Vous êtes sur la page 1sur 22

MODUL 6

KEDARURATAN SISTEM OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI

Skenario 2

An “B” 18 tahun dibawah ke IGD RS. Dr. Wahidin


Sudirohusodo Makassar. Sama keluarganya dengan alasan
nyeri abdomen bagian bawah bila serviks digerakkan terjadi
perdarahan pervagiaan bersamaan dysuria dan dyspareunia,
disertai demam.

A. KATA KUNCI
1. Usia 18 tahun
2. Nyeri abdomen
3. Perdarahan pervagiaan
4. Dysuria
5. Dyspareunia
6. Demam

B. KLARIFIKASI KATA KUNCI


1. Nyeri abdomen, nyeri yang dirasakan pada daerah di atas pelvis/pinggul
tetapi dibawah tulang rusuk, gejala yang umum dialami orang pada
berbagai usia, dan khususnya berasal dari salah satu organ perut
2. Perdarahan pervagiaan, yaitu perdarahan pada vagina berlebihan atau
berkepanjangan yang terjadi pada waktu
3. Dysuria, yaitu rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil, biasanya
dirasakan dalam tabung yang membawa urin keluar dari kandung kemih
(uretra) atau daerah sekitar alat kelamin (perineum)
4. Dyspareunia, yaitu rasa sakit yang muncul secara terus-menerus atau
sewaktu-waktu di daerah kemaluan yang terjadi sesaat sebelum, selama,
atau sesudah berhubungan seksual. Vagina, klitoris, dan labia adalah area-
area yang umumnya terasa sakit ketika penderita dyspareunia melakukan
hubungan seksual.
5. Demam, yaitu suatu keadaan saat suhu badan melebih 37°C yang
disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Merupakan pertanda bahwa sel
antibody manusia (sel darah putih) sedang melawan suatu virus atau
bakteri.

C. CORE/KATA PROBLEM KUNCI


Penyakit Radang Panggul (PRP)

D. PERTANYAAN PENTING
1. Jelaskan anatomi fisiologi sistem obstetrik dan ginekologi?
2. Pemeriksaan fisik sistem ginekologi?
3. Pemerisaan penunjang kegawatdaruratan pada sistem obstetrik dan
ginekologi?
4. Jelaskan penyait-penyakit kegawatdaruratan yang tanda dan gejalanya
sama dengan kasus diatas?
5. Jelaskan konsep medis dan konsep keperawatan kegawatdaruratan pada
penyakit?

E. JAWABAN PERTANYAAN PENTING


1. Jelaskan anatomi fisiologi sistem obstetrik dan ginekologi?
a. Tundun (Mons Veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jarungan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair)
pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis. Pertumbuhan rambut kemaluan ini tergantung
dari suku bangsa dan jenis kelamin. Batas atasnya melintang
sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar
anus dan paha.
1) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk
lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan
membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutup
rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut,
merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa panjang
7-8 cm, lebar 2-3 cm, tebal 1-1,5 cm. Pada anak- anak kedua
labia mayora sangat berdekatan.
2) Libia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir
besar (libia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora
terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembap dab berwarna
kemerahan. Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis.
3) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang
bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat
sensitive. Terdiri dari glans, corpus dan 2buah crura, dengan
panjang rata- rata tidak melebihi 2cm.
4) Vestibulum (Serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora) pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu
orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara
kelenjar bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral.
Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan
mucoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar
bartholiniseksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri neisseri ginorhoeae maupun bakteri-
bakteri pathogen.
5) Hymen (selaput darah)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastis. Lapisan tipis
ini yang menutupi sebagian besar dari liang senggama,
tengahnya bentuk dari hymen dari masing-masing wanita
berbeda-beda, ada yang berbentukseperti bulan sabit,
konsistensi ada yang kaku da nada lunak, lubangnya ada
yang seujung jari, ada yang dapat di lalui satu jari. Saat
melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior.

