Vous êtes sur la page 1sur 14

A.

Definisi
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari garis tengah atau terjadi
lengkungan yang abnormal pada vertebra kea rah lateral.
Skoliosis merupakan suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari
spine. Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun
ia harus nampak lurus ketika dilihat dari depan.
 Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok ke depan (maju).
 Lordosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok ke belakang.

B. Klasifikasi
Kasifikasi skoliosis sebagai berikut:
1. Skoliosis congenital. Kelainan sudah ada sejak lahir
2. Skoliosis didapat. Kelainan tidak ada sejak lahir, berkemban sejak masa berikutnya.
3. Skoliosis idiopatik adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan menjadi 3
kelompok yaitu:
a. Infantile, yang muncul sejak lahir sampai usia 3 tahun;
b. Anak-anak, yang muncul dari usia 3 tahun sampai 10 tahun; dan
c. Remaja, yang muncul setelah usia 10 tahun (usia yang paling umum).
4. Skoliosis fungsional. Kelainan ini berkaitan dengan postural atau nonstructural dan
berkembang dari pengaruh postur yang tenporer (sementara) mudah di perbaiki.
5. Skoliosis structural. Perubahan struktur tulang belakang karena sebab ang berfariasi.
6. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti paralisis
otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung menyebabkan deformitas.
(Nettina, Sandra M.)

C. Etiologi
Penyebab terjadinya skoliosis diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur,
penyakit tulang, penyakit arthritis, dan infeksi. Pada skoliosis berat, perubahan progresif
pada rongga toraks dapat menyebabkan perburukan pernapasan dan kardiovaskuler.
(Nettina, Sandra M.)
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
a. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan
tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
Neuromuskuler, pengendalian oto yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat
penyakit berikut:
 Cerebral palsy
 Distrofi otot
 Polio
 Osteoporosis juvenile Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
b. Pada kebanyakan kasus2, penyebab dari skoliosis tidak diketahui (idiopatik). Tipe dari
skoliosis ini digambarkan berdasarkan pada umur ketika skoliosis berkembang. Jika orang
itu kurang dari 3 tahun umurnya, ia disebut infantile idiopathic scoliosis. Skoliosis yang
berkembang antara umur 3 dan 10 tahun disebut juvenil idiopathic scoliosis, dan orang2
yang diatas 10 tahun umurnya mempunyai adolescent idiopathic scoliosis.
 Ada 3 tipe utama lain dari skoliosis:
a. Funktional: pada tipe skoliosis ini, spine normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan
oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainna atau oleh kekejangan-kekejangan
di punggung.
b. Neuromuscular: pada tipe ini, ada suatu persoalan ketika spine terbentuk. Baik tulang-
tulang spine yang gagal untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah
satu sama lain. Tipe skoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainan lain
termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular distrophy), cerebral
palsy, atau penyakit marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut kongenital. Tipe
skoliosis ini seringkali jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang lebih agresif
daripada bentuk-bentuk lain dari skoliosis.
c. Degenerative: tidak seperti bentuk-bentuk lain dari skoliosis yang ditemukan pada anak-
anak dan remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasa. Ia disebabkan oleh perubahan
pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari ligament-ligamen dan jaringan-
jaringan lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang
abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dai spine yang abnormal.
d. Lain-lain : ada penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk tumor-tumor spine seperti
steroid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan
nyeri. Nyeri menyebabkan orang-orng untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk
mengurangi jumlah tekanan yang diterapkan pada tumor. Ini dapat menjurus pada suatu
kelainan bentuk spine.

D. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari adanya syaraf
yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang. Tarikan ini
berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis yang normal yang
bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal, diantaranya kebiasaan
duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus
berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan akan mati. Ini berakibat pada
ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang belakang. Oleh karena itu, tulang belakang
penderita bengkok atau seperti huruf S atau huruf C.

