Vous êtes sur la page 1sur 11

ARTIKEL

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih


pada Industri Kecil Tahu:
Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang
Efficiency of Water and Energy Use Based on Cleaner Production
in Small Tofu Industry:
A Case Study of SME Tofu “Sari Rasa” Subang
Doddy A. Darmajanaa, Nok Afifah, Novrinaldib, Umi Hanifahc, dan Andi Taufand
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
JL. KS. Tubun No.5 Subang, Jawa Barat
Email : doddyandy@yahoo.com

Diterima : 8 September 2013 Revisi : 23 September 2013 Disetujui : 22 Oktober 2013

ABSTRAK
Peningkatan efisiensi pada setiap tahapan proses pada IKM tahu akan mengoptimalkan setiap
komponen produksi, menghasilkan mutu produk yang baik serta berdampak positif terhadap lingkungan.
Salah satu konsep yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang
dan energi di seluruh tahapan produksi dan minimalisasi limbah adalah konsep produksi bersih. Telah
dilakukan penelitian untuk merencanakan penerapan konsep produksi bersih di IKM tahu Sari Rasa Subang.
Penelitian dilakukan dengan mengukur neraca massa pada setiap tahapan proses, dan menerapkan
sistem pemipaan dan tungku pemasakan berbahan bakar gas. Pengambilan data mengikuti alur produksi
IKM tanpa mengganggu proses untuk 3 batch produksi. Data yang diperoleh dibandingkan dengan kondisi
proses sebelum penerapan produksi bersih dan terhadap industri tahu yang telah menerapkan produksi
bersih. Hasil perbandingan menunjukkan penggunaan air proses lebih kecil 21,12 persen dibanding
sebelum penerapan produksi bersih dan 15,13 persen terhadap pemakaian air di IKM tahu Kaguma. Hasil
proses perancangan berupa penghematan energi listrik pompa dari 0,81 kWh menjadi 0,16kWh dengan
menggunakan tangki air atas. Konsumsi energi menggunakan desain tungku baru berbahan bakar gas
untuk pemasakan 5 kg kedelai sebesar 11220 kkal, menghemat energi sebesar 72,35 persen dibanding
dengan tungku sebelumnya. Bila dibandingan dengan IKM Kaguma, terdapat perbedaan kebutuhan energi
untuk proses sebesar 1724,16 kkal.
kata kunci: produksi bersih, tahu, efisiensi

ABSTRACT
Increasing efficiencies at every stage of the process at SME Tofu will optimize every component of
production, yield good quality products, and give positive impact to the environment. One of the concepts
that aim to improve the efficient use of raw materials, auxiliary materials and energy at all stages of
production and waste minimization is a cleaner production concept. The research was done to design
the implementation of the cleaner production concept in SMEs tofu Sari Rasa Subang. The study was
conducted by measuring mass balance at each stage of process and applying plumbing system and gas-
fired furnace for cooking. The data were captured for 3 batches of production in SMEs. The data obtained
were compared to the previous data. The comparison demonstrated that water used in SME Sari Rasa
was 21.12 percent less than that of the previous and 15.13% more than that of SME Kaguma. The results
of redesign process were the electrical energy saving at the pump from 0.81 kWh to 0.16 kWh using water
roof tank. The saving of heat energy consumption using new gas-fired furnace for cooking 5 kg soybean
was 11220 kcal. The saving energy was found to be 72.35% compared to the previous furnace. There were
1724.16 kkal energy consumption difference compared to SME Kaguma.
keywords: cleaner production, tofu, efficiency

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 373
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan
I. PENDAHULUAN Kelima, Recycling, yaitu teknologi yang
berfungsi untuk memanfaatkan limbah dengan

