Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Skenario 2
A. KATA KUNCI
1. Usia 18 tahun
2. Nyeri abdomen
3. Perdarahan pervagiaan
4. Dysuria
5. Dyspareunia
6. Demam
D. PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan anatomi fisiologi sistem obstetrik dan ginekologi?
2. Pemeriksaan fisik sistem ginekologi?
3. Pemerisaan penunjang kegawatdaruratan pada sistem obstetrik dan
ginekologi?
4. Jelaskan penyait-penyakit kegawatdaruratan yang tanda dan gejalanya
sama dengan kasus diatas?
5. Jelaskan konsep medis dan konsep keperawatan kegawatdaruratan pada
penyakit?
6) Perineum
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan
muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga
kerja dari sphincter ani.
b. Genetalia interna
1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan Rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
A. Prevalensi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID)
dikenal sebagai suatu kelainan yang manifestasinya dapat merusak
system kesehatan reproduksi yang menjebabkan terjadinya epidemic
sekunder dari infertilitas faktor tuba dan menyebabkan terjadinya
gangguan pada outcome kehamilan. Dalam praktik kedokteran di
Inggris di dapatkan diagnosis PID 1,7 %pada wanita berusia 16-46
tahun. Remaja merupakan penderita yang lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan kelompok yang lebih tua. (Mbouw and Foster, 2000)
Secara epidemiologic di Indonesia insidennya diekstrapolasikan sebesar
lebih dari 850.000 kasus baru setiap tahun.PID merupakan infeksi
serius yang paling biasa pada perempuan umur 16-25 tahun. Ada
kenaikan insidensi PID dalam 2-3 dekade yang lalu, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adat istiadat social yang liberal, insidensi
pathogen menular seksual, dan pemakaian kontrasepsi seperti alat
konrasepsi dalam Rahim (AKDR.
B. Defenisi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi
endometrium,tuba falopi,ovarium,myometrium,parametria dan
peritoneum panggul. (wiknjosastro, 2011)
C. Etiologi
PID merupakan infeksi polimikrobial dan biasanya disebabkan infeksi
menular seksual oleh mikroorganisme N.gonorhoea,C.trachomatis,
M .hominis, bakteri fakultatif gram negative, bakteri anaerob dan
streptokokus. Bakteri masuk melalui vagina dan serviks (kolonisasi
pada endoserviks) dan menjalar ke rahim lalu ke tuba fallopi. Jamur
(Actynomyces israeli) dan parasite (Skistosomiasis) yang juga dapat
menjadi penyebab.
D. Faktor Resiko
Banyak pasangan seks, didefinisikan sebagai lebih dari dua
pasangan dalam waktu 30 hari, sedangkn pada pasangan monogami
serial tidak didapatkan resiko yang meningkat
Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15 % pasien
dengan gonorea anogenital tanpa komplikasi akan berkembang
menjadi PID pada akhir atau segera sesudah menstruasi.
Pemakaian AKDR dapat meningkatkan resiko PID tiga sampai lima
kali. Resiko PID terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR
dan dalam 3 minggu pertama setelah pemasangan.
E. Klasifikasi
Penyakit ini dapat dibagi dalam dua bagian besar , yaitu :
Penyakit radang panggul akut
Dapat ditemukan :
1. Subfebris
2. Takikardi
3. Nyeri goyang genitalia interna (sifatnya lebih ringan daripada
keadaan akut)
4. Dapat teraba massa pada daerah adneksa ataupun parametrium,
terdapat penebalan dan kaku di daerah adneksa, mungkin pula
teraba massa dengan batas tidak tegas.
F. Manifestasi Klinis
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut (ketiga-
tiganya harus ada)
Nyeri gerak serviks
Nyeri tekan uterus
Nyeri tekan adneksa
G. Patofisiologi
Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2 tahap.Tahap pertama adalah
infeksi pada vagina atau serviks.Tahap kedua adalah infeksi
mikroorganisme menyebar secara langsung ke saluran genital bagian
atas.Infeksi uterus biasanya terbatas pada endometrium, tetapi mungkin
dapat lebih invasif pada uterus yang matang atau setelah melahirkan.
