Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan mental berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders-4th Edition-Text Revisions (DSM-IV-TR) “sindrom atau
pola perilaku dan psikologi klinis signifikan yang terjadi pada seorang
individu dan berhubungan dengan adanya distres atau ketidakmampuan
(misalnya gangguan satu atau lebih dari fungsi) atau peningkatan yang
signifikan terhadap penderitaan kematian, nyeri, ketidakmampuan, atau
kehilangan kebebasan yang bermakna (Missouri Department of Mental
Health, 2011). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa bentuk
yang parah dari penyakit mental adalah skizofrenia.
Menurut WHO (2013), skizofrenia yang mempengaruhi sekitar 7 per
seribu dari populasi orang dewasa, terutama pada kelompok usia 15-35 tahun.
Meskipun insiden rendah yaitu sejumlah 3 per 10.000, namun prevalensinya
tinggi disebabkan oleh kronisitas. Di United States, Kanada, dan Eropa Barat,
perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang terkena skizofrenia adalah
1,2 : 1 dengan laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. (Gale Group, 2003).
Berdasarkan Riskesdas (2007) di Indonesia penderita skizofrenia mencakup
4,6 %. Khusus wilayah Yogyakarta, prevalensi angka gangguan mental parah
atau skizofrenia adalah 3,8 % (Riskedas, 2007). Data yang didapatkan di RS
Jiwa Grhasia, penderita gangguan jiwa yang mendapatkan perawatan rawat
inap selama tahun 2012 yaitu sejumlah 1115 pasien. Puncak tertinggi berada
pada bulan Oktober 2012 yaitu sejumlah 112 pasien dengan berbagai tipe
skizofrenia. Jumlah pasien dengan tipe skizofrenia tidak terinci mencakup 422
pasien, skizofrenia paranoid 301 pasien, tipe residual 59 pasien dan katatonik
39 pasien.
Gangguan mental merupakan suatu masalah kesehatan yang masih
sangat penting untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak
mempunyai kemampuan untuk menilai realitas yang buruk. Gejala dan tanda
yang ditunjukkan oleh penderita gangguan mental antara lain gangguan
kognitif, gangguan proses pikir, gangguan kesadaran, gangguan emosi,
kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh ( Nasir, 2013).
Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka
prevalensi penderita gangguan jiwa menurut data WHO menyatakan ada satu
dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan diperkirakan ada
450 penderita gangguan jiwa di dunia ( Yosep, 2007). Kasus gangguan jiwa di
Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,7 % dari seluruh penduduk Indonesia,
dengan pembagian gangguan jiwa berat 1,7 % dan gangguan mental
emosional sebasar 6 %. dengan jumlah seluruh RT yang dianalisis adalah
294.959 terdiri dari 1.027.763 ART yang berasal dari semua umur. Rumah
tangga yang menjawab memiliki ART dengan gangguan jiwa berat sebanyak
1.655, terdiri dari 1.588 RT dengan 1 orang ART, 62 RT memiliki 2 orang
ART, 4 RT memiliki 3 ART, dan 1 RT dengan 4 orang ART yang mengalami
gangguan jiwa berat. Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat
sebanyak 1.727 orang Riskesdas, (2013). Prevalensi gangguan jiwa di Jawah
Tengah sebesar 2,3 % dengan jumlah seluruh Rumah Tangga (RT) yang
dianalisis 294.959 terdiri dari 2 1.027.763 Anggota Rumah Tangga (ART)
yang berasal dari semua umur ( Kemenkes RI, 2013).

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan gangguan mental
2. Mengetahui dan memahami apa saja penyebab dari gangguan mental
3. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dengan orang yang
mengalami gangguan mental
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada gangguan mental
C. Manfaat
1. Dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa tentang betapa
pentingnya hubungan keluarga terhadap penyakit gangguan jiwa.
2. Diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk penderita
gangguan mental atau gangguan kejiwaan agar lebih bisa mengontor
emisional
3. Sebagai acuan mahasiswa dalam penyusunan asuhan keperawatan
4. Sebagai informasi yang dapat di baca
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran , persepsi , emosi, gerakan, dan perilaku yang
aneh ,dan tergganggu (videbeck, 2008). Skizofrenia tidak dapat didefinisikan
sebagai penyakit tersendiri, melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau
proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti
jenis kanker. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada
persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih
dankemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit
kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock). Gejala skizofrenia
secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan
gejala negatif.Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran,
gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam
perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari
pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif,
apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan
kehendak atau inisiatif. Skizofrenia merupakan salah satu jenis gangguan
psikis yang paling serius karena dapat menyebabkan menurunnya fungsi
manusia dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari - hari seperti
kesulitan dalam merawat diri sendiri, bekerja atau bersekolah, memenuhi
kewajiban peran, dan membangun hubungan yang dekat dengan seseorang
(Jested an Mueses, 2008)
Tipe Skizofrenia
Menurut videbeck , 2008 beberapa tipe skizofrenia dari dari DSM-IV-
TR 2000. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala yang dominan.
1. Skizofrenia, tipe paranoid : ditandai dengan waham kejar(rasa menjadi
korban atau dimata-matai) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-
kadang keagaman yang berlebihan ( focus waham agama), atau perilaku
agresif dan bermusuhan.
2. Skizofrenia, tipe tidak terorganisasi : ditandai dengan afek datar atau afek
yang tidak sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan
disorganisasi perilaku yang ekstern.
3. Skizofrenia, tipe katatonik : ditandai dengan gangguan psikomotor yang
nyata, baik dalam bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motorik yang
berlebihan, negativism yang ekstrem, mutisme, geraka volunter yang aneh,
ekolalia atau ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi
atau stupor. Aktivitas motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan
tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal.
4. Skizofrenia, tipe tidak dapt dibedakan : ditandai dengan gejala-gejala
skizofrenia campuran disertai gangguan pikiran, afek , dan perilaku.
5. Skizofrenia, tipe residual : ditandai dengan setidaknya satu episode
skizofrenia sebelumnya tetapi saat ini tidak psikotik, menarik diri dari
masyarakat, afek datar, serta asosiasi longgar
B. Etiologi
Menurut keliat (2011) ada beberapa penyebab Skizofrenia antara lain:
1. Faktor genetik , belum teridentifikasi secara spesifik namun pengaruh
lokasi kromosom 6 pada gen dengan kromosom 4,8,15,22 berhubungan
dengan terjadinya Skizofrenia.
2. Faktor keturunan atau bawaan merupakan factor penyebab yang tidak
besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan Skizofrenia.
3. Ketidak seimbangan neurotransmitter ( dopemin dan glutamate)
4. Faktor lingkungan seperti kurang gizi selama kehamilan , masalah dalam
proses kelahiran , stress pada kondisi lingkungan , dan stigma (penyebab
kekambuhanpasien Skizofrenia).
1. Faktor genetic
Kebanyakan penelitiangenetik berfokus pada keluarga terdekat ,
seperti orang tua, saudara kandung, dan anak cucu untuk melihat apakah
skizofrenia diwariskan atau diturunkan secara genetic.hanya sedikit
penelitian yang memfokuskan pada kerabat yang lebih jauh.
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar
yang menunjukan bahwa kembar identik berisiko mengalami gangguan
sebesar 50%, sedangkan kembar fraternal beresiko hanya 15%, dan angka
inidapat meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis
menderita skizofrenia. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis
dengan riwayat skizofrenia tetapi diadopsi pada saat lahir oleh keluarga
tanpa riwayat skizofrenia masih memiliki resiko genetik dari orang tua
biologis mereka (Keliet, 2011)
2. Faktor neuroanatomi dan neurokimia
Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasif , sperti CT
scan , MRI , PET dalam waktu 25 tahun berakhir , para ilmuan mampu
meneliti struktur otak (neuroanatomi) dan aktivitas otak (neurokimia)
individu penderita skizofrenia.penelitian menunjukan bahwa individu
penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih sedikit , hal
ini dapat memperlihatkan suatu kegagalan perkembangan atau kehilangan
jaringan. CT scan menunjukan pembesaran ventrikel otak dan atrofi
korteks otak. Penelitian PET menunjukan bahwa ada penurunan oksigen
dan metabolisme glukosa pada struktur korteks frontal otak . Penelitian
neurokimia secara konsisten mempelihatkan danya perubahan sistem
neurotransmiter otak pada individu penderita skizofrenia (Keliet, 2011)
3. Factor imunologi
Ada teori popular yang mengatakan bahwa perubahan patologi
otak pada individu penderita skizofrenia dapat disebabkan oleh pajanan
virus , atau respon imun tubuh terhadap virus dapat mengubah fisiologi
otak. Walupun ilmuwan terus meneliti hal ini , tidak banyak penelitian
mampu memvalidasi teori tersebut. Baru-baru ini para penelitian
memfokuskan infeksi pada ibu hamil sebagai kemungkinan penyebab awal
skizofrenia. Epidemik flu diikuti dengan peningkatan kejadian skizofrenia
diinggris , Wales, Denmark , Finlandia , dan Negara lain (Keliet, 2011)
C. Manifestasi Klinis
Menurut keliat ( 2011) gejala- gejala skizofrenia adalah sebagai berikut:
1. Gejala positif
a. Waham : keyakinan yang salah, tidak sesuai dengan kenyatan ,
dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang (waham kejar, waham
curiga, waham kebesaran).
