Vous êtes sur la page 1sur 13

RACUN BAKTERIA (TOKSIN BAKTERIA)

OLEH :

KELOMPOK 5

AFRI MANAO
ALVADINA H. T. ZAMILI
APRILIANT UTAMA O. LAIA
FIDELIS E. DUHA
DIKARI HARITA
SANTIKA WARNI
KELAS : VII-C
MATA KULIAH : IMUNOLOGI DAN SEROLOGI
DOSEN : HANAFIS SASTRA WINATA, S.Si., M.Si.,Apt

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
TA 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan di alam memiliki beragam organisme yang mendiaminya termasuk


mikroorganisme seperti jamur, alga, virus dan bakteri. Keberadaan bakteri di alam
memiliki berbagai dampak terhadap kehidupan manusia. Dan berbagai dampak yang
ditimbulkan oleh bakteri ada yang menguntungkan maupun merugikan. Dekomposisi
yang dilakukan oleh bakteri merupakan salah satu keuntungan kehidupan bakteri di alam.
Namun beberapa bakteri yang dapat menimbulkan sakit hingga menimbulkan kematian.

Bakteri yang menginfeksi tubuh manusia dapat menimbulkan sakit biasanya disebut
bakteri patogen. Dan pada bakteri patogen terdapat berbagai zat yang menyebabkan sakit
tersebut, diantaranya adalah toksin. Toksin adalah suatu zat dalam jumlah relatif kecil
yang apabila masuk ke tubuh manusia akan bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan
gejala abnormal hingga menyebabkan kematian. Dalam makalah ini kami akan mencoba
mendeskripsikan toksin yang dihasilkan oleh bakteri secara lebih terperinci. Seperti jenis
dari toksin, bakteri yang menghasilkan toksin akan menyebabkan penyakit akibat adanya
toksin.

B. Tujuan

Makalah ini disusun bertujuan :

1. Untuk mengetahui bakteri,


2. Untuk mengetahui jenis – jenis racun bakteria

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Racun Bakteria

Racun bakteri atau Toksin Bakteri dibagi menjadi 2 golongan yaitu : Endotoksin dan
Eksotoksin.

1.2 Eksotoksin

Merupakan komponen protein terlarut yang disekresikan oleh bakteri hidup pada fase
pertumbuhan eksponensial. Produksi toksin ini biasanya spesifik pada beberapa spesies
bakteri tertentu (bisa gram positif maupun gram negatif) yang menyebabkan terjadinya
penyakit terkait toksin tersebut. Beberapa patogen bisa mensekresikan eksotoksin kedalam
pangan. Pada kondisi ini, walaupun bakterinya tidak ada, toksin akan menyebabkan
keracunan pangan jika masuk kedalam saluran pencernaan (intoksikasi). Pada bebrapa
patogen, bakteri hidup masuk kedalam saluran pencernaan dan memproduksi toksin yang
dapat menyebabkan keracunan pangan (toksiko-infeksi). Eksotoksin berukuran lebih besar
dari endotoksin, dengan berat molekul sekitar 50-1000 kDa. Toksin ini berfungsi seperti
enzim dan memiliki sifat-sifat enzim yaitu terdenaturasi oleh panas, asam dan enzim
proteolitik. Potensi toksiknya tinggi (konsentrasi 1μg dapat menyebabkan keracunan).

Aktivitas biologis dari eksotoksin berlangsung dengan mekanisme reaksi dan substrat
yang yang spesifik. Substrat (didalam inang) bisa berupa komponen dari sel-sel jaringan,
organ atau cairan tubuh. Biasanya, bagian yang dirusak oleh toksin mengindikasikan lokasi
dari substrat untuk toksin tersebut. Istilah seperti enterotoksin, neuro-toksin, dan hemolysin
kadang-kadang digunakan untuk mengindikasikan sisi target dari suatu eksotoksin.
Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan oleh
antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas
sitotoksik yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf.
Beberapa eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan
menyebabkan kematian (nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya
toksin yang diproduksi oleh staphylococci, streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin
dengan spektrum aktivitas yang lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan
menyebabkan kematian sel karena terjadinya kebocoran isi sel.Sitotoksin menyebabkan
kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel inang).