P roduksi Bersih, menurut Kementerian


Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai :
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
memprosesnya kembali secara fisika/kimia/
biologi menjadi suatu produk yang bernilai.
preventif, terpadu dan diterapkan secara Strategi utama perlu ditekankan pada
terus-menerus pada setiap kegiatan mulai pencegahan dan pengurangan atau 2R
dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses pertama (Re-think dan Reduction). Bila strategi
produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan 2R pertama masih menimbulkan pencemaran
efisiensi penggunaan sumberdaya alam, atau limbah, baru kemudian melakukan strategi
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery)
dan mengurangi terbentuknya limbah pada sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan
sumbernya sehingga dapat meminimisasi limbah.
resiko terhadap kesehatan dan keselamatan Secara garis besar proses pembuatan
manusia serta kerusakan lingkungan (KLH, tahu adalah serangkaian perlakuan terhadap
2003). Produksi Bersih merupakan tindakan kedelai yang meliputi penyortiran, perendaman,
efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, pencucian, penghancuran (penggilingan),
dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran pemasakan, penyaringan, penggumpalan dan
peningkatan produktivitas dan minimalisasi pencetakan. Selain proses utama, terdapat
timbulnya limbah yang dihasilkan. kegiatan pendukung seperti penyediaan dan
Pola pendekatan produksi bersih dalam penyaluran air sebagai bahan pembantu
melakukan pencegahan dan pengurangan utama, penyediaan energi untuk memasak dan
limbah yaitu dengan strategi produksi bersih pembuangan limbah, baik limbah padat seperti
yang dituangkan dalam 5R yaitu : Re-think, ampas tahu dan sisa pembakaran bahan bakar
Reduction, Re-use, Recovery and Recycle biomasa, limbah cair dan limbah asap.
(KLH, 2003).
Menurut hasil survey Darmajana, dkk.,
Pertama, Re-think, adalah konsep pemikiran (2009), permasalahan yang paling dirasakan
yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan oleh pengrajin tahu adalah kesulitan energi
akan beroperasi. Implikasi dari re-think adalah akibat kelangkaan minyak tanah dan sulitnya
perubahan dalam pola produksi dan konsumsi memperoleh bahan bakar biomassa, dan
serta perubahan pola pikir, sikap dan tingkah penanganan limbah cair sebagai hasil
laku dari semua pihak terkait baik pemerintah, penggunaan air yang belum efisien. Pemasakan
masyarakat maupun kalangan dunia usaha. bubur kedelai memerlukan energi terbesar
Kedua, Reduction, adalah teknologi yang dibanding tahapan lain karena pada proses
dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pemasakan diperlukan energi untuk menaikkan
pencemaran diawal produksi. Implikasi dari suhu bubur kedelai dan air pengekstrak
reduction adalah mengurangi dan meminimalkan mencapai suhu didihnya selama 20 - 60 menit.
penggunaan bahan baku, air, energi dan Waktu yang diperlukan tergantung sumber panas
penggunaan bahan baku berbahaya serta (bahan bakar) dan sistem pembakarannya yang
mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya digunakan termasuk desain model tungku.
sehingga mencegah dan mengurangi dampak
Diharapkan dengan pendekatan penerapan
lingkungan dan resikonya bagi manusia.
Cleaner Production (Produksi Bersih) dapat
Ketiga, Re-use, adalah suatu teknologi yang memberikan solusi untuk permasalahan -
memungkinkan suatu limbah dapat digunakan permasalahan tersebut. Salah satu rekomendasi
kembali tanpa mengalami perlakuan fisika/ dari Pusat Produksi Bersih Nasional (PPBN,
kimia/biologi. 2006) dalam mengefisiensikan air selain
Keempat, Recovery, adalah teknologi untuk menggunakan kembali air bilasan kedua pada
memisahkan suatu bahan/energi dari suatu proses pencucian, untuk perendaman kedelai,
limbah untuk kemudian dikembalikan ke dalam juga mengendalikan penggunaan air dengan
proses produksi dengan atau tanpa perlakuan menggunakan kran.
fisika/kimia/biologi.

