tetapi tetap ti- liki kewajiban untuk tidak mengalihkan
dak mengikuti program tax amnesty (Sari, dan menginvestasikan harta tersebut ke
Dewi, & Sun, 2015). Salah satu langkah luar dari NKRI, dalam kurun waktu mini­
yang telah diambil oleh Menteri Keuangan, mal 36 bulan, dihitung dari wajib pajak
Sri Mul­yani, adalah membentuk Tim Refor- menerima Surat Keterangan Pengampunan
masi Perpajakan di bulan November 2016 Pajak. Jika kewajiban pertama ini tidak
melalui KMK Nomor 885/KMK.03/2016. dilakukan oleh wajib pajak peserta tax am-
Pembentukan Tim Reformasi ini diharapkan nesty, konsekuensinya adalah aset yang
mampu membantu otoritas perpajakan un- telah dideklarasi dan tertuang pada Surat
tuk mereformasi lembaga perpajakan. Refor- Keterangan dianggap sebagai pendapatan
masi tersebut diharapkan mampu mewu- pada tahun 2016, serta ditambah sanksi
judkan lembaga perpajakan yang dapat sesuai peraturan pajak penghasilan yaitu
dipercaya, kuat, dan kredibel. Baik secara 2% per bulan dengan maksimal 24 bulan.
kewenang­ an, kapasitas, maupun struk- Kewajiban kedua adalah pelaporan
tur. Dengan demikian, lembaga perpajakan secara berkala bagi semua wajib pajak pe-
mampu menemukan potensi pajak yang be- serta tax amnesty. Tabel 2 menyajikan
lum terungkap dan mewujudkannya dalam perkembangan kewajiban pelaporan se-
realisasi menjadi pendapatan pajak negara. cara berkala bagi para peserta tax amnesty.
Setelah tax amnesty berakhir, kewajiban Berdasar Tabel 2 tampak adanya pe-
wajib pajak tidak terhenti setelah mendapat rubahan aturan pelaksanaan baik yang ter-
Surat Keterangan Pengampunan Pajak. Da- tuang dalam KMK maupun PerDirjen. Hal
lam UU Nomor 11 tahun 2016 yang diper- ini mengharuskan wajib pajak, khususnya
tegas dengan PMK No. 118/PMK.03/2016 yang telah berperan serta pada program tax
dan disempurnakan dengan PMK No. 141/ amnesty, harus selalu meng-update pera-
PMK.03/2016 dijelaskan adanya kewajiban turan yang terbit dalam jangka waktu yang
bagi wajib pajak yang berperan serta dalam berdekatan. Dari pergantian aturan terse-

Tabel 1. Kewajiban Peserta Tax Amnesty Pasca Program Tax Amnesty


Kewajiban W ajib Pajak Peserta Tax Amnesty
No Dasar Hukum
Pasca Program Tax Amnesty
1 PMK 118.03/2016 di se mpurnakan Ke waji ban Re patri asi bagi non-UMKM ke
PMK 141/PMK.03/2016, PMK i nstrume n i nve stasi yang te lah di te ntukan
119/PMK.08/2016 PMK 119/PMk.08/2016.
2 PMK 118.03/2016 di se mpurnakan Ke waji ban Pe laporan se cara be rkala bagi
PMK 141/PMK.03/2016, Pe raturan se mua pe se rta tax amnesty.
Di rje n Pajak No. Pe r - 03/PJ/2017
3 Undang-Undang Pe ngampunan Ke waji ban Pe ncatatan Se li si h Harta Be rsi h
Pajak pasal 14 bagi pe se rta tax amnesty yang me lakukan
pe mbukuan.
516 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

Tabel 2. Perkembangan Kewajiban Pelaporan Secara Berkala Peserta Tax Amnesty


Jangka
Dasar Subjek Yang harus
Batas waktu pelaporan W aktu
Hukum Pelaporan Dilaporkan
Pelaporan
PMK No. Peserta tax Laporan Juli-Desember dilaporkan di 36 Bulan
118/PMK.0 amnesty yang Pengalihan dan 20 Januari
3/2016 melakukan Realisasi Investasi Januari-Juni di 20 Juli
PMK No. Peserta tax Laporan Setiap Semester dimulai sejak 36 Bulan
118/PMK.0 amnesty yang Penempatan Aset Surat Keterangan
3/2016 menggunakan Tambahan Dalam Pengampunan diterima
tarif sesuai Negeri
periode tax
amnesty
PMK No. Peserta tax Laporan Setiap tahun, paling lambat 36 Bulan
141/PMK.0 amnesty yang Pengalihan dan tanggal akhir pelaporan SPT sejak
3/2016 melakukan Realisasi Investasi Tahunan Pajak Penghasilan diterbitkan
repatriasi Aset Tambahan Wajib Pajak Orang Pribadi Surat
tanggal 31 Maret, Wajib Pajak Keterangan
Badan 30 April Pengampuna
PMK No. Peserta tax Laporan Setiap tahun, paling lambat 36 Bulan
141/PMK.0 amnesty yang Penempatan Aset tanggal akhir pelaporan SPT sejak
3/2016 menggunakan Tambahan Dalam Tahunan Pajak Penghasilan diterbitkan
tarif sesuai Negeri Wajib Pajak Orang Pribadi Surat
periode tax tanggal 31 Maret, Wajib Pajak Keterangan
amnesty Badan 30 April Pengampuna
Peraturan Peserta tax Laporan Setiap tahun, paling lambat Tahun Pajak
Dirjen Pajak amnesty yang Penempatan Aset tanggal akhir pelaporan SPT 2017-2019
No. menggunakan Tambahan Dalam Tahunan Pajak Penghasilan.
03/PJ/2017 tarif sesuai Negeri
periode tax dalam bentuk Hard Pertama kali pelaporan
amnesty copy dan Sof t copy dilakukan di tanggal terakhir
pelaporan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak 2017.
Berarti Wajib Pajak Orang
Pribadi tanggal 31 Maret 2018,
Wajib Pajak Badan 30 April
2018
Peraturan Semua Peserta Laporan Tahunan Pajak Penghasilan. Tahun Pajak
Dirjen Pajak Tax Amnesty Penempatan Aset Pertama kali pelaporan 2017-2019
No. Per - Tambahan Dalam dilakukan di tanggal terakhir
03/PJ/2017 Negeri dalam pelaporan SPT Tahunan Pajak
bentuk Hard copy Penghasilan tahun pajak 2017.
dan Sof t copy Berarti Wajib Pajak Orang
Pribadi tanggal 31 Maret 2018,
Wajib Pajak Badan 30 April
2018.
Sumber : Olahan Peneliti

but, tampak bahwa terdapat revisi yang sa­ bulkan kebingungan bagi wajib pajak yang
ngat signifikan. Ketertinggalan wajib pajak tidak mengikuti perkembangan perubah-
atas satu aturan pelaksanaan yang telah an aturan perpajakan pasca-tax amnesty.
direvisi akan menimbulkan hal yang fatal, Ketika kewajiban pertama dan kewa-
yaitu dianggap bukan sebagai wajib pa- jiban kedua tersebut tidak dipenuhi wajib
jak yang taat terhadap aturan perpajakan. pajak yang telah mengikuti tax amnesty,
Tanggal jatuh tempo pelaporan kewajiban maka terdapat ancaman di dalam UU Peng­
dan subjek pelaksana aturan dalam KMK ampunan Pajak beserta Keputusan Menteri
mengalami perubahan yang akan menim- Keuangan. Jika tidak melakukan dua kewa-
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 517

