Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Antin Okfitasari1)
Ety Meikhati1)
Titik Setyaningsih2)
STMIK Duta Bangsa Surakarta, Jl. Bhayangkara No.55, Tipes, Serengan, Surakarta 57154 ,
1),
Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami No.36A, Jebres, Surakarta 57126 2)
Surel : antin_okfitasari@stmikdb.ac.id
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7070
511
512 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
2012; Muhammadi, Ahmef, & Habib, 2016). mungkin timbul bagi wajib pajak peserta tax
Program Pengampunan Pajak (Tax amnesty khususnya badan, adalah kesa
amnesty) yang dicanangkan Presiden Joko lahan dalam penyajian laporan keuangan.
Widodo berdasarkan Undang-Undang Nomor Wajib pajak harus benar-benar memahami
11 tahun 2016 telah berakhir pada tanggal standar akuntansi yang digunakan beser-
31 Maret 2017. Realisasi penerimaan tax ta dengan pemahaman aturan tax amnes-
amnesty mencapai Rp134,99 T berupa uang ty yang berlaku. Hal ini karena kurangnya
tebusan Rp114,23 T, pembayaran tunggak penegakan hukum pemerintah terhadap
an pajak Rp19,02 T, dan pembayaran buk- standar akuntansi, pajak dan pasar mo
ti permulaan (bukper) sebesar Rp1,75 T. dal. Hal ini tentunya menimbulkan ma
Adapun komposisi harta yang diungkapkan salah ketika wajib pajak tidak memahami
adalah deklarasi dalam negeri Rp3.697,94 nya. Berpijak dari adanya tingkat risiko yang
T, deklarasi luar negeri sebesar Rp1.036,37 kemungkinan bisa muncul karena tidak ter-
T, dan repatriasi sebesar Rp146,69 T. Jum- laksananya kewajiban perpajakan ini, pene-
lah peserta tax amnesty mencapai 972.530 litian ini menjadi penting untuk dilakukan.
wajib pajak dengan wajib pajak tambah- Penelitian terkait tax amnesty telah
an baru terdaftar sebanyak 52.757 (www. banyak dilakukan, di antaranya penelitian
go.pajak.id). Dari realisasi data hasil tax am- yang membahas kemungkinan implementasi
nesty menunjukan bahwa pelaksanaan tax tax amnesty di Indonesia dan perbandingan
amnesty didominasi oleh wajib pajak yang pelaksanaan tax amnesty di negara lain
sudah terdaftar, sedangkan penambahan (Hamilton-Hart & Schulze, 2016; Ibrahim,
jumlah wajib pajak baru tidak signifikan. Myrna, Irawati, & Kristiadi, 2017), nilai posi-
Penelitian yang dilakukan Castro & tif dan negatif pelaksanaan tax amnesty (Ke-
Scartascini (2015) menemukan adanya pe suma, 2016; Mattos & Terra, 2016; Rohar-
ngaruh tax amnesty terhadap penyimpang tati, 2016), nilai keadilan dari dan setelah
an laporan keuangan. Hasilnya menunjuk- pelaksanaan tax amnesty (Anggraini, 2016;
kan bahwa wajib pajak yaitu para manajer Bimonte & Stabile, 2015; Litina & Palivos,
cenderung melakukan penyimpangan pela 2016), pengaruh tax amnesty terhadap ting-
poran keuangan selama program tax am- kat kepatuhan Wajib Pajak (Agbonika, 2015;
nesty berlangsung. Ketika program tax Darmayasa, 2017; Rosdiana, Inayati, & Sidik,
amnesty diulang, kecenderungan perilaku 2015; Sudarma & Darmayasa, 2017; Rusydi,
penyimpangan pelaporan keuangan menjadi Utama, & Djakman, 2017; Yuhertiana, 2016),
meningkat. Karena perilaku ini, diperlukan motivasi wajib pajak mengikuti tax amnes-
penegakan hukum dan pengawasan otoritas ty (Jackson & Pippin, 2013; Setyaningsih &
pajak terhadap pelaporan keuang an pas- Okfitasari, 2016), moral hazard dan persepsi
ca-tax amnesty. Di Indonesia penelitian yang wajib pajak setelah tax amnesty (Nar, 2015;
dilakukan oleh Cyan, Koumpias, & Marti- Saraçoğlu & Çaşkurlu, 2011). Penelitian ini
nez-Vazquez (2016) dan Raitano & Fantozzi difokuskan pada kewajiban wajib pajak pas-
(2015) menunjukkan adanya perbedaan ca-tax amnesty di Indonesia dari sisi pera-
penyajian laporan keuangan sebelum dan turan yang berlaku dan dari sudut pandang
sesudah wajib pajak badan meng ikuti tax pelaporan perpajakan yang harus dilaku-
amnesty. Adanya aturan penyajian lapor kan dengan menggunakan studi literatur.
an yang berbeda antara otoritas standar Berdasarkan pemikiran tersebut tu-
akuntansi dan otoritas pajak menimbulkan juan penelitian ini adalah menganalisis
kebingungan dan masalah bagi wajib pajak kewajiban wajib pajak dari sisi peraturan
badan khususnya. Berakhirnya tax amnes- perpajakan dan dari sisi pelaporan per-
ty bukanlah akhir dari pelaksanaan sistem pajakan pasca-tax amnesty; mengetahui
perpajakan, tetapi merupakan awal momen- konsekuensi atas tidak terlaksananya ke-
tum untuk menuju ke arah yang lebih baik. wajiban wajib pajak pasca-tax amnesty;
Walaupun di dalam Undang-Undang Nomor mengetahui perlakuan akuntansi bagi enti-
11 tahun 2016 dijelaskan banyaknya fasili tas peserta tax amnesty. Harapan dari pe-
tas yang diberikan bagi wajib pajak yang nelitian ini adalah muncul nya kesadaran
mengikuti tax amnesty, perlu dicermati pula wajib pajak peserta tax amnesty bahwa
adanya ancaman bagi wajib pajak yang ti- mereka belum sepenuhnya bernafas lega
dak melaporkan dengan benar, terlebih bagi karena masih ada kewajiban perpajakan
yang tidak memanfaatkan program tax am- yang harus dipenuhi pasca-tax amnesty se-
nesty. Salah satu bentuk ancaman yang suai ketentuan perpajakan yang berlaku.
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 513
gertakan semata. Menko Perekonomian, tax amnesty pasca pelaksanaan tax amnesty.