374 PANGAN, Vol. 22 No. 4 Desember 2013 : 373-384


Penelitian ini dilakukan untuk mengidenti- (m2), Tw adalah suhu Plat (oC), T∞ adalah suhu
fikasi penyebab inefisiensi pemakaian air dan Fluida (oC)
energi dan mengevaluasi usaha-usaha yang
Tungku digunakan sebagai tempat untuk
dapat dilakukan untuk peningkatan efisiensi
melakukan proses pemasakan. Tungku
pemakaian air dan energi melalui perbaikan
yang umumnya digunakan berbahan bakar
tahapan proses saat ekstraksi, perancangan
biomassa, baik dari kayu, serbuk gergaji, sekam
pemipaan air bersih dan teknologi pemasakan.
padi dan lain-lain. Bahan bakar biomassa
digunakan hampir dari separuh populasi dunia
II. TINJAUAN PUSTAKA
untuk memasak (Bruce dkk., 2000). Seperti
Pemasakan (bubur tahu) merupakan yang dicatat Miah, dkk., (2009), makanan yang
salah satu proses penting dari serangkaian dimasak di daerah pedesaan di Bangladesh
perlakuan terhadap biji kedelai. Pada proses menggunakan kompor dengan bahan bakar
ini terjadi proses pembakaran dan perpindahan biomassa karena tidak tersedianya gas alam.
panas. Menurut Supriyatno (1994) pembakaran Bahan bakar ini menjadi salah satu dasar
merupakan suatu proses reaksi kimia antara penentuan desain dari tungku yang akan dibuat.
bahan bakar dengan oksigen dari udara yang Menurut Bhattacharya, dkk., (2002) dalam Miah,
menghasilkan panas. Panas yang dihasilkan dkk., (2009) desain tungku memiliki pengaruh
terkadang disertai cahaya dalam bentuk pendar penting terhadap efisiensi penggunaan bahan
atau api. Pembakaran sempurna hanya terjadi bakar dan berkaitan dengan masalah lingkungan.
jika ada pasokan oksigen yang cukup. Seperti hasil penelitian oleh Kjellstrom, dkk.,
Rumus kimia sederhana dari proses (2000), Wickramasinghe (2003), dan Ndiema,
pembakaran dapat dituliskan sebagai berikut : dkk., (1998) menunjukkan akibat negatif yang
disebabkan penggunaan bahan bakar biomassa
Xbb + Yudara à aCO + Cudara + Panas ………. (1)
terkait dengan lingkungan hingga kesehatan.
Rumus kimia pembakaran gas LPG : Pengujian tungku menggunakan metode
C3H8 + 5 O2 → 3 CO2 + 4 H2O + panas… (2) Water Boiling Test (WBT) seperti yang
propana + oksigen → karbon dioksida + air. telah dikembangkan oleh Volunteers in
Technical Assistance (2009) dimana efisiensi
Perpindahan panas pada pemasakan bubur
termal dihitung berdasarkan persamaan:
tahu terjadi secara konveksi. Panas berpindah
dengan cara mengalir yang diikuti dengan
perpindahan partikel mediumnya. Perpindahan
panas secara konveksi biasa terjadi pada
medium zat cair dan gas. Pada pemasakan
…(4)
bubur tahu (campuran gilingan kedelai dengan
air), api tungku memanaskan dasar wajan.
Panas pada dasar wajan menyebabkan bubur dimana hc adalah efisiensi termal, Pjci adalah
tahu pada dasar wajan perlahan-lahan menjadi berat air dan pot awal (gram), Pj adalah berat
panas. Karena panas, bubur tahu menjadi air dan pot akhir (gram), Tjcf adalah suhu air
ringan dan naik ke atas, sedangkan bubur awal (oC), Tjci suhu air akhir (oC), wcv berat air
tahu yang berada di atas (yang belum terkena menguap (gram), fcd berat bahan bakar akhir
panas) turun ke dasar wajan menjadi panas (gram), LHV adalah Low Heating Value LPG.
kemudian naik ke atas, dan begitu seterusnya. Perhitungan kebutuhan air dilakukan
Perhitungan perpindahan panas pada tungku untuk merancang sistem tangki air atas untuk
pemasakan bubur tahu dapat dihitung dengan mengatasi kebutuhan puncak selama proses
menggunakan persamaan : pembuatan tahu. Perhitungan kapasitas air
q = h.A (Tw – T∞)………………………………(3) tangki atas berdasarkan standar SNI 03-6481-
2000 sistem plambing. Penggunaan prinsip ini
dimana q adalah laju perpindahan kalor konveksi diharapkan pompa tidak akan bekerja secara
(W), h adalah koefisien perpindahan kalor terus menerus selama proses produksi.
konveksi (W/m2. oC), A adalah luas Permukaan
Pengukuran kapasitas pompa aktual

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 375
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan
dilakukan untuk menghitung beban listrik pompa pengisi (menit). Kebutuhan puncak
yang digunakan selama proses. Perhitungan terjadi sepanjang waktu proses sedangkan
dilakukan dengan menggunakan persamaan kebutuhan jam puncak terjadi di saat tertentu.
: Pw = 0,163ɣ x Q x H ……………………(5) Dalam perhitungan diasumsikan Qp=Qhmax.

dimana Pw adalah daya air (kW), ɣ a d a l a h III. METODOLOGI


massa air per satuan volume (kgf/l), Q adalah
Penelitian dilakukan di IKM tahu “Sari Rasa”
kapasitas (m3/min), dan H adalah head (m)
(Bapak Hapid) yang berada di sentra industri
Daya poros yang diperlukan untuk tahu tempe di daerah Perumahan Kopti Desa
menggerakkan sebuah pompa adalah sama Cigadung Kecamatan Subang Kabupaten
dengan daya air ditambah kerugian daya di Subang.
dalam pompa (Sularso dan Tahara, 2006). Daya
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dihitung dengan persamaan :
ini berupa kedelai impor sedangkan peralatan
P = Pw / ηp ……………………………...(6) yang digunakan antara lain timbangan digital,
dimana P adalah daya poros pompa (kW), dan infra red thermometer, termokopel, stopwatch
ηp adalah efisiensi pompa. Daya nominal motor dan pengukur jarak (meteran), serta pengukur
penggerak pompa dihitung dengan persamaan : arus listrik.
Pm = P (1+α) / ηt ……………………………(7) Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian deskriptif yang dikombinasikan
dengan P adalah daya motor (kW), α adalah dengan engineering design. Penelitian dilakukan
faktor cadangan, dan ηt adalah efisiensi melalui proses pengamatan di pabrik tahu untuk
transmisi. mendeskripsikan kondisi aktual di lapangan
Pemakaian air rata-rata dihitung dengan sehingga diperoleh data neraca massa dan
menggunakan persamaan : neraca energi. Penerapan Produksi Bersih
Qh = Qd/t……………………………………(8)
(PB) dapat diawali dengan mengidentifikasi
neraca massa dan energi pada setiap proses
dimana Qh adalah pemakaian air rata-rata produksi selanjutnya menentukan strategi dan
(m3/jam), Qd adalah pemakaian air rata-rata peluang penerapan Produksi Bersih (Romli,
setiap hari (m3), t adalah waktu pemakaian (jam). 2008). Neraca massa yang diukur dalam
Menurut Noerbambang dan Morimura penelitian ini dilakukan di setiap tahapan
(1999), pada waktu - waktu tertentu pemakaian proses pembuatan tahu, yaitu : perendaman,
air akan melebihi pemakaian air rata-rata di penggilingan, pemasakan, pemerasan,
mana pemakaian yang tertinggi dinamakan penggumpalan, dan pencetakan. Data tersebut
pemakaian air jam puncak. Kebutuhan air jam kemudian dibandingkan dengan kondisi
puncak dapat dihitung dengan menggunakan sebelum dilakukan penerapan PB pada IKM
persamaan : yang sama (Sari Rasa) dan juga dibandingkan
dengan IKM tahu yang telah menerapkan
Qhmax = (c1) (Qh) …………………………...(9)
konsep Produksi Bersih (IKM Kaguma, Sleman)
dimana Qhmax adalah kebutuhan air jam puncak untuk mengidentifikasi inefisiensi pemakaian air.
(m3/jam) dan c1 adalah konstanta bernilai 1,5- Evaluasi peluang yang dapat dilakukan untuk
2,0. peningkatan efisiensi pemakaian air dan energi
menggunakan strategi 3R (reuse, recycle, dan
Penentuan kapasitas efektif tangki air atas
recovery), kemudian dilakukan perancangan
dilakukan dengan menggunakan persamaan :
teknologi yang berpeluang diterapkan.
VE = (Qp- Qh-max) tp + Qpu x tpu……..(10)
Penerapan sistem penyaluran air bersih
dimana VE adalah kapasitas efektif tangki dan tangki air bersih (reservoir) untuk mengatasi
atas (liter), Qp adalah kebutuhan puncak (liter/ kebutuhan puncak selama proses pembuatan
menit), Qpu adalah kapasitas pompa (liter/ tahu sesuai dengan SNI 03-7065-2005 : Tata
menit), tp adalah jangka waktu kebutuhan cara perencanaan sistem plambing dan SNI
puncak (menit), tpu adalah jangka waktu kerja 03-6481-2000: Sistem plambing. Tahapan yang