Beberapa sifat dari eksotoksin :


1. Mudah larut dalam air
2. Merupakan protein,walaupun tidak semua reaksi putih telur dengan larutan sulfat
magnesikus pekat membuat endapan.
3. Bila disuntikkan pada jasat hidup yang peka,jasat ini akan menjadi sakit sesudah masa
inkubasi tertentu dengan menunjukkan gejala dan mengenai alat-alat tertentu.
4. Kekuatan toksi untuk membuat sakit dapat hilang jika dipanaskan pada temperatur 560 C
(bersifat termolabil).akan hilang juga kekuatannya jika disimpan lama dalam temperatur
kamar biasa atau di campur dengan bahan kimia.
5. Bila toksin disuntikkkan pada jasat hidup,maka dia akan membuat zat penentang
(antitoksin).

Bakteri-bakteri yang dapat menghasilkan eksotoksin diantaranya :

a. Bakteri Corynebacteriumdiphteriae

Corynebacteriumdiphteriaeadalah bakteri patogen yang menyebabkan difteri.Difteri


adalah suatu penyakit infeksi mudah menular dan menyerang saluran napas bagian atas
berupa pseudo membrane dan ekso toksin penularan melalui udara dan makanan. Difteri
adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan, terutama pada balita. Eksotoksin yang
dihasilkan oleh bakteri penyebabnya yaitu Corynebacterium diphtheriae, dapat
membahayakan jiwa anak bahkan menyebabkan kematian.

Corynebacterium diphtheria berasal dari tanah, air, tumbuhan dan makanan tidak
higienis jugaterdapat dalam saluran pernapasan, dalam luka- luka, pada kulit orang yang
terinfeksi, atau orang normal yang membawa bakteri. Bakteri disebarkan melalui droplet
atau kontak dengan individu yang peka. Bakteri kemudian tumbuh pada selaput mukosa atau
kulit yang lecet, dan bakteri mulai menghasilkan toksin. Pembentukan toksin ini secara in
vitro terutama bergantung pada kadar besi. Pembentukan toksin optimal pada kadar besi 0,14
μg/ml .

Toksin dari Corynebacteriumdiphteriaeadalah polipeptoda tidak tahan panas yang


dapat mematikan pada dosis 0,1 μg/kg.
Patogenisitas Corynebacterium diphtheriaemencakup dua fenomena yang berbeda,
yaitu :

1. Invasi jaringan lokal tenggorokan yang membutuhkan kolonisasi dan proliferasi


bakteri berikutnya.
2. Toxigenesis: produksi toksin bakteri. Toksin dari bakteri ini menyebabkan kematian
sel eukariotik dan jaringan oleh inhibisi sintesis protein dalam sel.

Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah dari batuk penderita atau benda maupun
makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Ketika telah masuk dalam tubuh, bakteri
melepaskan toksin atau racun. Toksin ini akan menyebar melalui darah dan bisa
menyebabkan kerusakan jaringan diseluruh tubuh, terutama jantung dan saraf serta organ
lainnya :

1. Myokarditis (peradangan dinding otot jantung) bisa menyebabkan gagal jantung


2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi.
3. Dapat menyebabkan kelumpuhan jika terjadi kerusakan saraf yang berat.

Gambar 1.1 Corynebacterium diphteriae

b. Bakteri Clostridium tetani

Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus, langsing, berukuran


berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin
yang disebut tetanospamin. Kuman ini terdapat ditanah terutama tanah yang tercemar tinja
manusia dan binatang.Clostridium tetaniadalah bakteri yang menyebabkan penyakit tetanus.
Tetanus ditandai dengan kekakuan dan kejang-kejang pada otot rangka.Clostridium tetani
mengahsilkan 2 eksotoksin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.