b. Halusinasi : gangguan penerimaan pencaindra tanpa stimulus eksternal
(halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan
perabaan)
c. Perubahan arus piker :
1) Arus piker terputus : dalam pembicaran tiba-tiba tidak dapat
melanjutkan isi pembicaran.
2) Inkoheren : berbicara tidak selaras dengan lawan bicara (bicara
kacau)
3) Neologisme : menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti oleh
diri sendiri, tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.
d. Perubahan perilaku
1) Hiperaktif : perilaku motorik yang berlebihan
2) Agitasi : perilaku yang menunjukan kegelisahan
3) Iritabilitas : mudah tersinggung
2. Gejala negative
a. Sikap masa bodoh
b. Pembicaran berhenti tiba-tiba
c. Menarik diri dari pergaulan social
d. Menurunya kinerja atau aktivitas social sehari-hari
Fase skizofrenia dibagi menjadi 2:
1. Fase akut : fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6
bulan, ditandai dengan gejala positif dan negative
2. Fase kronik : diagnosis skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut ,
sudah berlangsung 6 bulan atau lebih disertai:
a. Tidak memperhatikan kebersihan diri
b. Gangguan motorik atau pergerakan
D. Patofisiologi
Tanda awal dari slizofrenia adalah simtom-simtom pada masa
premorbid.Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian
diikuti dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu
beberapa hari sampai beberapa bulan.Adanya perubahan social / lingkungan
dapat memicu munculnya simtom gangguan.Masa prodormal ini bisa
langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik
yang terlihat. Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk
dan remisi.Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi
normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus
dipertahankan.Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami
kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami
deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh.
Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa
berlangsung seumur hidup.Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif
hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit
hilang bahkan bertambah parah. Faktor-faktor resiko tinggi untuk
berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang
menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar
monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang
mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam
perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu,
menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut,
proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang
tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan
bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin,
kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan
vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh (Tirtojiwo, 2012)
E. Pemeriksaan Penunjang
Bila dokter menduga bahwa seseorang menderita schizophrenia, dia
akan menanyakan adanya riwayat penyakit badan dan kejiwaannya,
melakukan pemeriksaan badan, melakukan test medis dan psikologis.
Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan:
1. Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah dan skrining ada
tidaknya kecanduan obat bius yang sering memberikan gejala yang sama
dengan schizophrenia. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan CT Scan
dan magnetic resonance imaging (MRI) otak, untuk mengetahui ada
tidaknya kelainan di otak. (Tirtojiwo, 2012)
2. Pemeriksaan psikologis. Dokter akan menanyakan tentang pikiran,
perasaan, ada tidaknya waham (delusion), sikap/ perilaku, keinginan
untuk bunuh diri atau melakukan kekerasan (Tirtojiwo, 2012)
F. Penatalaksanaan
Sampai saat ini, belum ada obat untuk menangani sizofrenia. Metode
pengobatan yang dilakukan hanya sebatas mengendalikan dan mengurangi
gejala pada pasien. Beberapa metode pengobatan tersebut adalah :
1. Obat-obatan
Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan
obat dalam dosis seminimal mungkin. Antipsikotik bekerja dengan
menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak. Pasien harus tetap
mengonsumsi antispikotik untuk seumur hidupnya, meskipun gejala yang
dialami sudah membaik.
Obat antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk tablet atau suntik.