6) Perineum
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan
muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga
kerja dari sphincter ani.
b. Genetalia interna
1) Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang
menghubungkan Rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat

2. Pemeriksaan fisik sistem ginekologi?


- Keluhan Utama
- Riwayat penyakit
- Medikasi
- Riwayat obstetri-ginekologi
- Riwayat haid
- Riwayat kehamilan
- Kontrasepsi
- Riwayat seksual
- Nutrisi / Gizi
- Gaya Hidup
- Perasaan (mood)
- Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
- Kesan umum : tampak sakit, kompos mentis,
anemia, ikterus.
- Kesadaran – komunikasi personal - tekanan darah
– nadi – frekuensi nafas – suhu badan.
2. Abdomen :
- Inspeksi abdomen
- Palpasi abdomen
- Perkusi abdomen
- Auskultasi abdomen
3. Genetalia eksterna
- Inspeksi genitalia eksterna
- Palpasi daerah genetalia eksterna
4. Perabaan vagina
5. Perabaan servik
6. Perabaan corpus uteri
7. Perabaan adneksa dan parametrium
3. Jelaskan konsep medis dan konsep keperawatan kegawatdaruratan
pada penyakit?
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT RADANG PANGGUL

A. Prevalensi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID)
dikenal sebagai suatu kelainan yang manifestasinya dapat merusak
system kesehatan reproduksi yang menjebabkan terjadinya epidemic
sekunder dari infertilitas faktor tuba dan menyebabkan terjadinya
gangguan pada outcome kehamilan. Dalam praktik kedokteran di
Inggris di dapatkan diagnosis PID 1,7 %pada wanita berusia 16-46
tahun. Remaja merupakan penderita yang lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan kelompok yang lebih tua. (Mbouw and Foster, 2000)
Secara epidemiologic di Indonesia insidennya diekstrapolasikan sebesar
lebih dari 850.000 kasus baru setiap tahun.PID merupakan infeksi
serius yang paling biasa pada perempuan umur 16-25 tahun. Ada
kenaikan insidensi PID dalam 2-3 dekade yang lalu, disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain adat istiadat social yang liberal, insidensi
pathogen menular seksual, dan pemakaian kontrasepsi seperti alat
konrasepsi dalam Rahim (AKDR.

B. Defenisi
Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah
infeksi pada alat genital atas. Proses penyakitnya dapat meliputi
endometrium,tuba falopi,ovarium,myometrium,parametria dan
peritoneum panggul. (wiknjosastro, 2011)

C. Etiologi
PID merupakan infeksi polimikrobial dan biasanya disebabkan infeksi
menular seksual oleh mikroorganisme N.gonorhoea,C.trachomatis,
M .hominis, bakteri fakultatif gram negative, bakteri anaerob dan
streptokokus. Bakteri masuk melalui vagina dan serviks (kolonisasi
pada endoserviks) dan menjalar ke rahim lalu ke tuba fallopi. Jamur
(Actynomyces israeli) dan parasite (Skistosomiasis) yang juga dapat
menjadi penyebab.

D. Faktor Resiko
 Banyak pasangan seks, didefinisikan sebagai lebih dari dua
pasangan dalam waktu 30 hari, sedangkn pada pasangan monogami
serial tidak didapatkan resiko yang meningkat
 Infeksi oleh organisme menular seksual, dan sekitar 15 % pasien
dengan gonorea anogenital tanpa komplikasi akan berkembang
menjadi PID pada akhir atau segera sesudah menstruasi.
 Pemakaian AKDR dapat meningkatkan resiko PID tiga sampai lima
kali. Resiko PID terbesar terjadi pada waktu pemasangan AKDR
dan dalam 3 minggu pertama setelah pemasangan.

