Vous êtes sur la page 1sur 10

Tipe sediaan Transdermal

Sediaan transdermal adalah suatu sediaan yang menyediakan rute alternatif


untuk menghantarkan obat menembus kulit hingga dapat mencapai peredaran
darah. Salah satu bentuk sediaan transdermal adalah patch atau medicated plaster
yaitu sediaan yang digunakan untuk membawa obat secara langsung melalui kulit
sebagai media pengobatan dengan melapiskannya pada suatu pita atau plester
berperekat. Bentuk sediaan patch memiliki berbagi kelebihan dibandingkan sediaan
transdermal yang lain yaitu selain mudah dan nyaman digunakan, sediaan patch
dapat melepaskan bahan obat dengan kadar yang tetap dan terkontrol selama
periode tertentu (Okuyama et al., 1997).

Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan


dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target
penghantaran obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat
secara transdermal adalah obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan
efek terapeutik yang diharapkan (Barhate, et al., 2009).

Secara umum sedian transdermal terbagi menjadi 2 macam sistem, yaitu


sistem matrik dan sistem reservoir. Dalam sistem matrik tersusun atas lapisan
backing layer, campuran obat dan polimer, dan adhesive layer. Sedangkan dalam
sistem reservoir tersusun atas lapisan backing layer, larutan obat, control rate, dan
adhesive layer. Pada sistem matrik lapisan patch lebih sedikit dibandingkan dengan
sistem reservoir, karena apabila dalam sistem reservoir perlu adanya control rate
untuk mengatur pelepasan obat, sedangkan pada sistem matrik hanya bahan obat
dicampur dengan polimer yang hidrofilik atau lipofilik kemudian diberi adhesive
layer dan patch bisa dicetak (Kandavili, Nair, Panchagnula, 2002).

Keuntungan dari sistem matrik ialah untuk mengatur pelepasan bahan aktif
obat dari sediaan patch yang perlu diperhatikan adalah jenis polimer apakah yang
akan digunakan, dan tentunya polimer tersebut harus sesuai dengan bahan aktif dan
bahan yang lain (Kandavili, Nair, Panchagnula, 2002).
Dari sistem matrik ini, pemilihan polimer yang tadinya hanya terdiri dari
satu jenis polimer dapat dikembangkan menjadi beberapa jenis polimer yang
digunakan untuk sediaan patch. Dalam hal ini disebut sistem matrik kombinasi.
Dengan sistem ini dapat ketahui kombinasi yang sesuai antara polimer yang
hidrofilik dan lipofilik untuk melepaskan bahan aktif obat dari sediaan patch dengan
durasi waktu yang diinginkan.

Patch adalah salah satu rute pemberian obat secara perkutan yang ditujukan
untuk pemakain luar dengan sistem kontak dengan kulit secara tertutup. Sediaan
patch dibedakan menjadi 2 yaitu trasdermal lokal dan transdermal sistemik. Sistem
penghantaran obat dengan bentuk patch memiliki banyak keuntungan diantaranya:

1. Menghindari first-pass metabolism di hepar


2. Menjamin kadar darah yang konstan untuk periode waktu yang lama
3. Meningkatkan bioavailabilitas
4. Menurunkan dosis pemberian
5. Menurunkan efek samping yang tidak diinginkan
6. Menurunkan efek samping yang di gastrointestinal
7. Mudah menghentukan bila terjadi efek toksik
8. Meningkatkan kepatuhan pasien

Namun selain memiliki keuntungan ternyata patch juga memiliki banyak


kekurangan diantaranya adalah:

1. Tidak dapat digunakan untuk obat dalam bentuk ionik


2. Tidak dapat mencapai kadr obat yang tinggi dalam darah/plasma
3. BM obat harus kecil
4. Tidak dapat menghantarkan obat dengan cara pulsatile
5. Obat yang mengiritasi tidak dapat dikembangkan dengan bentuk sediaan
patch

Jika ditinjau dari cara pembuatannya, sediaan patch dapat dibedakan


menjadi 2, yaitu membrane controlled dan matrix controlled. Dari kedua macam
cara pembuatan cara tersebut, metode matrix controlled adalah metode yang paling
banyak digunakan. Selain itu, pembuatannya lebih sederhana, cepat dan biaya yang
dibutuhkan relative lebih murah (Ansel, 1989).

a. Sistem Membran (Reservoir)

Dalam sistem ini, reservoir tertanam antara lapisan backing layer dan
sebuah lapisan membran. Lapisan membran dapat berpori atau tidak
berpori. Obat bisa dalam bentuk larutan, suspensi, gel atau tersebar dalam
matrik polimer padat. Polimer hipoalergenik adesif dapat diterapkan
sebagai permukaan luar membran polimer yang kompatibel dengan obat.
Sistem ini mengikuti kinetika orde ke nol (Rani et al., 2011).