Bentuk obat yang diberikan tergantung pada kemauan pasien untuk
diobati. Pada pasien yang mudah diatur, dokter akan memberikan
antipsikotik bentuk tablet. Tetapi pada pasien yang sulit diberikan tablet
antipsikotik, dokter akan memberikan antipsikotik jenis suntik. Beberapa
efek samping obat antipsikotik yang dapat muncul:
a. Berat badan bertambah
b. Gairah seks menurun
c. Kejang
d. Mulut kering
e. Penglihatan kabur
f. Pusing
g. Tremor
Antipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama) dan atipikal
(generasi baru). Saat ini, dokter lebih merekomendasikan antipsikotik
atipikal, karena memiliki lebih sedikit efek samping dibanding antipsikotik
tipikal. Beberapa jenis antipsikotik tipikal adalah chlorpromazine,
fluphenazine. Sedangkan jenis antipsikotik atipikal antara
lain aripiprazole, clozapine, olanzapine (Arikunto. S, 2015)
2. Psikoterapi
Psikoterapi untuk penderita skizofrenia bertujuan agar penderita
dapat mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini akan
dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Beberapa metode
psikoterapi, antara lain:
a. Terapi individual. Pada terapi ini, Di antara caranya adalah dengan
memahami pola pikir dan perilaku pasien.
b. Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah perilaku dan
pola pikir pasien. Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-obatan,
akan membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan delusi, serta
mengajarkan pasien cara mengatasinya.
c. Terapi remediasi kognitif. Terapi ini mengajarkan pasien cara
memahami lingkungan sosial, serta meningkatkan kemampuan pasien
dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan mengendalikan
pola pikirnya.
3. Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif,
untuk meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan
menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4
minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian
obat.
Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk
membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang
elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir melalui
elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien. (dr. Tjin Wily)
G. Komplikasi
Jika tidak diobati, skizofrenia dapat menyebabkan masalah berat yang
memengaruhi setiap aspek kehidupannya. Komplikasi yang mungkin
menyebabkan skizofrenia atau dikaitkan dengan hal berikut ini :
1. Bunuh diri dan skizofrenia
Bunuh diri adalah penyebab nomor satu kematian dini pada pasien
dengan skizofrenia. Penting untuk mengetahui tanda-tanda peringatan dan
bagaimana pasien bereaksi ketika sedang memulai mencoba bunuh diri.
2. Penyalahgunaan zat, nikotin, & skizofrenia
Penyalahgunaan zat dapat mengganggu pengobatan skizofrenia
karena penggunaan narkoba mengacaukan sistem neurotransmiter di otak.
3. Kekerasan Perilaku & Skizofrenia
Orang dengan skizofrenia rentan terhadap kekerasan. Biasanya
penderita lebih memilih untuk dibiarkan sendiri. Terkadang, penderita juga
berpotensi melukai orang-orang di sekitar dan merusak barang-barang di
rumah. (Hidayat . AA, 2013)
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya identitas terdiri dari : nama klien, umur, jenis kelamin,
alamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam
medik, keluarga yang dapat dihubungi.
2. Alasan masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu
senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat
murung, penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan
mulai menganggu orang lain.
3. Faktor predisposisi
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan
adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik
dan mental yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak
mampu melakukan perawatan diri. Ditemukan adanya faktor
perkembangan dimana keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu, menurunnya
kemampuan realitas sehingga menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan
dan situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri.
4. Pemeriksaan fisik
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu
pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan
acak-acakan.
5. Psikososial
a. Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak
sukai.
2) Identitas diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum dirawat,
kepuasaan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasaan pasien
sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai
dengan jenis kelamin dan posisinya.
3) Peran diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam
keluarga/pekerjaan/kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien
dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
4) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap keadaan tubuh yang
ideal, posisi, tugas, peran dalan keluarga, pekerjaan atau sekolah,
harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien
terhadap penyakitnya.
5) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
lain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berhubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian
pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
6) Hubungan sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
7) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghiraukan lagi dirinya.
b) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika
pasien mengalami gangguan jiwa.
8) Status mental
a) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu
cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
b) Cara bicara/pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatis serta tidak mampu memulai
pembicaraan.
c) Aktivitas motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
d) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
e) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
f) Interaksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukkan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang lain.
g) Persepsi
Biasanya pasien berhakusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
h) Proses pikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi,
pembicaraan meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan
kadang pembicaraan berhenti tiba-tiba.