Peradangan dapat meluas ke struktur parametrium yang tidak
terinfeksi , termasuk usus besar. Infeksi dapat menyebar melalui
purulen yang pecah dari saluran tuba atau menyebar melalui aliran
limfatik kebagian luar pelvis yang dapat menyebabkan peritonitis akut
dan perihepatitis akut
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorim
Tidak ada tes tunggal yang spesifik dan sensitive untuk penyakit
radang panggul. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
antara lain:
Tes kehamilan, jika hasilnya positif perlu di pertimbangkan
kemungkinan aborsi septik dan kehamilan ektopik. Pilihan
terapi antibiotic yang diberikan dapat mempengaruhi
kehamilan
Sediaan apusan serviks yang diberi pewarnaan gram dengan
diplokokus gram-negatif intraseluler (gonorea)
Laju endap darah (LED) > 15 mm/jam
Spesimen serviks untuk gonorea dan enzym immunoassay
(EIA) chlamydia
Hitung sel darah putih menunjukkan leukositosis
Pemeriksaan untuk hepatitis dan HIV
Peningkatan protein C-reaktif dan laju endap darah
2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
USG transvaginal
Pemeriksaan ini sangat berguna dalam mengevaluasi
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, kista ovarium
hemoragik,torsi ovarium,endometrioma,dan usus buntu serta
abses tuba ovarium.
Computerized tomography (CT)
Penemuan gambaran CT pada PID antara lain linea fasia
pelvis tidak jelas, servitis,ooforitis,salpingitis,penebalan
ligament uterosakral, dan terdapat cairan/abses panggul
sederhana atau kompleks
MRI
MRI dapat menunjukkan gambaran antara lain dindingnya
menebal, saluran tuba berisi cairan dengan atau tanpa cairan
bebas pada panggul atau tuba ovarium kompleks.
Pemeriksaan MRI ini relative mahal dan jarang dilakukan
pada PID akut. Spesifitas dan sensitifitas yaitu 95% .
Kuldosentesis
Dapat dilakukana dengan cepat dalam keadaan gawat
darurat.Caranya yaitu dengan memasukkan sebuah jarum
nomor 18 secara transvaginal dan diarahkan kebagian cul-de-
sac untuk mendapatkan cairan bernanah atau darah dari
peritoneum. Temuan positif yang di dapat antara lain leukosit,
bakteri non spesifik dan mungkin di dapat produk dari proses
peradangan
Biopsy endometrium
Dapat digunakan untuk menentukan diagnosis histopatologi
endometritis. Memiliki spesifitas dan sensitifitas 90 %
Laparaskopi
Merupakan kriteria standar untuk diagnosis PID, jauh lebih
spesifik dan sensitive dibandingkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya. Indikasi dilakukan laparaskopi adalah
pasien sakit dengan kecurigaan tinggi apendisiti, pasien
dengan PID akut yang gagal dengan pengobatan rawat jalan
dan pasien dengan PID yang tidak membaik setelah 72 jam
diberikan pengobatan rawat inap.
I. Penatalaksanaan
Sasaran pengobatan adalah untuk menghilangkan gejala akut,
pemberantasan infeksi yang sedang terjadi dan meminimalisasi resiko
berulang untuk jangka panjang.Pemilihan antibiotic harus di tujukan
pada mikroorganisme etiologi utama.Biasanya tidak ada agen tunggal
yang cukup efektif.
Terapi
Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul
atau tuba-ovarium dan sindrom fitz-hugh-curtis, seringkali
membutuhkan perawatan.Duduk rendam dengan air hangat dapat
menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta
penyembuhan.Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi fowler
untuk memungkinkan pengeluaran cairan rabas mukopurulen.
Terapi antibiotic rawat jalan terdiri atas cefoxitin 2 gram
intramuskuler ditambah probenecid 1gr per oral atau ceftriaxone
250 mg intramuskuler. Terapi ini dikombinasikan dengan
doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari.
Pengobatan alternative meliputi ofloxacin 400 mg per oral 2 kali
sehari selama 14 hari yang ditambah dengan klindamicin
hidroclorida 450 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari atau
dengan metronidazole 500 mg per oral 2 kali sehari selama 1 hari
(Bowie et al 1994)
Terapi antibiotic spectrum luas diberikan secara intra vena saat
klien di rawat inap yaitu:
Regimen A: cefoxitin 2 gr IV setiap 6 jam atau cefotetan 2 gr
IV setiap 12 jam. Dilanjutkan minimal selama 48 jam setelah
klien tidak demam. Obat ini dikombinasikan dengan
doksisiklin 100 mg setiap 12 jam per oral atau per IV selama
10-14 hari.
Regimen B: clindamicyn 900 mg IV setiap 8 jam minimal
selama 48 jam setelah klien tidak demam. Obat ini
dikombinasikan dengan gentamisin, dosis pembebanan
(loading dose) 2 mg/kg berat bada melalui IV atau IM,
kemudian 1,5 mg/kg berat badan setiap 8 jam sampai pulang.
