Vous êtes sur la page 1sur 32

Referat

September 2018

LOW VISION

Oleh:
Septia Puji Mayasari, S.Ked
G1A216039

Pembimbing :
dr. Puji Lestari, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN MATA RSUD ABDUL MANAP
FKIK UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2018
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

LOW VISION

Disusun Oleh:

Septia Puji Mayasari, S.Ked

G1A216039

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior


SMF/ Bagian Mata RSUD Raden Mattaher
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Laporan ini diterima

September 2018

PEMBIMBING

dr. Puji Lestari, Sp.M

NIP. 19761209 200604 2 015


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
telaah referat ini yang berjudul “Low Vision”. Tulisan ini dimaksudkan sebagai
syarat untuk menyelesaikan stase di bagian Mata Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Terwujudnya sebuah referat ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Puji Lestari, Sp.M, sebagai dosen
pembimbing
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan
kesehatan.

Jambi, September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTARI ISI ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2

2.1 Anatomi Mata............................................................................... 2

2.2 Refraksi dan Media Refraksi ....................................................... 3

2.3 Definisi ........................................................................................ 4

2.4 Etiologi ........................................................................................ 6

2.4 Klasifikasi ................................................................................... 7

2.4 Gambaran Klinis ......................................................................... 10

2.4 Diagnosa ...................................................................................... 11

2.4 Penatalaksanaan .......................................................................... 21

BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 26


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Penglihatan kabur didefinisikan oleh ketajaman visual 20/70 (6/21) atau


kurang.1-3 Permasalahannya, definisi numerik ini tidak memperhitungkan masalah
fungsional banyak individu dengan penglihatan lebih baik dari 20/70 tetapi
memiliki kondisi yang menyebabkan gangguan seperti hilangnya ketajaman
penglihatan dan/atau kontras yang tidak terlihat selama tes ketajaman visus
kontras tinggi yang mungkin secara rutin dilakukan oleh refraksionis. Sebagai
akibatnya, National Eye Institute mengadopsi definisi fungsional penglihatan
rendah.4 Berdasarkan definisi fungsional ini, rehabilitasi terhadap penglihatan
sekarang lebih inklusif dibanding dulu, mencakup manajemen individu dari segala
usia, yang memiliki kelainan ketajaman visual baik kongenital maupun didapat,
kelainan lapangan pandang dan/atau kelainan faktor fungsional lainnya.4
Pada mata dengan visus yang tergolong baik (>20/70), tetapi mengalami
gangguan fungsional yang mengganggu misalnya proses pembelajaran,
avokasional, interaksi sosial, atau kegiatan sehari-hari. Hilangnya penglihatan ini
tidak dapat diperbaiki oleh kacamata standar, lensa kontak, obat-obatan, atau
pembedahan. Oleh karena itu, rehabilitasi terhadap penglihatan harus dianggap
sebagai bagian dari rangkaian perawatan mata yang meliputi perawatan mata
refraktif, medis dan bedah yang harusnya dimulai sejak lahir dan terus berlanjut
sepanjang hidup. Tujuan rehabilitasi penglihatan adalah untuk memaksimalkan
penglihatan secara fungsional tiap individu. Sehingga, dapat meningkatkan
kemandirian dan kualitas hidup.2,3
Rehabilitasi gangguan penglihatan sering membutuhkan pendekatan tim.
Tim rehabilitasi penglihatan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada, medis,
optometris, dan layanan psikologis. Tim rehabilitasi dipimpin oleh dokter mata
atau ophthalmologis dengan pelatihan khusus dan minat dalam perawatan
individu yang mengalami gangguan penglihatan.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata


Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah: sklera/kornea,
koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar yaitu sklera, yang membentuk bagian
putih mata. Pada bagian anterior, lapisan luar terdiri atas kornea transparan yang
merupakan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya ke interior mata. Lapisan
tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan mengandung
pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling dalam
dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di
sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalamnya. Retina mengandung sel
batang dan sel kerucut yang fotoreseptor yang dapat mengubah energi cahaya
menjadi impuls syaraf.5

Gambar 1. Anatomi Mata

Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot.5
Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil
itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan
level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya
cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat
menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris
berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua
untuk menuju ke retina.5