Gambar 1. Sistem Membran dari Patch Transdermal


(Venkatraman, et al, 2002)
b. Sistem Matriks
Sistem matrik pada patch transdermal terdiri dari 2 komponen utama,
yaitu backing layer dan matrik. Pada sistem ini, obat di dalam eksipien
seperti polimer, plasticizer, permeation enhancer dan perekat
diformulasikan menjadi satu, yang kemudian dibiarkan mengering hingga
membentuk matrik. Selanjutnya, matrik ditempelkan pada backing layer.
Keuntungan dari sistem matrik yaitu akan membentuk suatu patch yang tipis
sehingga nyaman untuk digunakan (Venkartraman et al., 2002).
Gambar 2. Sistem Matriks dari Patch Transdermal
(Venkatraman, et al, 2002)

Respon klinik sesudah pemberian patch memiliki tahapan proses yaitu obat
lepas dari sediaan, berpenetrasi ke dalam kulit dan permeasi menembus kulit
sehingga dapat memberikan aktivitas respon farmakologi. Dalam pembuatan
sediaan patch terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah:

1. Mempunyai kadar air yang relatif kecil


2. Permukaan patch harus rata dan tidak mengkerut selama penyimpanan
3. Bahan obat dan bahan tambahan harus terdistribusi merata
4. Mampu melepaskan bahan aktif dalam jumlah yang cukup
5. Mampu berpenetrasi ke dalam kulit sesuai dengan tujuan pengobatan