1. Tetanospamin adalah neurotoxin yang menyebabkan manifestasi klinis tetanus.


Toksin tetanus yang dihasilkan bakteri hidup, dan dilepaskan ketika bakteri
melisiskan, seperti selama pertumbuhan spora atau pertumbuhan vegetatif.
Tetanospamin adalah salah satu racun yang dikenal paling kuat. Diperkirakan dosis
yang paling mematikan pada manusia minimum adalah 2,5 nanogram perkilogram
berat badan, atau 175 nanogram dalam 70 kg berat badan manusia.
2. Tetanolisin adalah suatu bahan hemolisis tidak stabil yang berperan kecil pada
manifestasi patologi penyakit.

Clostridium tetani biasanya masuk melalui luka pada kulit yang


terkontaminasi dengan debu, tanah, dan tinja binatang. Keadaan luka memungkinkan
perubahan spora menjadi bentuk vegetatif dan menghasilkan toksin. Peristiwa ini
memerlukan potensial reduksi-oksigen yang rendah dan paling baik terjadi pada luka
tusuk, luka bakar, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis. Toksin
Clostridium tetaniakan beraktivitas pada tempat-tempat tertentu seperti sistem saraf
termasuk otak. Gejala kronis yang ditimbulkan dari toksin tersebut adalah :
1. Dengan memblok pelepasan dari neurotransmitter sehingga terjadi kontraksi otot yang
tidak terkontrol.
2. Akibat dari tetanus, rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada
voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw
karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah.
3. Menyebabkan kelumpuhan dengan menghalangi pelepasan neurotransmitter inhibisi
seperti glisin, γ - a m i n o b u t y r i c a c i d ( G A B A ) , d o p a m i n d a n
noradrenalin.

Gambar 1.2 Clostridium tetani

c. Bakteri Clostridium botulinum

Clostridium botulinum adalah bakteri yang memproduksi racun botulin, penyebab


terjadinya botulisme. Bakteri ini umumnya dapat ditemukan ditanah. C. botulinum termasuk
bakteri gram positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat
bergerak), dan menghasilkan spora. Bakteri Gram-positif , berbentuk batang bakteri yang
menghasilkan racun beberapa. Yang paling dikenal adalah yang neurotoksin , dibagi lagi
dalam jenis AG, yang menyebabkan otot lembek kelumpuhan terlihat pada botulisme .Dalam
Clostridium botulinum laboratorium biasanya terisolasi di tryptose sulfit cycloserine media
pertumbuhan (TSC) di lingkungan anaerobik dengan kurang dari 2% oksigen.

Bakteri Clostridium botulinum ditemukan dimana-mana, dalam tanah, sedimen


didasar laut, usus dan kotoran binatang. Clostridium botulinum adalah bakteri anaerobik,
gram positif, membentuk spora, berbentuk batang dan relatif besar. Spora bakteri dapat
terhirup atau termakan, atau dapat menginfeksi luka terbuka. Walaupun demikian bakteri dan
sporanya tidak berbahaya. Gejala botulism disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh
bakteri tersebut. Toksin botulism merupakan toksin yang berbahaya, dengan dosis mematikan
200-300 pg/kg, yang berarti bila melebihi 100 gram dapat membunuh setiap manusia didunia.

Bakteri clostridium merupakan bakteri yang heat resistant dan dapat bertahan dari
perebusan yang lama. Untuk menghancurkan spora yang ada, makanan harus dipanaskan
hingga temperatur 120oC atau lebih, seperti dalam penggunaan pressure cooker. Racun yang
diproduksi oleh bakteri dapat dihancurkan oleh panas. Bakteri Clostridium botulinum umum
terdapat pada makanan kaleng dengan pH lebih dari 4,6. Kerusakan makanan kaleng
dipengaruhi oleh jenis makanan dan jenis mikroba yang terdapat didalamnya.