Setelah pulang berikan doksisiklin 100 mg per oral setiap 12
jam selama 10- 14 hari
J. Pencegahan
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mencegah infeksi chlamydia
dapat mengurangi insiden PID. Peningkatan pendidikan, skrining rutin,
dan pengobatan pada infeksi dapat mengurangi insiden dan prevalensi
dari proses dan gejala sisa jangka panjang
K. Pathway
Kontrasepsi AKDR, Kadar Aktivitas Seksual
Estrogen Meningkat
Gonorhoe Tracomatis
Gangguan Flora Normal di
Vagina
Exposure :
- Hipertermi
Masalah keperawatan : hipertermi
Intervensi :
- Memantau TTV
- Kaji saat timbulnya demam
- Anjurkan pasien untuk banyak minum
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian
yang tebal
B. Pengkajian sekunder
Biodata
Riwayat penyakit dahulu : KET, abortus septikus,
endometriosis
Riwayat penyakit sekarang: metroraghia, menoragia
Pemeriksaan fisik
Status kesehatan ibu selama kehamilan : harus dikaji terutama
pemeliharaan kesehatan, manajemen kesehatan diri seperti
melakukan seks bebas, penggunaan pembalut dan perawatan
perineum. Penggunaan fasilitas kesehatan selama sakit.
Nutrisi
Makanan yang dikonsumsi, mual muntah, kebutuhan minum
air per hari.Jenis- jenis konsumsi makanan yang di konsumsi
oleh ibu selama ini.
Eliminasi
BAB lancar, konstipasi, BAK yang menimbulkan nyeri,
volume urine, keadaan, warna dan bau urine¸ oliguria atau
dysuria, sering berkemih.
Aktivitas dan istirahat
Aktivitas yang dilakukan oleh pasien selama ini dan olahraga
yang dilakukan yang berguna bagi kesehatan.
Persepsi /kognisi
Pengetahuan pasien terhadap penyakit , penyebab , tanda dan
gejala serta pengobatan penyakit radang panggul. Adanya
kebingungan atau cemas dalam menghadapi masalah kesehatan
Seksualitas
Adanya nyeri saat melakukan hubungan seksual, nyeri tekan
abdomen bawah, menstruasi yang tidak teratur dan
karakteristik yang abnormal
Koping / toleransi terhadap stress
Respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya
selama ini
Prinsip- prinsip hidup
Harapan pasien untuk meningkatkan kesehatan setelah
mengetahui penyakit yang dialaminya.
Kenyamanan
Adanya rasa nyeri yang dialami di bagian bawah , nyeri yang
semakin meningkat ketika di goyang ataupun di tekan
C. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi b/d proses penyakit
2. Nyeri akut b/d agen cedera biologic
3. Disfungsi seksual b/d gangguan fungsi tubuh
4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
5. Resiko infeksi
D. Intervensi
No NANDA NOC NIC
1. Hipertermi b/d
Setelah dilakukan Perawatan demam
proses penyakit
perawatan selama 1x Pantau suhu dan tanda tanda
24 jam temperature vital lainnya
Monitor warna kulit dan
suhu dalam batas
suhu
normal (360-370C) Monitor asupan dan
dengan kriteria hasil: keluaran.
Klien tidak menggigil Dorong konsumsi cairan
Tidak terjadi peningkatan Tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan
suhu tubuh
tergantung pada fase
TTV dalam batas normal demam.
Fasilitasi istirahat, terapkan
( TD: 100-120/80 mmhg,
pembatasan aktivitas
N: 70-80 x/mnt, P: 16-20
Pantau komplikasi
x/mnt, SB: 36-370C) komplikasi yang
berhubungan dengan
demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab
demam.
Tingkatkan sirkulasi udara
Beri obat / cairan intravena.
Manajemen cairan
Jaga intake/asupan cairan
yang adekuat
Monitor status hidrasi
Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan.
Berikan cairan dengan tepat
Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makanan dengan
baik.
Tekhnik menenangkan
Pertahankan sikap yang
tenang dan hati-hati
Pertahankan kontak mata
Kurangi stimuli yang
menciptakan perasaan
takut maupun cemas
Berada disisi klien
Duduk dan bicara
dengan klien
Instruksikan klien untuk
menggunakan metode
mengurangi kecemasan
(mis: teknik bernafas
dalam)
Berikan obat anti
kecemasan jika di
perluka
5. Resiko infeksi
Setelah dilakukan Control infeksi
perawatan infeksi Ganti peralatan perawatan
tidak terjadi dengan per pasien sesuai protocol
kriteria hasil: Batasi jumlah pengunjung
Cuci tangan sebelum dan