376 PANGAN, Vol. 22 No. 4 Desember 2013 : 373-384


Identifikasi inefisiensi Kajian peluang
inefisiensi

Delta neraca massa • Strategi 5R


dan energi • Desain engineering

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

dilakukan mengacu pada prosedur perancangan pada asap yang keluar melalui cerobong asap
instalasi plambing oleh SNI dan Noerbambang (chimnney). Penggunaan bahan bakar gas
(1999) dimana diambil beberapa poin penting dimaksudkan untuk mengurangi pemakaian
meliputi survey lapangan, identifikasi masalah, kayu bakar dan polusi udara. Perancangan
dan perhitungan kebutuhan air. tungku meliputi bahan baku (material), ukuran,
konstruksi dan heat loss. Perancangan tungku
Penerapan tungku pemasak bubur kedelai
pemasakan bubur tahu dilakukan dengan reverse
berbahan bakar gas (LPG) untuk meningkatkan
engineering dari tungku pemasakan bubur yang
efisiensi pemakaian bahan bakar, dimana
telah ada berbahan bakar gas sebagai dasar
tungku yang digunakan sebelum penerapan
pengembangan tungku dikombinasikan dengan
PB berbahan bakar kayu. Hasil pengukuran
tungku sekam dalam hal pemanfaatan sisa
menunjukkan masih cukup banyak panas yang
panas. Gambar diagram alir penelitian disajikan
terbuang, baik melalui dinding tungku maupun

Tabel 1. Neraca Massa Produksi Tahu di IKM Sari Rasa sebelum Penerapan PB

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 377
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan
pada Gambar 1. semakin banyak, hal ini tentu tidak diharapkan.
Pemasakan bubur kedelai bertujuan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk melarutkan protein yang merupakan
Identifikasi awal berupa neraca massa komponen pembentuk tahu. Pada tahap ini
sebelum penerapan PB telah dilakukan di IKM dilakukan penambahan air untuk mendapatkan
Sari Rasa. Hasil pengukuran neraca massa protein terlarut semaksimal mungkin. Adanya
proses produksi tahu di IKM Sari Rasa disajikan penambahan air dan pemanasan menyebabkan
pada Tabel 1. molekul-molekul pati menjadi mengembang.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Pemasakan bubur kedelai dilakukan pada
kebutuhan air terbesar adalah untuk proses suhu 80 - 90oC dengan tujuan untuk optimasi
proses pelarutan (ekstraksi) dan sterilisasi untuk
Tabel 2. Data Olahan Neraca Massa Setelah Pelaksanaan PB

pemasakan dan ekstraksi (tahap proses ke menghilangkan kontaminasi mikrobiologi yang