E. Klasifikasi
Penyakit ini dapat dibagi dalam dua bagian besar , yaitu :
 Penyakit radang panggul akut

Diagnosa penyakit radang panggul akut ditegakkan dari anamnesis


dan pemeriksaan fisik.
 Anamnesis
Didapatkan :
1. Demam tinggi
2. Sakit kepala
3. Malaise
4. Nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul
5. Sekret vagina yang purulen dan sering terjadi setelah haid
6. Riwayat pemakaian AKDR ( alat kontrasepsi dalam rahim )
 Pemeriksaan fisik
1. Nyeri tekan perut bagian bawah
2. Nyeri tekan dan nyeri goyang genitalia eksterna ( unilateral
dan bilateral)
3. Daerah adneksa teraba kaku
4. Teraba massa dengan fluktuasi
5. Kenaikan suhu rektal dan aksial
 Penyakit Radang Panggul Rekurens atau Kronik

Penyakit radang panggul dikatakan rekurens bila terjadi reinfeksi


yang sifatnya akut dan kronik bila relatif asimtomatik atau terdapat
nyeri panggul kronik selama lebih dari 6 bulan.
 Anamnesis

Dapat ditegakkan dengan adanya :


1. Perdarahan
2. Dismenore
3. Riwayat adneksitis akut atau infeksi panggul lainnya
4. Infeksi pascapersalinan ataupun pasca abortus
5. Dispareunia
6. Infertilitas.
7. Cari kelainan saluran cerna (konstipasi, diare, dll.),
8. Muskuloskeletal (trauma, eksaserbasi dengan perubahan
posisi, dll.), dan
9. Urologi (urgensi, nokturia, disuria, dll.).
 Pemeriksaan fisik

Dapat ditemukan :

1. Subfebris
2. Takikardi
3. Nyeri goyang genitalia interna (sifatnya lebih ringan daripada
keadaan akut)
4. Dapat teraba massa pada daerah adneksa ataupun parametrium,
terdapat penebalan dan kaku di daerah adneksa, mungkin pula
teraba massa dengan batas tidak tegas.

F. Manifestasi Klinis
Kriteria minimum untuk diagnosis klinis adalah sebagai berikut (ketiga-
tiganya harus ada)
 Nyeri gerak serviks
 Nyeri tekan uterus
 Nyeri tekan adneksa

Kriteria tambahan seperti berikut dapat dipakai untuk menambah


spesifitas kriteria minimum dan mendukung diagnosis PID.Gejalanya
biasa muncul pada awal atau segera setelah siklus menstruasi. Tingkat
progesterone yang rendah pada saat itu , mengakibatkan penipisan
mukosa pertahanan pada serviks. Keluhan atau gejala yang paling
sering muncul adalah

 Nyeri menusuk dibagian bawah abdomen. Biasanya sifat nyerinya


tumpul, sakit atau kram,bilateral dan tetap. Dimulai beberapa hari
setelah permulaan siklus menstruasi terakhir.
 Perdarahan vagina pasca koitus
 Mengeluarkan keputihan dapat bercampur nanah
 Demam dengan suhutubuh > 38,30C merupakan gejala-gejala
diakhir perjalanan klinis penyakit
 Bila infeksi menyumbat tuba falopi maka tuba yang tersumbat
bisa membengkak dan berisi cairan. Sebagai akibatnya bisa
terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur
dan kemandulan.
 Nadi meningkat, pernapasan bertambah dan tekanan darah
mungkin dalam batas normal.

G. Patofisiologi
Sebagian besar kasus PID terjadi dalam 2 tahap.Tahap pertama adalah
infeksi pada vagina atau serviks.Tahap kedua adalah infeksi
mikroorganisme menyebar secara langsung ke saluran genital bagian
atas.Infeksi uterus biasanya terbatas pada endometrium, tetapi mungkin
dapat lebih invasif pada uterus yang matang atau setelah melahirkan.
Peradangan dapat meluas ke struktur parametrium yang tidak
terinfeksi , termasuk usus besar. Infeksi dapat menyebar melalui
purulen yang pecah dari saluran tuba atau menyebar melalui aliran
limfatik kebagian luar pelvis yang dapat menyebabkan peritonitis akut
dan perihepatitis akut