9) Kebutuhan pasien pulang
a) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien
terganggu serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan
dan membersihkan alat makan.
b) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mampu mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
c) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien mengeluarkan
bau.
d) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
e) Istirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
f) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat
tidak teratur.
g) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas
di dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa
malas.
10) Mekanisme koping
a) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada, pasien tidak
mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
b) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
c) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga, pendidikan
yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
d) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit pearwatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
e) Sumber koping
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya.
Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakianan
budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri
2. Harga Diri Rendah
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Defisit Perawatan 1. Perawatan diri : Observasi 1. Untuk mengetahui
Diri (D.0109) berpakaian 1. Monitor intregitas intregitas kulit
Kategori : Perilaku 2. Perawatan diri : kulit pasien pasien
Subkategori mandi 2. Monitor kebersihan 2. Agar kebersihan
:Kebersihan Diri 3. Perawatan diri: kuku sesuai dengan kuku pasien tetap
kebersihan kemampuan terpantau dengan
Definisi : tidak merawat diri pasien. baik
mampu melakukan Tujuan : Mandiri
atau menyelesaikan Setelah dilakukan 3. Fasilitasi pasien 3. Agar pasien rutin
aktivitas perawatan tindakan keperawatan untuk mengosok menggosok gigi
diri. dalam waktu ….x 24 gigi dengan tepat pada tepat waktu
Jam diharapkan defisit 4. Fasilitasi pasien 4. Agar pasien mulai
Gejala dan Tanda perawatan diri dapat untuk mandi terbiasa untuk
Mayor teratasidengan sendiri, dengan mandi sendiri pada
Subjektif : Kriteria hasil : tepat, sediakan tepat waktu dan
1. Menolak 1. Klien tidak pakaian pasien di bisa mengunakan
melakukan terganggu lagi pada daerah yang dapat pakaian dengan
perawatan diri saat mengeramas di jangkau. baik.
Objektif rambut 5. Fasilitasi pasien 5. Agar pasien dapat
2. Tidak mampu 2. Klien tidak untuk dapat merapikan rambut
mandi, terganggu lagi pada menyisir rambut dengan baik.
mengenakan saat menyisir rambut dengan tepat.
pakaian sendiri, 3. Klien tidak
makan, ketoilet, terganggu lagi pada 6. Puji usaha pasien 6. Agar pasien
berhias secara saat untuk berpakaian merasa usahanya
mandiri. mempertahankan sendiri dihargai.
3. Minat melakukan kebersihan tubuh. Health education
perawatan diri 4. Klien tidak 7. Informasikan pasien 7. Agar pasien dapat
kurang. terganggu lagi dalam mengenai memilih pakaian
mencuci bagian atas ketersedian pilihan yang ingin di
dan bawah. pakaian. gunakan
5. Klien tidak Kolaborasi
terganggu lagi dalam 8. Dukung orang tua/ 8. Agar orang tua /
menggunakan keluarga keluarga dapat
pakaian pada bagian berpartisipasi dalam membantu proses
atas dan bawah. ritual menjelang penyebuhan
tidur bisa dilakukan pasien.
dengan tepat.