Darmin Nasution, menyatakan bahwa pas- Kewajiban tersebut adalah sebagai berikut.
ca berakhirnya program tax amnesty men- Wajib Pajak nonUMKM yang melaku-
jadi titik awal pemerintah dalam menegak- kan repatriasi dengan membayar tebusan
kan hukum, dalam hal ini adalah hukum 2% dan 3% dengan batas akhir tanggal 31
perpajakan (Langenmayr, 2017). Otoritas Desember 2016 dan wajib pajak yang mem-
pajak sudah bersiap membuat berbagai sen- bayar tebusan sebesar 5% dengan batas
jata melalui peraturan perUndang-Undan- akh
ir 31 Maret 2017, wajib memindahkan
gan untuk melakukan penegakan hukum dana dari luar negeri ke dalam negeri ser-
baik bagi wajib pajak yang tidak berperan ta menempatkannya dalam instrumen in-
serta atas tax amnesty maupun yang ber- vestasi sesuai dengan PMK Nomor 119/
peran serta dalam tax amnesty, tetapi tidak PMK.08/2016. Penempatan dana dalam
benar. Saat ini langkah yang sedang dilaku- instrumen investasi di Indonesia ini ber-
kan adalah pemerintah sedang mendesain laku minimal selama 36 bulan sejak harta
Rancangan Peraturan Pemerintah guna dialihkan di Indonesia. Adapun bagi wajib
memeriksa harta WP yang tidak patuh, pajak peserta tax amnesty yang melaku-
khususnya mereka yang sudah menerima kan deklarasi harta dalam negeri memi-
teguran dari Otoritas Pajak, tetapi tetap ti- liki kewajiban untuk tidak mengalihkan
dak mengikuti program tax amnesty (Sari, dan menginvestasikan harta tersebut ke
Dewi, & Sun, 2015). Salah satu langkah luar dari NKRI, dalam kurun waktu mini
yang telah diambil oleh Menteri Keuangan, mal 36 bulan, dihitung dari wajib pajak
Sri Mulyani, adalah membentuk Tim Refor- menerima Surat Keterangan Pengampunan
masi Perpajakan di bulan November 2016 Pajak. Jika kewajiban pertama ini tidak
melalui KMK Nomor 885/KMK.03/2016. dilakukan oleh wajib pajak peserta tax am-
Pembentukan Tim Reformasi ini diharapkan nesty, konsekuensinya adalah aset yang
mampu membantu otoritas perpajakan un- telah dideklarasi dan tertuang pada Surat
tuk mereformasi lembaga perpajakan. Refor- Keterangan dianggap sebagai pendapatan
masi tersebut diharapkan mampu mewu- pada tahun 2016, serta ditambah sanksi
judkan lembaga perpajakan yang dapat sesuai peraturan pajak penghasilan yaitu
dipercaya, kuat, dan kredibel. Baik secara 2% per bulan dengan maksimal 24 bulan.
kewenang an, kapasitas, maupun struk- Kewajiban kedua adalah pelaporan
tur. Dengan demikian, lembaga perpajakan secara berkala bagi semua wajib pajak pe-
mampu menemukan potensi pajak yang be- serta tax amnesty. Tabel 2 menyajikan
lum terungkap dan mewujudkannya dalam perkembangan kewajiban pelaporan se-
realisasi menjadi pendapatan pajak negara. cara berkala bagi para peserta tax amnesty.
Setelah tax amnesty berakhir, kewajiban Berdasar Tabel 2 tampak adanya pe-
wajib pajak tidak terhenti setelah mendapat rubahan aturan pelaksanaan baik yang ter-
Surat Keterangan Pengampunan Pajak. Da- tuang dalam KMK maupun PerDirjen. Hal
lam UU Nomor 11 tahun 2016 yang diper- ini mengharuskan wajib pajak, khususnya
tegas dengan PMK No. 118/PMK.03/2016 yang telah berperan serta pada program tax
dan disempurnakan dengan PMK No. 141/ amnesty, harus selalu meng-update pera-
PMK.03/2016 dijelaskan adanya kewajiban turan yang terbit dalam jangka waktu yang
bagi wajib pajak yang berperan serta dalam berdekatan. Dari pergantian aturan terse-
but, tampak bahwa terdapat revisi yang sa bulkan kebingungan bagi wajib pajak yang
ngat signifikan. Ketertinggalan wajib pajak tidak mengikuti perkembangan perubah-
atas satu aturan pelaksanaan yang telah an aturan perpajakan pasca-tax amnesty.
direvisi akan menimbulkan hal yang fatal, Ketika kewajiban pertama dan kewa-
yaitu dianggap bukan sebagai wajib pa- jiban kedua tersebut tidak dipenuhi wajib
jak yang taat terhadap aturan perpajakan. pajak yang telah mengikuti tax amnesty,
Tanggal jatuh tempo pelaporan kewajiban maka terdapat ancaman di dalam UU Peng
dan subjek pelaksana aturan dalam KMK ampunan Pajak beserta Keputusan Menteri
mengalami perubahan yang akan menim- Keuangan. Jika tidak melakukan dua kewa-
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 517
jiban tersebut wajib pajak akan menerima kuasa ke konsultan pajak dalam memenuhi
surat peringatan dari DJP paling cepat 30 kewajibannya. Dari penelitian Setyaningsih
hari setelah tanggal akhir periode penyam- & Okfitasari (2016) serta Jackson & Pippin
paian Surat Pernyataan Harta (SPH). Jika (2013) dinyatakan bahwa ini bisa membe
wajib pajak tidak merespon surat peringat rikan gambaran awal kondisi wajib pajak
an dalam 14 hari kerja melalui tanggapan, ketika mengambil keputusan untuk meng
aset bersih tambahan dalam SPH dianggap ambil program tax amnesty. Wajib pajak
sebagai pendapatan yang diterima di tahun hanya lebih melihat fasilitas yang dijanji
pajak 2016. Dampaknya penghasilan di SPH kan oleh tax amnesty, dan beranggapan ke-
tersebut dihitung dengan tarif berdasar UU tika fasilitas ini tidak dimanfaatkan, maka
Pajak Penghasilan dan sanksi administrasi akan berbalik menjadi ancaman di kemu-
sesuai UU Pajak Penghasilan. Dengan kata dian hari setelah berakhirnya program tax
lain, jika wajib pajak peserta tax amnesty amnesty. Wajib pajak cenderung terpaksa
tidak melaksanakan dua kewajiban ini, Su- dalam mengikuti tax amnesty. Ada respon-
rat Keterangan Pengampunan Pajak diang- den yang diteliti bahkan mengetahui tax am-
gap batal. Bahkan, atas tambahan harta di nesty dari jurusita pajak karena memiliki
SPH dianggap sebagai penghasilan di tahun tunggakan pajak yang belum terselesaikan.
pajak 2016. Penghasilan akan dihitung pa- Kondisi ini akan menimbulkan risiko un-
jaknya sesuai UU Pajak Penghasilan dengan tuk wajib pajak yang memiliki pemahaman
tarif maksimal 30% ditambah sanksi bu tersebut. Wajib pajak tidak memahami atur-
nga sebesar 2% per bulan atas kurang ba- an tax amnesty secara utuh. Bahkan, ke-
yar yang muncul, maksimal 48% (24 bulan), mungkinan mereka hanya mengganggap
dari 1 Januari 2017 hingga dikeluarkannya bahwa tax amnesty sama dengan Sunset
Surat Ketetapan Pajak. Atas uang tebusan Policy tanpa adanya ancaman secara konsti-
yang sudah dibayar dianggap sebagai pe tusional jika ada kelalaian dalam pelaporan-
ngurang pajak pada tahun pajak 2016. Di nya setelah mengikuti program tax amnesty.