H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorim
Tidak ada tes tunggal yang spesifik dan sensitive untuk penyakit
radang panggul. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan
antara lain:
 Tes kehamilan, jika hasilnya positif perlu di pertimbangkan
kemungkinan aborsi septik dan kehamilan ektopik. Pilihan
terapi antibiotic yang diberikan dapat mempengaruhi
kehamilan
 Sediaan apusan serviks yang diberi pewarnaan gram dengan
diplokokus gram-negatif intraseluler (gonorea)
 Laju endap darah (LED) > 15 mm/jam
 Spesimen serviks untuk gonorea dan enzym immunoassay
(EIA) chlamydia
 Hitung sel darah putih menunjukkan leukositosis
 Pemeriksaan untuk hepatitis dan HIV
 Peningkatan protein C-reaktif dan laju endap darah
2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
 USG transvaginal
Pemeriksaan ini sangat berguna dalam mengevaluasi
diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, kista ovarium
hemoragik,torsi ovarium,endometrioma,dan usus buntu serta
abses tuba ovarium.
 Computerized tomography (CT)
Penemuan gambaran CT pada PID antara lain linea fasia
pelvis tidak jelas, servitis,ooforitis,salpingitis,penebalan
ligament uterosakral, dan terdapat cairan/abses panggul
sederhana atau kompleks
 MRI
MRI dapat menunjukkan gambaran antara lain dindingnya
menebal, saluran tuba berisi cairan dengan atau tanpa cairan
bebas pada panggul atau tuba ovarium kompleks.
Pemeriksaan MRI ini relative mahal dan jarang dilakukan
pada PID akut. Spesifitas dan sensitifitas yaitu 95% .
 Kuldosentesis
Dapat dilakukana dengan cepat dalam keadaan gawat
darurat.Caranya yaitu dengan memasukkan sebuah jarum
nomor 18 secara transvaginal dan diarahkan kebagian cul-de-
sac untuk mendapatkan cairan bernanah atau darah dari
peritoneum. Temuan positif yang di dapat antara lain leukosit,
bakteri non spesifik dan mungkin di dapat produk dari proses
peradangan
 Biopsy endometrium
Dapat digunakan untuk menentukan diagnosis histopatologi
endometritis. Memiliki spesifitas dan sensitifitas 90 %
 Laparaskopi
Merupakan kriteria standar untuk diagnosis PID, jauh lebih
spesifik dan sensitive dibandingkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya. Indikasi dilakukan laparaskopi adalah
pasien sakit dengan kecurigaan tinggi apendisiti, pasien
dengan PID akut yang gagal dengan pengobatan rawat jalan
dan pasien dengan PID yang tidak membaik setelah 72 jam
diberikan pengobatan rawat inap.

