Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Jenis pengobatan:
1. Antiobiotik Sistemik
• Penisilin: ampisilin, amoksisilin, oksasilin, kloksasilin,
dikloksasilin, flukloksasilin, amoksisilin-asam
klavulanat, ampisilin-sulbaktam
• Linkomisin, klindamisin
• Makrolid (eritromisin, roksitromisin, klaritromisin)
• Sefalosporin
2.. Topikal
• Basitrasin, neomisin
• Asam fusidat, mupirosin
ANTIBIOTIK SISTEMIK UNTUK
PIODERMA
• Ampisilin Dosis: 4x500 mg, diberikan 1 h ac
• Amoksisilin = Dosis ampisilin, pc/ac
• Kloksasilin : 3 dd 250 mg ac
• Linkomisin : 3 dd 500 mg, selama 5-7 hari dan Klindamisin : 4 dd 150
mg. Pada infeksi berat, dosis dapat dinaikan menjadi 4x300-450
mg sehari.
• Efek samping yang mungkin muncul adalah pseudomembranosa
meskipun cukup jarang.
• Klindamisin saat ini lebih direkomendasikan karena potensi
antibakterinya lebih tinggi, efek samping lebih sedikit. Selain itu,
pada pemberian oral, obat ini tidak dihambat oleh asam lambung
• Eritromisin : 4 dd 500 mg. Efektifitasnya kurang
dibandingkan dengan linkomisin atau
klindamisin, dan obat golongan penisilin
resisten-penisilinase.
• Selain itu, eritromisisn juga cepat
menyebabkan resistensi dan dapat
memberikan rasa tidak enak di lambung
• Sefalosporin Jika pioderma berat atau tidak
berespon dengan pengobatan di atas.
• Yang dapat digunakan Cefadroksil : 2 dd
500 mg atau 2 dd 1000 mg
ANTIBIOTIK TOPIKAL
• Antibiotik topikal yang dapat digunakan
adalah Basitrasin, Neomisin dan Mupirosin.
Neomisin juga dapat digunakan untuk
infeksi gram negatif.
1.Fluorokuinolon
antibiotik pilihan pertama untuk pengobatan
demam tifoid untuk orang dewasa
• Mekanisme kerja obat dengan
menghambat DNA gyrase sehingga sintesa
DNA bakteri terganggu.
Mekanisme kerja:
• Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Kerja
paling utama menghambat biosintesis asam
mikolat.
Farmakokinetik:
• Per oral kadar puncak dicapai dalam 1-2 jam. Di
hepar mengalami asetilasi, terdifusi kedalam cairan
dan jaringan tubuh, ekskresi melalui urin
Efek samping:
• Hepatitis, periperal neuritis, neuritis optik dan
keluhan ini dapat di cegah dengan pemberian
piridoksin.
Kontra indikasi:
• Riwayat hipersensitif dan terjadinya gangguan
hepar serta reaksi berat lainnya.
Dosis:
• Dewasa : 300 mg per hari
• Anak : 10 mg/kg/hari
RIFAMPISIN
Mekanisme kerja:
• Bersifat bakterisidal dengan cara menghambat
sintesa RNA
Farmakokinetik:
• Per oral kadar puncak 2-4 jam. Metabolisme dihati
dan diekskresi melalui empedu. Waktu paruh 1,5-5
jam. Didistribusi keseluruh tubuh
Efek samping obat:
• Jarang menimbulkan efek yang tidak
diinginkan. <4% mengalami efek toksis. Yang
paling sering kulit kemerahan, demam, mual
dan muntah, gangguan fungsi hati dan flu
like syndrome.
Kontra indikasi :
• Riwayat hipersensitif
Dosis :
• Dewasa < 50 Kg 450mg
• >50 Kg 600 mg sehari sekali
• Anak : 10-20 mg/kg/hari
ETAMBUTOL
Mekanisme Kerja:
• Bersifat bakteriostatik. Menghambat
arabinosyltransferases .