Pohon masah:

Skoliosis

Dapat terjadi pada tulang spinal

Atau termasuk rongga tulang spinal


Lengkungan berbentuk s atau c

Derajat lengkungan penting untuk diketahui

mempengaruhi stabilitas tulang belakang dan pergerakan pinggul

Mempengahui gaya berjalan

E. Manifestasi Klinik
 Tanda-tanda skoliosis berupa:
1. Bahu tidak sama tinggi.
2. Garis pinggang sama tinggi.
3. Badan belakang menjadi bongkok sbelah
4. Badan bengkok ke satu arah
5. Sebelah pinggul lebih tinggi
 Gejala-gejala skoliosis yaitu berupa:
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal kea rah samping.
2. Bahu dan pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya.
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60°c) bisa menyebabkan
gangguan pernafasan.

F. Komplikasi
a. Kerusakan paru-paru dan jantung
b. Tulang belakang terasa sakit
c. Masalah image

G. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik untuk menetapkan skoliosis adalah sebagai berikut:
1. Mielografi yaitu untuk melihat kondisi kolumna vertebralis dan rongga intervetebra, saraf
spinal, dan pembuluh darah.
2. Computed tomography yaitu untuk mendeteksi masalah musculoskeletal terutama
kolumna vertebralis.
3. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang).
4. CT Skan
5. Foto Ronsen
6. MRI

H. Prognosis
Prognosis tergantung pada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan. Semakin besar
kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas sesudah masa
pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace memiliki
prognosis yang baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang selain
kemungkinan timbulnya sakit pinggang pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang
baik dan bisa hidup scara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu
memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena
itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada
kursi roda. Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yangmendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan
beberapa kali pembedahan.