jiban tersebut wajib pajak akan menerima kuasa ke konsultan pajak dalam memenuhi
surat peringatan dari DJP paling cepat 30 kewajibannya. Dari penelitian Setyaningsih
hari setelah tanggal akhir periode penyam- & Okfitasari (2016) serta Jackson & Pippin
paian Surat Pernyataan Harta (SPH). Jika (2013) dinyatakan bahwa ini bisa membe­
wajib pajak tidak merespon surat peringat­ rikan gambaran awal kondisi wajib pajak
an dalam 14 hari kerja melalui tanggapan, ketika mengambil keputusan untuk meng­
aset bersih tambahan dalam SPH dianggap ambil program tax amnesty. Wajib pajak
sebagai pendapatan yang diterima di tahun hanya lebih melihat fasilitas yang dijanji­
pajak 2016. Dampaknya penghasilan di SPH kan oleh tax amnesty, dan beranggapan ke-
tersebut dihitung dengan tarif berdasar UU tika fasilitas ini tidak dimanfaatkan, maka
Pajak Penghasilan dan sanksi administrasi akan berbalik menjadi ancaman di kemu-
sesuai UU Pajak Penghasilan. Dengan kata dian hari setelah berakhirnya program tax
lain, jika wajib pajak peserta tax amnesty amnesty. Wajib pajak cenderung terpaksa
tidak melaksanakan dua kewajiban ini, Su- dalam mengikuti tax amnesty. Ada respon-
rat Keterangan Pengampunan Pajak diang- den yang diteliti bahkan mengetahui tax am-
gap batal. Bahkan, atas tambahan harta di nesty dari jurusita pajak karena memiliki
SPH dianggap sebagai penghasilan di tahun tunggakan pajak yang belum terselesaikan.
pajak 2016. Penghasilan akan dihitung pa- Kondisi ini akan menimbulkan risiko un-
jaknya sesuai UU Pajak Penghasilan dengan tuk wajib pajak yang memiliki pemahaman
tarif maksimal 30% ditambah sanksi bu­ tersebut. Wajib pajak tidak memahami atur-
nga sebesar 2% per bulan atas kurang ba- an tax amnesty secara utuh. Bahkan, ke-
yar yang muncul, maksimal 48% (24 bulan), mungkinan mereka hanya mengganggap
dari 1 Januari 2017 hingga dikeluarkannya bahwa tax amnesty sama dengan Sunset
Surat Ketetapan Pajak. Atas uang tebusan Policy tanpa adanya ancaman secara konsti-
yang sudah dibayar dianggap sebagai pe­ tusional jika ada kelalaian dalam pelaporan-
ngurang pajak pada tahun pajak 2016. Di nya setelah mengikuti program tax amnesty.
dalam per Dirjen Pajak juga dijelaskan bagi Andreas & Savitri (2015) menjelaskan
wajib pajak yang tidak mengindahkan su- bahwa peserta tax amnesty memberikan
rat peri­ngatan ini kepada wajib pajak terse- respon positif dan respon negatif terhadap
but akan dilakukan pemeriksaan. Demiki- tax amnesty. Bagi wajib pajak yang meng­
an pula atas wajib pajak yang memberikan akui adanya ketidaktaatan atas kewajiban
tanggapan, tetapi tidak melakukan kewa- perpajakannya atau terdapat kealpaan da-
jiban pertama, juga akan menerima kon- lam pelaporan SPT Tahunan 2015 antusias
sekuensi pemeriksaan. Dengan demikian, mengikuti program tax amnesty. Sebalik­
kewajiban pelaporan secara berkala ini wajib nya, bagi wajib pajak yang merasa sudah
dilakukan bagi setiap wajib pajak peserta tax taat dan sudah melaporkan secara benar
amnesty. Hanya saja berdasar peraturan pa- di SPT Tahunan 2015 memberikan respon
jak yang berlaku, terdapat perbedaan esen- negatif atas tax amnesty. Walaupun de-
si pelaporan bagi wajib pajak repatriasi dan mikian, dengan terpaksa wajib pajak kate-
pengungkapan harta tambahan dalam ne­ gori taat tetap mengikuti tax amnesty. Hal
geri. Jika kewajiban ini tidak dipenuhi, wa- ini sejalan dengan pernyataan Huda & Her-
jib pajak harus bersiap dengan konsekuensi noko (2017) yang menjelaskan bahwa for-
pembatalan tax amnesty, pajak yang diba- mat implementasi tax amnesty di Indone-
yar masih kurang bayar, atau pemeriksaan. sia tidak memilah-milah wajib pajak yang
Penelitian Setyaningsih & Okfitasari mengikuti tax amnesty, tetapi fokus pada
(2016) menemukan bahwa wajib pajak yang perluasan data harta kekayaan wajib pajak
dijadikan responden memiliki pemaham­ yang belum terekam di sistem perpajakan.
an dan pengetahuan yang tidak utuh atas Pengikut tax amnesty tidak dibatasi bagi wa-
aturan tax amnesty. Padahal, pengetahuan jib pajak tidak patuh atau penghindar pa-
perpajakan yang benar menjadi salah satu jak, tetapi juga bagi wajib pajak yang sudah
aspek pengaruh ketaatan wajib pajak secara patuh, tetapi belum melaporkan seluruh
sukarela (Inasius, 2015). Dalam pelaksanaan kekayaannya dalam laporan pajaknya.
tax amnesty pun wajib pajak meminta ban- Hal lain yang perlu dikhawatirkan wa-
tuan dari pihak luar. Temuan ini didukung jib pajak yang telah mengikuti tax amnesty
oleh penelitian Andreas & Savitri (2015) bah- adalah ketidakbenaran atau kelalaian dalam
wa wajib pajak yang kesulitan dalam pro­ses pelaporan harta tambahan dalam SPH yang
pelaksanaan tax amnesty menggunakan telah dilaporkan. Di dalam Undang-Undang
518 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

Pengampunan Pajak pasal 18 secara dengan penelitian Sudarma & Darmayasa


tegas dinyatakan ancaman bagi wajib pajak (2017) yang menyatakan bahwa setelah tax
yang telah mengikuti tax amnesty, tetapi ti- amesty, wajib pajak tidak membangun ke-
dak melaporkan dengan benar. Atas temuan percayaannya kepada otoritas perpajakan.
harta tambahan wajib pajak setelah mem- Undang-Undang Pengampunan Pajak
peroleh Surat Keterangan Pegampungan pasal 18 tersebut juga tidak memberikan
Pajak, harta tambahan tersebut dianggap penjelasan secara tegas jika ada temuan
sebagai tambahan penghasilan ketika data harta tambahan. Apakah dasar nilai yang
ditemukan. Penghasilan ini akan dikenakan digunakan dalam perhitungannya. Apakah
tarif pajak penghasilan sesuai aturan pajak harta tambahan dihitung berdasarkan nilai
penghasil­an yang berlaku. Selain itu, akan perolehannya? Ataukah menggunakan harga
dikenakan tambahan sanksi administrasi se- pasarnya? Hal ini akan membuka celah bagi
besar 200% dari pajak penghasilan terutang. fiskus untuk menentukan dasar nilai secara
Adapun bagi masyarakat yang tidak berperan sepihak dan bisa memberatkan wajib pajak
serta tax amnesty, kemudian terdapat infor- peserta tax amnesty. Ketidakadilan akan
masi atau fakta terkait kekayaan yang diper- dirasakan wajib pajak peserta tax amnesty
oleh dari 1 Januari 1985 hingga 31 Desem- jika tidak ada kejelasan aturan pelaksanaan
ber 2015, temuan tersebut dianggap sebagai Pasal 18 ini. PP Nomor 36 Tahun 2017di­
penghasilan dan maksimal ditemukan di ta- terbitkan oleh Presiden untuk memberikan
hun 2019. Penghasilan tersebut dikenakan kejelasan atas dasar perhitungan temuan
pajak penghasilan berdasarkan aturan pa- harta tambahan yang dianggap sebagai
jak penghasilan yang berlaku dan ditambah penghasilan. PP ini mengatur perlakuan pa-
sanksi administrasi sesuai peraturan pajak jak penghasilan final dari penghasilan ter-
penghasilan. Berdasarkan aturan tax amnes- tentu atas aset bersih yang dianggap sebagai
ty tersebut, tampak bahwa wajib pajak yang penghasilan, sebagaimana dalam pasal 13
telah mengikuti tax amnesty belum tentu dan pasal 18 UU Pengampunan Pajak. Akan
bisa bernafas lega. Kelalaian yang disengaja tetapi, jika dicermati lebih lanjut, PP Nomor
ataupun tidak disengaja dalam melaporkan 36 Tahun 2017 belum mengatur secara de-
tambahan harta akan berakibat penghasilan tail terkait dasar penilaian harta bersih yang
tambahan akan dikenakan pajak pada saat ditemukan, kecuali atas aset berupa kas dan
harta tersebut ditemukan otoritas pajak. setara kas. Adapun harta lain yang bukan
Berdasarkan penelitian Setyaningsih kas dan setara kas, Dirjen Pajak (DJP) be-
& Okfitasari (2016) serta Andreas & Savitri lum memberikan acuan yang jelas dan detail
(2015) dapat diperoleh gambaran bahwa pe- atas dasar perhitungan penghasilan. Dalam
serta tax amnesty juga dilakukan oleh wajib penjelasannya, hanya diberikan contoh jika
pajak yang mengakui sudah patuh, jujur, ditemukan harta berupa tanah dan bangu-
dan sudah benar dalam pelaporan pajak- nan maka dasar perhitungan penghasilan
nya. Bahkan, beberapa wajib pajak secara berdasarkan NJOP dalam SPPT PBB. Ma­
sukarela mengikuti setiap program tax am- salahnya, terkadang dijumpai dalam SPPT
nesty sebelumya seperti Sunset Policy tahun PBB terdapat ketidaksesuaian antara yang
2008 dan Sunset Policy jilid II tahun 2015. tertulis dalam SPPT PBB dan kondisi riil
Hal ini tentunya akan melukai wajib pajak tanah dan bangunan tersebut. Pada akhir­
yang telah patuh. Wajib pajak yang sudah nya, penilaian DJP didasarkan atas prinsip
patuh akan merasa rugi atas kejujuran umum penilaian atau nilai yang ditetapkan
dan kebenaran yang sudah mereka ungkap sesuai standar penilaian. Hal ini tentunya
(Saraçoğlu & Çaşkurlu, 2011). Wajib pajak akan menimbulkan perselisihan baik pihak
yang patuh akan menyesal, mengapa harus wajib pajak maupun fiskus. Di sisi lain, me-
berbuat jujur dan benar dalam menunaikan nimbulkan kesempatan munculnya moral
kewajiban perpajakannya. Wajib pajak yang hazard bagi pihak-pihak yang berkepenting­
sudah patuh akan merasakan ketidakadilan an baik dari sisi wajib pajak maupun fiskus.
karena adanya pengampunan bagi para Tujuan ditetapkannya PP Nomor 36 Ta-
pengemplang pajak. Sementara itu, mereka hun 2017 adalah untuk mewujudkan rasa
yang sudah patuh diperlakukan sama de­ adil dan ketegasan hukum bagi seluruh
ngan wajib pajak yang tidak patuh. Kondi- wajib pajak. Hal ini supaya terjadi penega-
si ini akan menimbulkan ketidakpercayaan kan hukum atas wajib pajak peseta tax am-
wajib pajak terhadap pemerintah umum­ nesty yang belum jujur ataupun wajib pa-
nya dan otoritas perpajakan. Hal ini senada jak yang tidak memanfaatkan tax amnesty.
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 519

