Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MATERI POKOK
PENGANTAR PASTORAL
Dosen Pengampu
BAB I
ARTI DAN SIKAP-SIKAP DASAR
PEKERJAAN PASTORAL
1. Defenisi Pertama
Pekerjaan Pastoral adalah usaha mengembangkan persekutuan hidup menurut Injil.
Artinya: suatu pekerjaan membimbing perkembangan hidup manusia untuk
mewujudkan nilai-nilai Injili dalam persekutuan hidup (=hidup sesuai dengan nilai-nilai
Injili). Atau dengan perkataan lain Pekerjaan Pastoral adalah usaha untuk pengembangan
masyarakat agar hidup selaras dengan nilai-nilai Injili.
Bimbingan pada masyarakat ini dimaksud agar umat berkembang selaras dengan
kemajuan masyarakat = “memanusiakan manusia”.
Perkembangan yang diharapkan di sini bukan kemajuan yang diukur dengan materiil,
pembangunan besar-besaran, kenaikan pendapatan perkapita, dsb, melainkan
keselarasan, kerjasama yang saling menguntungkan antar manusia, serta kesejahteraan
bersama.
2. Defenisi Kedua
Pekerjaan pastoral adalah usaha menerjemahkan dan mewujudkan Injil dalam susunan
sosial yang sesuai dengan jaman dan tempat tertentu.
Dalam hal ini, pekerjaan pastoral berhubungan dengan perubahan-perubahan sosial
sesuai dengan perkembang-an jaman. Lalu, apa hubungan/peranan pekerjaan pastoral
dengan perubahan sosial ?
Perubahan sosial = proses yang bersifat sosiologis yang berlangsung menurut kaidah
sosiologis, terdorong oleh kekuatan-kekuatan intern masyarakat. Modernisasi merupakan
salah satu bentuk perubahan sosial. Sejalan dengan perkembangan jaman yang disertai
dengan perubahan sosial itu, kelompok dituntut untuk terlibat dalam perubahan itu. Kalau
tidak, maka kelompok akan kehilangan fungsinya.
Demikian halnya dengan Gereja. Ia harus berperan secara aktif dengan proses
perubahan sosial, dengan tidak lupa menerjemahkan Injil di dalamnya. Inilah yang disebut
dengan pastoral.
Beberapa jenis perubahan yang membutuhkan penyesuaian dan sekaligus
merupakan tantangan masyarakat pada umumnya :
a. Perubahan teknis: industrialisasi, keterbelakangan industri.
b. Perubahan ekonomi: kapitalis, investasi, pengkreditan.
c. Perubahan di bidang kesehatan dan perkembangan pendudukan: kurangnya tenaga
medis, perkembangan penduduk yang sangat cepat.
d. Perubahan di bidang pendidikan: Sistem pengajaran dan kurikulum yang lepas sehingga
kurang menjawabi tuntutan kemungkinan lapangan pekerjaan.
e. Perubahan di bidang HAM dan keadilan: pembunuhan, pemerasan, penindasan/
penganiayaan.
f. Perubahan di bidang komunikasi: radio, persaingan pers dan TV.
g. Perubahan di bidang tingkahlaku seksual: homoseks, lesbian, dll, yang dapat mengganggu
hubungan keluarga.
h. Perubahan ilmiah: Penerepan ilmu yang kurang dapat diterima masyarakat pada
umumnya/ajaran agama.
i. Perubahan di bidang pekerjaan dan produktivitas: Pengangguran, tenaga manusia diganti
dengan tenaga mesin, tenaga kerja yang kurang produktif.
j. Perubahan budaya/kebudayaan dan cara berpikir: gap antar agama, surutnya keterikatan
kaum muda terhadap kebudayaan daerah.
Post modern adalah pandangan atau penilaian orang terhadap perubahan-perubahan
(multi perubahan) karena dampak dari perkembangan jaman (jaman modern) lalu orang
mengambil sikap tertentu terhadap perubahan itu.
3. Defenisi ketiga
Pekerjaan pastoral adalah proses mempersatukan usaha hirarki dan pemimpin Gereja
dengan inisiatif dan kegiatan dari umat.
Dalam hal ini, usaha pastoral yaitu sebagai ‘mediator’ yang bisa menjembatani
antara program hirarki atau pemimpin Gereja dengan umat sehingga umat semakin aktif
untuk mengambil bagian dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan keadaan umat.
Bidang-bidang itu, misalnya; bidang sosial, budaya, dll yang menyangkut kehidupan umat
manusia pada umumnya.
Sikap dasar dari pekerjaan pastoral adalah kesanggupan untuk ikut membimbing
sesama manusia ke jalan kebahagiaan menurut ajaran-ajaran Injil.
Beberapa sikap dasar yang perlu diperhatikan untuk perencanaan dan pelaksanaan
pastoral modern, antara lain sebagai berikut :
1. Pengakuan dan penghormatan martabat manusia.
Ini merupakan sikap dasar dan sentral dari segenap kebijaksanaan pastoral modern yang
didasarkan pada suatu nilai kemanusiaan yang universal yaitu “martabat manusia”.
Sikap ini mengandung penolakkan tegas dari segala cara-cara dan kebijakan
pemerintah/swasta yang bertentangan dengan martabat manusia.
2. Kesadaran mengenai realita dalam arti seluas-luasnya, yang harus menjadi pangkalan dan
tujuan segenap usaha.
Sikap ini mengandung penolakkan segala bentuk romantisme murah dan palsu untuk
mengaburkan dan menutup segala kekurangan, kegagalan dan penyelewengan dalam
usaha membantu sesama manusia.
Kesadaran mengenai realita berarti juga membuka mata untuk realita sosial dan
kebudayaan yang berlainan dalam masyarakat/kelompok dalam masyarakat.