3 dan 4) bubur kedelai. Tahap pemasakan dapat mengganggu mutu dan masa simpan
memerlukan air 57,97 kg, sedang tahap tahu.
ekstraksi memerlukan 123,35 kg air. Penerapan PB dengan mengurangi jumlah
Penambahan jumlah air mempengaruhi pemakaian air saat ekstraksi dapat dilihat pada
rendemen hasil namun jika semakin banyak Tabel 2. Pada tabel tersebut menunjukkan hal
jumlah air akan menambah waktu operasional yang sama dibandingkan dengan Tabel 1, yaitu
proses serta dimungkinkan ekstraksi yang ketiga kebutuhan air terbesar terdapat pada proses
dan selanjutnya tidak menambah rendemen pemasakan dan ekstraksi bubur kedelai. Pada
hasil secara signifikan. Selain itu limbah cair proses ekstraksi terjadi pengurangan (reduksi)
yang dihasilkan pada proses penggumpalan juga jumlah air sebanyak 43,84 kg (35 persen).
Sedangkan jumlah air yang digunakan untuk

378 PANGAN, Vol. 22 No. 4 Desember 2013 : 373-384


pemasakan bubur kedelai hampir sama yaitu Rasa menggunakan kembali sebanyak 14,96
sebanyak 56-57 kg. Pengurangan (reduksi) air persen dan sisanya dibuang. Whey yang
pengekstrak ini memberikan dampak positif dibuang Kaguma 40,76 persen lebih sedikit
penurunan limbah whey yang dihasilkan saat dibandingkan IKM Sari Rasa. Selain whey, IKM
penggumpalan sebesar 28,84. Sari Rasa juga menghasilkan limbah berupa
bahan yang tercecer/terbuang saat pemerasan
Hasil pengukuran kebutuhan air pada
sebanyak 2,79 kg karena perbedaan sistem
lokasi penelitian, kemudian dibandingkan
pemerasan diantara keduanya. Limbah gas
dengan industri tahu Kaguma. Afifah dkk.,
(uap air) yang dikeluarkan oleh IKM Sari Rasa
(2009) menyajikan hasil pengukuran aliran
lebih banyak 74,68 persen.
bahan proses produksi tahu di Rumah Produksi
Kaguma, Sleman yang dijadikan percontohan Penerapan PB meningkatkan rendemen
penerapan produksi bersih. Perbandingan aliran tahu yang dihasilkan sebesar 8,4 persen karena

Tabel 3. Perbandingan Aliran Bahan Proses Produksi Tahu di Kaguma, Sari Rasa, dan Sari Rasa
Setelah Pelaksanaan PB

bahan saat proses produksi antara IKM Kaguma adanya perbaikan tahapan proses yang terlihat
dengan IKM Sari Rasa sebelum dan setelah dari berkurangnya bahan yang hilang sebesar
penerapan PB disajikan pada Tabel 3. 85,61 persen. Salah satu yang mengindikasikan
perbaikan proses adalah proses ekstraksi
Pada basis produksi kedelai 5 kg, IKM Sari
dan pemerasan ampas yang menghasilkan
Rasa dan Kaguma menghasilkan produk tahu
ampas lebih rendah dari sebelum penerapan
yang tidak berbeda yaitu 19,12 kg pada IKM Sari
PB sebesar 26,81 persen. Efisiensi proses
Rasa sebelum penerapan PB, 19,86 kg pada
juga terlihat dari penggunaan air proses yang
rumah produksi Kaguma dan 20,71kg pada IKM
lebih hemat jika dibandingkan dengan sebelum
Sari Rasa setelah penerapan PB. Komponen
penerapan PB sebesar 21,21 persen. Buangan
bahan terbesar dalam produksi tahu adalah air,
limbah yang dapat mengkontaminasi lingkungan
baik air bersih maupun air biang (whey) yang
juga menurun yang terlihat dari penurunan
berimplikasi pada air limbah yang dihasilkan.
jumlah whey sebesar 20,89 persen dan limbah
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa IKM Sari rendaman 37,85 persen.
Rasa sebelum penerapan PB menggunakan air
Sistem air bersih IKM Sari Rasa
proses 33,05 persen lebih banyak dibandingkan
menggunakan pompa untuk mengalirkan air
IKM Kaguma sehingga jumlah limbah cairnya
langsung ke beberapa titik di ruang produksi
juga lebih banyak. IKM Kaguma menggunakan
sehingga pompa terus bekerja selama proses
kembali 17,24 persen whey yang dihasilkan
pembuatan tahu. Pompa yang digunakan
untuk proses berikutnya, sedangkan IKM Sari
berkapasitas maksimal 30 liter/menit, total head

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 379
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan
Tabel 4. Data Perancangan

Data N otasi Nilai


3
Kebutuhan air per hari Q d 4,98 m /hari
3
Kebutuhan air rata-rata Qh 0,62m /jam
Kebutuhan air jam puncak Q h-maks 20,76 liter/menit
Kapasitas pompa pengisi Qpu 30 liter/menit
Jangka waktu kebutuhan puncak t p 60 menit
Jangka waktu kerja pompa pengisi t pu 15 menit
Kapasitas efektif tangki air atas VE 450 liter