2.2 Refraksi dan Media Refraksi


Refraksi adalah suatu fenomena fisika berupa penyerapan sinar yang melalui
media transparan yang berbeda. Sebagai suatu contoh proses refraksi saat sebuah
pensil diletakkan di dalam gelas yang berisi air, maka akan tampak gambaran
pensil di udara tidak lurus dengan yang tampak pada air.5,6
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata yang tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.5,6
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti Punctum
Proksimum yang merupakan titik terdekat di mana seseorang masih dapat melihat
dengan jelas. Punctum Remotum adalah titik terjauh di mana seseorang masih
dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. 5,6
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiriatas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca).
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola
mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. 5,6
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam
untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan
suatu bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas
cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan
kepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda. 5,6,7
Dua faktor penting dalam refraksi yaitu densitas komparatif antara 2 media
(semakin besar perbedaan densitas maka semakin besar derajat pembelokan) dan
sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut maka
semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan
refraktif mata adalah kornea dan lensa. 5,6,7

2.3 Definisi
Ketajaman penglihatan atau visus adalah ukuran kemampuan mata untuk
membedakan detail dan bentuk objek, biasanya dinilai oleh objek yang dapat
diidentifikasi terkecil yang dapat dilihat pada jarak tertentu (biasanya 20 kaki atau
16 inci). Visus normal adalah 20/20. Jika seorang individu melihat 20/200, huruf
terkecil yang dapat dilihat orang ini pada 20 kaki dapat dilihat oleh seseorang
pada 200 kaki.2
Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan
optimal seperti pengobatan, operasi dan koreksi kacamata tetapi penglihatan
masih buram (kurang dari 6/18) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari
titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Low
vision tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami
kebutaan, seseorang yang mengalami low vision masih dapat mempergunakan
penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau
aktifitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir. Seseorang dengan low vision
mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan
membedakan warna yang hampir serupa.Dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan hal sebagai berikut:8,9
- Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan
pada fungsi penglihatnnya.
- Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.
- Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.
- Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa
penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari.1
Walaupun low vision dapat terjadi di segala usia, low vision terutama lebih
banyak terjadi pada usia lanjut. Low vision bukan bagian dari proses penuaan.
Penyebab utama visual impairment dan low vision pada dewasa antara lain :
- Usia yang berhubungan dengan degenerasi makula
- Glaukoma
- Katarak
- Retinopati diabetes
Apabila visual impairment diketahui lebih cepat, penatalaksanaan dapat lebih
efektif.

2.4 Epidemiologi
Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia
mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami
visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,
sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana
prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.9,10
Selain itu, perkiraan sekitar 13,5 juta orang Amerika diatas usia 45 tahun
mengalami low vision dan lebih dari dua pertiga diperkirakan terjadi diatas usia
65 tahun. Pada usia diatas 65 tahun diprediksikan akan meningkat dari 33,2 juta di
tahun 1994 akan menjadi 80 juta pada tahun 2050. Peningkatan penderita yang
mengalami low vision ini dinilai akan mengalami peningkatan yang cukup
berpengaruh. Low vision menempati peringkat ke tiga setelah arthritis dan heart
diseases sebagai penyakit kronis yang paling sering memerlukan alat bantu dalam
aktivitas sehari-hari pada orang yang berusia diatas 70 tahun. 9,10

2.5 Etiologi
Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi
mata dan sistem visual. Kelainan – kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan
keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk
rehabilitasinya.6
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :
- Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat
kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).
- Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer
normal, khas pada oedem makula.
- Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi
dan kelainan-kelainan nervus optikus.
- Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan
gangguan retina perifer lainnya.

2.6 Klasifikasi
Kategorisasi kehilangan penglihatan saat ini yang termasuk dalam ICD-10
didasarkan pada rekomendasi Kelompok Studi WHO tentang Pencegahan
Kebutaan, pada tahun 1972. Beberapa representasi telah dibuat untuk WHO/PBD
berkenaan dengan kebutuhan untuk meninjau dan mengubah klasifikasi
berdasarkan pengalaman di lapangan dan dalam praktek klinis. Representasi
resolusi pada subjek diadopsi oleh International Council of Ophthalmology,
mewakili Federasi Internasional of Ophthalmological Societies, pada tahun 2002.
Klasifikasi yang ada saat ini ditunjukkan di bawah ini:5,8
Penglihatan Normal
Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
2,0 6/3 20/10
1,33 6/5 20/15 100%
1,0 6/6 20/20 100%
0,8 6/7,5 20/25 95%