Kebijakan pastoral yang realistis bertolak dari kebutuhan yang dirasakan, akan tetapi
kebutuhan yang dirasakan belum tentu tergolong dalam kebutuhan yang riil (nyata).
Unsur yang penting dari kesadaran tentang realitas adalah pengetahuan tentang ‘obyek’
(orang yang dibimbing) dari segala aspek kehidupan mereka.
4. Kesadaran bahwa perkembangan yang wajar tergantung pada auto-aktivitas manusia, baik
individu maupun kolektif.
Pandangan ini sesuai dengan pengakuan dan penghormatan martabat manusia yang bukan
merupakan mahkluk yang serba otomatis yang dapat diramalkan dan ditentukan lebih
dahulu, melainkan mahkluk dengan pikiran dan segala aktivitasnya yang dinamis dan tidak
dapat diketahui terlebih dahulu. Pikiran dan aktivitas ini dapat dibimbing karena manusia
adalah mahkluk sosial dan hidup berkelompok yang memiliki struktur dan pimpinan serta
fungsi-fungsinya.
Pastoral bertujuan menghilangkan unsur-unsur disfungsional dari proses perubahan sosial
yang struktural dan multi-dimensional guna membimbing ke arah keselarasan demi
kesejahteraan umat manusia.
Tujuan umum perencanaan dan pelaksanaan kebijakan modern adalah: untuk menjaga dan
memperbaiki kesejahteraan umat manusia dengan bimbingan auto aktivita manusia baik
secara individu maupun secara kolektif dalam usaha menyelaraskan proses perubahan
sosial yang multi-dimensional.
BAB II
PENDEKATAN-PENDEKATAN
DAN DIMENSI-DIMENSI DALAM PASTORAL
A. PENDEKATAN-PENDEKATAN
DALAM PEKERJAAN PASTORAL
1. Pendekatan Sektoral
Pendekatan sektoral ini dimaksudkan pengembangan pastoral yang ditujukan kepada satu
sektor yang dipandang terpenting. Misalnya: pada sektor katekese.
3. Pendekatan Komprehensif
Pendekatan yang ditujukan kepada perkembangan dalam keseluruhannya, dimana sedapat
mungkin semua faktor yang berperan dalam pekerjaan pastoral dipelajari, diberi
perhatian, khususnya dalam hubungan satu sama lain dan dalam dimensi yang tepat.
Pendekatan ini menunjukan minat pada keseluruhan, antar hubungan dengan mencari dan
mempelajari semua dimensi yang berperan dalam sistem antar hubungan. Bila salah satu
dimensi diabaikan, maka keseluruhan perkembangan pastoral akan terabaikan.
Usaha pastoral adalah merubah susunan kehidupan dunia sedemikian rupa sehingga
memungkinkan masyarakat atau umat untuk menjalankan tugas dan kewajiban demi
perkembangan kemanusiaanya sesuai dengan kehendak Allah.
1. Dimensi Sosio-religius
Dimensi ini merupakan dimensi yang pertama. Dimensi ini dinyatakan dalam ibadat dan
dalam hidup religius. Pencerminan hidup religius terwujud dalam katekese. Sedangkan
hidup beribadat diperkembangkan dalam ekumene. Hal ini terwujud dalam kehidupan dan
kerjasama antar umat beragama.
2. Dimensi Sosio-edukatif
Kedewasaan hidup religius tercapai dengan baik dibutuhkan perpaduan antara kehidupan
sosio-religius dan sosio-edukatif, yang meliputi pendidikan formal dan informal.
3. Dimensi Sosio-psikologis
Pendidikan sangat tergantung dari faktor sosio - psikologis, lingkungan keluarga,
masyarakat, dsb. Pekerjaan pastoral akan terlaksana dengan baik dan tepat kalau
memperhatikan juga mentalitas dan dan sikap umat setempat.
Kurang adanya disiplin kerja, tidak adanya perhatian, kekuranglincahan dalam
penyesuaian cita-cita dan apatis terhadap perubahan-perubahan sosial dan lain-lain harus
diatasi dengan mengadakan perubahan-perubahan pastoral.
4. Dimensi Sosio-ekonomis
Perkembangan sosio-religius erat hubungannya dengan perkembangan wilayah dalam
bidang sosio-ekonomis.
5. Dimensi Sosio-politis
Dimensi sosio-politis seperti terbukti dalam sejarah erat hubungannya dengan
kemungkinan memperkem-bangkan kemanusiaan menuju Tuhan. Tanpa terjaminnya hak-
hak asasi manusia dan tertib hukum, tidak ada kemungkinan untuk perkembangan sosio-
religius yang wajar.
7. Dimensi Sosio-konjungtural
Yang dimaksudkan dengan dimensi ini adalah segala pengaruh yang timbul dari situasi
spesifik di sepanjang waktu berlangsung proses perkembangan pastoral. Faktor ini
seringkali kurang diperhitungkan dalam perencanaan pekerjaan pastoral. Berhasil atau
gagalnya program-program pastoral sangat dipengaruhi oleh dimensi ini.
Keadaan Gereja dan Umat Allah pada masa tertentu tergantung dari situasi setempat yang
terjadi disebabkan oleh sejumlah kejadian, faktor dalam hubungan yang tertentu yang
harus diperhitungkan dalam bimbingan perkembangan umat.
B. BIDANG-BIDANG PERHATIAN
PENDEKATAN KOMPREHENSIF
Tujuan Pastoral
1. Umat paham, sadar dan menghayati panggilan hidupnya (bdk. LG 40-42, Mat. 5:48, Luk.
6:36).
2. Persaudaraan di lingkungan, paroki maupun kelompok-kelompok kategorial terasa hangat
(bdk. Kis. 2:41-47, Kis. 4:31-37).