Kesederhanaan juga diusung PP ini pajak yang tidak berperan serta dalam tax
melalui penerap­an tarif yang sudah diten- amnesty dan jika harta mereka ditemukan
tukan dan bersifat final. Sasaran utama PP setelah tanggal 1 Juli 2019. Jika hal tersebut
Nomor 36 Tahun 2017 adalah wajib pajak terjadi, wajib pajak tersebut tidak dikenakan
peserta tax amnesty yang tidak melaku- aturan PP Nomor 36 Tahun 2017 lagi, teta-
kan kewajiban repatriasi sebagaimana da- pi kemungkinan menggunakan peraturan
lam pasal 13 UU Pengampunan Pajak; wa- perpajakan penghasilan yang nilainya lebih
jib pajak peserta tax amnesty yang belum rendah dibanding PP ini. Adapun bagi peser-
melaporkan secara jujur seluruh hartanya ta tax amnesty yang gagal repatriasi atau-
sebagaimana dalam pasal 18 UU Pengam- pun tidak jujur, tetap harus “deg-degan” jika
punan Pajak; dan wajib pajak yang tidak suatu saat muncul pemeriksaan, pemba­
berperan serta di tax amnesty. Harta yang talan Surat Keterangan Penghapusan Pajak
telah dijanjikan wajib pajak untuk dire- atau surat dari DJP berupa Surat Ketetapan
patriasi tetapi gagal dilaksanakan, harta Pajak atas penghasilan atau sanksi. DJP
tersebut dianggap penghasilan pada tahun mengimbau kepada wajib pajak yang tidak
2016 dan dikenakan sanksi sebesar 2% se- mengikuti tax amnesty dan memiliki harta
bulan dengan maksimal 24 bulan. Adapun yang tidak pernah dibayar pajaknya atau be-
temuan harta yang belum dilaporkan wajib lum terlapor dalam SPT Tahunannya, supaya
pajak peserta tax amnesty dianggap sebagai melakukan pembetulan atas SPT Tahunann-
penghasilan dan ditambah sanksi 200%. Hal ya, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan.
ini sebagai perwujudan keadilan bagi wajib Artinya, wajib pajak yang belum ber-
pajak peserta tax amnesty yang telah jujur peran dalam tax amnesty memiliki kesem-
melaporkan hartanya. Pemerintah melalui patan untuk melakukan pembayaran pajak
tax amnesty telah memberikan reward de­ yang belum dibayar sesuai dengan peratur-
ngan menurunkan tarif pajak, menjamin an perpajakan penghasilan bukan berdasar-
tidak ada pemeriksaan untuk tahun sam- kan atas PP Nomor 36 Tahun 2017. Dengan
pai dengan 2015, serta menghapus semua demikian, dimungkinan pajak yang diba-
sanksi yang seharusnya. Dengan demikian, yar nilainya lebih murah dibandingkan jika
jika wajib pajak mengikuti tax amnesty de­ menggunakan PP Nomor 36 Tahun 2017 dan
ngan tidak jujur, berarti telah siap de­ngan bisa jadi tidak bersifat final. Ilustrasi pada
konsekuensi tambahan denda tersebut. Tabel 3 dapat memperjelas kondisi tersebut.
Bagi wajib pajak yang tidak mengikut­i Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat
tax amnesty, melalui PP Nomor 36 Tahun ditarik kesimpulan bahwa wajib pajak yang
2017, jika ditemukan harta yang masih di- tidak memanfaatkan tax amnesty, tetapi
miliki sampai dengan 31/12/2015 dan di- mau melakukan pembetulan SPT Tahun­
peroleh sejak tanggal 1/1/1985 hingga an sebelum dilakukan pemeriksaan, akan
tanggal 31/12/2015, maka temuan tersebut membayar pajak lebih murah dibandingkan
diperlakukan sebagai penghasilan di tahun wajib pajak yang mengikuti tax amnesty. Hal
ditemukan dan ditambah sanksi sebesar 2% ini tentu akan menyakitkan bagi wajib pajak
sebulan maksimal 24 bulan, jika otoritas peserta tax amnesty yang sebenar­nya sudah
pajak menemukannya sebelum 1 Juli 2019. patuh tetapi benar-benar lalai melaporkan
Dengan demikian, perlakukan atas wajib pa- hartanya dalam SPH, atau tidak memiliki
jak yang tidak mengikuti tax amnesty ber- kemampuan finansial untuk melaporkan ke-
dasarkan PP ini sejalan dengan UU Pengam- seluruhan hartanya karena berdasarkan UU
punan Pajak. Hal yang ditegaskan dalam PP Pengampunan Pajak tidak ada pembe­tulan
ini adalah pembatasan waktu sebelum 1 Juli lagi. Pembetulan atas Surat Keterangan
2019 hanya berlaku bagi wajib pajak yang Peng­ ampungan Pajak berdasarkan PP No-
belum berperan dalam tax amnesty, tetapi ti- mor 36 Tahun 2017 hanyalah atas ke­salahan
dak ada ketentuan untuk wajib pajak peser- perhitungan tarif tebusan, perhitungan
ta tax amnesty yang gagal repatriasi ataupun utang yang dapat dikurangkan, atau atas
tidak jujur melaporkan hartanya dalam SPH. harta yang belum dilaporkan dalam SPH.
Dengan kata lain, bagi wajib pajak pe- Wajib pajak peserta tax amnesty juga dapat
serta tax amnesty pengawasan perpajakan melakukan pembetulan di SPH-nya atas har-
akan berlangsung sepanjang masa, sedang- ta yang belum dilaporkan di SPH. Sebelum
kan bagi yang tidak mengikuti tax amnesty PMK No. 118/PMK.03/2016 direvisi, jika
dibatasi hanya sampai 1 Juli 2019. Hal ini terdapat temuan kekayaan belum terlapor-
tentunya akan menguntungkan bagi wajib kan akan ditambahi sanksi sebesar 200%.
520 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