I. Penatalaksanaan
Sasaran pengobatan adalah untuk menghilangkan gejala akut,
pemberantasan infeksi yang sedang terjadi dan meminimalisasi resiko
berulang untuk jangka panjang.Pemilihan antibiotic harus di tujukan
pada mikroorganisme etiologi utama.Biasanya tidak ada agen tunggal
yang cukup efektif.
 Terapi
Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul
atau tuba-ovarium dan sindrom fitz-hugh-curtis, seringkali
membutuhkan perawatan.Duduk rendam dengan air hangat dapat
menurunkan nyeri dan meningkatkan kenyamanan serta
penyembuhan.Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi fowler
untuk memungkinkan pengeluaran cairan rabas mukopurulen.
 Terapi antibiotic rawat jalan terdiri atas cefoxitin 2 gram
intramuskuler ditambah probenecid 1gr per oral atau ceftriaxone
250 mg intramuskuler. Terapi ini dikombinasikan dengan
doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari.
Pengobatan alternative meliputi ofloxacin 400 mg per oral 2 kali
sehari selama 14 hari yang ditambah dengan klindamicin
hidroclorida 450 mg per oral 4 kali sehari selama 14 hari atau
dengan metronidazole 500 mg per oral 2 kali sehari selama 1 hari
(Bowie et al 1994)
 Terapi antibiotic spectrum luas diberikan secara intra vena saat
klien di rawat inap yaitu:
 Regimen A: cefoxitin 2 gr IV setiap 6 jam atau cefotetan 2 gr
IV setiap 12 jam. Dilanjutkan minimal selama 48 jam setelah
klien tidak demam. Obat ini dikombinasikan dengan
doksisiklin 100 mg setiap 12 jam per oral atau per IV selama
10-14 hari.
 Regimen B: clindamicyn 900 mg IV setiap 8 jam minimal
selama 48 jam setelah klien tidak demam. Obat ini
dikombinasikan dengan gentamisin, dosis pembebanan
(loading dose) 2 mg/kg berat bada melalui IV atau IM,
kemudian 1,5 mg/kg berat badan setiap 8 jam sampai pulang.
Setelah pulang berikan doksisiklin 100 mg per oral setiap 12
jam selama 10- 14 hari

J. Pencegahan
Penelitian menunjukkan bahwa dengan mencegah infeksi chlamydia
dapat mengurangi insiden PID. Peningkatan pendidikan, skrining rutin,
dan pengobatan pada infeksi dapat mengurangi insiden dan prevalensi
dari proses dan gejala sisa jangka panjang
K. Pathway
Kontrasepsi AKDR, Kadar Aktivitas Seksual
Estrogen Meningkat

Gonorhoe Tracomatis
Gangguan Flora Normal di
Vagina

Penurunan system Imunologik


Vagina
Disfungsi Sexual
Infeksi Asenden
Kurang Pengetahuan Gangguan Dlm
Berhubungan
Merangsang Mediator
Menyebar ke Vagina, Serviks, Kimia (Bradikinin)
dan Traktus Genitalis Atas
Ansietas
Resiko Infeksi
Nocyseptor
Sistem Imun Tdk Pelvic Inflamatory Disease
Adekuat (PID)
Spinal Cord
Vagina Discharge
(Patologi) Gejala Inflamasi
Thalamus

Merangsang Menyerang Tuba Fallopy dan Nyeri Akut


Hipertermi Hypotalamus Ovarium
L. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian Primer
Airway
- Look : tidak terdapat benda asing yang menyumbat jalan
napas
- Listen:tidak terdapat bunyi napas abnormal

- Feel : terasa hembusan nafas


 Masalah keperawatan : -
Breathing
- Look : pasien tidak nampak peningkatan pola napas
- Listen : tidak terdapat terdapat bunyi napas tambahan
- Feel : terasa hembusan nafas
Circulation
- Look : Terjadinya perdarahan pervagina
- Listen : -
- Feel : takikardi
 Masalah keperawatan : kekurangan volume cairan b/d
 Intervensi :
-
Disability
- Reflek cahaya pupil
- Kesadaran composmentis

Exposure :
- Hipertermi
 Masalah keperawatan : hipertermi
 Intervensi :
- Memantau TTV
- Kaji saat timbulnya demam
- Anjurkan pasien untuk banyak minum
- Berikan kompres hangat
- Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian
yang tebal