2. Harga Diri Rendah 1. Hargadiri 1. Bantu pasien untuk 1. Mengindentifikasi
Kronis(D.0086) 2. Tingkat stress mengidentifikai masalah
Kategori : masalah atau situasi dibutuhkan untuk
Psikologis Tujuan : yang menyebabkan mengurangi
Subkategori : Setelah dilakukan distress dampak distress
Integritas Ego tindakan keperawatan Mandiri pada klien
dalam waktu ...x 24jam 2. Buat pernyataan 2. Agar klien mampu
Definisi: Evaluasi diharapkan Harga Diri positif mengenai meningkatkan
atau perasaan rendah Kronis dapat pasien harga diri
negative terhadap teratasi dengan Kriteria 3. Fasilitasi 3. Membantu klien
diri sendiri atau Hasil : lingkungan dan dalam proses
kemampuan klien 1. Klien mampu aktivitas-aktivitas peningkatan harga
seperti tidak berarti, melakukan yang akan diri
tidak berharga, tidak penerimaan terhadap meningkatkan harga
berdaya yang keterbatasan diri diri
berlangsung dalam 2. Klien mampu 4. Dukung 4. Melakukan kontak
waktu lama dan terus mempertahankan (melakukan) kontak mata saat
menerus. kontak mata mata pada saat berkomunikasimen
3. Klien mampu berkomunikasi andakan bahwa
Penyebab : meningkatkan dengan orang lain klien mampu
Gangguan psikiatri kepercayaan diri melakukan
interaksi
Health Education denganbaik
5. Tingkatkan 5. Memberikan
kesadaran informasi lebih
masyarakat bahwa dini mampu
bunuh diri adalah menurunkan resiko
masalah kesehatan bunuh diri pada
yang bisa dicegah klien dengan
Kolaborasi masalah mental
6. Diskusikan dengan 6. Pemberian obat
tenaga kesehatan dan terapi yang
yang lain terkait tepat membantu
pengobatan / terapi klien mengatasi
untuk klien keluhan dan
mempercepat
proses pemulihan
3. Pemeliharaan 1. Pengetahuan Observasi Observasi :
Kesehatan Tidak Promosi 1. Monitor 1. Agar perawat
Efektif (D.0117) Kesehatan keterlibatan anggota dapat memantau
Kategori : Perilaku 2. Perilaku Patuh : keluarga dalam antara keluarga
Subkategori : Aktifitas yang di perawatan pasien dan pasien
Penyuluhan dan Sarankan Mandiri Mandiri :
Pembelajaran 2. Mengembangkan 2. Agar rencana
Tujuan : rencana perawatan, keperawatan sesuai
Definisi : ketidakma Setelah dilakukan termasuk hasil yang dengan yang di
mpuan tindakan keperawatan diharapkan dan harapkan termasuk
mengidentifikasi, dalam waktu …… X 24 pelaksanaan hasil yang di
mengelola, dan/atau jam diharapkan rencana perawatan harapkan juga
menemukan bantuan pemeliharaan kesehatan 3. Identifikasi 3. Untuk mengetahui
untuk tidak efektif dapat perubahan fisik perubahan kondisi
mempertahankan teratasi dengan pasien dalam fisik pasien dalam
kesehatan. Kriteria Hasil : perawatan perawatan
1. Klien mampu Health education Health Education :
mengetahui tentang 4. Informasikan 4. Untuk mengetahui
perilaku yang dapat faktor-faktor yang faktor-faktor apa
meningkatkan dapat meningkatkan saja yang dpat
kesehatan strategi kondisi pasien pada meningkatkan
mengelola stress anggota keluarga kondisi pasien
sudah teratari dari 5. Berikan informasi 5. Agar anggota
skala 1-5 kepada anggota keluarga dapat
keluarga mengenai mengetahui
perkembangan informasi terkait
pasien perkembangan
Kolaborasi pasien
6. Diskusikan dengan 6. Untuk mengetahui
tim kesehatan lain sejauh mana
terkait perkembangan
perkembangan klien kesehatan klien
BAB IV

PENUTUP

D. Kesimpulan
Penyakit mental adalah gangguan otak yang di tandai oleh
terganggunya emosi, proses pikir, perilaku, dan penangkapan panca indra.
Penyakit mental ini dapat menimbulkan stress serta gangguan proses pikir
yang sulit dikendalikan.penyakit mental tidak mengenal setiap orang, tanpa
mengenal umur bangsa, agama maupun status sosial, dan gangguan ini perlu
perhatian khusus terutama perhatian dari orang orang terdekat. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan mental seseorang yakni,
faktor psikoligis, somatic maupun sosial budaya.

E. Saran
Pengadaan klinik klinik psikiatrik agar dapat membantu mengatasi
masalah masalah gangguan mental dalam masyarakat
1. Peran serta keikutsertaan masyarakat dapat membantu mengatasi masalah
masalah gangguan mental dalam lingkungan masyarajat
2. Tim tim kesehatan mampu memberikan edukasi mengenai penanganan
pada mayarakat dengan gangguan mental.
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Windows%208.1/Downloads/BAB%20I%20(3).pdf

file:///C:/Users/Windows%208.1/Downloads/S1-2014-299709-chapter1.pdf

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta : Gosyen Publishing

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/543/1/KTI.lengkap.mohammadirfan.pdf

https://tirtojiwo.org/?p=391
www.Alodeokter.com (dr. Tjin Willy)
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Schizop
hrenia-Indonesian.pdf?ext=.pdf

Vous aimerez peut-être aussi