dalam per Dirjen Pajak juga dijelaskan bagi Andreas & Savitri (2015) menjelaskan
wajib pajak yang tidak mengindahkan su- bahwa peserta tax amnesty memberikan
rat peringatan ini kepada wajib pajak terse- respon positif dan respon negatif terhadap
but akan dilakukan pemeriksaan. Demiki- tax amnesty. Bagi wajib pajak yang meng
an pula atas wajib pajak yang memberikan akui adanya ketidaktaatan atas kewajiban
tanggapan, tetapi tidak melakukan kewa- perpajakannya atau terdapat kealpaan da-
jiban pertama, juga akan menerima kon- lam pelaporan SPT Tahunan 2015 antusias
sekuensi pemeriksaan. Dengan demikian, mengikuti program tax amnesty. Sebalik
kewajiban pelaporan secara berkala ini wajib nya, bagi wajib pajak yang merasa sudah
dilakukan bagi setiap wajib pajak peserta tax taat dan sudah melaporkan secara benar
amnesty. Hanya saja berdasar peraturan pa- di SPT Tahunan 2015 memberikan respon
jak yang berlaku, terdapat perbedaan esen- negatif atas tax amnesty. Walaupun de-
si pelaporan bagi wajib pajak repatriasi dan mikian, dengan terpaksa wajib pajak kate-
pengungkapan harta tambahan dalam ne gori taat tetap mengikuti tax amnesty. Hal
geri. Jika kewajiban ini tidak dipenuhi, wa- ini sejalan dengan pernyataan Huda & Her-
jib pajak harus bersiap dengan konsekuensi noko (2017) yang menjelaskan bahwa for-
pembatalan tax amnesty, pajak yang diba- mat implementasi tax amnesty di Indone-
yar masih kurang bayar, atau pemeriksaan. sia tidak memilah-milah wajib pajak yang
Penelitian Setyaningsih & Okfitasari mengikuti tax amnesty, tetapi fokus pada
(2016) menemukan bahwa wajib pajak yang perluasan data harta kekayaan wajib pajak
dijadikan responden memiliki pemaham yang belum terekam di sistem perpajakan.
an dan pengetahuan yang tidak utuh atas Pengikut tax amnesty tidak dibatasi bagi wa-
aturan tax amnesty. Padahal, pengetahuan jib pajak tidak patuh atau penghindar pa-
perpajakan yang benar menjadi salah satu jak, tetapi juga bagi wajib pajak yang sudah
aspek pengaruh ketaatan wajib pajak secara patuh, tetapi belum melaporkan seluruh
sukarela (Inasius, 2015). Dalam pelaksanaan kekayaannya dalam laporan pajaknya.
tax amnesty pun wajib pajak meminta ban- Hal lain yang perlu dikhawatirkan wa-
tuan dari pihak luar. Temuan ini didukung jib pajak yang telah mengikuti tax amnesty
oleh penelitian Andreas & Savitri (2015) bah- adalah ketidakbenaran atau kelalaian dalam
wa wajib pajak yang kesulitan dalam proses pelaporan harta tambahan dalam SPH yang
pelaksanaan tax amnesty menggunakan telah dilaporkan. Di dalam Undang-Undang
518 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
Kesederhanaan juga diusung PP ini pajak yang tidak berperan serta dalam tax
melalui penerapan tarif yang sudah diten- amnesty dan jika harta mereka ditemukan
tukan dan bersifat final. Sasaran utama PP setelah tanggal 1 Juli 2019. Jika hal tersebut
Nomor 36 Tahun 2017 adalah wajib pajak terjadi, wajib pajak tersebut tidak dikenakan
peserta tax amnesty yang tidak melaku- aturan PP Nomor 36 Tahun 2017 lagi, teta-
kan kewajiban repatriasi sebagaimana da- pi kemungkinan menggunakan peraturan
lam pasal 13 UU Pengampunan Pajak; wa- perpajakan penghasilan yang nilainya lebih
jib pajak peserta tax amnesty yang belum rendah dibanding PP ini. Adapun bagi peser-
melaporkan secara jujur seluruh hartanya ta tax amnesty yang gagal repatriasi atau-
sebagaimana dalam pasal 18 UU Pengam- pun tidak jujur, tetap harus “deg-degan” jika
punan Pajak; dan wajib pajak yang tidak suatu saat muncul pemeriksaan, pemba
berperan serta di tax amnesty. Harta yang talan Surat Keterangan Penghapusan Pajak
telah dijanjikan wajib pajak untuk dire- atau surat dari DJP berupa Surat Ketetapan
patriasi tetapi gagal dilaksanakan, harta Pajak atas penghasilan atau sanksi. DJP
tersebut dianggap penghasilan pada tahun mengimbau kepada wajib pajak yang tidak
2016 dan dikenakan sanksi sebesar 2% se- mengikuti tax amnesty dan memiliki harta
bulan dengan maksimal 24 bulan. Adapun yang tidak pernah dibayar pajaknya atau be-
temuan harta yang belum dilaporkan wajib lum terlapor dalam SPT Tahunannya, supaya
pajak peserta tax amnesty dianggap sebagai melakukan pembetulan atas SPT Tahunann-
penghasilan dan ditambah sanksi 200%. Hal ya, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan.
ini sebagai perwujudan keadilan bagi wajib Artinya, wajib pajak yang belum ber-
pajak peserta tax amnesty yang telah jujur peran dalam tax amnesty memiliki kesem-
melaporkan hartanya. Pemerintah melalui patan untuk melakukan pembayaran pajak
tax amnesty telah memberikan reward de yang belum dibayar sesuai dengan peratur-
ngan menurunkan tarif pajak, menjamin an perpajakan penghasilan bukan berdasar-
tidak ada pemeriksaan untuk tahun sam- kan atas PP Nomor 36 Tahun 2017. Dengan
pai dengan 2015, serta menghapus semua demikian, dimungkinan pajak yang diba-
sanksi yang seharusnya. Dengan demikian, yar nilainya lebih murah dibandingkan jika
jika wajib pajak mengikuti tax amnesty de menggunakan PP Nomor 36 Tahun 2017 dan
ngan tidak jujur, berarti telah siap dengan bisa jadi tidak bersifat final. Ilustrasi pada
konsekuensi tambahan denda tersebut. Tabel 3 dapat memperjelas kondisi tersebut.
Bagi wajib pajak yang tidak mengikuti Berdasarkan ilustrasi tersebut, dapat
tax amnesty, melalui PP Nomor 36 Tahun ditarik kesimpulan bahwa wajib pajak yang
2017, jika ditemukan harta yang masih di- tidak memanfaatkan tax amnesty, tetapi
miliki sampai dengan 31/12/2015 dan di- mau melakukan pembetulan SPT Tahun
peroleh sejak tanggal 1/1/1985 hingga an sebelum dilakukan pemeriksaan, akan
tanggal 31/12/2015, maka temuan tersebut membayar pajak lebih murah dibandingkan
diperlakukan sebagai penghasilan di tahun wajib pajak yang mengikuti tax amnesty. Hal
ditemukan dan ditambah sanksi sebesar 2% ini tentu akan menyakitkan bagi wajib pajak
sebulan maksimal 24 bulan, jika otoritas peserta tax amnesty yang sebenarnya sudah
pajak menemukannya sebelum 1 Juli 2019. patuh tetapi benar-benar lalai melaporkan
Dengan demikian, perlakukan atas wajib pa- hartanya dalam SPH, atau tidak memiliki
jak yang tidak mengikuti tax amnesty ber- kemampuan finansial untuk melaporkan ke-
dasarkan PP ini sejalan dengan UU Pengam- seluruhan hartanya karena berdasarkan UU
punan Pajak. Hal yang ditegaskan dalam PP Pengampunan Pajak tidak ada pembetulan
ini adalah pembatasan waktu sebelum 1 Juli lagi. Pembetulan atas Surat Keterangan
2019 hanya berlaku bagi wajib pajak yang Peng ampungan Pajak berdasarkan PP No-
belum berperan dalam tax amnesty, tetapi ti- mor 36 Tahun 2017 hanyalah atas kesalahan
dak ada ketentuan untuk wajib pajak peser- perhitungan tarif tebusan, perhitungan
ta tax amnesty yang gagal repatriasi ataupun utang yang dapat dikurangkan, atau atas
tidak jujur melaporkan hartanya dalam SPH. harta yang belum dilaporkan dalam SPH.