Ada empat tipe gejala penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium
botulinumyang dikenal :

1. Botulisme karena makanan merupakan nama penyakit (sebenarnya keracunan


makanan) yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang mengandung racun syaraf
yang diproduksi oleh C. botulinum .
2. Botulisme pada bayi, menginfeksi bayi di bawah usia 12 bulan. Botulisme tipe ini
disebabkan karena konsumsi spora C. botulinum yang kemudian menghuni usus dan
memproduksi racun dalam saluran usus bayi ( intestinal toxemia botulism).
3. Botulisme pada luka merupakan tipe botulisme yang paling jarang terjadi. Penyakit
timbul ketikaC. botulinum , baik secara tunggal maupun bersama dengan
mikroorganisme lain, menginfeksi luka dan menghasilkan racun yang menyebar ke
bagian tubuh lain melalui aliran darah. Makanan tidak terlibat dalam botulisme tipe
ini.
4. botulisme yang belum diklasifikasikan melibatkan kasus pada orang dewasa di mana
makanan tertentu atau luka sebagai sumber infeksi tidak dapat diidentifikasi. Diduga,
beberapa kasus botulisme yang termasuk kategori ini mungkin disebabkan oleh
pertumbuhan C. botulinum di dalam usus orang dewasa, yang menghasilkan racun
secara in vivo (di dalam tubuh).

Gejala-gejala botulisme karena makanan umumnya dimulai 18-36 jam setelah


konsumsi makanan yang mengandung racun, walaupun kasus-kasus yang ada bervariasi
antara 4 jam hingga 8 hari. Gejala awal keracunan terdiri dari rasa lelah, lemah, dan vertigo,
yang biasanya diikuti dengan penglihatan berganda dan kesulitan bicara dan menelan yang
meningkat. Kesulitan bernapas, rasa lemah pada otot-otot lain, perut kembung dan konstipasi
(sembelit) juga merupakan gejala yang sering terjadi. Gejala klinis botulisme pada bayiterdiri
dari konstipasi yang terjadi setelah masa pertumbuhan yang normal. Gejala ini diikuti dengan
hilangnya nafsu makan, mengantuk, lemah, keluarnya airliur, dan tangis yang keras, serta
nyata adanya kehilangan kontrol pada bagian kepala.
Gambar 1.3 Bakterti clostridium boutulinum

d. Shigella Dysentriae

Bakteri Shigella merupakan bakteri gram negatif yang merupakan kuman berbentuk
batang pendek berdiameter 0,4 sampai 0,6 mikron dan panjangnya 1-3 mikron yang tidak
dapat bergerak, tidak memiliki spora dan tidak berselubung, umumnya hidup di saluran
pencernaan manusia dan hewan primata, membentuk cocoid atau cocobasil terutama pada
biakan muda.

Cara penularan utama adalah secara langsung atau tidak langsung melalui rute oro
fekal dari penderita dengan gejala atau dari asymptomatic carrier jangka pendek, penularan
terjadi setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat kecil (10-100), mereka
bertanggung jawab terjadinya penyebaran penyakit adalah mereka yang tidak memotong
kuku dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar, mereka dapat menularkan penyakit
kepada orang lain secara langsung dengan kontak fisik atau tidak langsung melalui
kontaminasi makanan dengan tinja, air dan susu dapat menjadi sumber penularan karena
terkontaminasi langsung dengan tinja serangga dapat menularkan organisme dari tinja ke
makanan yang tidak tertutup.