B. Pengkajian sekunder
 Biodata
 Riwayat penyakit dahulu : KET, abortus septikus,
endometriosis
 Riwayat penyakit sekarang: metroraghia, menoragia
 Pemeriksaan fisik
 Status kesehatan ibu selama kehamilan : harus dikaji terutama
pemeliharaan kesehatan, manajemen kesehatan diri seperti
melakukan seks bebas, penggunaan pembalut dan perawatan
perineum. Penggunaan fasilitas kesehatan selama sakit.
 Nutrisi
Makanan yang dikonsumsi, mual muntah, kebutuhan minum
air per hari.Jenis- jenis konsumsi makanan yang di konsumsi
oleh ibu selama ini.
 Eliminasi
BAB lancar, konstipasi, BAK yang menimbulkan nyeri,
volume urine, keadaan, warna dan bau urine¸ oliguria atau
dysuria, sering berkemih.
 Aktivitas dan istirahat
Aktivitas yang dilakukan oleh pasien selama ini dan olahraga
yang dilakukan yang berguna bagi kesehatan.
 Persepsi /kognisi
Pengetahuan pasien terhadap penyakit , penyebab , tanda dan
gejala serta pengobatan penyakit radang panggul. Adanya
kebingungan atau cemas dalam menghadapi masalah kesehatan
 Seksualitas
Adanya nyeri saat melakukan hubungan seksual, nyeri tekan
abdomen bawah, menstruasi yang tidak teratur dan
karakteristik yang abnormal
 Koping / toleransi terhadap stress
Respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya
selama ini
 Prinsip- prinsip hidup
Harapan pasien untuk meningkatkan kesehatan setelah
mengetahui penyakit yang dialaminya.
 Kenyamanan
Adanya rasa nyeri yang dialami di bagian bawah , nyeri yang
semakin meningkat ketika di goyang ataupun di tekan

C. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi b/d proses penyakit
2. Nyeri akut b/d agen cedera biologic
3. Disfungsi seksual b/d gangguan fungsi tubuh
4. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
5. Resiko infeksi

D. Intervensi
No NANDA NOC NIC
1. Hipertermi b/d
Setelah dilakukan Perawatan demam
proses penyakit
perawatan selama 1x  Pantau suhu dan tanda tanda
24 jam temperature vital lainnya
 Monitor warna kulit dan
suhu dalam batas
suhu
normal (360-370C)  Monitor asupan dan
dengan kriteria hasil: keluaran.
 Klien tidak menggigil  Dorong konsumsi cairan
 Tidak terjadi peningkatan  Tutup pasien dengan selimut
atau pakaian ringan
suhu tubuh
tergantung pada fase
 TTV dalam batas normal demam.
 Fasilitasi istirahat, terapkan
( TD: 100-120/80 mmhg,
pembatasan aktivitas
N: 70-80 x/mnt, P: 16-20
 Pantau komplikasi
x/mnt, SB: 36-370C) komplikasi yang
berhubungan dengan
demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab
demam.
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Beri obat / cairan intravena.

Manajemen cairan
 Jaga intake/asupan cairan
yang adekuat
 Monitor status hidrasi
 Monitor hasil laboratorium
yang relevan dengan retensi
cairan.
 Berikan cairan dengan tepat
 Dukung pasien dan keluarga
untuk membantu dalam
pemberian makanan dengan
baik.