Dengan kata lain, bagi wajib pajak pe- Wajib pajak peserta tax amnesty juga dapat
serta tax amnesty pengawasan perpajakan melakukan pembetulan di SPH-nya atas har-
akan berlangsung sepanjang masa, sedang- ta yang belum dilaporkan di SPH. Sebelum
kan bagi yang tidak mengikuti tax amnesty PMK No. 118/PMK.03/2016 direvisi, jika
dibatasi hanya sampai 1 Juli 2019. Hal ini terdapat temuan kekayaan belum terlapor-
tentunya akan menguntungkan bagi wajib kan akan ditambahi sanksi sebesar 200%.
520 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
Tabel 3. Ilustrasi Perbandingan Pajak Peserta Tax Amnesty dan Non-Peserta Tax Am-
nesty.
WP A WP B W P C (Non Peserta
Tax Amnesty,
Keterangan (Peserta Tax (Non-Peserta Tax Pembetu lan SPT
Amnesty ) Amnesty) Tahu nan)
Penghasilan dari gaji 100.000.000 100.000.000 100.000.000
Penghasilan dari Usaha
1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
Laundry
Temuan DJP
-Harta dari Sewa Ruko 50.000.000 50.000.000
- Deposito 5.000.000 5.000.000
Pembetulan atas:
Harta dari Sewa Ruko 50.000.000
- Deposito 5.000.000
Total Penghasilan
1.655.000.000 1.655.000.000 1.655.000.000
Seharusnya
Tarif berdasarkan PP N o
12,5% 12,5%
36/2017
Tarif berdasarkan KUP 5.000.000
- PPh Psl 4 atas
Sewa (10%)
- PPh
250
Penghasilan (5%)
Pokok Pajak yang harus
dibayar atas Temuan 6.875.000 6.875.000 5.250.000
DJP/Pembetulan
Denda Pajak yang harus 13.600.000 3.300.000 2.520.000
dibayar atas Temuan (200% X (2%X 24X
(2% X 24 X 5.250.000)
DJP/Pembetulan 6.875.000) 6.875.000)
Total pajak yang dibayar
20.475.000 10.175.000 7.770.000
WP
Menurut Darono & Irawati (2015) Beberapa peneliti (Egger, Radulescu, &
adanya tambahan sanksi administrasi se- Strecker, 2013; Irawan, 2014; Tiwari, 2013)
besar 200% atas temuan harta tambah menjelaskan terdapat beberapa syarat agar
an yang dilaporkan dianggap kurang adil pemungutan pajak kepada masyarakat ti-
dan memberatkan wajib pajak yang telah dak menimbulkan perlawanan ataupun
memanfaatkan tax amnesty dibandingkan hambatan. Syarat pertama adalah ada nya
wajib pajak yang tidak berperan serta da- keadilan secara legal formal dan pelak-
lam tax amnesty dengan denda hanya se- sanaannya secara hukum, berdasar Un-
besar 48%. Magris & Russo (2016) dan dang-Undang dilakukan secara merata dan
Lubian & Zarri (2011) menyatakan wajib umum, serta berdasar kemampuan ma
pajak akan te rus membayar pajak ketika syarakat tersebut. Keadilan dalam pelaksa-
mereka sudah patuh mendapat penghar- naannya bermakna adanya hak untuk wajib
gaan dari otoritas pajak. Dengan demikian, pajak dalam menyampaikan proses kebe
seharusnya wajib pajak yang telah mengi- ratan, banding, penangguhan pembayaran
kuti tax amnesty mendapat kan apresia- ke otoritas pajak. Syarat kedua yaitu pemu-
si lebih dibandingkan dengan wajib pajak ngutan pajak di Indonesia berdasarkan UUD
yang tidak mengikuti tax amnesty. Ben- 1945 khususnya pasal 23 ayat 2. Berdasar-
tuk apresiasi ini salah satunya adalah kan syarat yuridis tersebut masyarakat
penurunan atau penghapusan sanksi se- dan negara mendapat jaminan hukum atas
besar 200% yang lebih berat dibandingkan keadilan. Syarat ketiga berupa syarat eko
mereka yang tidak mengikuti tax amnesty. nomis, yaitu pembayaran pajak tidak boleh
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 521
menjadi penyebab kelesuan perekonomian Ada kemungkinan wajib pajak yang tidak
masyarakat karena mengganggu efektivitas patuh akan selalu menunggu program-prog
kegiatan perdagangan dan produksi pem- ram yang menguntungkan untuk menyele-
bayar pajak. Syarat keempat adalah syarat saikan kewajiban pajaknya dengan murah.
finansial. Syarat ini mengharuskan ada Di dalam PP Nomor 36 Tahun 2017 pe-
nya efisiensi dalam pemungutan pajak se merintah memberikan tarif yang rendah bagi
suai fungsi budgetair. Syarat terakhir yaitu wajib pajak tertentu dengan alasan wajib pa-
adanya kesederhanaan dalam sistem pemu- jak golongan ini masih perlu pembinaan, se-
ngutan pajak kepada masyarakat. Ketika bagai wujud keperpihakan DJP atas UMKM.
salah satu syarat dari kelima syarat terse- Bagi wajib pajak yang tidak memanfaatkan
but tidak terwujud, wajib pajak akan se- tax amnesty dengan penghasilan di bawah
makin malas untuk memenuhi kewajiban- PTKP sesuai Per Dirjen Nomor 11/PJ/2016,
nya secara sukarela. Ada kecenderungan maka wajib pajak ini bukan merupakan
wajib pajak menganggap pajak merupa- subjek pajak PP Nomor 36 Tahun 2017 yang
kan hambatan dalam melakukan kegiatan merupakan senjata bagi DJP untuk menggali
ekonomi dan pada akhirnya justeru akan potensi wajib pajak yang tidak mengikuti tax
melemahkan perekonomian secara nasional. amnesty. Sebagai wujud asas keadilan yang
Ketika wajib pajak patuh mendapatkan diusung PP ini, seharusnya mendorong DJP
perlakukan yang tidak adil, akan timbul ke- untuk fokus pada wajib pajak yang tidak ikut
cenderungan mereka merasa rugi telah jujur serta tax amnesty dan ditemukan informasi
dan melaporkan dengan benar (Saraçoğlu & terkait hartanya. Mengingat hasil statistik
Çaşkurlu, 2011), timbul ketidakpercayaan peserta tax amnesty menunjukkan adanya
terhadap hukum dan otoritas perpajakan dominasi oleh wajib pajak yang sudah taat,
(Agbonika, 2015; Bimonte & Stabile, 2015; tetapi lupa mencantumkan hartanya dalam
Litina & Palivos, 2016; Saraçoğlu & Çaşkur- SPT Tahunannya. Kekhawatiran yang terjadi
lu, 2011; Sudarma & Darmayasa, 2017). di masa tax amnesty, yaitu adanya pengga-
Kondisi ini akan mendorong wajib pajak lian pajak dari data yang dikumpulkan hanya
untuk mempertanyakan bagaimana tingkat berasal dari program tax amnesty melalui
keadilan yang mereka peroleh. Nar (2015) Surat Pengungkapan Harta yang dilaporkan,
menjelaskan ketika wajib pajak memiliki terjawab melalui PP Nomor 36 Tahun 2017.