Formula Sediaan Transdermal

 Obat/Zat aktif
Obat yang dibuat dalam bentuk sediaan transdermal harus
mempunyai kelarutan dengan air lebih besar dari 1 mg/ml, dengan
minyak lebih besar dari 1 mg/ml, bobot molekulnya kurang dari 1000,
dan dosisnya kurang dari 10 mg/ml. Kriteria pemilihan obat lainnya
antara lain:
1. Waktu Paruh
Salah satu pertimbangan pemilihan obat secara transdermal
didasarkan pada obat yang mencapai kesetimbangan secara tepat
dalam dosis rendah.
2. Toksisitas obat pada kulit
Obat yang diberikan secara transdermal memiliki waktu kontak
yang cukup lama dengan kulit. Oleh karena itu, sangat mungkin
apabila terjadi iritasi atau reaki imunitas. Selain dari krakteristik
fisikokimia dari bahan aktif obat, bahan eksipien (tambahan) dapat
menyebabkan kulitt terkelupas dan menimbulkan iritasi
Dewasa ini hanya beberapa obat daja yang dapat dihantarkan secara
transdermal, hal ini dikarenakan permebilitas obat tidak cukup baik
melewati kulit, toleransi obat tidak cukup oleh kulit, dan kebutuhan
penggunaan klinik. Kriteria penting dalam proses seleksi obat tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut:
3. Permeabilitas kulit yang cukup
 Obat dengan bobot molekul rendah
 Obat dengan suhu lebur rendah
 Obat dengan kelarutan moderat dalam minyak dan air
 Obat poten
4. Penerimaan kulit yang cukup baik
 Obat tidak mengiritasi
 Obat tidak menimbulkan sensitisasi
 Obat tidak dimetabolisme di kulit
5. Kebutuhan klinik yang cukup
 Kebutuhan untuk memperlama pemberian
 Kebutuhan untuk meningkatkan penerimaan pasien
 Kebutuhan untuk mengurangi efek samping pada jaringan
bukan sasaran.
 Peningkat permeasi
Impermeabilitas kulit mendorong pengembangan sejumlah
strategi untuk meningkatkan permeasi melalui dua pendekatan antara
lain sebagai berikut:
1. Pendekatan dengan bahan kimia
Pendekatan kimia terbagi menjadi tiga cara antara lain :
a. Cara yang menyebabkan bahan aktif berada dalam keadaan
aktivitas termodinamika tinggi. Proses ini terjadi kehilangan
pelarut karena evaporasi atau difusi kedalam kulit. Selain itu
matrik polimer dalpat mengambil air dari kulit yang dapat
mengganggu sifat kelarutan polimer.
b. Penggunaan pelarut yang berpermeasi ke dalam kulit dan
berperilaku sebagai pembawa bahan aktif. Misal, beberapa pets
tipe reservoir pelaru didalamnya dapat berkodifusi dengan
bahan aktif sehingga akan memfasilitasi lewatnya obat melalui
stratum korneum.
c. Komponen formulasi berpermeasi ke dalam inter seluler lipid.
Hal ini akan mennimbulkan daerah imana difusi berlangsung
lebih cepat dan permeasi melalui stratum korneum akan
ditingkatkan
2. Pendekatan dengan fisika.
Pendekatan fisika contohnya adalah iontophoresis. Iontophoresis
adalah pemberian obat melalui kulit yang didorong oleh aliran
listrik dan memiliki tiga komponen dasar antara lain:
a. Sumber aliran listrik yang biasanya terdiri dari sebuah baterai
dan kontrol elektronik.
b. Sistem reservoir aktif yang mengandung bahan aktif dalam
bentuk ionik.
c. Sistem reservoir kembalian yang mengandung suatu elektrolit
dan berfungsi untuk mengembalikan aliran listrik
Gambar 3. Sistem Iontophoresis
Apabila sistem reservoir aktif dan reservoir kembalian
diletakkan di kulit, sumber arus menyebabkan aliran elektrolit
mengalir menuju reservoir aktif dan ditransformasi menjadi
aliran ionik dan sebaliknya.
 Adhesif
Sediaan transdermal yang akan digunakan untuk jangka waktu
lama memerlukan adhesi untuk melekatkan sediaan ke kulit dengan
persyaratan sebagai berikut :
1. Biokompaktiilitas yang baik.
2. Menunjukkan adhesi yang baik terhadap kulit yang berminyak,
basah, mengkerut dan lembab.
3. Menunjukkan permeabilitas baik terhadap kelembaban untuk
mencegah oklusi berlebihan terhadap obat.
 Model fisik penghalang terhadap permeasi obat
Pada model fisik sebagai model transdermal, terdapat 4 macam
penghalang terhadap permeasi obat, antara lain segai berikut:
1. Matrik polimer
2. Membran polimer
3. Lapisan adhesif
4. Stratum korneum
(Agoes, 2008; Kesarwani et al., 2013)

Manufacturing

1. Preparasi pembawa
Proses manufaktur yang tepat tergantung pada jenis patch sedang dibangun.
Secara umum, membran patch yang dibuat oleh salah satu dari beberapa teknik,
yang semuanya dirancang untuk menciptakan serangkaian difusi pori-pori seragam.
Misalnya, dalam metode presipitasi polimer, film polimer dimasukkan dalam steel
belt yang mengandung campuran pelarut-air. Sebagai pengeras film polimer,
pelarut berevaporasi dan menciptakan banyak lubang-lubang kecil. Membran
berpori juga dapat diciptakan oleh peregangan lelehan film tipis polimer. Karena
film ini merupakan peregangan yang tidak seragam, maka pori-pori kecil terbentuk.
Metode ini biasanya digunakan untuk polypropylene film. Tujuannya adalah untuk
membuat membran plastik tipis dengan banyak saluran mikroskopis yang dapat
dilalui obat secara difusi. Membran ini dapat dilekatkan plastik yang mengandung
obat pada proses berikutnya.

Dalam sistem dimana obat ini bercampur dengan bahan patch, seperti jenis
matriks dan jenis perekat campuran, proses ini agak berbeda. Campuran disiapkan
dalam tipe khusus dari mixer yang dikenal sebagai Hockenmeyer mixer. Perekat
ditambahkan pertama kali dan premixed pada kecepatan tinggi untuk jangka waktu
yang telah ditentukan. Selanjutnya, bahan tambahan lainnya seperti agen
pengendali kekentalan dapat ditambahkan, dan selanjutnya terbentuk campuran.
Kemudian komponen obat secara perlahan ditambahkan dan kecepatan campuran
ditingkatkan. Penyesuaian pH atau viskositas dapat dilakukan pada proses ini.