Penglihatan Hampir Normal


Tidak menimbulkan masalah yang gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebab
mungkin suatu penyakit yang masih dapat diperbaiki.
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
0,75 6/9 20/30 90%
0,6 5/9 15/25
0,5 6/12 20/40 85%
0,4 6/15 20/50 75%
0,33 6/18 20/60
0,285 6/21 20/70

Low Vision Sedang


Dengan kacamata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
0,25 6/24 20/80 60%
0,2 6/30 20/100 50%
6/38 20/125 40%
Low Vision Berat
Masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran
pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa
pembesar kuat. Membaca menjadi lambat.
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
0,1 6/60 20/200 20%
0,066 6/90 20/300 15%
0,05 6/120 20/400 10%

Low Vision Nyata


Bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih
untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat masih mungkin membaca
dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan braille, radio, pustaka kaset.
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
0,025 6/240 20/800 5%

Hampir Buta
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak
bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.

Buta Total
Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada
alat indera lainnya atau tidak mata. Penglihatan akan memberikan hambatan
tertentu. Pada setiap hambatan diperlukan alat bantu sehingga terdapat kemudahan
dalam penyesuaian dengan kehidupan normal.
Dikenal nilai penglihatan kurang dengan hambatan dan alat bantu yang diperlukan
sebagai berikut:

Cacat penglihatan, low vision, dibagi atas 2 kelompok:


1. Penglihatan kurang ringan dimana terdapat gangguan penglihatan ringan
dengan tajam penglihatan kurang 0,3 (< 5/15, 6/18 atau 6/20, 20/80 atau
20/70).
2. Penglihatan kurang berat yang pada negara tertentu dimasukkan ke dalam
golongan buta, dimana terdapat gangguan penglihatan berat, tajam penglihatan
kurang dari 0,12 (5/40, 6/48, atau 20/160).

The International Classification of Diseases, Revisi ke-9, Clinical


Modification (ICD-9-CM) membagi low vision menjadi 5 kategori yaitu: 1
- Moderate visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat
dikoreksi yaitu kurang dari 20/60 to 20/160
- Severe visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi
yaitu kurang dari 20/160 sampai 20/400 atau diameter lapangan pandang
kurang lebih 20°.
- Profound visual impairment. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat
dikoreksi yaitu kurang dari 20/400 sampai 20/1000, atau diameter lapangan
pandang kurang lebih 10°.
- Near-total vision loss. Ketajaman penglihatan terbaik yang dapat dikoreksi
yaitu kurang dari sama dengan 20/1250.
- Total blindness. No light perception.
Tabel 1. Kategori Gangguan Penglihatan

2.7 Gambaran Klinis


Adapun ciri-ciri umum penderita low vision yaitu sebagai berikut:9,11
- Menulis dan membaca dalam jarak dekat.
- Hanya dapat membaca huruf berukuran besar.
- Memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya
yang terang.
- Terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu.
Kondisi mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada
bagian luar.
2.8 Diagnosa
Anamnesa
Pemeriksaan low vision dapat dimulai dengan anamnesa yang lengkap.
Mengidentifikasi pasien-pasien tersebut dan mencatat alamat mereka penting di
dalam pencegahan, terapi medis dan pembedahan.6
Pasien-pasien harus ditanyai mengenai sifat, lama dan kecepatan gangguan
penglihatan. Aktivitas-aktivitas sehari-hari yang tidak dapat dilakukan harus
dibahas secara spesifik. Gejala awal dari penderita ini biasanya yang bersangkutan
mengalami kesulitan untuk:12
1. Mengenali wajah teman dan orang di sekitarnya.
2. Membaca, memasak, menjahit dan mengenal alat-alat di sekitarnya.
3. Melakukan aktivitas di rumah dengan penerangan yang redup.
4. Membaca rambu-rambu lalu-lintas, bis dan nama toko.
5. Memilih dan mencocokkan warna baju.