2. Nyeri akut b/d


Setelah dilakukan Manajemen nyeri
agen cedera
biologis
perawatan selama  Lakukan pengkajian nyeri
1x24 jam nyeri komprehensif yang meliputI
berkurang atau hilang lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi,kualitas dan
 Mampu mengontrol nyeri intensitas nyeri serta faktor
 Melaporkan bahwa nyeri pencetus.
berkurang  Observasi reaksi nonverbal
 Mampu mengenali dari ketidaknyamanan
nyeri(skala,intensitas  Berikan informasi mengenai
frekuensi dan tanda nyeri) nyeri
 Menyatakan rasa nyaman  Kurangi faktor yang dapat
setelah nyeri berkurang mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
 Pilih dan implementasikan
tindakan farmakologi dan
nonfarmakologi untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri
 Ajarkan metode farmakologi
untuk menurunkan nyeri
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan control
nyeri
 Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
Pemberian analgesic
 Tentukan lokasi,
karakteristik,kualitas, dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
 Cek perintah pengobatan
 Tentukan pilihan obat
analgesic berdasarkan tipe
dan keparahan penyakit
 Kolaborasikan dengan
dokter.
3. Disfungsi seksual Setelah dilakukan Konseling seksual
b/d gangguan perawatan selama 2x24 jam  Bangun hubungan terapeutik
fungsi tubuh klien menunjukkan fungsi  Berikan privasi dan jaminan
seksual meningkat dengan kesehatan
kriteria hasil:  Tetapkan lamanya konseling
 Mengespresikan  Dorong pasien untuk
kenyamanan dengan tubuh mengungkapkan ketakutan
 Mengkomunikasikan dan untuk bertanya
kenyamanan dengan mengenai fungsi seksual
pasangan.  Kumpulkan riwayat
 Mengespresikan minat seksualitas pasien
seksual  Monitor timbulnya stress,
kecemasan dan depresi
sebagai kemungkinan
penyebab dari disfungsi
seksual
 Tentukan tingkat
pengetahuan pasien
mengenai seksual secara
umum
 Bantu pasien
mengespresikan kesedihan
dan kemarahan mengenai
perubahan dalam fungsi
tubuh
 Diskusikan efek kesehatan
dan penyakit terhadap
seksualitas
 Libatkan pasangan pasien
pada saat konseling
 Beri rujukan untuk
berkonsultasi pada petugas
tim kesehatan lainnya sesuai
kebutuhan
4. Ansietas b/d
Setelah dilakukan Pengurangan
perubahan status
perawatan selama 2x kecemasan
kesehatan
24 jam tingkat  Kaji tanda verbal dan
kecemasan berkurang nonverbal kecemasan
dengan kriteria hasil:  Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
 Dapat beristirahat
 Nyatakan dengan jelas
 Perasaan tidak gelisah
 Menyampaikan rasa takut harapan terhadap perilaku
dan cemas secara lisan klien
 Tidak mengalami  Berikan informasi faktual
gangguan tidur terkait diagnosis, perawatan
 TTV dalam batas normal dan prognosis
 Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman
 Dangarkan klien
 Dorong verbalisasi perasaan
 Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat
kecemasan
 Atur penggunaan obat obat
untuk mengurangi
kecemasan secara tepat.

Tekhnik menenangkan
 Pertahankan sikap yang
tenang dan hati-hati
 Pertahankan kontak mata
 Kurangi stimuli yang
menciptakan perasaan
takut maupun cemas
 Berada disisi klien
 Duduk dan bicara
dengan klien
 Instruksikan klien untuk
menggunakan metode
mengurangi kecemasan
(mis: teknik bernafas
dalam)
 Berikan obat anti
kecemasan jika di
perluka
5. Resiko infeksi
Setelah dilakukan Control infeksi
perawatan infeksi  Ganti peralatan perawatan
tidak terjadi dengan per pasien sesuai protocol
kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
 Cuci tangan sebelum dan

 Tidak ada tanda sesudah kegiatan perawatan


 Dorong untuk beristirahat
tandainfeksi(kemerahan,  Berikan terapi antibiotic
demam ,nyeri dan yang sesuai
bengkak)
Perlindungan infeksi
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
 Monitor kerentanan terhadap
infeksi
 Monitor hitung mutlak
granulosit, WBC dan hasil
hasil diferensiasi
 Tingkatkan asupan nutrisi
yang cukup
 Anjurkan istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk (2016), Nursing Intevensions Classification


Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: ISBN
Bobak, loudernil, Jensen (2012), Buku Ajar Keperawatan Komunitas.
Jakarta : EGC
Herman , T. Heather (2015), Nursing Diagnoses Definitions and
Classification 2015-217. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue, dkk (2016), Nursing Outcomes Classification Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta : ISBN
Rasjidi ,Imam (2014), Panduan Penatalaksanaan Infeksi pada
Traktus Genitalis dan Urinarius. Jakarta: EGC
Reader , Sharon J (2013), Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18. Jakarta : EGC
Wiknjosastro , Hanifa(2011), Ilmu Kandungan Edisi
Ketiga.Yogyakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
www.scribd.com

Vous aimerez peut-être aussi