3. Imam dan biarawan-biarawati menjadi teladan hidup orang beriman (bdk. OT 15-17).
4. Panggilan khusus di seluruh keuskupan meningkat (bdk. Mat. 9:37-38, Mat. 10:1-5, OT 2-3,
VC 64).
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
Langkah-langkah Pastoral
1. Keluarga katolik beriman teguh, mandiri dan dewasa; adil, damai dan sejahtera; sehingga
keluarga menjadi contoh nyata bagi pemahaman nilai-nilai katolisitas (bdk. FC 17-21, 42-
44, 51-62).
2. Hak-hak anak dipahami dan dilindungi (bdk. Mat. 18:6-7, FC 26).
3. Semakin banyak kaum muda yang memiliki mental kuat dalam menghadapi situasi yang
dinamis dan kompetitif (bdk. Mat. 10:16-33, Rom. 12:2).
4. Kesetaraan gender semakin terwujud (Kej. 1:27, FC 22-24).
Langkah-langkah Pastoral
1. Dalam mewujudkan keluarga katolik yang beriman teguh, mandiri dan dewasa:
- Melakukan pembinaan iman orangtua, kaum muda dan anak-anak.
- Menyelenggarakan rekoleksi/retret keluarga.
- Mendampingi keluarga-keluarga, terutama keluarga muda.
- Mendampingi keluarga bermasalah dalam perkawinan.
- Mendorong keluarga bergabung dalam koperasi/ credit union.
- Mengadakan pelatihan usaha kecil untuk keluarga pra-sejahtera.
- Menyediakan rumah untuk orang lanjut usia yang terlantar.
2. Dalam memahami dan melindungi hak-hak anak:
- Menyosialisasikan Undang-undang Perlindungan Anak.
- Menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk anak-anak.
- Mendukung gerakan orangtua asuh (GOTA).
3. Dalam mewujudkan kaum muda yang memiliki mental kuat:
- Keuskupan menyediakan fasilitator/pekerja purnawaktu yang profesional mendampingi
kaum muda.
- Guru, dosen dan tenaga pendidik lain menjadi teladan dan pendampingan kaum muda.
- Menyelenggarakan seminar pendidikan seks.
- Mendorong pemanfaatan teknologi informasi bagi kaum muda dengan dukungan fasilitas
yang memadai.
- Menggalakan/mengoptimalkan pelayanan komunikasi sosial untuk kaum muda melalui
media yang tersedia.
- Mendirikan pusat kaderisasi untuk kaum muda.
- Melakukan kaderisasi berkesinambungan.
- Mendorong keterlibatan kaum muda dalam bidang sosial masyarakat.
4. Dalam mewujudkan kesetaraan gender:
- Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kesetaraan gender di kelompok teritorial dan
kategorial.
- Mensosialisasikan UU Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
- Mendorong perempuan untuk aktif berorganisasi.
- Mendampingi buruh perempuan.
- Mendorong dan mendampingi perempuan dalam usaha mandiri.
Tujuan Pastoral
1. Para siswa dan mahasiswa menemukan bakat dan dinamika pertumbuhannya sehingga
berkembang menjadi manusia seutuhnya (bdk. GE 5-6).
2. Orangtua bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak (KHK 1055; FC 38-40).
3. Guru menjadi pendidik yang kreatif dan inspiratif.
4. Penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan katolik terus mengembangkan
kepemimpinan dan manajemen yang semakin bermutu.
5. sekolah dan perguruan tinggi katolik menjadi komunitas akademik yang beriman yang
mencerminkan tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil dan bermartabat
(bdk. GE 8).
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
1. Tingkat kesehatan masyarakat naik, terutama: jumlah warga kurang gizi berkurang; angka
kematian ibu hamil dan balita serta penderita TBC berkurang; masyarakat mempunyai
kebiasaan hidup sehat; faktor pengaruh stres menurun.
2. Besar biaya kesehatan semakin dapat diatasai masyarakat, sehingga semakin banyak
keluarga/kaum miskin memperoleh akses kesehetan.
3. Pelayanan kesehatan berkembang dan bermutu.
Langkah-langkah Pastoral
1. Dalam menaikan tingkat kesehatan masyarakat:
- Mengadakan penyuluhan kesehatan berkaitan dengan :gizi, cara hidup sehat, rokok, miras,
pola makan, gaya hidup dan lingkungan sehat, sanitasi dasar dan penyakit tentang TBC,
pencegahan HIV dan AIDS.
- Menyelenggarakan program pemberian makanan tambahan (PMT) kepada mereka yang
membutuhkan secara berkesinambungan dan terevaluasi, bekerjasdama dengan pos
pelayanan terpadu (posyandu).
- Turut menganggulangi TBC, bekerjasama dengan institusi kesehatan pemerintah dan
Perdakhi.
- Mendorong gerakan anti-narkoba, anti-rokok, anti-minuman keras, bekerjasama dengan
Lembaga Rehabilitasi Penanggulangan Narkoba.
- Menurunkan aborsi melalui sosialisasi dan pemanfaatan lembaga pro-life.
- Mengusahakan apotik hidup sebagai upaya pemeliharaan kesehatan alternatif.
2. Dalam mengupayakan agar besa biaya kesehatan dapat semakin ditasai masyarakat:
- Mensosialisasikan program Jaminan Peliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan
pengembangan solidaritas masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.
- Menyelenggarakan kotak dana untuk membantu masyarakat kurang mampu membayar
iuran anggota JPKM.
- Melakukan kerjasam dengan institusi kesehatan dalam menaggulangi biaya kesehatan.
3. Dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan:
- Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional yang disertai dengan penyuluhan.
- Memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan
- Membentuk jaringan kerjasama antar-balai pengobatan agar pelayanan lebih efektif dan
pengembangan balai pengobatan melalui keanggoatan perdakhi.
- Membina spiritualitas petugas kesehatan katolik oleh rohaniwan.
8. Pastoral Bidang Komunikasi Sosial
Tujuan Pastoral
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
Langkah-langkah Pastoral
Tujuan Pastoral
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasila terus tegak
(UUD 1945, pasal 1)
2. Politik bermoral dan masyarakat berhati nurani (bdk. GS 16, 74; Kat 2242; EV 70, NP KWI
2003, 15-17.8)
3. Masyarakat hidup rukun dan damai pada tingkat akar rumput (bdk Mat. 5:23-26)
4. Umat sadar akan indentitasnya sebagai warga negara dan sebagai warga gereja (bdk. Mat.
5:13-16; LG 40-42; GS 76; AA 9-10)
Langkah-langkah Pastoral
1. Hidup religius
Masalah : Kekurangan hidup berdoa secara pribadi dan ketergantungan terhadap rumus-rumus.
Thema : Kristus mengajar kita berdoa
Latihan : Dengan membimbing umat ke arah renungan dan kedewasaan rohani dan penghayatan
terhadap Kitab Suci/membaca Kitab Suci secara pribadi.
4. Panggilan
Pangggilan yang dimaksudkan di sini adalah panggilan hidup sebagai biarawan/ti atau
sebagai imam projo.
Masalah : Krisis panggilan imamat di Gereja dewasa ini
Thema : Jabatan di Gereja
Latihan : Menyelenggarakan bulan promosi panggilan dengan melibatkan umat, mengadakan
bimbingan panggilan imamat, meningkatkan hidup religius dan panggilan kaum awam.
5. Pengrasulan
Masalah : Minimnya partisipasi umat dalam tugas hirarki dan dalam tugas umat Allah terhadap dunia
Thema : Hidup keluarga Kristus (Gereja dan dunia)
Latihan : Membentuk organisasi pengrasulan, seperti: Legio Maria, KKS, dll.
6. Katekese
Masalah : Bagaimana membimbing umat untuk pewartaan dalam tata dunia sekarang ?
Thema : Warta gembira/amanat Kristus
Latihan : Bimbingan perkembangan iman, baik bimbingan iman individu, maupun mengadakan
bimbingan perkembangan iman Gereja dan dunia. Mengadakan pekan katekese untuk
katekis atau guru-guru agama.
7. Ekumene (ekumenisme)
Ekumene adalah suatu usaha yang dilakukan oleh Gereja-gereja (Protestan, ortodoks,
katolik) untuk membangun persatuan nyata .
Masalah : Hidup bersama dan bekerjasama antar agama
Thema : Kerinduan akan perkembangan karya penyelamatan Allah khususnya di Indonesia
Latihan : Dengan menyelenggarakan dialog antar agama dengan mengundang tokoh masing-masing
agama. Dialog yang dibangun bukan saling menjatuhkan/mencari kelemahan tetapi untuk
saling mengerti dan memahami perbedaan.
8. Pedagogi kepribadian
Masalah : Hubungan antara hidup moral dengan pembentukan pribadi
Thema : Pembentukam diri (penguatan diri)
Latihan : Dengan menyelenggarakan hari atau pekan pembentukan diri, dengan mengundang orang
yang mampu di bidang itu.
14. Pekerjaan
Masalah : Bagaimana hidup manusia dalam masyarakat yang agraris atau industrial ?
Thema : Pekerjaan
Latihan : Mengadakan bimbingan kepada umat terutama dalam masa peralihan dari masyarakat
agraris ke industrial. Bimbingan terhadap penyesuaian dalam lingkungan hidup dan kerja
modern.
Yang paling penting diperhatikan oleh seorang agen pastoral adalah bahwa ia bekerja
bukan secara pribadi tetapi dalam satu tim kerja/kerjasama dengan orang lain yang lebih
kompeten dalam bidangnya masing-masing.
BAB III
TENAGA-TENAGA PASTORAL
A. UMAT DASAR
1. Tugas Sekulir
2. Tugas Subsidier
B. UMAT INTI
1. Komunitas Dasar
2. Karya Pelayanan
C. UMAT BERJABATAN
1. Pemimpin Formal
2. Melayani Penerimaan Sakramen-Sakramen
3. Sebagai Penjiwa
4. Penggali Potensi/Katalisator
5. Pembentuk Dan Pelatih
6. Koordinator
BAB III
TENAGA-TENAGA PASTORAL
Berdasarkan sakramen Babtis dan dikuatkan oleh pengurapan Roh Kudus, maka tugas pastoral
merupakan tugas semua umat. Berdasarkan kedudukan di dalam Gereja, umat Allah dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: Umat Dasar, Umat Inti dan Umat Berjabatan.
A. UMAT DASAR
Orang Katolik yang tidak termasuk status tahbisan dan juga bukan biarawan/biarawati.
Kelompok ini sering disebut juga dengan kaum awam. Dalam Pastoral Umat, tugas umat dasar ialah:
1. Tugas Sekulir
Tugas pokok Umat Dasar terletak pada kedudukannya di dalam masyarakat. Ciri khas dan
keistimewaan dari kaum awam adalah sikap sekulirnya (bdk Lumen Gentium). Maka berdasarkan
kedudukan dan panggilannya tugas mereka adalah mencari kerajaan Allah dengan mengurus
barang-barang yang fana dan mengaturnya menurut kehendak Allah. Hidup mereka di dunia
artinya, di tengah-tengah keanekaragaman tugas dan pekerjaan serta dalam keadaan biasa, hidup
dalam keluarga dan masyarakat. Mereka dipanggil untuk memberikan sumbangan berdasarkan
kedudukannya demi pengudusan dunia.