Pemeriksaan Fungsi Penglihatan


Penilaian fungsi penglihatan merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana
menjadi penujuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi penglihatan melalui
latihan-latihan dan penggunaan alat-alat bantu.12
Pemeriksaan terhadap pasien low vision berbeda dari pemeriksaan
ophthalmologi yang lazim diterapkan.2,12
- Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Merupakan uji yang pertama di dalam penilaian fungsi penglihatan.
Ketajaman penglihatan menunjukkan pengenalan gambaran yang berbeda dengan
kemampuan pengenalan benda. Aktivitas sehari-hari sering membutuhkan
pengenalan detil seperti pengenalan wajah dan mengidentifikasi uang.
Untuk pemeriksaan pasien low vision, snellen chart sering tidak
memuaskan sehingga tidak dijadikan standar pengukuran tetapi dianjurkan
menggunakan The Early Treatment Retinopaty Charts (ETDRS), colenbrander 1-
m chart, Bailey-Lovie Chart, LEA chart.18
Gambar 2. LEA Chart

Ketajaman penglihatan yang telah terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4


m, 2 m atau 1 m dengan ETDRS, yang memiliki baris-baris (masing-masing
dengan lima huruf). Jarak pemeriksaan 4 m digunakan untuk ketajaman
penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan 1 m untuk ketajaman
penglihatan yang kurang dari 20/400.12
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi
sehingga tidak spesifik terhadap suatu gangguan.

- Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca


Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran
ketajaman pengukuran penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan
jarak standar baca. Beberapa menggunakan 33 cm dan yang lain menggunakan 14
inchi atau 40 cm. Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak
baca pasien low vision. 1 3
Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan ukuran-
ukuran huruf yang geometrik dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih disukai
karena dilengkapi dengan perhitungan. Kartu yang memenuhi standar diatas
adalah The Minnesota Low Vision Reading Test (MNReadtest), dimana setiap
kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrander 1-m chart juga
mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian – rangkaian ini
mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca ketepatan didalam
hubungannya dengan ukuran huruf.13
Jenis uji baca lain adalah papper visual skills fir reading test, the Morgan Low
Vision Reading Comprehension Assesment.13

- Pengukuran Sensitivitas Kontras


Bukan merupakan indikator yang spesifik untuk masalah-masalah yang
bervariasi di dalam sistem penglihatan. 13
Sensitivitas kontras merupakan kemampuan mendeteksi benda pada kontras
yang rendah. Pasien akan mengalami kesulitan dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni
tangga, menuangkan susu kedalam mangkuk putih. 13
Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi
saat membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada pasien
dengan edema makula. Pelli-Robson chart dan LEA low –contrast chart
memberikan huruf-huruf atau symbol-simbol yang besar dengan penurunan
kontras. Alternatif lain yaitu Bailey-Lovie chart. 13
Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang
mengkombinasikan efek-efek kontras dengan iluminasi rendah. Pada salah satu
sisi mempunyai huruf-huruf regular (huruf berwarna hitam dengan latar belakang
putih), sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah, low
luminance chart (huruf berwarna hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).
13
Gambar 3. Bailey-Lovie Chart

- Pemeriksaan lapangan pandang


Perimetri makular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari
aspek-aspek penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).
Skotoma makular memberikan dampak mayor didalam aktivitas sehari-hari
dan terjadi pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral
menimbulkan masalah didalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan
pada tajam penglihatan.13
Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan
menentukan posisi dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat
apakah distorsi yang dilihat pasien berkurang pada penglihatan binokular atau
monokular. Apabila dengan penglihatan binokular distorsinya kurang maka
pasien mungkin calon untuk penggunaan lensa baca mengoreksi kedua mata
dari pada penggunaan lensa monokular biasa. Skotoma sentralis juga dapat
digrafikkan pada layar singgung.15
Walaupun mudah digunakan, uji Amsler Grid dan perimetri lainnya tidak
sensitive untuk mendeteksi skotoma monokular yang kecil dan tidak akurat
dalam menentukan perluasan skotoma. Scanning Laser Ophthalmoscope
(SLO) adalah instumen yang lebih disukai tetapi harganya mahal.13
Tangent screen dapat memberikan hasil yang tepat jika dilakukan oleh
perimetrist yang ahli dan sesuai dengan protokol pengujian. Perimetri makular
paling baik dilakukan dengan teknik hybrid dimana menggunakan intesitas
stimulus yang tunggak untuk seluruh lokasi uji, seperti perimetri kinetik, tatapi
target berada pada lokasi retina yang spesifik, seperti perimetri statik.8
Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya
diperiksa pada layar singgung dan untuk pasien glaukoma dan defisit
neurologik pada perimetri Goldmann11