Gambar 2. Tungku Pemasakan Bubur Kedelai IKM Tahu Sari Rasa

30 m, dengan daya 125 Watt. Hasil pengukuran Dari Tabel 4 diperoleh kapasitas tangki air
pada saat proses menunjukkan laju aktual yang sebesar 450 liter untuk mencukupi kebutuhan
keluar dari pipa sebesar 8,57 liter/menit. air proses pembuatan tahu. Kapasitas ini masih
perlu ditambahkan dengan jumlah kebutuhan air
Daya air yang diperoleh menggunakan
(pribadi) untuk 3 operator pembuatan tahu di IKM
persamaan (5) adalah 0,04 kW dengan asumsi
tahu Sari Rasa. Berdasarkan SNI, kebutuhan air
head 30 m. Daya poros dengan efisiensi 50
dalam satu hari untuk pekerja pabrik sebesar 60
persen yang didapatkan dari persamaan (6)
liter/hari/orang. Kebutuhan air untuk operator
yaitu 0,08 kW. Daya nominal motor penggerak
dipisahkan dengan perhitungan untuk proses
pompa dihitung dengan persamaan (7) dimana
agar tidak mengganggu kebutuhan air proses
α untuk motor induksi 0,2 dan efisiensi transmisi
pada saat kebutuhan air untuk operator terpakai
diasumsikan sebesar 1, sehingga diperoleh
semuanya pada saat proses berjalan. Oleh
daya sebesar 0,1 kW. Apabila waktu proses
karena itu, didapatkan total kapasitas efektif
pembuatan tahu selama 8 jam/hari, maka
tangki air atas sebesar 630 liter.
kebutuhan energi listrik pompa sebesar 0,81
kWh. Penerapan sistem plambing berdasarkan Penggunaan tangki sesuai kapasitas efektif
SNI dilakukan dengan membuat tangki air atas air atas tersebut, maka pompa akan bekerja
dengan ketinggian sesuai dengan kecukupan sebanyak 8 kali untuk mencukupi kebutuhan
tekanan statik tertinggi kran air. Dengan air per hari. Kebutuhan daya listrik untuk 8
menggunakan persamaan (8), (9), dan (10), kali pompa bekerja sebesar 0,25 kWh. Namun
diperoleh data perancangan pada Tabel 4. kapasitas tangki disesuaikan yang tersedia di
pasar yaitu 1000 liter. Kebutuhan daya listrik
Jangka waktu kebutuhan puncak
pompa untuk mencukupi kebutuhan air per
direncanakan selama 60 menit di mana dapat
hari dengan tangki air atas kapasitas 1000
terjadi pada saat air di tangki dalam level
liter adalah 0,16 kWh di mana pompa bekerja
minimum, sehingga perlu dilakukan pengisian
sebanyak 5 kali.
kembali oleh pompa yang ditetapkan selama 15
menit untuk mencukupi kebutuhan air proses. Efisiensi energi dilakukan dengan

380 PANGAN, Vol. 22 No. 4 Desember 2013 : 373-384


Gambar 3. Bagian Konstruksi Tungku

merancang tungku untuk pemasakan bubur kedelai tidak over coocking atau gosong, tidak
kedelai. Tungku yang digunakan sebelumnya ada asap pembakaran dalam ruang produksi,
adalah tungku kayu tipe tunggal seperti pada sehingga tahu yang dihasilkan bersih dan tidak
Gambar 2. Hasil pengukuran suhu tungku berbau asap.
selama proses pemasakan sebagai berikut : (i) Bak pemasakan yang digunakan di rumah
Suhu udara rata-rata selama proses pemasakan produksi Kaguma berupa silinder beton dimana
pada lubang pemasukan bahan bakar (T1) pada permukaan dalam dari silinder beton
terukur sebesar 199,40C, pada ruang bakar (T2) dilapisi dengan plat stainless steel. Fungsi
terukur sebesar 537,70C dan pada cerobong silinder beton untuk menahan beban bubur
asap (T3) pada titik 50 cm dari atas tungku yang dimasak, sedang plat stainless steel agar
terukur sebesar 367,50C; (ii) Suhu bahan (bubur bahan makanan yang dimasak tidak bereaksi
kedelai) rata-rata selama proses pemasakan atau terkontaminasi dengan wadah untuk
pada ruang pemasakan (T4) pada titik 50 cm proses. Alat pemasak pada IKM Sari Rasa
dari atas tungku terukur sebesar 89,80C; dan (iii) menggunakan tungku kayu tipe tunggal (satu
Suhu dinding luar sebelah kiri tungku rata-rata tungku terdiri dari satu lubang pemasukan bahan
selama proses pemasakan (T5) terukur sebesar bakar dan satu tungku masak) yang terbuat dari
35,70C dan dinding luar sebelah kanan tungku tembok bata dan dilengkapi cerobong asap.
(T5) terukur sebesar 37,90C. Pemasakan dilakukan secara langsung yaitu
Berdasarkan hasil pengukuran tersebut lidah api berhubungan langsung dengan wajan
terlihat bahwa masih banyak panas yang tidak mengkontakkan sumber panas dengan media
termanfaatkan/terbuang melalui cerobong (bubur kedelai) dalam bejana pemasakan
asap dan lubang pemasukan bahan bakar berupa wajan. Bahan bakar yang digunakan
kayu. Panas yang terbuang melalui cerobong sama seperti Kaguma yaitu kayu bakar.
asap tersebut masih dapat digunakan untuk Pada kondisi tersebut IKM Sari Rasa
memanaskan / menghangatkan air. Air hangat memasak bubur kedelai selama 40 menit
ini dapat dimanfaatkan untuk air tambahan sedangkan Kaguma selama 22,5 menit. Kayu
selama pemasakan sehingga waktu pemasakan yang digunakan IKM Sari Rasa sebanyak 10,1
bisa lebih pendek, yang artinya terjadi efisiensi kg sedangkan Kaguma menghabiskan 2,74 kg
waktu dan energi. kayu dan 0,48 kg kawul (serpihan kayu) karena
Pada pemasakan bubur kedelai Kaguma banyaknya panas yang hilang. Berdasarkan
menggunakan pemanas sistem uap yang uraian diatas terlihat bahwa proses produksi tahu
dihasilkan dari ketel uap dan dialirkan melalui di IKM Sari Rasa kurang efisien dibandingkan
pipa-pipa ke tangki perebus. Ketel uap yang Kaguma dilihat dari pemakaian air dan energi.
digunakan adalah ketel uap pipa api dengan Selanjutnya tungku dirancang dengan
bahan bakar berupa kayu dan limbah kayu desain seperti pada Gambar 3 dengan
(Jawa : kawul). Penggunaan uap air untuk menggunakan bahan bakar gas. Tungku terdiri
pemasakan antara lain suhu pemasakan dalam dari tungku utama sebagai tungku pemasakan
bubur tidak lebih dari 1000C, sehingga bubur bubur kedelai dan tungku pemanas air. Tungku