persepsi ketimpangan praktik perpajakan Seyogyanya wajib pajak yang telah menyuk-
dan ketiadaan sistem perpajakan yang adil, seskan tax amnesty diberi kelonggaran da-
akan menimbulkan penurunan kepatuhan lam hal pemeriksaan pajak karena mere-
wajib pajak. Terlebih Hamilton-Hart & Schul- ka telah menunjukkan itikad baik de ngan
ze (2016) menunjukkan bahwa tax amnesty berperan aktif di program pengampunan
di Indonesia memiliki kelemahan yaitu ada pajak. Secara tidak langsung wajib pajak
nya moral hazard baik dari wajib pajak mau- yang ikut serta tax amnesty telah menaruh
pun otoritas pajak. Bahkan, tax amnesty bagi kepercayaan penuh kepada otoritas pajak
wajib pajak merupakan emosional hazard, di melalui pelaporan harta atau kekayaannya
mana mendorong wajib pajak membanding- karena jaminan kerahasiaan data dan bebas
kan keadilan dan pemerataan atas kepatuh dari pemeriksaan (Huda & Hernoko, 2017).
an (Nar, 2015). Jika kondisi ini terjadi, tu- Berdasarkan Undang-Undang Pengam-
juan awal tax amnesty untuk meningkatkan punan Pajak pasal 14 terdapat kewajiban
pendapatan negara jangka panjang kemung wajib pajak yang menyelenggarakan pem-
kinan akan gagal. Harapan untuk menja bukuan sesuai Ketentuan Umum Perpajak
dikan tax amnesty sebagai awal momentum an. Wajib pajak tersebut harus mencatat da-
kepatuhan wajib pajak akan menjadi mimpi. lam pembukuannya selisih antara nilai aset
Wajib pajak yang sudah patuh akan mera- bersih yang dilaporkan dalam SPH dikurangi
sa tersakiti dan merasakan ketidakadilan, dengan nilai aset bersih yang telah dican-
yang memungkinkan mengubah perilaku tumkan wajib pajak dalam SPT Tahunan
mereka yang telah patuh. Wajib pajak men- tahun pajak 2015, sebagai tambahan sal-
jadi malas untuk melaporkan dengan sebe- do laba ditahan di neracanya.Untuk tujuan
narnya karena merasa selalu disalahkan pi- perpajakan aset tambahan berwujud atau-
hak otorita pajak. Terlebih bagi wajib pajak pun tidak berwujud tidak boleh didepresia-
yang tidak patuh, besar kemungkinan akan si. Dari sudut pandang perpajakan terdapat
selalu tidak patuh dengan kenikmatan fasi anggapan bahwa atas harta bersih tambahan
litas aturan yang menguntungkan mereka. yang dilaporkan dalam SPH merupakan laba
522 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
akan dimintai klarifikasi. Jika hasil klarifi- atas aset pengampunan pajak ataupun liabi-
kasi tidak sesuai dengan data otoritas pajak, litias pengampunan pajak. Undang-Undang
bisa dipastikan revisi atas Surat Keterangan ini hanya menekankan pengakuan harta
Pengampunan Pajak akan dilakukan. Jika bersih sebagai saldo laba ditahan. Padahal, di
wajib pajak menolak melakukan revisi atas dalam akuntansi selalu dikenal dengan ada
tax amnesty yang sudah dilakukan, peme nya sistem pembukuan berpasangan. Prin-
riksaan akan menjadi konsekuensi akhir. sip dasar sistem pembukuan berpasangan
Perlakuan akuntansi berdasar PSAK 70 adalah setiap transaksi yang terjadi paling
dan UU Pengampunan pajak terdapat perbe- sedikit akan mempengaruhi terhadap dua
daan dalam pengakuan selisih harta bersih. buah akun, di mana satu akun didebit dan
Undang-Undang Pengampunan Pajak meng- satu akun lainnya dikredit (Junpath, Kharwa
haruskan pengakuan selisih harta bersih se- & Stainbank, 2016). Dengan demikian, jika
bagai saldo laba ditahan, sedangkan PSAK hanya berpegangan pada Undang-Undang
70 menyebutkan atas harta bersih (selisih pengampunan pajak, laporan keuangan yang
harta tax amnesty dan utang tax amnesty) dihasilkan entitas akan menjadi tim pang.
diakui sebagai tambahan modal disetor. Hal PSAK 70 menjawab ketimpangan ini dengan
lain yang harus dicermati adalah penggu- aturan perlakukan aset pengampunan pa-
naan istilah saldo laba ditahan. Di dalam jak dan utang pengampunan pajak. PSAK
akuntansi saldo laba ditahan adalah aku- 70 khususnya paragraf 06-07 menyebut-
mulasi hasil operasional perusahaan baik kan tentang pengukuran pada waktu peng
laba maupun rugi sampai waktu tertentu se- akuan awal, di mana aset pengampunan
sudah dikurangi deviden yang dibagi kepada pajak diakui sejumlah biaya perolehannya.
pemegang saham (Dallyn, 2017). Saldo laba Atas liabilitas pengampunan pajak diakui
ditahan merupakan bagian dari elemen mo sejumlah nilai kewajiban kontraktual.