Alat Bantu Low Vision


Alat-alat bantu optik maupun non optik dapat membantu pasien
menggunakan sisa penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup pasien serta
mengurangi ketergantungan pasien kepada orang lain.2,6,11
Jenis alat bantu optik untuk low vision:
1. Kacamata
- Visus kedua mata sama
- Jarak fokus
- Binokular dan monokular
2. Kaca pembesar
- Membaca spot
- Tangkai pegang dan kaki penyangga
3. Teleskop
- Melihat jauh
- Penampilan kurang baik
- Lapangan pandang sempit
- Gangguan tata nilai ruang
- Perlu latihan khusus
- Galilean dan kaplerian
Gambar 4. Autofokus Teleskop

Gambar 5. Teleskop Kaplerian

Gambar 6. Teleskop Galilean


Jenis alat bantu non optik untuk low vision:
1. Alat bantu tulis

Gambar 7. Buku Bergaris dan Alat Bantu Menulis Garis Tebal

2. Lampu penerangan
- Kontras ditingkatkan
- Lampu pijar 60 Watt atau lampu neon 11 Watt
3. Video pembesar
- Kamera dan monitor
- Pembesaran 140 kali
- Menggerakkan kamera atau objek
4. Perangkat lunak komputer
- Zoom Text dan Jaws
- Tampilkan di monitor lebih besar (visual)
- Suara (non visual)
- Gabungan visual - non visual

Low Vision Aids


Low vision aids diperlukan bila kacamata, pembedahan dan obat-obatan tidak
dapat menolong dalam waktu yang lama. Alat yang sudah tersedia dari yang
sederhana sampai yang elektronik dengan berbagai pembesaran, kekuatan, dan
kegunaan yang berbeda. Alat-alat seperti ini biasanya dipakai untuk melihat dekat,
membaca surat, membaca koran, menonton televisi dan film, membaca menu
restoran dan membaca label produk makanan ataupun minuman dan lain-lain,
seperti : sistem pembesaran video, mesin baca elektronik, kacamata baca
mikroskopik, teleskopik baca, kacamata teleskopik, teleskop tangan, kacamata
autofokus, teknologi akses untuk internet dan komputer, lampu untuk penerangan
dan pembesaran, aplikasi suara untuk program komputer dan alat pembesaran/
magnifiers yang terdiri dari handheld magnifier dan stand magnifier. 11,13
1. Handheld Magnifier (kaca pembesar yang dipegang)
Kegunaan:
- Membaca tanda, label, atau harga buku
- Mengenali uang
- Mengamati benda seperti tanaman atau serangga
- Menulis
Kelebihan:
- Mudah dibawa
- Tersedia kekuatan rendah sampai tinggi
- Murah
- Dapat dipakai pada posisi dan sudut apapun
- Memungkinkan memantulkan sinar ke tulisan atau benda
Kekurangan:
- Sulit untuk menentukan jarak yang sesuai
- Memerlukan tangan untuk memegangnya
- Sulit dipegang dengan tetap
- Sulit untuk menulis
- Jarak baca dapat berubah-ubah
Gambar 8. Handheld Magnifier

2. Stand Magnifier (kaca pembesar dengan kaki)


Kegunaan:
- Membaca surat kabar atau buku
- Melihat diagram atau gambar
Kelebihan:
- Memiliki jarak yang tetap untuk setiap gerakan
- Mudah dipakai
- Tersedia dari kekuatan rendah sampai tinggi
- Memungkinkan sinar mengenai tulisan jika kaki-kaki kecil dan sempit
- Dapat memakai alat bantu lain
Kekurangan:
2. Memerlukan tangan untuk memegangnya
3. Tidak terpakai untuk suatu aktifitas, seperti menulis
4. Tidak kelihatan normal
5. Harganya mahal
Gambar 9. Stand Magnifier

Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi pasien


yang benar. Peresapan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada 50%
kasus, sedangkan dengan instruksi angka keberhasilannya meningkat sampai
90%.6,8
Pasien menggunakan alat di bawah pengawasan seorang instruktur terlatih
sampai tercapai kecakapan dan efikasi. Dilakukan pembahasan tentang mekanika
alat-alat bantu, semua pertanyaan pasien dijawab, tujuan pemakaian alat diperjelas
dan pasien diberi cukup waktu dalam keadaan tenang untuk mencoba ketrampilan
yang baru mereka peroleh. Hal ini mungkin berlangsung dalam satu sesi atau
lebih karena sebagian pasien memerlukan percobaan pemakaian alat bantu di
rumah atau pekerjaan sebelum mereka yakin.5
Dokter harus terbiasa dengan alat-alat yang tersedia serta keunggulan dan
kekurangan masing-masing alat agar dapat memberi petunjuk yang sesuai bagi
instruktur bagaimana gejala penyakit dan ketajaman penglihatan mempengaruhi
indikasi pemakaian kacamata, lensa kontak, teleskop, lensa intraokular dan alat-
alat bantu low vision.5
2.9 Penatalaksanaan
Terapi low vision adalah suatu sistem yang menggunakan alat–alat optikal dan
non optikal, dengan intstruksi dan rehabilitasi, untuk membantu seseorang
menggunakan penglihatan yang tersisa untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Terapi low vision menganjurkan seseorang untuk membaca, menonton
televisi, menyetir dan mengenali wajah seseorang. Ini bukanlah tindakan
pembedahan, terapi low vision menggunakan kombinasi dari lensa-lensa, prisma,
dan teknik pencahayaan agar bagian-bagian dari retina masih dapat berfungsi. Hal
ini dapat membuat potensi penglihatan terbaik seseorang. Retina dan otak dilatih
ulang untuk melihat.
Pengembangan di bidang rehabilitasi low vision dapat menolong seseorang
mempergunakan penglihatan mereka yang masih tersisa. Apabila penurunan visus
tidak dapat terkoreksi oleh pengobatan dan pembedahan, rehabilitasi penglihatan
dapat membantu. Rehabilitasi penglihatan dapat membekali penderita low vision
yang telah ikut serta dengan keterampilan dan strategi-strategi untuk menolong
penderita low vision agar bebas dan aktif di segala usia.
Adapun rehabilitasi penglihatan ini terdiri dari ophthalmologists, optometrists,
pekerja sosial, perawat, occupational therapists, vision rehabilitation therapists,
dan pekerja lainnya.
Pelayanan Low Vision Klinis
- Pelatihan penggunaan alat bantu
- Oftalmologis, optometris, ahli rehabilitasi
Pelatihan Rehabilitasi
- Pelatihan kegiatan sehari-hari
Pelatihan Orientasi dan Mobilitas
- Pelatihan kemandirian
- Orientasi dan mobilisasi
Konseling
- Individu atau kelompok
- Badan psikososial
Low vision specialist/low vision care adalah optometri atau dokter spesialis
mata yang telah berpengalaman untuk melakukan pemeriksaan, terapi dan
memanajemeni pasien dengan kegagalan visus yang tidak selalu memberikan
terapi dengan obat-obatan, pembedahan dan kaca mata/ lensa kontak. Mereka ini
mempunyai lisensi untuk memeriksa, mendiagnosa, dan merehabilitasi beragam
penyakit yang berhubungan dengan mata.7,8
Tujuan utama dari rehabilitasi ini adalah untuk meminimalisasi handicap yang
disebabkan oleh suatu kelainan. Visual impairment ini diminimalisasi dengan
pengobatan medis yang teratur dan pembedahan pada mata, sedang visual
disability direduksi dengan pemakaian alat bantu dan terapi latihan dan visual
induced handicap direduksi dengan intervensi oleh petugas rehabilitasi
profesional.6,7
Sejumlah rehabilitasi profesional mengadakan layanan untuk pasien low
vision termasuk terapi okupasi (occupational therapists/ OTs), spesialis orientasi
dan mobilisasi (O & M), guru rehabilitasi dan asisten untuk low vision. Dokter
spesialis mata selayaknya mengetahui keberadaan layanan lokal ini untuk
memberikan rujukan.2,7,11
Terapi okupasi membantu orang yang mempunyai hambatan (handicaps).
Terapi ini membantu pasien agar dapat hidup mandiri dan mengisi kehidupan
dengan aktivitas, dengan memberikan keahlian. Spesialis orientasi dan mobilisasi
membantu pasien dengan kesulitan berjalan/ beraktifitas membantu dihubungkan
dengan kehilangan penglihatan, lewat pendidikan dan pelatihan keahlian, aktivitas
mandiri dilatih dan dijaga. Guru rehabilitasi membantu pasien dengan mengasah
keahlian yang dihubungkan dengan aktifitas sehari-hari. Asisten pada pasien low
vision adalah orang yang khusus untuk melatih pasien low vision (Ophthalmic
Medical Personal/ OMP), maka OMP tidak berperan sendiri, pada tempat
pelayanan primer OMP ini sebagai asisten dokter spesialis mata di klinik maupun
di kantor.12
Pasien dapat dilatih agar dapat mengembangkan kemampuan untuk
mengefektifkan penglihatannya dengan memakai alat bantu sebelumnya.
Kemampuan ini meliputi scanning, tracing, spotting, dan trakking.11,12
- Scanning adalah kumpulan informasi visual dengan pergerakan mata atau
kepala. Terapis mengajak pasien untuk memandang dengan sistematis
dibanding secara acak.
- Tracing adalah kemampuan untuk menentukan letak garis lingkungan sekitar,
melalui scanning dan kemudian mengikuti garis visual. Mengenali
pinggir jalan sampai lampu lalu-lintas dan membiarkan pasien untuk
menyebrang dengan aman, merupakan salah satu contoh tracing.
- Spotting kemampuan untuk mempertahankan fiksasi pada sebuah target
sampai dapat dikenali. Seseorang melihat orang (scan) dengan tinggi 10-20
kaki dan yang dilihat (spot) hanya sebagian, merupakan salah satu contoh
spotting. Guna mempertagankan fiksasi maka pasien dapat menggunakan alat
bantu seperti teleskop untuk membaca tanda.
- Tracking adalah kemampuan mengikuti pergerakan obyek lewat mata dan atau
pergerakan kepala, sebagai contoh adalah membiarkan pasien mengikuti
pergerakan bus sampai busnya berhenti.