2. Pengolahan dan kemasan

Pengolahan akhir tergantung pada jenis pembawa. Reservoir jenis patch


harus diisi dengan campuran obat. Matriks obat-perekat dilapisi film poliester
silikon. Silikon memastikan patch dapat dengan mudah dilepas ketika membuka
lapisan perekat. Patch yang lengkap dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan
pelarut dan kemudian dilaminasi pembawa atau backing strip backing. Ini strip
backing bisa diolah lebih lanjut dengan memotong dan kemudian dikemas sebagai
produk jadi.

3. Quality Control
Semua obat harus menjalani pengujian ketat untuk memastikan mereka
benar disintesis dan mengandung bahan kimia yang murni. Untuk obat yang
digunakan melalui patch transepidermal, pengujian tambahan diperlukan untuk
menentukan dosis rata-rata produk. Angka ini dapat diukur dengan metode dimana
pengukuran dosis diaplikasikan pada sampel kulit perut yang dipotong melintang
di wadah kecil yang dikenal sebagai tipe sel difusi Franz. Jumlah obat yang
berdifusi melalui sampel kulit dan masuk ke dalam sel dapat diukur dengan
berbagai teknik analisis, seperti HPLC. Nilai ini dapat dihubungkan untuk
menentukan berapa banyak obat yang dilepaskan selama penggunaan produk yang
sebenarnya.

Tes lainnya dilakukan untuk memastikan patch melekat pada kulit dengan
benar. Kulit permukaan sangat tidak stabil yang senantiasa memuai dan mengkerut.
Biasanya, kekuatan perekat dievaluasi dengan menerapkan produk ke pelat baja.
Namun, metode ini tidak efektif untuk perekat medis, karena ikatan perekat pada
kulit jauh berbeda dari ikatan dengan logam. Untuk mengatasi masalah ini, peneliti
menggunakan film kolagen (protein bahan kulit) untuk studi perlekatan kulit.
Perekat sendiri mungkin dievaluasi untuk memastikan tidak mudah basah. Hal ini
dilakukan dengan mengukur sudut kontak dari setetes air di perekat. Tetes air
seharusnya tidak membasah perekat, dan sudut harus tetap selama 24 jam. Ada tes
lain untuk perekat, termasuk geser statis dan uji Polyken tack. Juga harus dicatat
bahwa perekat ini ada di bawah peraturan pemerintah untuk perangkat medis, yang
memerlukan uji keamanan tertentu seperti tes iritasi mata dan skrining reaksi alergi
(Satas, Donald, 1989).
Daftar Pustaka

Agoes, G. (2008). Seri farmasi industri 3 : Sistem penghantaran obat pelepasan
terkendali. Bandung: Penerbit ITB.
Ansel, H.C, Allen, L.V.A., dan Popovich, N.G. 1999, ‘Transdermal Drug Delivery
Systems’ in Ansel, H.C., Allen, L.V.A, and Popovich, N.G., Pharmaceutical
Dosage Forms and Drug Delivery System, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, pp 263-273.
Barhate SD, 2010, Development of Meloxicam Sodium Transdermal Gel, Int. J.
Pharm. Res. Dev. 2: 1-10.
Kandavilli, S., Nair, V., dan Panchagnula, R. 2002, Polymers in Transdermal Drug
Delivery System, Pharm. Tech., 1:201-211.
Kesarwani, A., Yadav, A. K., Singh, S., Gautam, H., Singh, H. N., Sharma, A., &
Yadav, C. (2013). An Official Publication of Association of Pharmacy
Professionals THEORETICAL ASPECTS OF T RANSDERMAL D RUG D
ELIVERY S YSTEM. Bulletin of Pharmaceutical Research, 3(2), 78–89.
Rani S., Kamal S., Navneet S., and Pooja M. 2011. Transdermal Patches a
Successful Tool in Transdermal Drug Delivery System: An Overview. Pelagia
Research Library. 2(5): 17-29.
Satas, Donald. 1989. Handbook of Pressure Sensitive Adhesives. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Venkatraman, S., Davar, N., Chester, A., and Kleiner, L. 2002. An Overview of
Controlled Release System in Wise, D.L.Handbook of Pharmaceutical
Controlled Release Technology. New York: Marcel Dekker, Inc. p.445-52.

Vous aimerez peut-être aussi