dal dan disajikan secara terpisah dari modal Dalam pengukuran aktiva tetap baik
yang disetor dengan tujuan supaya dapat berwujud maupun tidak berwujud dalam
diidentifikasi asal muasal masing-masing Undang-Undang pengampunan pajak ti-
elemen modal. Istilah saldo laba ditahan di dak diperbolehkan adanya penyusutan. Di
dalam akuntansi merupakan elemen modal dalam PSAK 70 diatur pengukuran setelah
hanya dari entitas yang berbentuk Perseroan pengakuan awal sesuai dengan SAK yang
Terbatas (PT). Hal ini berbeda dengan UU relevan. Artinya untuk masalah aktiva tetap
Pengampunan Pajak yang tidak membata- diatur sesuai PSAK Aktiva Tetap. Demikian
si penggunaan istilah saldo laba dita han. pula untuk aktiva tidak berwujud. Dengan
Di dalam UU Pengampunan Pajak ha nya kata lain, sesuai PSAK 70 aktiva yang me-
dijelaskan bahwa semua wajib pajak yang mang harus disusut, maka harus dilakukan
menggunakan pembukuan, tidak meman- penyusutan. Perbedaan ini tentunya akan
dang bentuk entitasnya, wajib menggunakan menimbulkan perbedaan permanen atas
saldo laba ditahan atas selisih harta bersih pengukuran, pengakuan, dan penyajian
tax amnesty. Perbedaan ini akan menimbul- laporan keuangan dari sudut pandang akun-
kan in-konsistensi dalam penyajian lapor tansi perpajakan dan sudut pandang akun-
an keuangan wajib pajak badan ataupun tansi komersial. Kondisi ini mengharuskan
orang pribadi selain berbentuk PT. Padahal, adanya koreksi fiskal bagi wajib pajak yang
di dalam akuntansi salah satu prinsip yang melakukan pembukuan dan mengikuti tax
harus ditaati adalah adanya konsistensi ter- amnesty pada saat perhitungan pajak peng-
masuk konsistensi dalam penyajian pelapor hasilan terutang. Hal lain yang perlu dicer-
an keuangan ataupun metode akuntansi. mati adalah pada saat aktiva tetap pengam-
Selain itu, dampak lain yang muncul adalah punan pajak ini dijual. Pengakuan penjualan
ketidaksesuaian bentuk laporan keuangan atas aktiva tetap ini secara akuntansi akan
dengan bentuk entitas akuntansi. Ketika tetap memperhitungkan nilai buku aktiva
in-konsistensi terjadi dan terdapat kesalah setelah dikurangi depresiasinya. Di sisi lain,
an penyajian pelaporan keuangan, maka secara aturan pengampunan pajak, nilai
informasi akuntansi yang dihasilkan men- buku aktiva tetap akan sebesar nilai yang
jadi salah. Kondisi ini dapat menimbulkan tertera dalam SPH. Masalah yang mungkin
kesalahan interpretasi dan analisis laporan timbul adalah pengakuan laba atau rugi
keuangan bagi pemakai informasi akuntansi. atas penjualan aktiva pengampunan pa-
Dalam Undang-Undang Pengampunan jak. Bisa jadi dari sisi fiskus, laba atau rugi
Pajak tidak dijelaskan bagaimana perlakuan yang timbul dari penjualan ini dinilai ber-
524 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
dasarkan selisih nilai aset yang tertera da- utang yang seharusnya dimiliki wajib pajak
lam SPH dengan nominal yang dibayarkan. orang pribadi. Kondisi ini tentunya akan
Jika hal ini terjadi, dasar akrual yang digu- memicu pihak DJP untuk melakukan klari
nakan dalam akuntansi menjadi bias. Laba fikasi kepada wajib pajak tersebut. Hal ini
atau rugi yang terjadi bukanlah yang sebe- dapat menimbulkan konsekuensi adanya
narnya terjadi, karena dasar penilaian ak- penghasilan yang belum dilaporkan dan
tiva yang digunakan tanpa depresiasi. Dari kemungkinan dilakukan pemeriksaan.
sudut pandang fiskus hal ini menguntung- Jelas dari paparan di atas bahwa pas-
kan karena pasti terdapat selisih yang besar, ca-tax amnesty, wajib pajak peserta tax am-
akibatnya pajak final atas pengalihan har- nesty diharuskan untuk selalu mengikut i
ta juga akan besar. Di sisi lain, jika entitas dan meng-update peraturan pajak yang
bersikukuh untuk menganut dasar akru- terus diubah oleh otoritas pajak. Kelalaian
al, fiskus akan melakukan koreksi fiskal dalam melaksanakan kewajibannya akan
atas laba atau rugi penjualan aset tersebut. mengakibatkan risiko yang besar di masa
Dalam PSAK 70 dijelaskan bahwa atas mendatang. Ketidaktahuan akan kewajiban
pembayaran uang tebusan pengampunan pelaporan juga menimbulkan masalah di
pajak diakui sebagai biaya uang tebusan masa yang akan datang. Wajib pajak peser-
pada periode disampaikannya Surat Per- ta tax amnesty bisa jadi tidak akan lega se-
nyataan. Dengan demikian, uang tebusan bagaimana slogan tax amnnesty, jika suatu
penghapusan pajak dianggap sebagai bagian saat nanti ada temuan harta tambahan yang
biaya yang mengurangi laba bersih entitas. mungkin lupa untuk diungkap pada saat
Jika dibandingkan dengan Undang-Un- pelaksanaan tax amnesty. Pasca-tax amnes-
dang pengampunan pajak, dijelaskan bah- ty, kesalahan wajib pajak dalam melakukan
wa atas uang tebusan pengampunan pajak pelaporan pajaknya, terutama pelaporan
dianggap sebagai pajak penghasilan. Uang SPT Tahunannya tentunya akan menimbul-
tebusan pengampunan pajak dianggap bu- kan masalah di kemudian hari. Munculnya
kan sebagai beban yang boleh dikurang- denda, revisi tax amnesty, pembatalan tax
kan dalam perhitungan penghasilan kena amnesty, bahkan pemeriksaan bisa menim-
pajak. Dengan kata lain, dalam perhitung pa mereka. Jika ini terjadi, salah satu syarat
an penghasilan kena pajak uang tebusan pemungutan pajak yaitu menjamin keadilan
pengampunan pajak merupakan koreksi tidak akan terwujud. Keadilan akan terwu-
fiskal positif. Hal ini jelas terdapat perbe- jud jika wajib pajak bukan peserta tax am-
daan perlakuan dan pengakuan atas uang nesty mendapatkan perlakuan lebih berat
tebusan secara akuntansi komersial dan dibandingkan dengan wajib pajak peserta
akuntansi perpajakan yang harus dicerma- tax amnesty. Jika hal ini tidak terwujud, tax
ti wajib pajak peserta tax amnesty. Ketika amnesty berubah menjadi bumerang dan
wajib pajak lalai atau tidak mengetahui per- melukai wajib pajak patuh. Oleh karena itu,
bedaan ini, di mana wajib pajak mengu- dikhawatirkan wajib pajak timbul ketidak-
rangkan biaya tebusan tax amnesty sebagai percayaan pada fiskus khususnya dan peme
bagian laba komersial dan tidak dikoreksi rintah pada umumnya di program-program
fiskal, maka wajib pajak tersebut pasti akan pemerintah selanjutnya pasca-tax amnesty.
memiliki kurang bayar atas penghasilannya.