Memahami kemampuan ini dan mengerti perluasan dari skotoma atau


kehilangan lapangan pandang, pasien low vision menggunakan kemampuan
mereka untuk mengenali obyek atau orang. Alat bantu penglihatan akan
memberikan keberhasilan dari kemampuan dasar ini.12
Lingkungan rumah biasanya familier dan relatif statis. Orang dengan low
vision cenderung mudah untuk mengitari rumah mereka, pengaturan cahaya dan
kontras, penambahan alat bantu dengan perabaan dapat meningkatkan keamanan
dan fungsinya. Meningkatkan penerangan pada tangga dan bagian tempat kerja
(seperti dapur atau tempat laundry) menurunkan resiko trauma dari jatuh dan
kecelakaan. Kontras yang maksimal dapat membantu aktivitas sehari-hari menjadi
lebih mudah. Alat bantu perabaan, seperti tombol kompor atau tombol telepon,
akan membantu aktivitas rutin sehari-hari..6,7
Lingkungan luar rumah cenderung kurang dikenali oleh pasien dan lebih
mudah berubah. Ini merupakan penyulit, bahkan mustahil, untuk memodifikasi
lingkungan. Aktivitas luar rumah menjadi perubahan yang bermakna untuk pasien
ini, maka dari itu kebanyakan pasien cenderung menarik diri dari lingkungan
luar dan dengan resiko sosialisasinya terganggu.12

1. Low Vision pada Anak Remaja


Pasien low vision pada orang dewasa disebabkan oleh penyakit pada mata,
mereka memerlukan bantuan pada melihat/membaca yang merupakan hal yang
penting untuk kehidupan sosial mereka. Anak dengan low vision memerlukan
bantuan untuk dilatih walaupun visusnya jelek atau tidak ada visus. Kebanyakan
anak-anak ini juga mengalami gangguan fisik dan mental yang juga menentukan
keberhasilan pembauran dengan lingkungan sekitarnya/ masyarakat. Keberhasilan
pembauran ini dalam perkembangannya memerlukan intervensi berbeda sesuai
dengan umur, penting untuk diperhatikan kebutuhan tiap kelompok anak.7,11

2. Balita/ Kanak-Kanak
Dokter spesialis mata memegang peranan penting pada pemeriksaan dan
penatalaksanaan pada anak yang dicurigai menderita low vision. Diagnostik yang
tepat dan prognostik yang realistik akan menolong untuk menentukan panduan
untuk merencanakan rehabilitasi. Anak yang buta atau akan menjadi buta
sebaiknya dilatih untuk menggunakan huruf Braille dan dibantu oleh sebuah tim
yang terdiri dari ahli pediatrik terapis dan rehabilitasi (orientasi dan mobilitas),
intervensi ini bersifat individual, tiap anak mempunyai perbedaan dalam
kapabilitas dan perubahannya.12