Tabel 3. Ilustrasi Perbandingan Pajak Peserta Tax Amnesty dan Non-Peserta Tax Am-
nesty.
WP A WP B W P C (Non Peserta
Tax Amnesty,
Keterangan (Peserta Tax (Non-Peserta Tax Pembetu lan SPT
Amnesty ) Amnesty) Tahu nan)
Penghasilan dari gaji 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Penghasilan dari Usaha
1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
Laundry
Temuan DJP
-Harta dari Sewa Ruko 50.000.000 50.000.000
- Deposito 5.000.000 5.000.000
Pembetulan atas:
Harta dari Sewa Ruko 50.000.000
- Deposito 5.000.000
Total Penghasilan
1.655.000.000 1.655.000.000 1.655.000.000
Seharusnya
Tarif berdasarkan PP N o
12,5% 12,5%
36/2017
Tarif berdasarkan KUP 5.000.000
-       PPh Psl 4 atas
Sewa (10%)
-       PPh
250
Penghasilan (5%)
Pokok Pajak yang harus
dibayar atas Temuan 6.875.000 6.875.000 5.250.000
DJP/Pembetulan
Denda Pajak yang harus 13.600.000 3.300.000 2.520.000
dibayar atas Temuan (200% X (2%X 24X
(2% X 24 X 5.250.000)
DJP/Pembetulan 6.875.000) 6.875.000)
Total pajak yang dibayar
20.475.000 10.175.000 7.770.000
WP

Menurut Darono & Irawati (2015) Beberapa peneliti (Egger, Radulescu, &
ada­nya tambahan sanksi administrasi se- Strecker, 2013; Irawan, 2014; Tiwari, 2013)
besar 200% atas temuan harta tambah­ menjelaskan terdapat beberapa syarat agar
an yang dilaporkan dianggap kurang adil pemungutan pajak kepada masyarakat ti-
dan memberatkan wajib pajak yang telah dak menimbulkan perlawanan ataupun
memanfaatkan tax amnesty dibandingkan hambatan. Syarat pertama adalah ada­ nya
wajib pajak yang tidak berperan serta da- keadilan secara legal formal dan pelak-
lam tax amnesty dengan denda hanya se- sanaannya secara hukum, berdasar Un-
besar 48%. Magris & Russo (2016) dan dang-Undang dilakukan secara merata dan
Lubian & Zarri (2011) menyatakan wajib umum, serta berdasar kemampuan ma­
pajak akan te­ rus membayar pajak ketika syarakat tersebut. Keadilan dalam pelaksa-
mereka sudah patuh mendapat penghar- naannya bermakna adanya hak untuk wajib
gaan dari otoritas pajak. Dengan demikian, pajak dalam menyampaikan proses kebe­
seharusnya wajib pajak yang telah mengi- ratan, banding, penangguhan pembayaran
kuti tax amnesty mendapat­ kan apresia- ke otoritas pajak. Syarat kedua yaitu pemu-
si lebih dibandingkan dengan wajib pajak ngutan pajak di Indonesia berdasarkan UUD
yang tidak mengikuti tax amnesty. Ben- 1945 khususnya pasal 23 ayat 2. Berdasar-
tuk apresiasi ini salah satunya adalah kan syarat yuridis tersebut masyarakat
penurunan atau penghapusan sanksi se- dan negara mendapat jaminan hukum atas
besar 200% yang lebih berat dibandingkan keadilan. Syarat ketiga berupa syarat eko­
mereka yang tidak mengikuti tax amnesty. nomis, yaitu pembayaran pajak tidak boleh
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 521

menjadi penyebab kelesuan perekonomian Ada kemungkinan wajib pajak yang tidak
masyarakat karena mengganggu efektivitas patuh akan selalu menunggu program-prog­
kegiatan perdagangan dan produksi pem- ram yang menguntungkan untuk menyele-
bayar pajak. Syarat keempat adalah syarat saikan kewajiban pajaknya dengan murah.
finansial. Syarat ini mengharuskan ada­ Di dalam PP Nomor 36 Tahun 2017 pe-
nya efisiensi dalam pemungutan pajak se­ merintah memberikan tarif yang rendah bagi
suai fungsi budgetair. Syarat terakhir yaitu wajib pajak tertentu dengan alasan wajib pa-
adanya kesederhanaan dalam sistem pemu- jak golongan ini masih perlu pembinaan, se-
ngutan pajak kepada masyarakat. Ketika bagai wujud keperpihakan DJP atas UMKM.
salah satu syarat dari kelima syarat terse- Bagi wajib pajak yang tidak memanfaatkan
but tidak terwujud, wajib pajak akan se- tax amnesty dengan penghasilan di bawah
makin malas untuk memenuhi kewajiban- PTKP sesuai Per Dirjen Nomor 11/PJ/2016,
nya secara sukarela. Ada kecenderungan maka wajib pajak ini bukan merupakan
wajib pajak menganggap pajak merupa- subjek pajak PP Nomor 36 Tahun 2017 yang
kan hambatan dalam melakukan kegiatan merupakan senjata bagi DJP untuk menggali
ekonomi dan pada akhirnya justeru akan potensi wajib pajak yang tidak mengikuti tax
melemahkan perekonomian secara nasional. amnesty. Sebagai wujud asas keadilan yang
Ketika wajib pajak patuh mendapatkan diusung PP ini, seharusnya mendorong DJP
perlakukan yang tidak adil, akan timbul ke- untuk fokus pada wajib pajak yang tidak ikut
cenderungan mereka merasa rugi telah jujur serta tax amnesty dan ditemukan informasi
dan melaporkan dengan benar (Saraçoğlu & terkait hartanya. Mengingat hasil statistik
Çaşkurlu, 2011), timbul ketidakpercayaan peserta tax amnesty menunjukkan adanya
terhadap hukum dan otoritas perpajakan dominasi oleh wajib pajak yang sudah taat,
(Agbonika, 2015; Bimonte & Stabile, 2015; tetapi lupa mencantumkan hartanya dalam
Litina & Palivos, 2016; Saraçoğlu & Çaşkur- SPT Tahunannya. Kekhawatiran yang terjadi
lu, 2011; Sudarma & Darmayasa, 2017). di masa tax amnesty, yaitu adanya pengga-
Kondisi ini akan mendorong wajib pajak lian pajak dari data yang dikumpulkan ha­nya
untuk mempertanyakan bagaimana tingkat berasal dari program tax amnesty melalui
keadilan yang mereka peroleh. Nar (2015) Surat Pengungkapan Harta yang dilaporkan,
menjelaskan ketika wajib pajak memiliki terjawab melalui PP Nomor 36 Tahun 2017.
persepsi ketimpangan praktik perpajakan Seyogyanya wajib pajak yang telah menyuk-
dan ketiadaan sistem perpajakan yang adil, seskan tax amnesty diberi kelonggaran da-
akan menimbulkan penurunan kepatuhan lam hal pemeriksaan pajak karena mere-
wajib pajak. Terlebih Hamilton-Hart & Schul- ka telah menunjukkan itikad baik de­ ngan
ze (2016) menunjukkan bahwa tax amnesty berperan aktif di program pengampunan
di Indonesia memiliki kelemahan yaitu ada­ pajak. Secara tidak langsung wajib pajak
nya moral hazard baik dari wajib pajak mau- yang ikut serta tax amnesty telah menaruh
pun otoritas pajak. Bahkan, tax amnesty bagi kepercayaan penuh kepada otoritas pajak
wajib pajak merupakan emosional hazard, di melalui pelaporan harta atau kekayaannya
mana mendorong wajib pajak membanding- karena jaminan kerahasiaan data dan bebas
kan keadilan dan pemerataan atas kepatuh­ dari pemeriksaan (Huda & Hernoko, 2017).
an (Nar, 2015). Jika kondisi ini terjadi, tu- Berdasarkan Undang-Undang Pengam-
juan awal tax amnesty untuk meningkatkan punan Pajak pasal 14 terdapat kewajiban
pendapatan negara jangka panjang kemung­ wajib pajak yang menyelenggarakan pem-
kinan akan gagal. Harapan untuk menja­ bukuan sesuai Ketentuan Umum Perpajak­
dikan tax amnesty sebagai awal momentum an. Wajib pajak tersebut harus mencatat da-
kepatuhan wajib pajak akan menjadi mimpi. lam pembukuannya selisih antara nilai aset
Wajib pajak yang sudah patuh akan mera- bersih yang dilaporkan dalam SPH dikurangi
sa tersakiti dan merasakan ketidakadilan, dengan nilai aset bersih yang telah dican-
yang memungkinkan mengubah perilaku tumkan wajib pajak dalam SPT Tahunan
mereka yang telah patuh. Wajib pajak men- tahun pajak 2015, sebagai tambahan sal-
jadi malas untuk melaporkan dengan sebe- do laba ditahan di neracanya.Untuk tujuan
narnya karena merasa selalu disalahkan pi- perpajakan aset tambahan berwujud atau-
hak otorita pajak. Terlebih bagi wajib pajak pun tidak berwujud tidak boleh didepresia-
yang tidak patuh, besar kemungkinan akan si. Dari sudut pandang perpajakan terdapat
selalu tidak patuh dengan kenikmatan fasi­ ang­gapan bahwa atas harta bersih tambahan
litas aturan yang menguntungkan mereka. yang dilaporkan dalam SPH merupakan laba
522 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