Farmakokinetik:
• 75-80% diserap melalui sal. Cerna, waktu paruh 3-4
jam, terdistribusi keseluruh tubuh kecuali CSF ,
ekskresi melalui urin
Efek samping:
• Dosis 15 mg/kg/hari efek toksik minimal. Neuritis
optika, peninggian asam urat pada 50% penderita
Kontra Indikasi
• Riwayat hipersensitif, neuritis optika.
Dosis:15-25 mg/kg/hari
PIRAZINAMID
Mekanisme Kerja:
• Bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung
konsentrasi. Mekanismenya belum jelas.
Farmakokinetik:
• Mudah diserap pada pemberian per oral.
Mengalami hidrolisis dan hidroksilasi menjadi asam
hidropirazinoat. Ekskresi melalui filtrasi glomerolus
Efek samping :
• Paling sering kelainan hati.
Kontra indikasi
• Riwayat hipersensitif, gangguan hepar berat, gout
aktif.
Dosis:
• Dewasa : <50 kg: 1.5 g per hari
50-75 kg: 2 g per hari
>75 kg: 2.5 g per hari
• Anak : 15-30 mg/kg/hari
LEPRA
Tujuan utama program pemberantasan lepra
• Memutus rantai penularan penyakit dengan cara
a.l:
• Menurunkan insiden penyakit (deteksi
dini & pencegahan)
• Mengobati dan menyembuhkan
penderita
• Mencegah timbulnya cacat
• Rehabilitasi medik, psikologis & sosial
PENGOBATAN
Pemberian MDT:
• Mencegah dan mengobati resistensi
• Memperpendek masa pengobatan
• Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
SKEMA REJIMEN MDT-WHO
Untuk Pausi-basiler
• Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
• Dapson 100 mg/hari (swakelola) 6
bln (dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari)
Untuk Multi-basiler
• Rifampisin 600 mg/ bulan (diawasi)
• Dapson 100 mg/ hari (swakelola)
• Klofazimin 50 mg/ hari atau 100 mg/3x
seminggu atau 300 mg/ bulan
(diawasi)
PENGOBATAN
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif untuk mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi ENL
• Ringan rawat jalan, istirahat
• Berat rawat inap
• Obat :
• Prednison 15 – 30 mg/hr berat/ringan reaksi
• Klofazimin 200 – 300 mg/hr
• Thalidomide teratogenik, di Indonesia (-)
PENGOBATAN REAKSI
Reaksi Reversal
• Neuritis (+)
• Prednison 15 – 30 mg/hr
• Analgetik + sedatif
• Anggota gerak yang terkena istirahatkan
Neuritis (-)
• Kortikosteroid (-)
• Analgetik kalau perlu
PENGOBATAN
Obat Alternatif:
• Ofloksasin
• Minosiklin
• Klaritromisin
OBAT LEPRA ALTERNATIF
• OFLOKSASIN
• Merupakan obat turunan
fluorokuinolon yang paling efektif thd
M.leprae
• Kerja melalui hambatan thdp enzim
girase DNA mikobakterium
• Dosis percobaan: 400 mg/ hari
selama 1 bulan
OBAT LEPRA ALTERNATIF
• MINOSIKLIN
• Merupakan turunan tetrasiklin yang aktif
thdp M.lepra karena sifat lipofiliknya
mampu menembus dinding sel kuman
• Cara kerjanya menghambat sintesis
protein
• Obat ini dapat menembus kulit dan
mencapai jaringan saraf yang
mengandung banyak kuman
• Dosis uji klinis: 100 mg/ hari selama 2 bulan
OBAT LEPRA ALTERNATIF
• KLARITROMISIN
• Merupakan obat golongan makrolid
(spt eritromisin & roksitromisin)
• Mempunyai efek bakterisidal setara
dengan ofloksasin & minosiklin ada
mencit
• Bekerja dengan menghambat
sintesis protein
• Dosis uji klinis: 500 mg/ hari
TETANUS