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 381
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan
utama mendapatkan panas langsung dari dengan instalasi sebelumnya sebesar 0,81 kWh.
pembakaran gas di bawahnya. Tungku pemanas
Ketiga, tungku pemasakan bubur dirancang
air berada di belakang tungku utama, dimana
menggunakan bahan bakar gas LPG dengan
terdapat saluran untuk mengalirkan sisa panas
dinding tungku dari semen dan bata tahan api
dari tungku utama. Dinding tungku terbuat dari
sedangkan wajan dari stainless steel. Konsumsi
pasangan bata dan semen tahan api sedangkan
energi untuk pemasakan 5 kg kedelai sebesar
wajan terbuat dari stainless steel
11.220 kkal. Hal itu berarti menghemat energi
Konsumsi kayu bakar untuk tungku awal sebanyak 72,2 persen dibandingkan tungku
(sebelum penerapan PB) adalah sekitar 10,1 kg sebelum penerapan PB. Bila dibandingan
untuk 1 pemasakan bubur kedelai (basis 5 kg dengan IKM Kaguma, terdapat perbedaan
kedelai). Berdasarkan pengukuran, kandungan kebutuhan energi untuk proses sebesar
kalori kayu bakar yang digunakan adalah 1.724,16 kkal.
sebesar 4.033,78 kkal/kg, maka konsumsi
energi untuk pemasakan 5 kg bahan baku DAFTAR PUSTAKA
(kedelai) adalah sebesar 40.741,18 kkal. Pada Afifah, N. dan R. Luthfiyanti. 2009. Kajian Proses
penggunaan tungku hasil rancangan yang Produksi Pada Penerapan Produksi Bersih
diterapkan setelah penerapan PB dengan bahan di Rumah Produksi KAGUMA Untuk Industri
bakar gas untuk memasak 5 kg bahan baku Kecil Tahu Di Sayegan Kabupaten Sleman.
kedelai membutuhkan 1 kg gas elpiji. Berdasar Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2009.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
pada kandungan kalori gas elpiji sebesar
11.264,61 kkal/kg, maka konsumsi energi untuk Badan Standardisasi Nasional. 2000. SNI 03-6481-
pemasakan 5 kg bahan baku (kedelai) adalah 2000, Sistem Plambing. Jakarta: BSN.
sebesar 11.264,61 kkal. Hal ini berarti terdapat Badan Standardisasi Nasional. 2005. SNI 03-7065-
penghematan energi sebanyak 72,35 persen. 2005, Tata cara perencanaan sistem plambing.
Jakarta: BSN.
Bila dilakukan perbandingan penggunaan
energi untuk pemasakan dapat dijelaskan, Bhattacharya, S.C., Albina D.O., Khaing A.M. Effects
bahwa pada IKM Kaguma membutuhkan bahan of Selected Parameters on Performance
and Emission of Biomass-Fired Cookstoves.
bakar sebanyak 3,22 kg atau setara dengan
Biomass and Bioenergy 2002;23(5):387–95.
12.988,77 kkal, sedangkan pada IKM Sari
Rasa setelah penerapan PB (bahan bakar gas) Bruce, N., R. Perez-Padilla, dan R. Albalak. 2000.
sebesar 11.264,61 kkal. Terdapat perbedaan Indoor Air Pollution in Developing Countries:
a Major Environmental and Public Health
kebutuhan energi yang lebih rendah pada IKM
Challenge. Bull World Health Organ. Vol. 78:
Sari Rasa, meskipun relatif kecil (1.724,16 kkal). 1078–1092.