Bagi wajib pajak orang pribadi peserta SIMPULAN
tax amnesty, melalui Surat Edaran nomor Setelah program tax amnesty ber
S-150/PJ.03/2017 atas harta tambah an akhir, terdapat berbagai kewajiban wa-
yang telah dilaporkan dan utang yang te jib pajak peserta tax amnesty yang harus
lah dilaporkan dalam SPH diakui sebagai dilaksanakan. Kewajiban pertama adalah
harta baru dan utang baru sesuai tang- bagi wajib pajak peserta tax amnesty yang
gal Surat Keterangan Pengampunan Pajak. melakukan repatriasi harus memindahkan
Pengakuan atas harta dan utang ini ha- dana dari luar negeri ke Indonesia ke dalam
rus dicantumkan di dalam SPT Tahunan instrumen investasi yang sudah ditetapkan
Orang Pribadi tahun 2016 atau 2017, di dan dalam jangka waktu yang telah diatur
dalam kolom daftar harta. Kelalaian dalam UU tax amnesty sejak dana dialihkan. Ada-
mencantumkan harta dan utang yang su- pun bagi wajib pajak peserta tax amnesty
dah diikutkan tax amnesty di SPT Tahunan yang mendeklarasi harta di dalam nege
2016 atau 2017 akan menimbulkan risiko ri tidak boleh mengalihkan ke luar negeri
tidak adanya sinkronisasi antara harta dan sampai waktu tiga tahun sejak Surat Kete-
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 525
rangan Pengampunan Pajak diterima. Ke- Andreas, & Savitri, E. (2015). The Effect of Tax
wajiban kedua, bagi semua wajib pajak pe- Socialization, Tax Knowledge, Expe-
serta tax amnesty wajib membuat laporan diency of Tax ID Number and Service
berkala sesuai aturan yang berlaku.Kewa- Quality on Taxpayers Compliance with
jiban ketiga, wajib pajak menyajikan pela Taxpayers Awareness as Mediating
poran di SPT Tahunan 2016 sesuai dengan Variables. Procedia Social and Behavi
petunjuk teknis dan aturan yang berlaku. oral Sciences, 211, 163-169. https://
Jika pasca-tax amnesty, wajib pajak doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.024
peserta tax amnesty tidak melaksanakan Anggraini, T. D. (2016). Keterpenuhan Prinsip
kewajiban perpajakannya, maka ada ba Keadilan dalam UU Pengampunan Pa-
nyak konsekuensi dan sanksi administrasi jak. Jurnal Rechts Vinding, 5(2), 165–181.
yang harus ditanggung. Tax amnesty yang Bimonte, S., & Stabile, A. (2015). Local Taxa-
diharapkan menjadi awal kelegaan wajib pa- tion and Urban Development: Test-
jak justeru berbalik menjadi “senjata makan ing for the Side-Effects of the Italian
tuan” bagi wajib pajak yang tidak memahami Property Tax. Ecological Economics,
dan melaksanakan kewajibannya. Wajib pa- 120, 100-107. https://doi.org/10.
jak harus selalu meng-update pengetahuan 1016/j.ecolecon.2015.09.025
perpajakannya sehingga dapat terhindar dari Castro, L., & Scartascini, C. (2015). Tax Com-
ancaman ini. Bagi wajib pajak yang tidak pliance and Enforcement in the Pam-
mengikuti tax amnesty bersiaplah dengan pas Evidence from a Field Experi-
aturan PP terbaru. Tax amnesty menimbul- ment. Journal of Economic Behavior
kan perbedaan perlakuan akuntansi secara & Organization, 116, 65-82. https://
komersial dan perpajakan. Kesalahan penya doi.org/10.1016/j.jebo.2015.04.002
jian dan perlakuan akuntansi akan menim- Cyan, M. R., Koumpias, A. M., & Martinez-
bulkan masalah dengan pihak otoritas pajak. Vazquez, J. (2016). The Determinants
Untuk penelitian selanjutnya perlu of Tax Morale in Pakistan. Journal of
adanya eksplorasi implementasi kewajiban Asian Economics, 47, 23-34. https://
dari otoritas pajak pasca-tax amnesty se- doi.org/10.1016/j.asieco.2016.09.002
bagai perwujudan ke arah reformasi perpa- Dallyn, S. (2017). An Examination of the Po
jakan menyeluruh, studi empiris bagaima- litical Salience of Corporate Tax Avoid-
na persepsi wajib pajak terhadap kewajiban ance: A Case Study of the Tax Justice
pasca-tax amnesty, juga bagaimana im- Network. Accounting Forum, 41(4), 336-
plementasi pasca-tax amnesty atas kewa- 352. https://doi.org/10.1016/j.accfor.
jiban wajib pajak peserta tax amnesty. 2016.12.002
Dengan demikian, pelaksanaan tax am- Darmayasa, I. N. (2017). Yadnya sebagai
nesty dapat terevaluasi dan pengawasan Pemaknaan Lain atas Nilai Wajar Harta
atas hasil tax amnesty terlaksana ser- Amnesti Pajak. Jurnal Akuntansi Mul-
ta tujuan yang diinginkan dapat tercapai. tiparadigma, 8(1), 166-182. http://dx.
doi.org/10.18202/jamal.2017.04.7047
DAFTAR RUJUKAN Darmayasa, I. N., Sudarma, I. M., Achsin,
Agbonika, J. (2015). Tax Amnesty for M., & Mulawarman, A. D. (2016). Decon-
Delinquent Taxpayers: A Cliché in struction of Equitable Tax Amnesty. Inter-
Nigeria. Global Journal of Politics national Journal of Applied Business and
and Law Research, 3(3), 105–120. Economic Research, 14(11), 8167–8179.
Alm, J., Martinez-Vasquez, J., & Wallace, S. Darono, A., & Irawati, D. (2015). Ser
(2009). Do Tax Amnesties Work? The vice Innovation in the Complex Environ-
Revenue Effects of Tax Amnesties ment of Tax Administration: The Indone-
During the Transition in the Russian sian Public Sector Perspective. Interna-
Federation. Economic Analysis and tional Journal of Innovation and Regional
Policy, 39(2), 235–253. https://doi. Development, 6(1), 102-123. https://
org/10.1016/S0313-5926(09)50019-7 doi.org/10.1504/IJIRD.2015.067650
Amir, H., Asafu-Adjaye, J., & Ducpham, T. Egger, P., Radulescu, D. & Strecker, N. (2013).
(2013). The Impact of the Indonesian Effective Labor Taxation and the Inter-
Income Tax Reform: A CGE Analy- national Location of Headquarters. In-
sis. Economic Modelling, 31, 492-501. ternational Tax and Public Finance,
https://doi.org/10.1016/j.econmod. 20(4), 631-652. https://doi.org/10.
2012.12.018 1007/s10797-013-9288-6
526 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 3, Desember 2017, Hlm. 511-527
Farrar, J., & Hausserman, C. (2016). An Explor- sasi Fungsi Pajak. Inovasi: Jurnal Ekono-
atory Investigation of Extrinsic and mi Keuangan, dan Manajemen, 12(2),
Intrinsic Motivations in Tax Amnesty 270–280.
Decision-Making. Journal of Tax Ad- Kis-Katos, K., & Sjahrir, B. S. (2017). The Im
ministration, 2(22), 47–66. pact of Fiscal and Political Decentrali
Fatmala, N. D., & Ardini, L. (2017). Persep- zation on Local Public Investment in
si Wajib Pajak Pada Program Tax Am- Indonesia. Journal of Comparative
nesty Untuk Meningkatkan Penerima- Economics, 45(2), 344-365. https://
an Pajak. Jurnal Ilmu dan Riset Akun- doi.org/10.1016/j.jce.2017.03.003
tansi, 6(8), 1-15. Kuang, Y. F., & Lee, G. (2017). Corporate
Gupta, S., & Lynch, D. P. (2016). The Effects of Fraud and External Social Connected-
Changes in State Tax Enforcement on ness of Independent Directors. Jour-
Corporate Income Tax Collections. The nal of Corporate Finance, 45, 401-427.
