Vous êtes sur la page 1sur 4

LAMPIRAN

Pertanyaan :

1. Apa alasan memakai sambungan las atau baut ? apakah ada teknik khusus
untuk las di bawah air ?
2. Apa saja spesifikasi penentuan baut?
3. Adakah cara lain dari sambungan tetap untuk melepas sambungan tersebut
dengan cara tanpa merusak?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi kualitas sambungan las ?
5. Klasifikasi sambungan las ?
6. Pemasangan baut dimana saja ? Apa saja tipe-tipe sambungan di hot rolled
dan cold rolled?
7. Solusi dari kegagalan yang dialami oleh sambungan? Lalu apa pencegahan
terhadap kegagalan tersebut?
8. Dari berbagai macam sambungan las, sambungan manakah yang paling sering
digunakan? Apa alasannya?
9. Kapan kita menentukan jenis kepala baut ? apakah ada standarisasinya? Dari
hitungan base plate, tidak dapat menentukan beban? Solusinya?
10. Teknik pengerjaan Las ?
11. Pengujian-pengujian untuk sambungan las ?

Jawaban:

1. Untuk Las di bawah air terdapat 2 (dua) metode, yaitu:


a. Metode Pengelasan Basah (Wet Underwater Welding)
Proses pengelasan ini berlangsung dalam keadaan basah dalam arti
electrode maupun benda berhubungan langsung dengan air.
b. Metode Pengelasan Kering (Dry Underwater Welding)
Proses pengelasan ini tidak berbeda dengan pengelasan pada udara
terbuka. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan suatu peralatan yang
bertekanan tinggi yang biasa disebut dengan Dry Hyperbaric Weld
Chamber, dimana alat ini secara otomatis didesain kedap air seperti layak
desain kapal selam.
2. Spesifikasi Sambungan Baut
Kuat Tarik Kuat Leleh,fy
Baut Mutu Db Minimum, fu (MPa)
(mm) (MPa)
A307 Normal 6,35 – 10,4 60
A325 Tinggi 12,7 – 25,4 825 560 – 630
28,6 – 38,1 725
A490 Tinggi 12,7 – 38,1 1035 790 - 900

3. Tidak ada, karena untuk melepas sambungan tetap itu harus dengan cara
merusaknya.
4. Faktor yang mempengaruhi kualitas sambungan las:
a. Memanfaatkan mampu las dari material
b. Persiapan dan pelaksanaan dikontrol oleh personil yang kompeten
c. Metode pengelasan disesuaikan dengan karakteristik dan tebal material
serta beban
d. Kesesuaian antara logam pengisi dengan logam induk
e. Tukang las yang bersertifikat dan terawasi
f. Kualitas las dicek dengan metode NDT
5. Klasifikasi sambungan las:
a. Sambungan Kelas I
Bila persyaratan a-f dipenuhi dan pengelasan khusus untuk kekuatan dan
kualitas material yang tinggi.
b. Sambungan Kelas II
Bila persyaratan a-e dipenuhi, prosedur pengelasan normal untuk beban
statis maupun dinamis.
c. Sambungan Kelas III
Tidak ada persyaratan khurus dan sambungan tidak perlu dites.
6. Pemasanannya biasa digunakan pada sambungan. Tipe-tipe sambungan pada
hot rolled yaitu sambungan yang berpelat tebal dan tipe-tipe sambungan pada
cold rolled yaitu sambungan yang berpelat tipis.
7. Solusi dari kegagalan yang dialami oleh sambungan itu adalah mengganti atau
menambal sambungan tersebut. Pencegahannya:
a. Pelat robek pada daerah sambungan (tearing failure of plates)
Pencegahannya adalah membuat tegangan tarik kurang dari 0,60 Fy pada
area bruto dan kurang dari 0,50 Fu pada area net efektif (AISCS DI).
b. Keruntuhan geser pada baut/paku keeling (shear failure of bolts/rivets)
Pencegahannya adalah jumlah pengikat harus ditentukan untuk membatasi
tegangan geser maksimum di kritis pengikat yang terdaftar pada AISCS
untuk tipe tertentu.
c. Keruntuhan geser pada pelat yang disambung (shear failure of plate)
Pencegahannya adalah jarak tepi minimum dari pusat ke tepi , dalam arah
gaya, harus tidak kurang dari 2 P / Fu t (AISCS (J3-6).
d. Keruntuhan tumpu pada pelat (bearing failure of plate)
Pencegahannya adalah jumlah minimum pengencang ditentukan untuk
mencegah penghancuran seperti itu.
8. Sambungan Las Lewatan. Karena, sambungan las lewatan mudah disambung
dan mudah digunakan untuk menyambung plat yang tebalnya berlainan.
9. Kepala baut hanya berbentuk hexagon aka segi enam. Jadi tidak ada jenis lain
dari kepala baut. Untuk soal baseplate, memperbesar nilai asumsi agar aman.
10. Ada tiga kelas teknik utama, yaitu:
a. Pengelasan cair, cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api yang
terbakar
b. Pengelasan tekan, cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu
c. Pematrian, cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
11. Pengujian-pengujian untuk sambungan las :
Pengujian tersebut terbagi dalam dua proses utama yaitu proses destruktif dan
proses non-destruktif.
Pengujian Destruktif
Pengujian destruktif dilakukan dengan pengambilan spesimen uji dari produk
hasil lasan, tidak pada produk keseluruhan (kecuali pada produk berukuran
kecil) dan dilakukan pengujian yang bersifat merusak terhadap spesimen uji
tersebut.
a. Pengujian Kimia (Chemical Tests)
b. Pengujian Mekanikal (Mechanical Tests)
c. Pengujian Struktural (Struktural Tests)
d. Pengujian Struktur Makro
e. Pengujian Struktur Mikro

Pengujian Non-Destruktif

Pengujian non-destruktif dilakukan dengan menguji hasil lasan tanpa


“merusak” produk hasil lasan.

a. Pemeriksaan Radiografik (RT)


b. Pemeriksaan Ultrasonik (UT)
c. Partikel Magnetik (MT)
d. Cairan Penetrant (PT)

Vous aimerez peut-être aussi