Tugas-tugas itu dapat dirinci sebagai berikut:
- Menghidupkan dan melangsungkan komunitas kristiani dalam bentuk yang sesuai dengan
kebutuhan tempat dan jaman. Hal ini bisa dibuat dengan membentuk kelompok-kelompok doa,
misalnya, Legio Maria, Kharismatik, dsb. Juga membentuk keluarga sebagai komunias kristiani.
- Mengembangkan kharisma yang dimiliki. Semua umat diberikan anugerah-anugerah dari Tuhan,
maka sudah seharusnya potensi-potensi itu dikembangkan untuk membangunan masyarakat dan
dunia seutuhnya.
- Melaksanakan dan mewujudkan pelayanan kristiani.
- Membawa kehidupan kristiani dalam profesinya sendiri dan melalui profesinya ke dalam
perjalanan dunia. Kekhususan umat dasar adalah mereka hidup dalam profesi tertentu dan bahwa
mereka membawa ke-Katolikan ke dalam profesi itu.
2. Tugas Subsidier
Secara sekunder dan subsidier, umat dasar dapat menjalankan sesuatu yang diperlukan karena
kekurangan tenaga dalam jabatan Gereja. Umat dasar dapat diikutsertakan dalam tugas-tugas umat
berjabatan sejauh keadaan memungkinkan. Dalam hal ini perlu ada pembagian tugas dan
pelimpahan wewenang sehingga dalam pelaksanaan tidak terjadi pertentangan.
B. UMAT INTI
Mereka adalah umat Allah yang termasuk dalam status biarawan/wati. Dalam KHK mereka
disebut dengan golongan Hidup Bakti (suster, bruder, frater dan anggota institut sekulir, dsb). Dari
mereka ini mungkin ada yang berjabatan, tetapi kebanyakan mereka adalah inti dari umat Allah.
Dalam pastoral tidak terlalu dipersoalkan istilah yuridis (hukum) apakah mereka awam ataukah
bukan awam. Kendatipun dalam perspektif yuridis teologis mereka tergolong umat dasar.
Umat inti adalah umat yang menjadi tanda dari dalam, yang dapat mewujudkan pengaruhnya
yang bukan untuk memimpin tetapi lebih kepada tenaga penggerak dari dalam. Ada dua cara yang
hidup mereka yang dapat mempengaruhi atau menggerakkan umat dan masyarakat pada
umumnya yaitu melalui hidup berkomunitas dan melalui karya pelayanan mereka.
1. Komunitas Dasar
Hidup berkomunitas merupakan ciri khas umat inti. Bentuk dan cara hidup berdasarkan nasehat-
nasehat Injil yang dihayati dan dihidupi baik secara pribadi maupun dalam kebersamaan sebagai
komunitas menjadi suri teladan umat dan masyarakat sekitarnya. Biasanya mereka melaksanakan
karya pelayanan dalam suatu wilayah atau daerah tertentu sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.
2. Karya Pelayanan
Pelayanan yang dilaksanakan umat inti pada umumnya bersifat ‘tanpa bayar’ atau kerja dengan
tidak menuntut gaji. Motivasi mereka adalah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan umat Allah
dan demi Kerejaan Allah. Bidang pelayanan mereka itu seperti; bidang kesehatan, pendidikan, panti
asuhan dll. Prioritas pelayanan mereka adalah kaum miskin. Maka dalam pelayanan selain dengan
terbuka melayani orang-orang miskin yang datang kepada mereka, juga hendaknya mereka
“mencari” orang miskin, orang marginal yang berada di sekitarnya dan menolong mereka.
Sehubungan dengan bidang pelayanan ini, umat inti bertugas sebagai:
- Acceptor
Berdasarkan terang Injil dan relasi yang mendalam dengan Kristus, mereka diharapkan mampu
menangkap dan menghayati permasalahan yang ada di dunia dan masyarakat dalam terang iman
kristiani. Dengan perkataan lain, mereka tidak ‘ikut arus’ dalam perkembangan jaman.
- Transmissor
Cara mereka yang khas ini memungkinkan mereka untuk dengan mudah menemukan kekayaan-
kekayaan rohani atau warisan Gereja melalui: doa, meditasi, renungan Injil, dll. Mereka
diharapkan membawa kekayaan atau warisan Gereja ini kepada umat sesuai dengan situasi dan
daya tangkap umat.
- Stabilisator
Dengan kaul-kaul yang mereka ikrarkan membuat mereka cukup dipercaya di mata masyarakat.
Karena itu, mereka seringkali dipercayakan karya pastoral yang lebih bersifat tetap. Mereka
dianggap bisa menjamin kestabilan usaha-usaha Gereja terhadap masyarakat.
- Katalisator
Mereka menjadi pendorong yang dapat memotivasi sehingga umat dasar semakin bersemangat,
digairahkan kembali untuk melaksanakan pekerjaan atau dalam melaksanakan karya pastoral atau
bentuk-bentuk karya lainnya.
C. UMAT BERJABATAN
Mereka adalah bagian dari umat Allah yang mendapat kedudukan sebagai pemimpin umat
karena tahbisan. Misalnya, imam-imam. Mereka termasuk dalam hirarki gereja: Paus – uskup -
imam - diakon. Tugas-tugas mereka sebagai berikut:
1. Pemimpin Formal
Kalau Gereja dipahami sebagai suatu lembaga; institusi; organisasi yang memiliki pemimpin dan
umat/rakyat, maka mereka adalah penanggungjawab institusional Gereja. Misalnya menjadi
kepala/pemimpin umat di tingkat paroki.
2. Melayani Penerimaan Sakramen-Sakramen
Berdasarkan tahbisan yang diterimanya, maka mereka disebut imam, dan dengan sendirinya
karena fungsinya sebagai gembala atau pemimpin (pastor) mereka mempunyai tugas sakramental.