terakumulasi yang merupakan peng- peserta tax amnesty dalam penyusunan


hasilan yang belum dilaporkan oleh wajib pa- pembukuannya agar tidak terjadi kekeliru-
jak sehingga merupakan saldo laba ditahan an akuntansi ataupun pelaporan keuang­
di dalam neraca. Adapun tidak boleh dilaku- an yang muncul di periode mendatang.
kan penyusutan atas aktiva tetap karena ber- Entitas baik yang go public maupun
dasar asumsi fiskus, wajib pajak telah mem- entitas lainnya sesuai definisi dalam Stan-
peroleh fasilitas tebusan dengan tarif murah dar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabi­
dalam perolehan aktiva tetap tersebut se­ litas Publik (SAK ETAP) dapat menggunakan
hingga biaya penyusutan tidak boleh sebagai PSAK 70, apabila entitas tersebut menga-
pengurang dalam penghasilan wajib pajak. kui aset dan liabilitas pengampunan pajak
Dalam PSAK yang telah ada entitas di laporan keuangannya. Di dalam PSAK
dapat menerapkan PSAK 25 dengan kriteria 70, khususnya paragraf 06-08 disebutkan
kesalahan di periode akuntansi sebelum- tentang pengukuran pada saat pengakuan
nya. Hal ini didasarkan, bahwa tax amnes- awal atas aset, liabilitas dan selisih harta
ty bukan merupakan perubahan kebijakan bersih. Dalam PSAK 70 juga dijelaskan bah-
akuntansi, di mana akan mempengaruhi wa pada tanggal Surat Keterangan entitas
pengakuan, pengukuran dan penyajian. Di diperbolehkan, tetapi tidak diwajibkan da-
dalam PSAK 25 ini dijelaskan bagi entitas lam melakukan pengukuran kembali akti-
yang terdapat kesalahan pada periode akun- va pengampunan pajak dan utang pengam-
tansi sebelumnya dapat melakukan koreksi. punan pajak sesuai nilai wajar sebagaimana
Jika atas koreksi ini terjadi dampak perpa- diatur di SAK. Entitas melakukan penyajian
jakan, maka diperlakukan dan diungkapkan atas aset pengampunan pajak dan liabili-
dengan PSAK 46 tentang Pajak Penghasilan. tas pengampunan pajak ditampilkan secara
Jika entitas mengikuti tax amnesty sudah terpisah dari aktiva dan utang lainnya da-
barang tentu secara tidak langsung entitas lam laporan posisi keuangannya. Entitas
mengakui adanya kesalahan dalam penya- tidak membuat saling hapus antara utang
jian dan pelaporan laporan keuangan. Da- pengampunan dan aktiva pengampunan.
lam PSAK 25 dijelaskan termasuk kriteria Berdasarkan aturan yang ditetapkan
ke­salahan adalah kelalaian mencantumkan di dalam Undang-Undang Pengampunan
dan kesalahan dalam mencatat suatu entitas Pajak, PSAK 25 dan PSAK 70 terdapat per-
di dalam satu atau lebih periode akuntansi. bedaan perlakuan akuntansi. Jika meng-
Atas kesalahan ini entitas dapat melakukan gunakan PSAK 25, wajib pajak tentunya
koreksi dengan cara penyajian kembali ret- melakukan penyajian kembali retrospektif
rospektif. Terdapat pilihan bagi entitas yaitu atas aset, liabilitas, dan ekuitas yang ada.
dapat memilih apakah dilakukan penyaji- Akan tetapi, kondisi ini tidak memung­
an kembali jumlah komparatif dari periode kinkan bagi wajib pajak jika dibandingkan
akuntansi sebelumnya, di mana terjadi ke- dengan aturan perundangan pengampunan
salahan, yang telah disajikan, ataukah en- pajak. Penyajian kembali retrospeksi hanya
titas melakukan penyajian kembali saldo dimungkinkan jika wajib pajak diperolehkan
awal atas aset, saldo awal atas liabilitas, dan melakukan pembetulan SPT Tahunannya.
saldo awal ekuitas untuk periode akuntansi Mengapa? Karena melalui pembetulan SPT
sebelumnya ketika kesalahan tersebut ter- Tahunan, laporan keuangan dari penyaji-
jadi sebelum periode penyajian paling awal. an kembali retrospeksi dapat dilaporkan ke
Menyikapi perlakuan akuntansi bagi pe- otoritas pajak. Padahal, secara jelas di da-
rusahaan yang mengikuti tax amnesty, PSAK lam peraturan tax amnesty tidak diperboleh­
70 telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan kan melakukan pembetulan SPT Tahunan
Indonesia (IAI) yang memuat tentang Akun- 2015 bagi yang mengikutinya. Selain itu,
tansi Aset serta Liabilitas Pengampunan Pa- jika penyajian kembali retprospeksi dipilih
jak. Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI wajib pajak, pasti akan menimbulkan per-
menunjukkan empati dan tanggung jawab­ tanyaan dari otoritas pajak karena ketidak-
nya melalui penerbitan PSAK ini. Diterbit- sesuaian dengan laporan keuangan yang
kannya PSAK 70 dengan tujuan memberikan telah dilaporkan sebelumnya. Pihak otoritas
pedoman perlakuan atas aset pengam- pajak pasti akan mengecek kembali kese-
punan pajak dan utang pengampunan pajak suaian laporan keuangan yang dilaporkan
sebagaimana diwajibkan dalam Undang-Un- ke dalam SPT Tahunan 2015 dan 2016 de­
dang Pengampunan Pajak. Selain itu, melalui ngan SPH wajib pajak. Jika ditemukan keti-
PSAK 70 ini akan memudahkan wajib pajak dakcocokan, bisa dipastikan wajib pajak
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 523