Tanda dan Gejala Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat menyerang
permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding usus, dan diare
berdarah.Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare biasa. Pada anak-anak dengan
Shigellosis, pertama kali buang air besar sering dan berair. Kemudian buang air besar
mungkin lebih sedikit, tetapi terdapat darah dan lendir di dalamnya.
Gejala lain Shigellosis termasuk:
 Nyeri perut
 Demam tinggi
 Hilangnya nafsu makan
 Mual dan muntah
 Nyeri saat buang air besar

Dalam kasus Shigellosis yang sangat parah, seseorang mungkin mengalami kejang,
kaku kuduk, sakit kepala, kelelahan, dan kebingungan. Shigellosis juga dapat menyebabkan
dehidrasi dan komplikasi lain yang jarang terjadi, seperti radang sendi, ruam kulit, dan gagal
ginjal. Beberapa anak dengan kasus Shigellosis yang berat mungkin perlu dirawat di rumah
sakit. Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat terinfeksi melalui kontak dengan sesuatu
yang terkontaminasi oleh tinja dari orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan, permukaan
di toilet, dan bahkan makanan yang disiapkan oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya,
anak-anak yang menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh shigella seperti toilet atau
mainan dan kemudian memasukkan jari-jari mereka di mulut maka mereka bisa menjadi
terinfeksi. Shigella bahkan dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat yang kontak dengan tinja
yang terinfeksi.Cara terbaik untuk mencegah penyebaran Shigella adalah dengan sering
mencuci tangan yang bersih dengan sabun, terutama setelah menggunakan toilet dan
sebelum mereka makan. Hal ini terutama penting dalam perawatan anak.

Gambar 1.4 shigella dysentriae

Pada infeksi bakteri-bakteri tersebut, eksotoksin yang dikeluarkannya menyebar


melalui aliran darah keseluruh tubuh, keadaan ini dinamakan taksoemia. Eksotoksin mudah
dipisahkan dari sel bakteri dengan jalan penyaringan.
Kebanyakan eksotoksin mudah terurai dengan perebusan atau penyinaran yang kuat.
Eksotoksin tidak begitu berbahaya jika tertelan, tetapi akan membawa maut jika masuk
dalam peredaran darah. Pengalaman menunjukkan bahwa, penyuntikkan binatang dengan
sedikit eksotoksin menyebabkan timbulnya antitoksin dalam tubuh binatang tersebut.
Antitoksin ini tidak membunuh bakteri, akan tetapi hanya sekedar menawar toksinnya saja.

Menurut Ehrilich,eksotoksin mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Mudah dilarutkan dalam air


2. Bila disuntikkan pada jasad hidup yang peka, jasad ini akan menjadi sakit sesudah
masa inkubasi tertentu dan menunjukkan gejala
3. kekuatan toksin untuk memberi dampak sakit dapat hilang jika dipanaskan pada 56o c
(bersifat termolabil). Akan hilang juga kekuatannya apabila disimpan dalam waktu
yang lama dalam suhu kamar atau dicampur dengan bahan kimia.
4. Bila toksin disuntikkan pada jasad hidup, maka didalam badan jasad ini akan
membuat bahan-bahan penentang (antitoksin).
1.3 Endotoksin

Adalah toksin yang merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri gram negatif.
Aktivitas biologis dari endotoksin dihubungkan dengan keberadaan lipopolisakarida (LPS).
LPS merupakan komponen penyusun permukaan dari membran terluar bakteri gram negatif
seperti E. Colli, Salmonella, dan Pseudomonas. Gejala penyakit karena aktivitas endotoksin
terjadi jika bakteri mati (misalnya karena aktivitas antimikroba, aktivitas phagosit atau obat
antibiotika) dan mengalami lisis sehingga LPS akan dilepaskan kelingkungan. Endotoksin
akan memberi efek negatif jika terdapat dalam jumlah yang cukup besar (LPS lebih dari 100
μg). Karena bersifat nonenzimatis, maka mekanisme reaksinya tidak spesifik. Banyak juga
bakteri yang tidak menghasilkan eksotoksin, meskipun sifatnya sangat panas. Dalam hal ini
dianggap bahwa bakteri itu menyebabkan sakit, apabila bahan-bahan toksin keluar setelah
bakteri itu mati atau hancur, toksin tersebut dinamakan endotoksin, dengan sifat umumnya
ialah :

