Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
September 2018
LOW VISION
Oleh:
Septia Puji Mayasari, S.Ked
G1A216039
Pembimbing :
dr. Puji Lestari, Sp.M
REFERAT
LOW VISION
Disusun Oleh:
G1A216039
September 2018
PEMBIMBING
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
telaah referat ini yang berjudul “Low Vision”. Tulisan ini dimaksudkan sebagai
syarat untuk menyelesaikan stase di bagian Mata Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi
Terwujudnya sebuah referat ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Puji Lestari, Sp.M, sebagai dosen
pembimbing
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan
kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati
kornea dan masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi
di kornea dimana terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor
tersebut merupakan massa yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa
mata, membantu untuk mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting
untuk konvergensi cahaya di lensa) dan menyediakan nutrisi untuk endothelium
kornea. Iris yang berada antara lensa dan aqueous humor, merupakan cincin
berwarna dari serabut otot.5
Cahaya pertama kali harus melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil
itu secara aktif dikendalikan oleh otot radial dan sirkular untuk mempertahankan
level yang tetap secara relatif dari cahaya yang masuk ke mata. Terlalu banyaknya
cahaya yang masuk dapat merusak retina. Namun bila terlalu sedikit dapat
menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang berada di belakang iris
berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati humour kedua
untuk menuju ke retina.5
2.3 Definisi
Ketajaman penglihatan atau visus adalah ukuran kemampuan mata untuk
membedakan detail dan bentuk objek, biasanya dinilai oleh objek yang dapat
diidentifikasi terkecil yang dapat dilihat pada jarak tertentu (biasanya 20 kaki atau
16 inci). Visus normal adalah 20/20. Jika seorang individu melihat 20/200, huruf
terkecil yang dapat dilihat orang ini pada 20 kaki dapat dilihat oleh seseorang
pada 200 kaki.2
Low vision sendiri yaitu suatu keadaan dimana setelah dilakukan tindakan
optimal seperti pengobatan, operasi dan koreksi kacamata tetapi penglihatan
masih buram (kurang dari 6/18) atau lapangan pandang kurang dari 10 derajat dari
titik fiksasi tetapi sisa penglihatan masih dapat digunakan untuk melihat. Low
vision tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami
kebutaan, seseorang yang mengalami low vision masih dapat mempergunakan
penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau
aktifitas sehari-hari seperti membaca dan menyetir. Seseorang dengan low vision
mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan
membedakan warna yang hampir serupa.Dari pengertian diatas, dapat
disimpulkan hal sebagai berikut:8,9
- Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan
pada fungsi penglihatnnya.
- Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.
- Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.
- Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa
penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari-hari.1
Walaupun low vision dapat terjadi di segala usia, low vision terutama lebih
banyak terjadi pada usia lanjut. Low vision bukan bagian dari proses penuaan.
Penyebab utama visual impairment dan low vision pada dewasa antara lain :
- Usia yang berhubungan dengan degenerasi makula
- Glaukoma
- Katarak
- Retinopati diabetes
Apabila visual impairment diketahui lebih cepat, penatalaksanaan dapat lebih
efektif.
2.4 Epidemiologi
Angka kejadian kebutaan dan low vision akibat kelainan refraksi yang tidak
terkoreksi disertai penyebab lain, didapati sekitar 314 juta penduduk dunia
mengalami gangguan penglihatan. Sebanyak 153 juta penduduk dunia mengalami
visual impairement yang disebabkan kelainan refraksi yang tidak terkoreksi,
sedikitnya 13 juta diantaranya adalah anak-anak usia 5-15 tahun dimana
prevalensi tertinggi terjadi di Asia Tenggara.9,10
Selain itu, perkiraan sekitar 13,5 juta orang Amerika diatas usia 45 tahun
mengalami low vision dan lebih dari dua pertiga diperkirakan terjadi diatas usia
65 tahun. Pada usia diatas 65 tahun diprediksikan akan meningkat dari 33,2 juta di
tahun 1994 akan menjadi 80 juta pada tahun 2050. Peningkatan penderita yang
mengalami low vision ini dinilai akan mengalami peningkatan yang cukup
berpengaruh. Low vision menempati peringkat ke tiga setelah arthritis dan heart
diseases sebagai penyakit kronis yang paling sering memerlukan alat bantu dalam
aktivitas sehari-hari pada orang yang berusia diatas 70 tahun. 9,10
2.5 Etiologi
Low vision dapat diakibatkan oleh berbagai kelainan yang mempengaruhi
mata dan sistem visual. Kelainan – kelainan ini dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) bagian besar yang dapat membantu dalam memahami kesulitan dan
keluhan pasien serta memilih dan mengimplementasikan strategi untuk
rehabilitasinya.6
Masalah-masalah low vision dapat diklasifikasikan dalam empat golongan yaitu :
- Penglihatan sentral dan perifer yang kabur atau berkabut, yang khas akibat
kekeruhan media (kornea, lensa, corpus vitreous).