akan dimintai klarifikasi. Jika hasil klarifi- atas aset pengampunan pajak ataupun liabi-
kasi tidak sesuai dengan data otoritas pajak, litias pengampunan pajak. Undang-Undang
bisa dipastikan revisi atas Surat Keterangan ini hanya menekankan pengakuan harta
Pengampunan Pajak akan dilakukan. Jika bersih sebagai saldo laba ditahan. Padahal, di
wajib pajak menolak melakukan revisi atas dalam akuntansi selalu dikenal dengan ada­
tax amnesty yang sudah dilakukan, peme­ nya sistem pembukuan berpasangan. Prin-
riksaan akan menjadi konsekuensi akhir. sip dasar sistem pembukuan berpasangan
Perlakuan akuntansi berdasar PSAK 70 adalah setiap transaksi yang terjadi paling
dan UU Pengampunan pajak terdapat perbe- sedikit akan mempengaruhi terhadap dua
daan dalam pengakuan selisih harta bersih. buah akun, di mana satu akun didebit dan
Undang-Undang Pengampunan Pajak meng- satu akun lainnya dikredit (Junpath, Kharwa
haruskan pengakuan selisih harta bersih se- & Stainbank, 2016). Dengan demikian, jika
bagai saldo laba ditahan, sedangkan PSAK hanya berpegangan pada Undang-Undang
70 menyebutkan atas harta bersih (selisih pengampunan pajak, laporan keuangan yang
harta tax amnesty dan utang tax amnesty) dihasilkan entitas akan menjadi tim­ pang.
diakui sebagai tambahan modal disetor. Hal PSAK 70 menjawab ketimpangan ini de­ngan
lain yang harus dicermati adalah penggu- aturan perlakukan aset pengampunan pa-
naan istilah saldo laba ditahan. Di dalam jak dan utang pengampunan pajak. PSAK
akuntansi saldo laba ditahan adalah aku- 70 khususnya paragraf 06-07 menyebut-
mulasi hasil operasional perusahaan baik kan tentang pengukuran pada waktu peng­
laba maupun rugi sampai waktu tertentu se- akuan awal, di mana aset pengampunan
sudah dikurangi deviden yang dibagi kepada pajak diakui sejumlah biaya perolehannya.
pemegang saham (Dallyn, 2017). Saldo laba Atas liabilitas pengampunan pajak diakui
ditahan merupakan bagian dari elemen mo­ sejumlah nilai kewajiban kontraktual.
dal dan disajikan secara terpisah dari mo­dal Dalam pengukuran aktiva tetap baik
yang disetor dengan tujuan supaya dapat berwujud maupun tidak berwujud dalam
diidentifikasi asal muasal masing-masing Undang-Undang pengampunan pajak ti-
elemen modal. Istilah saldo laba ditahan di dak diperbolehkan adanya penyusutan. Di
dalam akuntansi merupakan elemen modal dalam PSAK 70 diatur pengukuran setelah
hanya dari entitas yang berbentuk Perseroan pengakuan awal sesuai dengan SAK yang
Terbatas (PT). Hal ini berbeda dengan UU relevan. Artinya untuk masalah aktiva tetap
Pengampunan Pajak yang tidak membata- diatur sesuai PSAK Aktiva Tetap. Demikian
si penggunaan istilah saldo laba dita­ han. pula untuk aktiva tidak berwujud. Dengan
Di dalam UU Pengampunan Pajak ha­ nya kata lain, sesuai PSAK 70 aktiva yang me-
dijelaskan bahwa semua wajib pajak yang mang harus disusut, maka harus dilakukan
menggunakan pembukuan, tidak meman- penyusutan. Perbedaan ini tentunya akan
dang bentuk entitasnya, wajib menggunakan menimbulkan perbedaan permanen atas
saldo laba ditahan atas selisih harta bersih pengukuran, pengakuan, dan penyajian
tax amnesty. Perbedaan ini akan menimbul- laporan keuangan dari sudut pandang akun-
kan in-konsistensi dalam penyajian lapor­ tansi perpajakan dan sudut pandang akun-
an keuangan wajib pajak badan ataupun tansi komersial. Kondisi ini mengharuskan
orang pribadi selain berbentuk PT. Padahal, adanya koreksi fiskal bagi wajib pajak yang
di dalam akuntansi salah satu prinsip yang melakukan pembukuan dan mengikuti tax
harus ditaati adalah adanya konsistensi ter- amnesty pada saat perhitungan pajak peng-
masuk konsistensi dalam penyajian pelapor­ hasilan terutang. Hal lain yang perlu dicer-
an keuangan ataupun metode akuntansi. mati adalah pada saat aktiva tetap pengam-
Selain itu, dampak lain yang muncul adalah punan pajak ini dijual. Pengakuan penjualan
ketidaksesuaian bentuk laporan keuangan atas aktiva tetap ini secara akuntansi akan
dengan bentuk entitas akuntansi. Ketika tetap memperhitungkan nilai buku aktiva
in-konsistensi terjadi dan terdapat kesalah­ setelah dikurangi depresiasinya. Di sisi lain,
an penyajian pelaporan keuangan, maka secara aturan pengampunan pajak, nilai
informasi akuntansi yang dihasilkan men- buku aktiva tetap akan sebesar nilai yang
jadi salah. Kondisi ini dapat menimbulkan tertera dalam SPH. Masalah yang mungkin
kesalahan interpretasi dan analisis laporan timbul adalah pengakuan laba atau rugi
keuangan bagi pemakai informasi akuntansi. atas penjualan aktiva pengampunan pa-
Dalam Undang-Undang Pengampunan jak. Bisa jadi dari sisi fiskus, laba atau rugi
Pajak tidak dijelaskan bagaimana perlakuan yang timbul dari penjualan ini dinilai ber-
524 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

dasarkan selisih nilai aset yang tertera da- utang yang seharusnya dimiliki wajib pajak
lam SPH dengan nominal yang dibayarkan. orang pribadi. Kondisi ini tentunya akan
Jika hal ini terjadi, dasar akrual yang digu- memicu pihak DJP untuk melakukan klari­
nakan dalam akuntansi menjadi bias. Laba fikasi kepada wajib pajak tersebut. Hal ini
atau rugi yang terjadi bukanlah yang sebe- dapat menimbulkan konsekuensi adanya
narnya terjadi, karena dasar penilaian ak- penghasilan yang belum dilaporkan dan
tiva yang digunakan tanpa depresiasi. Dari kemungkinan dilakukan pemeriksaan.
sudut pandang fiskus hal ini menguntung- Jelas dari paparan di atas bahwa pas-
kan karena pasti terdapat selisih yang besar, ca-tax amnesty, wajib pajak peserta tax am-
akibatnya pajak final atas pengalihan har- nesty diharuskan untuk selalu mengikut­ i
ta juga akan besar. Di sisi lain, jika entitas dan meng-update peraturan pajak yang
bersikukuh untuk menganut dasar akru- terus diubah oleh otoritas pajak. Kelalaian
al, fiskus akan melakukan koreksi fiskal dalam melaksanakan kewajibannya akan
atas laba atau rugi penjualan aset tersebut. mengakibatkan risiko yang besar di masa
Dalam PSAK 70 dijelaskan bahwa atas mendatang. Ketidaktahuan akan kewajiban
pembayaran uang tebusan pengampunan pelaporan juga menimbulkan masalah di
pajak diakui sebagai biaya uang tebusan masa yang akan datang. Wajib pajak peser-
pada periode disampaikannya Surat Per- ta tax amnesty bisa jadi tidak akan lega se-
nyataan. Dengan demikian, uang tebusan bagaimana slogan tax amnnesty, jika suatu
penghapusan pajak dianggap sebagai bagian saat nanti ada temuan harta tambahan yang
biaya yang mengurangi laba bersih entitas. mungkin lupa untuk diungkap pada saat
Jika dibandingkan dengan Undang-Un- pelaksanaan tax amnesty. Pasca-tax amnes-
dang pengampunan pajak, dijelaskan bah- ty, kesalahan wajib pajak dalam melakukan
wa atas uang tebusan pengampunan pajak pelaporan pajaknya, terutama pelaporan
dianggap sebagai pajak penghasilan. Uang SPT Tahunannya tentunya akan menimbul-
tebusan pengampunan pajak dianggap bu- kan masalah di kemudian hari. Munculnya
kan sebagai beban yang boleh dikurang- denda, revisi tax amnesty, pembatalan tax
kan dalam perhitungan penghasilan kena amnesty, bahkan pemeriksaan bisa menim-
pajak. Dengan kata lain, dalam perhitung­ pa mereka. Jika ini terjadi, salah satu syarat
an penghasilan kena pajak uang tebusan pemungutan pajak yaitu menjamin keadilan
peng­ampunan pajak merupakan koreksi tidak akan terwujud. Keadilan akan terwu-
fiskal positif. Hal ini jelas terdapat perbe- jud jika wajib pajak bukan peserta tax am-
daan perlakuan dan pengakuan atas uang nesty mendapatkan perlakuan lebih berat
tebusan secara akuntansi komersial dan diban­dingkan dengan wajib pajak peserta
akuntansi perpajakan yang harus dicerma- tax amnesty. Jika hal ini tidak terwujud, tax
ti wajib pajak peserta tax amnesty. Ketika amnesty berubah menjadi bumerang dan
wajib pajak lalai atau tidak mengetahui per- melukai wajib pajak patuh. Oleh karena itu,
bedaan ini, di mana wajib pajak mengu- dikhawatirkan wajib pajak timbul ketidak-
rangkan biaya tebusan tax amnesty sebagai percayaan pada fiskus khususnya dan peme­
bagian laba komersial dan tidak dikoreksi rintah pada umumnya di program-program
fiskal, maka wajib pajak tersebut pasti akan pemerintah selanjutnya pasca-tax amnesty.
memiliki kurang bayar atas penghasilannya.
Bagi wajib pajak orang pribadi peserta SIMPULAN
tax amnesty, melalui Surat Edaran nomor Setelah program tax amnesty ber­
S-150/PJ.03/2017 atas harta tambah­ an akhir, terdapat berbagai kewajiban wa-
yang telah dilaporkan dan utang yang te­ jib pajak peserta tax amnesty yang harus
lah dilaporkan dalam SPH diakui sebagai dilaksanakan. Kewajiban pertama adalah
harta baru dan utang baru sesuai tang- bagi wajib pajak peserta tax amnesty yang
gal Surat Keterangan Pengampunan Pajak. melakukan repatriasi harus memindahkan
Pengakuan atas harta dan utang ini ha- dana dari luar negeri ke Indonesia ke dalam
rus dicantumkan di dalam SPT Tahunan instrumen investasi yang sudah ditetapkan
Orang Pribadi tahun 2016 atau 2017, di dan dalam jangka waktu yang telah diatur
dalam kolom daftar harta. Kelalaian dalam UU tax amnesty sejak dana dialihkan. Ada-
mencantumkan harta dan utang yang su- pun bagi wajib pajak peserta tax amnesty
dah diikutkan tax amnesty di SPT Tahunan yang mendeklarasi harta di dalam nege­
2016 atau 2017 akan menimbulkan risiko ri tidak boleh mengalihkan ke luar negeri
tidak adanya sinkronisasi antara harta dan sampai waktu tiga tahun sejak Surat Kete-­
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 525