3. Anak Prasekolah
Anak yang tumbuh memiliki keinginan dan kebutuhan yang berkembang.
Anak memerlukan pelatihan orientasi dan mobilitas sedini mungkin. Pengenalan
alat pembesar yang dapat dipegang dengan tangan (handheld magnifier) pada
masa ini biasanya dengan baik dapat diterima. CCTV yang membantu penglihatan
orang dewasa, juga pada anak sekaligus merupakan wadah untuk mendidik anak.
Teleskop untuk melihat jarak yang jauh dapat diterima oleh anak sehingga anak
dapat mengeksplorasi dunia di sekitarnya.6,12
Anak-anak cenderung dapat menerima status penglihatannya dan tidak
mengalami hambatan mengenai motivasi. Remaja perlu perjuangan, tetapi lebih
baik jika mereka dikumpulkan dalam satu kelompok dengan remaja lain dengan
yang juga mengalami low vision.12

4. Dewasa
Orang dewasa dengan kehilangan penglihatan akan mengalami juga
gangguan psikologis sebagai respon keadaan mereka. Sejalan dengan waktu
intervensi dan pendekatan, kebanyakan pasien akan termotivasi untuk
memaksimalkan penglihatannya. Kuncinya adalah berempati terhadap
ketidakmampuan penglihatannya dan kemampuan penglihatannya yang ada saat
ini.7,1
BAB III
KESIMPULAN

Low vision merupakan suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan


optimal (pengobatan, operasi dan koreksi kacamata) penglihatan masih buram
(kurang dari 0,3) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi
tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Adapaun aspek-
aspek yang terdapat dalam low vision menurut American Academy of
Ophthalmology terbagi atas 4 yaitu: disorder, impairment, disability, dan
handicap.
Penderita low vision memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut : menulis dan
membaca dalam jarak dekat, hanya dapat membaca huruf berukuran besar,
memicingkan mata atau mengerutkan dahi ketika melihat di bawah cahaya yang
terang, terlihat tidak menatap lurus ke depan ketika memandang sesuatu, kondisi
mata tampak lain, misalnya terlihat berkabut atau berwarna putih pada bagian
luar.
Layanan rehabilitasi penglihatan yang komprehensif memungkinkan individu
yang mengalami gangguan kemampuan penglihatan untuk memiliki kontrol yang
lebih baik terhadap lingkungan mereka, yang mengarah pada kepercayaan diri
yang lebih besar, menurunkan risiko depresi dan kecemasan, dan peningkatan
kualitas hidup. Studi telah menunjukkan efek positif dari memaksimalkan fungsi
visual melalui rehabilitasi penglihatan untuk pasien dan keluarga yang mengalami
kehilangan daya penglihatan. Layanan rehabilitasi ini dimulai dengan evaluasi
rehabilitasi penglihatan yang komprehensif oleh dokter.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Optometric Association. Low vision. Online at:


http://www.aoa.org/patients-and-public/caring-for-your-vision/low-
vision?sso=y
2. Key definitions of Statistical terms. Blindness statistics. American
Foundation for the Blind; 2008. Online at
http://www.afb.org/info/blindness-statistics/key-definitions-of-statistical-
terms/25
3. Consultation on development of standards for characterization of vision
loss and visual function. World Health Organization Prevention of
Blindness and Deafness. Geneva; 4–5 Sept. 2003.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/68601/1/WHO_PBL_03.91.pdf?u
a=1
4. https://nei.nih.gov/lowvision/content/kno0077
5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Edisi
Ke-2. Jakarta. 2003
6. Ilyas S. Glosari Sinopsis : Kelainan Refraksi dan Kacamata, Edisi Ke-2.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2006
7. How To Cope With Low Vision. Available at :
http://www.allaboutvision.com/lowvision.html
8. American Academy of Ophthalmology. Clinical Optics, Chapter 9, 2011-
2012, p. 283-285
9. Low Vision. University of Michigan Kellogg Eye Center. Available at :
http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/lowvision.html
10. Final Report : Anec Report “New Standard For The Visual Accessibility
of Signs and Signage For People With Low Vision”. Universitair
Ziekenhuis Gent. 2010
11. Friedman A. Low Vision : Causes Effects and Treatments. United Health
Care. Available at : htt://www.nei.nih.gov/strategicplanning/np_low.asp
12. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New
York : Blackwell Publishing, 2003; 20-26
13. Flecther DC. Low Vision Rehabilitation : Ophthalmology Monographs.
American Academy of Ophthalmology. 2003, p.1-133

Vous aimerez peut-être aussi