I. Penatalaksanaan
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi
kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20%,
biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan
secara teratur setiap 6 bulan. Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya
bertambah sampai 25-30%, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace
(alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang
belakang. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas
skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak
berhenti. Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler.
Jika kelengkungan mencapai 40% atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan. Pada
pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang
dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai
tulang pulih (kurang dari 20 tahun). Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu
dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang. Kadang diberikan perangsangan
elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk
meluruskan tulang belakang.
Adapun penatalaksanaan medis untuk skoliosis yaitu:
1. Postural skoliosis dapat diperbaiki dengan latihan postural dan latihan yang dikombinasi
dengan traksi (mis, traksi kotrel).
2. Skoliosis dengan lengkungan fleksibel (kurang dari 400̊˚c derajat) dan pasien koperatif.
Dengan pemasangan brace dikombinasi dengan latihan cukup untuk memperbaiki
kelainan.
Lordosis adalah gangguan tulang belakang pada punggung bawah yang memiliki kelengkungan
berlebihan, tulang melengkung ke belakang secara berlebihan sehingga seolah-olah tulang
tertarik ke depan. Kondisi ini merupakan kebalikan dari kifosis (bungkuk). Orang dengan
lordosis sering punggungnya lebih rendah. Ketika dilihat dari samping kiri pasien, punggung
bawah membentuk huruf “C”. Selain itu, akan terlihat bahwa perut dan bokong terlihat lebih
menonjol. Tulang belakang secara alami memiliki kelengkungan di leher, punggung atas, dan
punggung bawah untuk membantu menyerap kejutan dan mendukung berat kepala. Lordosis
terjadi ketika lengkungan alami di punggung bawah (kurva lordotic), atau daerah lumbal,
melengkung melebihi normal. Hal ini dapat menyebabkan tekanan berlebih pada tulang
belakang, menyebabkan rasa sakit. A = Normal, B = Lordosis A = Normal, B = Lordosis Ada
gangguan tulang belakang lain yang disebut skoliosis yang juga menyerupai huruf C atau S,
namun jika dilihat dari belakang. Penyebab Lordosis Seringkali, lordosis muncul di masa kecil
tanpa diketahui penyebabnya. Hal ini disebut benign juvenil lordosis. Namun, lordosis dapat
mempengaruhi orang-orang di segala usia. Penyebab potensial lain dari lordosis meliputi: Postur
tubuh yang buruk Kegemukan Osteoporosis (tulang keropos karena usia) Discitis (gangguan disk
antara tulang tulang belakang) Kifosis (kelengkungan berlebihan pada punggung atas)
Spondylolisthesis (suatu kondisi di mana satu vertebra tergelincir ke depan atau ke belakang
relatif terhadap vertabra berikutnya) Achondroplasia (bentuk dwarfisme) Bagaimana lordosis
didiagnosis? Cara termudah untuk memeriksa lordosis adalah dengan berbaring telentang di
permukaan yang keras. Anda harus dapat geser tangan Anda di bawah punggung bawah, dengan
sedikit ruang gerak. Jika Anda memiliki lordosis, maka akan tersisa banyak ruang gerak antara
tangan dan punggung bawah. contoh pemeriksaan Lordosis contoh pemeriksaan Lordosis Dokter
membuat diagnosis lordosis dengan memperhatikan riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik,
dan tes diagnostik. Prosedur diagnostik mungkin termasuk: Rongsen. Untuk melihat kondisi
tulang melalui tes pencitraan dengan sinar-X. Scan Tulang. Scan tulang adalah metode
pencitraan nuklir untuk mengevaluasi perubahan degeneratif dan / atau rematik pada sendi; untuk
mendeteksi penyakit tulang dan tumor; untuk menentukan penyebab dari nyeri tulang atau
peradangan. Tes ini untuk menyingkirkan kasus-kasus infeksi atau patah tulang. Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Prosedur diagnostik ini menggunakan kombinasi gelombang
elektromagnet dan komputer untuk menghasilkan gambar rinci dari organ dan struktur dalam
tubuh. Tes ini dilakukan untuk menyingkirkan kelainan terkait sumsum tulang belakang dan
saraf. Computed tomography (CT) scan. Prosedur pencitraan diagnostik ini menggunakan
kombinasi sinar-X dan teknologi komputer untuk menghasilkan potongan gambar secara
horisontal, atau aksial. CT scan menunjukkan gambar rinci dari setiap bagian tubuh, termasuk
tulang, otot, lemak, dan organ. CT scan lebih rinci dari sinar-X pada umumnya. Deteksi dini
lordosis begitu penting dalam keberhasilan pengobatan. Langkah Pengobatan Lordosis Jika
kurva lordotic mengoreksi dirinya sendiri ketika Anda membungkuk ke depan (kurva fleksibel),
maka Anda tidak perlu mencari pengobatan. Namun, jika saat membungkuk masih terdapat sisa-
sisa kurva lordotic (kurva tidak fleksibel), maka harus mencari pengobatan. Selain itu, Anda
harus mencari pengobatan jika mengalami salah satu dari kondisi berikut: rasa sakit kejang otot
kesemutan atau mati rasa kesulitan berkemih atau buang air besar. Pengobatan bertujuan untuk
membantu memperbaiki kelengkungan sehingga dapat membantu mencegah komplikasi di
kemudian hari, seperti artritis dan nyeri punggung kronis. Pengobatan lordosis akan tergantung
pada tingkat keparahan kelengkungan tulang belakang dan adanya gejala lain. Pilihan
pengobatan termasuk: Obat untuk mengurangi rasa sakit dan bengkak Terapi fisik (untuk
membantu membangun kekuatan otot) Yoga (untuk meningkatkan kesadaran tubuh, kekuatan,
fleksibilitas, dan berbagai gerakan) Menurunkan berat badan untuk mengurangi beban tulang
belakang Penyokong (pada anak-anak dan remaja) Operasi (pada kasus berat) Apa dampaknya
jika tidak diobati? Bagi kebanyakan orang, kondisi ini tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang signifikan jika tidak ditangani. Namun, karena tulang belakang bertanggung jawab untuk
banyak gerakan dan fleksibilitas, maka penting untuk menjaga tulang belakang agar selalu sehat.
Jika lordosis yang berat tidak ditangani, maka dapat menyebabkan peningkatan risiko masalah
pada tulang belakang, kaki, dan fungsi organ-organ dalam.
KIFOSIS
 Definisi
- Deviasi sagital vertebra atau peningkatan kurva ke arah posterior melebihi nilai normal
(20-40 derajat).
- Kifosis patologik berhubungan dengan fraktur kompresi pada osteoporosis, tumor,
penyakit Sceuermenn.