rangan Pengampunan Pajak diterima. Ke- Andreas, & Savitri, E. (2015). The Effect of Tax
wajiban kedua, bagi semua wajib pajak pe- Socialization, Tax Knowledge, Expe-
serta tax amnesty wajib membuat laporan diency of Tax ID Number and Service
berkala sesuai aturan yang berlaku.Kewa- Quality on Taxpayers Compliance with
jiban ketiga, wajib pajak menyajikan pela­ Taxpayers Awareness as Mediating
poran di SPT Tahunan 2016 sesuai dengan Variables. Procedia Social and Behavi­
petunjuk teknis dan aturan yang berlaku. oral Sciences, 211, 163-169. https://
Jika pasca-tax amnesty, wajib pajak doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.024
peserta tax amnesty tidak melaksanakan Anggraini, T. D. (2016). Keterpenuhan Prinsip
kewajiban perpajakannya, maka ada ba­ Keadilan dalam UU Pengampunan Pa-
nyak konsekuensi dan sanksi administrasi jak. Jurnal Rechts Vinding, 5(2), 165–181.
yang harus ditanggung. Tax amnesty yang Bimonte, S., & Stabile, A. (2015). Local Taxa-
diharapkan menjadi awal kelegaan wajib pa- tion and Urban Development: Test-
jak justeru berbalik menjadi “senjata makan ing for the Side-Effects of the Italian
tuan” bagi wajib pajak yang tidak memahami Property Tax. Ecological Economics,
dan melaksanakan kewajibannya. Wajib pa- 120, 100-107. https://doi.org/10.
jak harus selalu meng-update pengetahuan 1016/j.ecolecon.2015.09.025
perpajakannya sehingga dapat terhindar dari Castro, L., & Scartascini, C. (2015). Tax Com-
ancaman ini. Bagi wajib pajak yang tidak pliance and Enforcement in the Pam-
mengikuti tax amnesty bersiaplah dengan pas Evidence from a Field Experi-
aturan PP terbaru. Tax amnesty menimbul- ment. Journal of Economic Behavior
kan perbedaan perlakuan akuntansi secara & Organization, 116, 65-82. https://
komersial dan perpajakan. Kesalahan penya­ doi.org/10.1016/j.jebo.2015.04.002
jian dan perlakuan akuntansi akan menim- Cyan, M. R., Koumpias, A. M., & Martinez-
bulkan masalah dengan pihak otoritas pajak. Vazquez, J. (2016). The Determinants
Untuk penelitian selanjutnya perlu of Tax Morale in Pakistan. Journal of
adanya eksplorasi implementasi kewajiban Asian Economics, 47, 23-34. https://
dari otoritas pajak pasca-tax amnesty se- doi.org/10.1016/j.asieco.2016.09.002
bagai perwujudan ke arah reformasi perpa- Dallyn, S. (2017). An Examination of the Po
jakan menyeluruh, studi empiris bagaima- litical Salience of Corporate Tax Avoid-
na persepsi wajib pajak terhadap kewajiban ance: A Case Study of the Tax Justice
pasca-tax amnesty, juga bagaimana im- Network. Accounting Forum, 41(4), 336-
plementasi pasca-tax amnesty atas kewa- 352. https://doi.org/10.1016/j.accfor.
jiban wajib pajak peserta tax amnesty. 2016.12.002
Dengan demikian, pelaksanaan tax am- Darmayasa, I. N. (2017). Yadnya sebagai
nesty dapat terevaluasi dan pengawasan Pemaknaan Lain atas Nilai Wajar Harta
atas hasil tax amnesty terlaksana ser- Amnesti Pajak. Jurnal Akuntansi Mul-
ta tujuan yang diinginkan dapat tercapai. tiparadigma, 8(1), 166-182. http://dx.
doi.org/10.18202/jamal.2017.04.7047
DAFTAR RUJUKAN Darmayasa, I. N., Sudarma, I. M., Achsin,
Agbonika, J. (2015). Tax Amnesty for M., & Mulawarman, A. D. (2016). Decon-
Delinquent Taxpayers: A Cliché in struction of Equitable Tax Amnesty. Inter-
Nigeria. Global Journal of Politics national Journal of Applied Business and
and Law Research, 3(3), 105–120. Economic Research, 14(11), 8167–8179.
Alm, J., Martinez-Vasquez, J., & Wallace, S. Darono, A., & Irawati, D. (2015). Ser
(2009). Do Tax Amnesties Work? The vice Innovation in the Complex Environ-
Revenue Effects of Tax Amnesties ment of Tax Administration: The Indone-
During the Transition in the Russian sian Public Sector Perspective. Interna-
Federation. Economic Analysis and tional Journal of Innovation and Regional
Policy, 39(2), 235–253. https://doi. Development, 6(1), 102-123. https://
org/10.1016/S0313-5926(09)50019-7 doi.org/10.1504/IJIRD.2015.067650
Amir, H., Asafu-Adjaye, J., & Ducpham, T. Egger, P., Radulescu, D. & Strecker, N. (2013).
(2013). The Impact of the Indonesian Effective Labor Taxation and the Inter-
Income Tax Reform: A CGE Analy- national Location of Headquarters. In-
sis. Economic Modelling, 31, 492-501. ternational Tax and Public Finance,
https://doi.org/10.1016/j.econmod. 20(4), 631-652. https://doi.org/10.
2012.12.018 1007/s10797-013-9288-6
526 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527