IV. KESIMPULAN Darmajana, D.A., R. Luthfiyanti, E. Solicha., N. Afifah,


dan Y. Adriana. 2009. Kajian Pemanfaatan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil Teknologi Tepat Guna Dalam Penerapan
kesimpulan sebagai berikut : Produksi Bersih Pada Industri Tahu Di
Kabupaten Subang dan Sumedang. Laporan
Pertama, pemakaian air dalam produksi tahu Kegiatan. BBPTTG. Tidak diterbitkan.
di IKM Sari Rasa setelah penerapan Produksi
Bersih terjadi pengurangan (reduksi) jumlah air Kjellstrom, T., D. Streets, dan X. Wang. 2000. Energy,
the Environment, and Health. Di dalam: United
sebanyak 43,84 kg (21,12 persen). Dibandingkan
Nations Development Programme, Holdren,
dengan IKM Kaguma, penggunaan air proses J. P. dan Smith, K. R. (ed) World energy
di IKM Sari Rasa lebih banyak 24,78 kg untuk assessment: energy and the challenge of
basis 5 kg kedelai setiap proses. sustainability, hal 61-110. New York. http://
www.undp.org/ content / dam / aplaws /
Kedua, perancangan kapasitas efektif tangki air
publication / en / publications / environment
sebesar 1 m3 untuk mencukupi kebutuhan air – energy / www-ee-library / sustainable –
puncak selama 60 menit. Pompa akan bekerja energy / world – energy -assessment-energy-
sebanyak 5 kali per hari dan menghasilkan daya and-the-challenge-of-sustainability/World%20
sebesar 0,16 kWh, lebih kecil dibandingkan Energy%20Assessment-2000.pdf. [diakses 21
November 2012]

382 PANGAN, Vol. 22 No. 4 Desember 2013 : 373-384


Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Kebijakan
BIODATA PENULIS :
Produksi Bersih Nasional. Jakarta: KLH.
Doddy A. Darmajana dilahirkan di Madiun, 29 April
Miah, Md. D., H. Al Rashid, dan M. Y. Shin. 2009. Wood
1960. Menyelesaikan S2 Teknologi Pasca Panen,
Fuel Use in the Traditional Cooking Stoves in
Institut Pertanian Bogor.
the Rural Floodplain Areas Of Bangladesh: A
Socio-Environmental Perspective. Biomass Andi Taufan dilahirkan di Pare-Pare, 9 Agustus
and Bioenergy. Vol. 33: 70-78. 1982. Menyelesaikan S1 Teknik Mesin, Universitas
Indonesia. Email: andtaufan@gmail.com
Ndiema, C. K.W., F. M. Mpendazoe, dan A. Williams.
1998. Emission of Pollutants from a Biomass Umi Hanifah dilahirkan di Kebumen, 18 Agustus
Stove. Energy Conversion Management 1981. Menyelesaikan S1 Teknik Pertanian, Institut
39(13): 1357-1367. Pertanian Bogor. Email: umihanifah81@gmail.com
Noerbambang, S. M. dan T. Morimura. 1999. Novrinaldi dilahirkan di Padang, 29 November
Perancangan dan Pemeliharaan Sistem 1980. Menyelesaikan S1 Teknik Mesin, Universitas
Plambing. Jakarta: PT. Pradya Paramita. Islam Indonesia, Yogyakarta. Email: naldi.novri@
gmail.com
Pusat Produksi Bersih Nasional. 2006. Panduan
Penerapan Produksi Bersih Industri Kecil Nok Afifah dilahirkan di Taman Pemalang, 30 Mei
Tahu. Jakarta: PPBN. 1978. Menyelesaikan S1 Teknik Kimia, Universitas
Gadjah Mada. Email: nonggani@yahoo.com
Romli, M.  2008.  Cleaner Production in the
Manufacturing of Virgin Coconut Oil (VCO). 
Makalah disampaikan pada Tranning Course
on Cleaner Production Technology for Virgin
Coconut Oil (VCO) of Food Industry for ASEAN
Countries. Jakarta.
Sularso dan H. Tahara. 2006. Pompa dan Kompresor:
Pemilihan, Pemakaian dan Pemeliharaan.
Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Supriyatno. 1994. Teknologi Tungku Perajin. Subang:
Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna,
Puslitbang Fisika Terapan – LIPI.
Volunteers in Technical Assistance. 2009. The
Water Boiling Test version 4.1.2. Cookstove
Emissions and Efficiency in a Controlled
Laboratory Setting. Draft. VITA. http://www.
pciaonline.org/files/WBT4.1.2_0_0.pdf
[diakses 7 Januari 2013]
Wickramasinghe, A. 2003. Gender and health issues
in the biomass energy cycle: impediments
to sustainable development. Energy for
Sustainable Development 7(3): 51-61.

Efisiensi Penggunaan Air dan Energi Berbasis Produksi Bersih pada Industri Kecil Tahu: Studi Kasus IKM Tahu “Sari Rasa” Subang 383
Doddy A. Darmajana, Nok Afifah, Novrinaldi, Umi Hanifah, Andi Taufan

Vous aimerez peut-être aussi