1. Tahan terhadap panas (termostabil), juga terhadap temperatur yang tinggi yang lazim
dipergunakan dalam autoklaf
2. Menyebabkan sakit dengan gejala-gejala yang sama sehingga tidak spesifik
3. Ada perioda inkubasi pada jasad yang disuntikkan racun

LPS menyerang sistem pertahanan tubuh sehingga menyebabkan :

1. Demam
2. Peradangan
3. Penurunan kadar besi
4. Pembekuan darah
5. Aktivasi sistem sitokin
6. Rusaknya sel-sel endotelial
7. Permeabilitas pembuluh darah berubah sehingga menyebabkan tekanan darah
(hipotensi).

Beberapa bakteri yang menghasilkan Endotoksin, diantaranya :

a. Endotoksin dari Salmonella typhi menyebabkan penyakit salmonelosis.


b. Endotoksin dari Vibrio chlorea menyebabkan penykit kolera.
c. Endotoksin dari Pseudomonas menyebabkan infeksi terhadap luka bakar
d. Endotoksin dari Campylobacter menyebabkan gastroenteritis
e. Endotoksin dari Legionella menyebabkan legionnaires disease
f. Endotoksin dari Bordetella menyebabkan batuk rejan
g. Endotoksin dari Neisseria menyebabkan penyakit meningitis, gonorea.
h. Endotoksin dari Escherichia menyebabkan gastroenteritis/ radang saluran
cerna.

1.2 Tabel Perbedaan Endotoksin dan Eksotoksin

Eksotoksin Endotoksin
Tempat Dikeluarkan oleh kuman hidup, Sebagai bagian integral dari
produksi konsentrasinya dalam medium dinding sel kuman gram negatif
cair sangat tinggi
Struktur Kimia Polipeptida Kompleks lipopolisakarida
Sifat fisik Relatif tidak stabil, dengan Relatif stabil, aktivitas toksin
pemanasan aktivitas toksin menetap walaupun dipanaskan
menurun
Sifat Sangat antigenik,menghasilkan Tidak meninduksi terbentuknya
imunologis antitoksin dalam jumlah banyak antitoksin sehingga tidak dapat
sehingga dapat dibuat toksoid dibuat toksoid

Toksisitas Sangat toksik,menimbulkan Kurang toksik,dalam dosis besar


kematian meskipun dalam dosis menimbulkan kematian
kecil
Reaksi badan Badan tidak memberi reaksi panas Ada reaksi demam

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Toksin atau racun bakteri adalah zat racun yang dihasilkan oleh beberapa spesies
bakteri.
2. Toksin bakteria dikelompokkan menjadi 2 yaitu, eksotoksin adalah komponen
protein terlarut yang disekresikan oleh bakteri hidup pada fase pertumbuhan
eksponensial, dan endotoksin adalah toksin yang merupakan bagian integral dari
dinding sel bakteri gram negatif. Aktivitas biologis dari endotoksin dihubungkan
dengan keberadaan lipopolisakarida (LPS).
3. Endotoksindaneksotoksinmemilikitingkatbahaya yang
samaapabilaterdapatdalamalirandarahdanbisamenyebabkansakithinggakematian.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arthur G Johnson Ph.D. (mikrobiologidanimunologi) alihbahasaDr, Yulius E.S. 1994


jakartabinarupaaksara
2. Prof dr. D. Dwijseputro. Dasar- dasar mikrobiologi.1994. Jakarta : Penerbit
Djambatan
3. http://ilmupangan.blogspot.com/2008/04/perbedaan-endotoksin-daneksotoksin.html
diakses pada hari Jumat 14 desember 2018 jam 20.48

Vous aimerez peut-être aussi