Journal of the American Taxation As- https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.
sociation, 38(1), 125-143. https://doi. 2017.05.014
org/10.2308/atax-51301 Langenmayr, D. (2017). Voluntary Disclo
Hamilton-Hart, N., & Schulze, G. G. (2016). sure of Evaded Taxes-Increasing Reve-
Taxing Times in Indonesia: The Chal- nue, or Increasing Incentives to Evade?
lenge of Restoring Competitiveness and Journal of Public Economics, 151, 110-
the Search for Fiscal Space. Bulletin 125. https://doi.org/10.1016/j.jpube-
of Indonesian Economic Studies, 52(3), co.2015.08.007
265-295. https://doi.org/10.1080/000 Litina, A., & Palivos, T. (2016). Corruption, Tax
74918.2016.1249263 Evasion and Social Values. Journal of
Huda, M. K., & Hernoko, A. Y. (2017). Economic Behavior & Organization,
Tax Amnesties in Indonesia and Other 124, 164-177. https://doi.org/10.1016/
Countries: Opportunities and Challeng- j.jebo.2015.09.017
es. Asian Social Science, 13(7), 52-61. Lubian, D., & Zarri, L. (2011). Happi
Ibrahim, M. A., Myrna, R., Irawati, I., & ness and Tax Morale: An Empirical Anal-
Kristiadi, J. B. (2017). A Systematic ysis. Journal of Economic Behavior and
Literature Review on Tax Amnesty in 9 Organization, 80(1), 223–243. https://
Asian Countries. International Journal doi.org/10.1016/j.jebo.2011.03.009
of Economics and Financial Issues, 7(3), Luitel, H. S., & Tosun, M. S. (2014). A Re
220–225. examination of State Fiscal Health and
Inasius, F. (2015). Tax Compliance of Small Amnesty Enactment. International Tax
and Medium Enterprises: Evidence and Public Finance, 21(5), 874–893.
from Indonesia. Accounting & Taxation, https://doi.org/10.1007/s10797-013-
7(1), 67–73. 9278-8
Irawan, T. (2014). ICT and Economic De Magris, F., & Russo, G. (2016). Fiscal
velopment: Comparing ASEAN Mem- Revenues and Commitment in Immigra-
ber States. International Economics and tion Amnesties. European Journal of Po-
Economic Policy, 11(1), 97-144. https:// litical Economy, 42, 75-90. https://doi.
doi.org/10.1007/s10368-013-0248-5 org/10.1016/j.ejpoleco.2015.11.004
Jackson, M., & Pippin, S. (2013). “Temporary” Mattos, E., & Terra, R. (2016). Nature of
Tax Provisions and Uncertainty: Evi- Transfers, Income Tax Function and
dence from a Survey of Professional Empirical Estimation of Elasticity of
Tax Preparers. The ATA Journal of Taxable Income for Brazil. Applied Eco-
Legal Tax Research, 11(2), 53-67. nomics, 48(13), 5201-5220. https://doi.
https://doi.org/10.2308/jltr-50611 org/10.1080/00036846.2016.1173181
Junpath, S. V., Kharwa, M. S. E., & Mikesell, J. L., & Ross, J. M. (2012). Fast
Stainbank, L. J. (2016). Taxpayers’ Atti- Money? The Contribution of State Tax
tudes Towards Tax Amnesties and Com- Amnesties to Public Revenue Systems.
pliance in South Africa: An Exploratory National Tax Journal, 65(3), 529–562.
Study. South African Journal of Account- Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994).
ing Research, 30(2), 97-119. https://doi. Qualitative Data Analysis: An Expand-
org/10.1080/10291954.2015.1070565 ed Sourcebook (2nd ed.). London: SAGE.
Kesuma, A. I. (2016). Pengampunan Pajak Muhammadi, A. H., Ahmed, Z., & Habib,
(Tax Amnesty) sebagai Upaya Optimali- A. (2016). Multinational Transfer Pric
Okfitasari, Meikhati, Setyaningsih, Ada Apa Setelah Tax Amnesty? 527
ing of Intangible Assets: Indonesian Tax Sudarma, I. M., & Darmayasa, I. N. (2017).
Auditors’ Perspectives. Asian Review Does Voluntary Tax Compliance Increase
of Accounting, 24(3), 313-337. https:// After Granting Tax Amnesty? Account-
doi.org/10.1108/ARA-10-2014-0112 ing and Finance Review, 2(3), 11–17.
Mulawarman, A. D. (2014). Nyanyian Tiwari, A.K. (2013). Taxation, Economic
Metodologi Akuntansi Ala Nataatmadja: Growth and Political Stability. Transition
Melampaui Derridian Mengembangkan Studies Review, 20(1), 49-61. https://
Pemikiran Bangsa “Sendiri”. Jurnal Akun- doi.org/10.1007/s11300-013-0264-8
tansi Multiparadigma, 4(1), 149-164. Wihantoro, Y., Lowe, A., Cooper, S., &
Nar, M. (2015). The Effects of Behavioral Manochin, M. (2015). Bureaucratic Re-
Economics on Tax Amnesty. Internati- form in Post Asian Crisis Indonesia:
onal Journal of Economics and Financi- The Directorate General of Tax. Critical
al Issues, 5(2), 580–589. Perspectives on Accounting, 31, 44-63.
Raitano, M., & Fantozzi, R. (2015). Political https://doi.org/10.1016/j.cpa.2015.
Cycle and Reported Labour Incomes in 04.002
Italy: Quasi-Experimental Evidence on Yuhertiana, I. (2016). Etika, Organisasi, dan
Tax Evasion. European Journal of Politi- Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akun-
cal Economy, 39, 269-280. https://doi. tansi Multiparadigma, 7(1), 131-141.
org/10.1016/j.ejpoleco.2015.07.001 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.
Rohartati, S. (2016). Penerapan Amnes 2016.04.7012
ti Pajak (Tax Amnesty) sebagai Alter-
natif Pemerintah dalam Meningkatkan
Pembayaran Pajak di Indonesia. Jurnal
Sosial dan Ilmu Ekonomi, 1(2), 109–118.
Rosdiana, H., Inayati, & Sidik, M. (2015). In
donesia Property Tax Policy on Oil
and Gas Upstream Business Activities
to Promote National Energy Securi-
ty: Quo Vadis. Procedia Environmen-
tal Sciences, 28, 341-351. https://doi.
org/10.1016/j.proenv.2015.07.043
Rusydi, M. K., Utama, S., & Djakman,
C. D. (2017). Pajak dan Konservatisme
Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multipa
radigma, 8(1), 216-226. http://dx.doi.
org/10.18202/jamal.2017.04.7050
Saraçoğlu, F., & Çaşkurlu, E. (2011).
Tax Amnesty with Effects and Effecting
Aspects: Tax Compliance, Tax Audits
and Enforcements Around; The Tur
kish Case. International Journal of Busi-
ness and Social Science, 2(7), 95–103.
Sari, N., Dewi, M. S., & Sun, Y. (2015).
Indonesia: The Effect of Tax Holiday on
Economic Growth Related to Foreign In-
vestment. Procedia Social and Behavior-
al Sciences, 211, 1008-1015. https://
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.134
Sekaran, U., & Bougie, R. (2010). Research
methods for business: A skill building
approach 5th ed.). New York: John Wi-
ley & Sons Ltd.
Setyaningsih, T., & Okfitasari, A. (2016).
Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax
Amnesty (Studi Kasus di Solo)? Ekui-
tas: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan,
20(4), 415–433.