Inilah dua fungsi formal umat berjabatan. Prinsip penyertaan, maksudnya bahwa setiap anggota
terlibat dalam kegiatan Gereja karena terdorong oleh imannya, bukan karena paksaan atau aturan
dan bukan pula karana ada perintah dari atas. Gereja bersifat otonom dari dalam, artinya otonom
dari pribadi masing-masing anggota. Umat berjabatan berfungsi sebagai penggali dan pewarta
sabda dan sanggup membawanya kepada umat dasar.
3. Sebagai Penjiwa
Umat berjabatan hendaknya menjadi penjiwa bagi umat yang dipimpinya sehingga mereka dapat
menjalankan tugas-tugasnya secara ikhlas hati dan bersemangat. Untuk ia hendaknya ia menjadi
animator, yang dapat memberi kepercayaan kepada umat untuk menjalankan tugasnya demi
pengembangan Gereja.
4. Penggali Potensi/Katalisator
Umat berjabatan perlu mencari jalan untuk menggali potensi di dalam umat supaya mereka dapat
menjalankan tugasnya. Mereka adalah motivator dan katalisator yang dapat membantu komunitas
kristiani untuk semakin berkembang.
5. Pembentuk Dan Pelatih
Ia mampu memberdayakan umat untuk berkembang sedemikian rupa, dan mampu juga bersama
umat untuk terus memperkembangkan dan mempertahankan kemajuan-kemajuan yang sudah
diperoleh dalam suatu komunias kristiani.
6. Koordinator
Tim pastoral bisa mendelegasikan dan mengkoordoinir tugas-tugas yang dipercayakan kepada para
fungsionari (katekis, pengurus lingkungan, dll) baik yang ada di tingkat paroki maupun di tingkat
lingkungan/wilayah. Ia menjadi penjiwa dari satu tim kerja. ***)
BAB III
KEBUTUHAN AKAN LATIHAN PASTORAL
Latihan-latihan pastoral yang telah diuraikan di atas, dalam pelaksanaan bukanlah dikemas
dalam bentuk kuliah, melainkan berupa latihan-latihan praktis, dan tahap demi tahap.
Secara umum fase-fase/langkah pastoral dijalankan dalam 10 langkah. Masing-masing
langkah latihan memiliki tujuan/ciri tertentu, kendatipun seringkali beberapa langkah
harus dihubungkan bahkan disatukan sesuai dengan situasi. Kesepuluh langkah dalam
latihan pastoral dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Motivasi
2. Penggambaran Situasi
3. Feasibility Study
4. Penyusunan Program
5. Acara Latihan
6. Proyek Teladan
7. Community Organization
8. Pelaksanaan dan Pemeliharaan
9. Evaluasi
Menjadi seorang pekerja pastoral harus memenuhi sejumlah syarat yang dipandang layak.
Syarat-syarat itu seperti :
1. Memiliki semangat
Pekerja pastoral hendaknya memegang prinsip bahwa segala sesuatu bersifat dinamis,
artinya terus ‘berubah’ seiring dengan berkembang jaman, tidak terpaku di tempat saja.
Untuk itu hendaknya pula, ia beradaptasi dengan perubahan-perubahan tersebut dan juga
dengan situasi daerah pastoralnya dengan tidak melupakan nilai-nilai Injili.
Konsekuensi dalam karya pastoralnya adalah terdapat adanya kemungkinan untuk
merancang cara/pendekatan pastoral yang baru bahkan bisa saja jenis karya yang baru
pula sehingga sungguh sesuai dengan keadaan umat setempat. Ia juga dituntut untuk
memiliki sikap empaty dengan keadaan umat yang dilayaninya.
2. Maksud baik dan penghormatan terhadap umat
Pekerja pastoral, bukanlah hidup seorang diri tetapi ia hidup di tengah-tengah umat
beriman/masyarakat pada umumnya. Untuk itu hendaknya ia memiliki maksud-maksud
baik untuk bersama-sama dengan umat mengembangkan hidup mereka sesuai dengan
situasi mereka menuju kegembiraan dan kesejahteraan bersama. Ia juga hendaknya
memiliki sikap hormat terhadap mereka, artinya menghargai dan menerima apa adanya
serta bersama mereka menggalakkan karya-karya pastoral.
Sebenarnya ada banyak bentuk latihan yang dapat dipakai. Di bawah ini hanya
disampaikan dua bentuk latihan sebagai contoh, yaitu :
2. Role playing
Role playing adalah suatu cara untuk memecahkan suatu masalah dengan sarana
mengajukan suatu ceritera kehidupan sehari-hari. Ceritera itu diperagakan oleh
kelompok/tim. Setelah peragaan atau pementasan dibutuhkan tanggapan dari
anggota/pemain, termasuk penonton. Metode ini pertama-tama dikembangkan di Amerika
Serikat.
Langkah-langkah permainannya adalah:
a. Menentukan masalah
Pokok-pokok permasalahan digambarkanlah dalam situasi tertentu yang akan diperankan
sehingga peserta betul-betul mengetahui dan memahami betul permasalahan-nya. Untuk
itu pokok masalahnya ini dapat ditulis.
b. Memilih para pelaku
Jumlah para pemain tergantung pada permasalahannya. Para pemain tidak diajarkan
tentang apa yang harus dibuat ataupun kata-kata apa yang harus diucapkan (seperti
drama), tetapi pemain hanya diajarkan sikap-sikap yang perlu dan tujuan yang akan
dicapai.
c. Permainan dimulai
Berdasarkan penjelasan itu, permainan dimulai. Setiap pemain berusaha memberikan
reaksi yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Pada saat yang dipandang tepat,
pembimbing dapat menghentikan permainan dan kemudian mengajak peserta untuk
mendiskusikan apa yang telah diperankan itu. Apakah sudah berperan dengan baik artinya
bisa memperjelas masalah atau justru mempersulit masalah semula.
1. Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi :
Pembagian bahan
Analisa bahan
Membandingkan bahan yang dianalisa dengan pengalaman. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara: memberikan kertas kerja (working papers) untuk dipelajari dan dianalisa peserta.
Waktu untuk menganalisa tergantung dari tingkat pendidikan peserta. Makin tinggi tingkat
pendidikan peserta, makin singkat waktu yang digunakan dan sebaliknya makin rendah
tingkat pendidikan maka waktu yang digunakan makin banyak/lama.
3. Penyusunan masalah
a. Menentukan masalah
Peserta diminta melihat masalah yang berhubungan dengan pokok yang dibicarakan, yang
menurut pengalaman mereka paling penting, paling mendesak pemecahannya dan
membutuhkan perhatian khusus.
b. Uraian masalah
Masalah diuraikan ke dalam bentuk kejadian konkret, kalau dapat dari pengalaman sendiri
c. Perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
Jika peserta sendiri sudah mempunyai gagasan mengenai pemecahannya supaya hal itu
dikemukakan dalam bentuk masalah secara singkat.
4. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok meliputi :
a. Penyusunan skema diskusi berdasarkan masalah yang diajukan
Peserta mengajukan masalah dan pendamping mengumpulkannya.
Cara mengumpulkannya yaitu dengan menulis di papan tulis atau kerta flap.
Masalah ditulis secara sistimatis.
Setelah masalah terkumpul, peserta dibagi dalam kelompok untuk mendiskusikannya.
Pembagian kelompok bisa memakai cara dengan mengikuti permasalah yang diajukan
oleh masing-masing peserta.
b. Pembicaraan dan musyawarah dalam kelompok diskusi
Yang harus diperhatikan dalam diskusi adalah :
Formasi duduk dan suasana. Aspek ini diciptakan sedemikian rupa sehingga peserta
merasa leluasa
Seorang sebagai ketua kelompok/pimpinan diskusi
Seorang menjadi penulis
Pada akhir diskusi; hasilnya dirumuskan sebaik mungkin. Permusan ini hendaknya
melibatkan semua anggota kelompok, tidak hanya beberapa orang saja.
c. Pengumpulan draf rumusan
Draf rumusan dari tiap kelompok diplenokan.
Pendamping dan peserta lain boleh menanggapi. Kalau perumusan sudah diterima oleh
pleno, maka tidak usah diberi banyak komentar lagi.
Bila rumusan belum jelas maka dapat diberi komentar tambahan yang sesuai dengan
masalahnya dan tujuan yang mau dicapai.
d. Penyusunan rumusan tetap
Berdasarkan masukan berupa komentar dan usul-saran dalam pleno.
Kelompok memperbaiki yaitu merumuskan kembali rumusan-rumusan yang belum
lengkap.
Hasil rumusan tetap ini hendaknya dsatukan/ dikumpulkan dan dibagikan kepada setiap
peserta.
8. Tutorial
Bimbingan ini diberikan kepada peserta:
a. Usaha perbaikan kalau ada kekurangan dalam latihan, baik segi teknis maupun dalam
teoritis.
b. Diberikan latihan ekstra, jika ada kekurangan
c. Diberikan secara formil sesudah mereka kembali dari latihan lapangan
A. STRUKTUR PAROKI
C. PERSONALIA
1. Full time :
Siapa saja (misl. Pastor, frater TOP, sekretaris, koster, pegawai, dll), jumlah, usia,
pendidikan terakhir.
2. Part time :
Siapa saja (misl. Anggota DPP, ketua-ketua wilayah/stasi, lingkungan/basis, dsb), jumlah,
usia, pendidikan terakhir.
2. Dewan Paroki, wilayah/stasi, lingkungan/basis berfungsi baik ?
Faktor mana saja yang menunjang dan faktor mana saja yang menghambat ?
3. Guru-guru, peranannya ……… menunjang ?
Bagaimana usaha peningkatannya ?
4. Bagaimana perbandingan tenaga Pastoral dengan jumlah umat ?
a. Apakah umat dapat dijangkau seluruhnya dari segi luasnya paroki dan pola huni?
b. Dari segi alat transportasi
c. Dari segi susunan penduduk
d. Dari segi struktur sosial
E. KEUANGAN PAROKI/PASTORAN
1. Kekayaan uang Paroki/Pastoran
Pos untuk Mudika: ( apakah ada, dari mana, cukup/kurang, dll)
Untuk Gereja/pastoran: ( cukup … ?)
Untuk pastoran : (dari mana …., cukup, dll ? )
Pos Sosial: (dari mana , untuk apa saja ? … dll)
Pos misdinar: (dari mana, cukup … ?), dsb
2. Pendapatan Gereja/Pastoran
* Kolekte Mingu : (berapa kali misa, rata -rata per minggu? dll)
* Persembahan sukarela : (dari siapa saja, .. ?
* Lain-lain : (dalam bentuk apa saja ?
F. PELAYANAN SAKRAMEN/TALI
1. Sakramen Ekaristi
a. Mingguan : berapa kali , rata-rata umat yang hadir
b. Harian: bagaimana itu dijalankan per minggu, rata-rata umat yang hadir, dsb)
c. Basis/gabungan: bagaiaman itu dijalankan?
2. Sakramen Tobat
Bagaimana dijalankan, berapa kali, umat yang hadir, anak-anak….
Bagaimana dengan kehadiran umat, … dll
3. Sakramen babtis
Bagaimana hal itu dijalankan, berapa kali dalam setahun, jumlah per tahun dll.