- Gangguan resolusi fokus tanpa skotoma sentralis dengan ketajaman perifer
normal, khas pada oedem makula.
- Skotoma sentralis, khas untuk gangguan makula degeneratif atau inflamasi
dan kelainan-kelainan nervus optikus.
- Skotoma perifer, khas untuk glaukoma tahap lanjut, retinitis pigmentosa dan
gangguan retina perifer lainnya.
2.6 Klasifikasi
Kategorisasi kehilangan penglihatan saat ini yang termasuk dalam ICD-10
didasarkan pada rekomendasi Kelompok Studi WHO tentang Pencegahan
Kebutaan, pada tahun 1972. Beberapa representasi telah dibuat untuk WHO/PBD
berkenaan dengan kebutuhan untuk meninjau dan mengubah klasifikasi
berdasarkan pengalaman di lapangan dan dalam praktek klinis. Representasi
resolusi pada subjek diadopsi oleh International Council of Ophthalmology,
mewakili Federasi Internasional of Ophthalmological Societies, pada tahun 2002.
Klasifikasi yang ada saat ini ditunjukkan di bawah ini:5,8
Penglihatan Normal
Pada keadaan ini penglihatan mata adalah normal dan sehat
Sistem desimal Snellen jarak 6 meter Snellen jarak 20 kaki Efisiensi penglihatan
2,0 6/3 20/10
1,33 6/5 20/15 100%
1,0 6/6 20/20 100%
0,8 6/7,5 20/25 95%
Hampir Buta
Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari. Penglihatan tidak
bermanfaat, kecuali pada keadaan tertentu. Harus mempergunakan alat nonvisual.
Buta Total
Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali. Seluruhnya tergantung pada
alat indera lainnya atau tidak mata. Penglihatan akan memberikan hambatan
tertentu. Pada setiap hambatan diperlukan alat bantu sehingga terdapat kemudahan
dalam penyesuaian dengan kehidupan normal.
Dikenal nilai penglihatan kurang dengan hambatan dan alat bantu yang diperlukan
sebagai berikut:
2. Lampu penerangan
- Kontras ditingkatkan
- Lampu pijar 60 Watt atau lampu neon 11 Watt
3. Video pembesar
- Kamera dan monitor
- Pembesaran 140 kali
- Menggerakkan kamera atau objek
4. Perangkat lunak komputer
- Zoom Text dan Jaws
- Tampilkan di monitor lebih besar (visual)
- Suara (non visual)
- Gabungan visual - non visual
2. Balita/ Kanak-Kanak
Dokter spesialis mata memegang peranan penting pada pemeriksaan dan
penatalaksanaan pada anak yang dicurigai menderita low vision. Diagnostik yang
tepat dan prognostik yang realistik akan menolong untuk menentukan panduan
untuk merencanakan rehabilitasi. Anak yang buta atau akan menjadi buta
sebaiknya dilatih untuk menggunakan huruf Braille dan dibantu oleh sebuah tim
yang terdiri dari ahli pediatrik terapis dan rehabilitasi (orientasi dan mobilitas),
intervensi ini bersifat individual, tiap anak mempunyai perbedaan dalam
kapabilitas dan perubahannya.12
3. Anak Prasekolah
Anak yang tumbuh memiliki keinginan dan kebutuhan yang berkembang.
Anak memerlukan pelatihan orientasi dan mobilitas sedini mungkin. Pengenalan
alat pembesar yang dapat dipegang dengan tangan (handheld magnifier) pada
masa ini biasanya dengan baik dapat diterima. CCTV yang membantu penglihatan
orang dewasa, juga pada anak sekaligus merupakan wadah untuk mendidik anak.
Teleskop untuk melihat jarak yang jauh dapat diterima oleh anak sehingga anak
dapat mengeksplorasi dunia di sekitarnya.6,12
Anak-anak cenderung dapat menerima status penglihatannya dan tidak
mengalami hambatan mengenai motivasi. Remaja perlu perjuangan, tetapi lebih
baik jika mereka dikumpulkan dalam satu kelompok dengan remaja lain dengan
yang juga mengalami low vision.12
4. Dewasa
Orang dewasa dengan kehilangan penglihatan akan mengalami juga
gangguan psikologis sebagai respon keadaan mereka. Sejalan dengan waktu
intervensi dan pendekatan, kebanyakan pasien akan termotivasi untuk
memaksimalkan penglihatannya. Kuncinya adalah berempati terhadap
ketidakmampuan penglihatannya dan kemampuan penglihatannya yang ada saat
ini.7,1
BAB III
KESIMPULAN