Farrar, J., & Hausserman, C. (2016). An Explor- sasi Fungsi Pajak. Inovasi: Jurnal Ekono-
atory Investigation of Extrinsic and mi Keuangan, dan Manajemen, 12(2),
Intrinsic Motivations in Tax Amnesty 270–280.
Decision-Making. Journal of Tax Ad- Kis-Katos, K., & Sjahrir, B. S. (2017). The Im
ministration, 2(22), 47–66. pact of Fiscal and Political Decentrali­
Fatmala, N. D., & Ardini, L. (2017). Persep- zation on Local Public Investment in
si Wajib Pajak Pada Program Tax Am- Indonesia. Journal of Comparative
nesty Untuk Meningkatkan Penerima- Economics, 45(2), 344-365. https://
an Pajak. Jurnal Ilmu dan Riset Akun- doi.org/10.1016/j.jce.2017.03.003
tansi, 6(8), 1-15. Kuang, Y. F., & Lee, G. (2017). Corporate
Gupta, S., & Lynch, D. P. (2016). The Effects of Fraud and External Social Connected-
Changes in State Tax Enforcement on ness of Independent Directors. Jour-
Corporate Income Tax Collections. The nal of Corporate Finance, 45, 401-427.
Journal of the American Taxation As- https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.
sociation, 38(1), 125-143. https://doi. 2017.05.014
org/10.2308/atax-51301 Langenmayr, D. (2017). Voluntary Disclo
Hamilton-Hart, N., & Schulze, G. G. (2016). sure of Evaded Taxes-Increasing Reve-
Taxing Times in Indonesia: The Chal- nue, or Increasing Incentives to Evade?
lenge of Restoring Competitiveness and Journal of Public Economics, 151, 110-
the Search for Fiscal Space. Bulletin 125. https://doi.org/10.1016/j.jpube-
of Indonesian Economic Studies, 52(3), co.2015.08.007
265-295. https://doi.org/10.1080/000 Litina, A., & Palivos, T. (2016). Corruption, Tax
74918.2016.1249263 Evasion and Social Values. Journal of
Huda, M. K., & Hernoko, A. Y. (2017). Economic Behavior & Organization,
Tax Amnesties in Indonesia and Other 124, 164-177. https://doi.org/10.1016/
Countries: Opportunities and Challeng- j.jebo.2015.09.017
es. Asian Social Science, 13(7), 52-61. Lubian, D., & Zarri, L. (2011). Happi
Ibrahim, M. A., Myrna, R., Irawati, I., & ness and Tax Morale: An Empirical Anal-
Kristiadi, J. B. (2017). A Systematic ysis. Journal of Economic Behavior and
Literature Review on Tax Amnesty in 9 Organization, 80(1), 223–243. https://
Asian Countries. International Journal doi.org/10.1016/j.jebo.2011.03.009
of Economics and Financial Issues, 7(3), Luitel, H. S., & Tosun, M. S. (2014). A Re
220–225. examination of State Fiscal Health and
Inasius, F. (2015). Tax Compliance of Small Amnesty Enactment. International Tax
and Medium Enterprises: Evidence and Public Finance, 21(5), 874–893.
from Indonesia. Accounting & Taxation, https://doi.org/10.1007/s10797-013-
7(1), 67–73. 9278-8
Irawan, T. (2014). ICT and Economic De Magris, F., & Russo, G. (2016). Fiscal
velopment: Comparing ASEAN Mem- Revenues and Commitment in Immigra-
ber States. International Economics and tion Amnesties. European Journal of Po-
Economic Policy, 11(1), 97-144. https:// litical Economy, 42, 75-90. https://doi.
doi.org/10.1007/s10368-013-0248-5 org/10.1016/j.ejpoleco.2015.11.004
Jackson, M., & Pippin, S. (2013). “Temporary” Mattos, E., & Terra, R. (2016). Nature of
Tax Provisions and Uncertainty: Evi- Transfers, Income Tax Function and
dence from a Survey of Professional Empirical Estimation of Elasticity of
Tax Preparers. The ATA Journal of Taxable Income for Brazil. Applied Eco-
Legal Tax Research, 11(2), 53-67. nomics, 48(13), 5201-5220. https://doi.
https://doi.org/10.2308/jltr-50611 org/10.1080/00036846.2016.1173181
Junpath, S. V., Kharwa, M. S. E., & Mikesell, J. L., & Ross, J. M. (2012). Fast
Stainbank, L. J. (2016). Taxpayers’ Atti- Money? The Contribution of State Tax
tudes Towards Tax Amnesties and Com- Amnesties to Public Revenue Systems.
pliance in South Africa: An Exploratory National Tax Journal, 65(3), 529–562.
Study. South African Journal of Account- Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994).
ing Research, 30(2), 97-119. https://doi. Qualitative Data Analysis: An Expand-
org/10.1080/10291954.2015.1070565 ed Sourcebook (2nd ed.). London: SAGE.
Kesuma, A. I. (2016). Pengampunan Pajak Muhammadi, A. H., Ahmed, Z., & Habib,
(Tax Amnesty) sebagai Upaya Optimali- A. (2016). Multinational Transfer Pric
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 527

ing of Intangible Assets: Indonesian Tax Sudarma, I. M., & Darmayasa, I. N. (2017).
Auditors’ Perspectives. Asian Review Does Voluntary Tax Compliance Increase
of Accounting, 24(3), 313-337. https:// After Granting Tax Amnesty? Account-
doi.org/10.1108/ARA-10-2014-0112 ing and Finance Review, 2(3), 11–17.
Mulawarman, A. D. (2014). Nyanyian Tiwari, A.K. (2013). Taxation, Economic
Metodologi Akuntansi Ala Nataatmadja: Growth and Political Stability. Transition
Melampaui Derridian Mengembangkan Studies Review, 20(1), 49-61. https://
Pemikiran Bangsa “Sendiri”. Jurnal Akun- doi.org/10.1007/s11300-013-0264-8
tansi Multiparadigma, 4(1), 149-164. Wihantoro, Y., Lowe, A., Cooper, S., &
Nar, M. (2015). The Effects of Behavioral Manochin, M. (2015). Bureaucratic Re-
Economics on Tax Amnesty. Internati- form in Post Asian Crisis Indonesia:
onal Journal of Economics and Financi- The Directorate General of Tax. Critical
al Issues, 5(2), 580–589. Perspectives on Accounting, 31, 44-63.
Raitano, M., & Fantozzi, R. (2015). Political https://doi.org/10.1016/j.cpa.2015.
Cycle and Reported Labour Incomes in 04.002
Italy: Quasi-Experimental Evidence on Yuhertiana, I. (2016). Etika, Organisasi, dan
Tax Evasion. European Journal of Politi- Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akun-
cal Economy, 39, 269-280. https://doi. tansi Multiparadigma, 7(1), 131-141.
org/10.1016/j.ejpoleco.2015.07.001 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.
Rohartati, S. (2016). Penerapan Amnes 2016.04.7012
ti Pajak (Tax Amnesty) sebagai Alter-
natif Pemerintah dalam Meningkatkan
Pembayaran Pajak di Indonesia. Jurnal
Sosial dan Ilmu Ekonomi, 1(2), 109–118.
Rosdiana, H., Inayati, & Sidik, M. (2015). In
donesia Property Tax Policy on Oil
and Gas Upstream Business Activities
to Promote National Energy Securi-
ty: Quo Vadis. Procedia Environmen-
tal Sciences, 28, 341-351. https://doi.
org/10.1016/j.proenv.2015.07.043
Rusydi, M. K., Utama, S., & Djakman,
C. D. (2017). Pajak dan Konservatisme
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multipa­
radigma, 8(1), 216-226. http://dx.doi.
org/10.18202/jamal.2017.04.7050
Saraçoğlu, F., & Çaşkurlu, E. (2011).
Tax Amnesty with Effects and Effecting
Aspects: Tax Compliance, Tax Audits
and Enforcements Around; The Tur­
kish Case. International Journal of Busi-
ness and Social Science, 2(7), 95–103.
Sari, N., Dewi, M. S., & Sun, Y. (2015).
Indonesia: The Effect of Tax Holiday on
Economic Growth Related to Foreign In-
vestment. Procedia Social and Behavior-
al Sciences, 211, 1008-1015. https://
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.134
Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research
methods for business: A skill building
approach 5th ed.). New York: John Wi-
ley & Sons Ltd.
Setyaningsih, T., & Okfitasari, A. (2016).
Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax
Amnesty (Studi Kasus di Solo)? Ekui-
tas: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan,
20(4), 415–433.

Vous aimerez peut-être aussi