4. Komuni Pertama
Bagaimana hal itu dijalankan, berapa kali dalam setahun, jumlah per tahun dll.
5. Sakramen Krisma
Bagaimana hal itu dijalankan, berapa kali dalam setahun, jumlah per tahun dll.
6. KPP/perkawian
Bagaimana hal itu dijalankan, berapa kali dalam setahun, jumlah per tahun dll.
1. Menyebutkan lima
sikapdasar untuk
pekerjaan pastoral
dewasa ini,2.
Menyebutkan
contohkonkrit penerapan
limasikap dasar dalam
karyaseorang pekerja
pastoral.
3. SIKAP-SIKAP
DASAR
UNTUK PEKERJAAN
PASTORALDEWASA
INI.
1.4.Pengakuan dan
penghormatan
martabatmanusia.1.5.Ke
sadaran mengenai
realita yang
harusmenjadi dasar
usaha
pastoral.1.6.Kesadaran
mengenai proses
perubahansosial yang
multi dimensional
danstruktural yang
dapat menuju
ke perkembangan yang
laras demi
kemajuanumat
manusia.1.7.Kesadaran
bahwa perkembangan
yanglaras tergantung
pada otoaktivita
manusia baik individu
maupun kolektif dan
yangdapat
dibimbing.1.8.Kesadara
n akan pentingnya
perencanaanyang
terwujud secara
efisien.8 4
4 1 6 Meny
ebutkan danmenjelaskan
pendekatan- pendekatan
pastoral.
4.PENDEKATAN-
PENDEKATAN
DALAMPEKERJAAN
PASTORAL
4.1. Pendekatan
sektoral4.2. Pendekatan
multi sektoral yang tak
berkoor-dinasi.4.3.
Pendekatan
komprehensif.2
2 2 8
Menjelaskan dimensi-
dimensi pekerjaan
pastoral
5.Dimensi-dimensi
PekerjaanPastoral
5.1.Dimensi Teosentri
dan kristosentris5.2.
Dimensi
Eklesial5.3.Dimensi
Personal5.4.Dimensi
eskatologis2Menjelaska
n arti dan
proses penggunaan studi
kasus, role playing, dan
analisis SWOTdalam
pekerjaan pastoral.
6. KEBUTUHAN
AKAN
LATIHANPASTORAL
6.1. Penggunaan studi
kasus dalam pastoral6.2.
Penggunaan Role
Playing dalam
pastoral6.3. Penggunaan
analisis SWOT dalam
pastoral8 2
-
1 0 Menjelaska
n arti dan kegunaandari
survai pastoral, serta
mampumempraktekkann
ya di dalamtugasnya.
7. KEBUTUHAN
AKAN
SURVEYPASTORAL
7.1. Arti dan manfaat
survey pastoral7.2.
Tujuan dan sasaran
survai pastoral7.3.
Langkah-langkah survai
pastoral4 -
2 6 3
6 8 8 5
2
DAFTAR PUSTAKA:A.
WAJIB:
1.Prof.Dr.P. Janssen
CM; Pengantar
Pekerjaan Pastoral, IPI
Malang,
1993.2.Departemen
Dokpen KWI, Dokumen
Konsili Vatikan II :
Gaudium et Spes,
Jakarta, 1993.3.BS
Mardiatmaja sj,
Beriman Dengan
Tanggap
, Yogyakarta: Kanisius
19??
B. ANJURAN:
4.JB. Banawiratma SJ,
Sepuluh Agenda
Pastoral Transformatif,
Kanisius, Yogyakarta,
20025.Pusat Pastoral
Ende, Spiritualitas
Fungsionaris Pastoral,
Ende, 1991.6.Suratman
Gitowiratno SJ.,
Kamulah Sesamaku,
Arah Dasar KAS,
Kanisius, Yogyakarta,
1996.7.Antonius Denny
Firmanto Pr,
Pengelolaan Dan
Pemberdayaan Jemaat,
Dioma, Malang, 2003.
More from Stefsmp8
Proposal Skripsi Ttg IKM di Kampung Isanombias Tanahmiring Merauke
BAB I
1 - 53 Bab I dan II
hal Cover
Abstract
ANTROPOLOGI
asg
BHS-INDO
dasar-bp
Did Met Khusus
GBPP Ekklesiologi
GBPP KBG
hukum-gereja
injil-yoh
KAT-UMAT1
Kat-umat2
kat-umum
KBG
KEWARGANEGARAAN
Kristologis
mg-gembira
MORAl Dasar
Mrl-sex-prk
Pastoral Dasar 1
Pastoral Sekolah
Pastoral Umat
BAB I
1 - 53 Bab I dan II
hal Cover
Abstract
ANTROPOLOGI
asg
BHS-INDO
dasar-bp
GBPP Ekklesiologi
GBPP KBG
Gbpp-har Pengantar Liturgi
hukum-gereja
injil-yoh
KAT-UMAT1
Kat-umat2
kat-umum
KBG
KEWARGANEGARAAN
Kristologis
mg-gembira
MORAl Dasar
Pengantar Pastoral
by Stefsmp8
(0 ratings)
1.5K views
Embed
Description
Related
by Stefsmp8
Proposal Skripsi Ttg IKM di Kampung Isanombias Tanahmiring Merauke
by Stefsmp8
BAB I
by Stefsmp8
1 - 53 Bab I dan II
by Stefsmp8
About
Browse books
Site directory
About Scribd
Meet the team
Our blog
Join our team!
Contact Us
Partners
Publishers
Developers / API
Memberships
Join today
Invite Friends
Gifts
Support
Help
FAQ
Accessibility
Press
Purchase help
AdChoices
Legal
Terms
Privacy
Copyright