 Gejala Klinis
- Nyeri punggung seperti diremas-remas/ditarik disertai kekakuan.
- Nyeri bersifat intermitten.
- Nyeri dan kaku terasa bila membungkuk ke depan.
- Kasus berat dapat terjadi gangguan kardiopulmoner : sesak, fatik, berkurangnya toleransi
fisik untuk beraktivitas.

 Pemeriksaan Fisik
- Peningkatan kifosis torakal akan mengakibatkan pergeseran ke depan (forward
Displacement) kepala dan leher terhadap segmen vertebra dibawahnya sehingga
menyebabkan kompensasi berupa peningkatan lordosis lumbal.
- Nyeri tekan apabila dilakukan palpasi pada prosessus spinosus
- Pemeriksaan neurologis bila ada keluhan kelemahan, gangguan sensorik/keluhan pola
jalan.
 Pemeriksaan Penunjang
- Foto polos torakolumbal AP dan lateral.
- MRI dan CT Scan bila dicurigai etiologi spesifik.

 Penatalaksanaan
- Konservatif
 Observasi berkala.
 Analgesik/antinflamasi non-steroid.
 Rehabilitasi.
- Operatif dengan indikasi :
 Deformitas progresif.
 Instabilitas.
 Defisit neurologis baru/progresif.
 Gangguan kardiopulmonar.

KIFOSIS KONGENITAL
 Defenisi
- Insiden ini lebih rendah dibandingkan scoliosis kongenital.
- Tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan paraplegia.

 Klasifikasi/Tipe
- Gangguan segmentasi tulang vertebra biasanya terjadi pada regio midtorakal/apeks
torakolumbal dan biasanya mengenai 2-8 segmen vertebra.
- Bagian pembentuk tulang vertebra.
 Gangguan pembentukan tulang belakang bagian anterior
 Gangguan pembentukan tulang belakang bagian anterolateral bersamaan dengan sudut
posterior hemivertebra akan membentuk kifoskoliosis.

 Gejala Klinis
- Nyeri punggung bawah akibat kompensasi hiperlordosis daerah lumbal.
- Kifosis yang disebabkan oleh gangguan pembentukan biasanya bersifat progresif, jika tidak
dilakukan terapi mengakibatkan paraplegia.

 Penatalaksanaan
Semua kasus harus ditangani operatif
- Koreksi gangguan pembentukan dengan tujuan mencegah terjadinya paraplegia.
- Koreksi gangguan segmentasi.
Analisa Data
a. Data subjektif:
1. Pakaian tidak pas atau menggantung
2. Pasien bernapas tidak leluasa
3. Pasien mengeluh kesulitan dalam bergerak
4. Pasien mempunyai perasaan negative terhadap dirinya.
b. Data objektif:
1. Tulang belakang melengkung ke lateral.
2. Cara berjalan tidak seimbang.
3. Postur tubuh miring ke samping.
4. Keterbatasan kemampuan untuk bangkit dari kursi.
5. Ketinggian bahu tidak sama.

C. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
2. Nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
4. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang
miring ke lateral.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.

D. Intervensi dan Rasional


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
 Tujuan : pola nafas tetap efektif
 Intervensi:
a. Kaji status pernapasan setiap 4 jam.
R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam-dalam setiap 1 jam.
R//: agar tidak terjadi sesak.
c. Atur posisi semi fowler
d. R//: untuk meningkatkan ekspansi paru.
e. Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.
R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh tulang belakang.
f. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Nyeri punggung yang berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
 Tujuan: nyeri berkurang/hilang.
 Intervensi dan rasional.
a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.
R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentkan evektivitas
terapi.
b. Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman.
R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat.
c. Pertahankan lingkungan yang tenang.
R//: meningkatkan rasa nyaman
d. Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi
R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri.
e. Anjurkan latihan postural secara rutin
R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi tubuh.
f. Kaloborasi pemberian analgetik
R//: untuk meredahkan nyeri.
3. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
 Tujuan : meningkatkan mobilitas fisik.
 Intervensi dan rasional.
a. Kaji tingkat mobilitas fisik.
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual,
memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan ksehatan.
b. Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.
R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa control diri/harga
diri, dan membantu menurunkan isolasi social.
c. Libatkan ddalam melakuka perawatan diri.
d. Tingkatkan kembali dalam aktivitas normal.
4. Gangguan citra tubuh atau konsep diri yang berhubungan dengan postur tubuh yang
miring ke lateral.
 Tujuan: meningkatkan citra tubuh,
 Intervensi dan rasional
a. Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya.
R/: membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masaah.
b. Beri lingkungan yang terbuka atau yang mendukng pada pasien.
R//: meningkatkan pernyataan keyakinan/nilai tentang subjek positif dan mengidentifikasi
kesalahan konsep/mitos yang dapat mempengaruhi penilaian situasi.
c. Diskusikan presepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam pola/peran fungsi biasanya.
R//: membantu mengartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan
membantu dalam pemecahan masalah.
d. Doron/berikan kunjungan oleh orang yang menderita skoliosis, kususnya yang sudah
berhasil dalam rehabilitasi.
R//: teman senasib yang telah melalui pengalaman yang sama bertindak sebagai model peran
dan dapat memberikan keabsahan pernyataan dan juga harapan untuk pemulihan dan
masa dengan normal.
5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakitnya.
 Tujuan: pemahaman tentang program pengobatan.
 Intervesi dan rasional
a. Jelaskan tentag keadaan penyakitnya.
R//: menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk
menerima/memproses dan mengingat menyimpan imformasi yang di berikan.
b. Tekankan pentingnya dan keuntungan mempertahankan program latihan yang dianjurkan.
R//: mengingatkan pada pasien demi mempercepat proses penyembuhan.
c. Jelaskan tentang pengobatan: nama, jadwal, tujuan, dosis dan efe sampingnya.
R//: meningkatkan proses penyembuhan.
d. Peragakan pemasangan dan perawatan brace atau korset.
R//: menghindari kecelakaan dan membantu proses koping individu.

E. Evaluasi
Setelah intervensi keperawatan, diharapkan:
a. Pola napas efektif
1) menunjukkan bunyi napas yang normal
2) frekuensi dan irama napas teratur
b. Nyeri hilang atau berkurang
1) Melaporkan tingkat nyeri yang dapat diterima
2) Memperlihatkan tenang dan rileks
3) Keseimbangan tidur dan istirahat
c. Meningkatkan mobilitas fisik
1) Melakukan latihan rentang gerak secara adekuat
2) Melakukan mobilitas pada tingkat optimal
3) Secara aktif ikut serta dalam rencana keperawatan
4) Meminta bantuan jika membutuhkan
d. Meningkatkan harga diri
1) Mencari orang lain untuk membantu mempertahankan harga diri
2) Secara aktif ikut serta dalam perawatan dirinya
3) Menggunakan keterampilan koping dalam mengatasi citra tubuh
e. Pemahaman pengetahuan
1) Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala
kemajuan penyakit
2) Memperagakan pemasangan dan perawatan brace atau korset
3) Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

a. Doengoes, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC


b. Nettina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
c. Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makasar : Bintang Lamumpatue
d. http://www.kuliah-keperawatan.co.cc/2009/04/skoliosis.html

Vous aimerez peut-être aussi