Vous êtes sur la page 1sur 69

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Keperawatan Kertas Karya Diploma

2017

Asuhan Keperawatan Keluarga pada


Ny.N dengan Gangguan Rasa Nyaman :
Nyeri (Gastritis) pada Keluarga Ny.N di
Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Utami, Indri

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2790
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.N Dengan Gangguan
Rasa Nyaman : Nyeri (Gastritis) pada Keluarga Ny.N
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

OLEH

INDRI UTAMI

142500071

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
i

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.N Dengan Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
(Gastritis) pada Keluarga Ny.N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”,
yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta
pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari
semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari. Saya
ucapkan terima kasih banyak Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Aiptu Rudi Hartono
dan Ibunda Nurlina yang sudah memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian, dan
kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Cholina T.Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp. Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi DIII Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.

ii

Universitas Sumatera Utara


8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan.

Medan, Juli 2017


Hormat Saya

Indri Utami

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan......................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 3
C. Manfaat ................................................................................................. 4

BAB II Pengelolaan Kasus


1. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian........................................................................................ 5
B. Analisa data ..................................................................................... 5
C. Rumusan masalah ............................................................................ 5
D. Perencanaan ..................................................................................... 6

2. Pengelolaan Kasus
A. Pengkajian....................................................................................... 43
B. Analisa Data ................................................................................... 48
C. Rumusan Masalah........................................................................... 50
D. Perencanaan ................................................................................... 53
E. Implementasi dan Evaluasi ............................................................ 56

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .................................................................................... 59
B. Saran. ............................................................................................. 60

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di
lingkungan masyarakat dan masalah kesehatan saluran pencernaan
yang banyak terjadi di masyarakat. Badan penelitian kesehatan dunia
WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan
mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia,
diantaranya Inggris 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis
29,5% (Gustin, 2012). Gastritis yang terjadi di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya (WHO, 2013)
Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden
gastritis sebesar 115/100.000 penduduk (Putri dkk, 2012). Persentase
angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40%.
Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.
Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada
tahun 2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952 jiwa penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit
didalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien gawat inap di rumah
sakit Indonesia (Gustin,2012).
Di Indonesia angka kejadia gastritis cukup tinggi . Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis
dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di
kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%,
Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%,
Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, 2012)
Gastritis adalah proses imflamasi pada mukosa lambung dan
submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan
dimana pada umumnya didiagnosa berdasarka gejala klinis bukan
pemeriksaan histopatologi saja. Gastritis erosive atay ulserasi
lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah

Universitas Sumatera Utara


lambung atau duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis .
kekambuhan yang berulang dapat menyebabka terjadi penyakit
lambung seperti kanker lambung dan perdarahan pada lambung
(Saefani dkk, 2012).
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut. Seperti beberapa
jenis obat, alkoho, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau
intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu,
iskemia dan trauma langsung. Garam empedu dari usus kecil ke
mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
Iskemia berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung, trauma langsung lambung berhubungan dengan
keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk
menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon
peradangan pada mukosa lambung.
Nyeri merupakan salah satu manisfestasi klinis yang terjadi pada
pasien gastritis. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati atau nyeri
epigastrium. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada
pasien yang mengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien
misalnya suara (menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi
wajah (meringis, menggigit bibir, dll), pergerakan tubuh (gelisah, otot
tegang, mondar-mandir, dll). Interaksi sosial (menghindari perakapan,
disorientasi waktu) (Judha, 2012).
Secara garis besar nyeri dibagi menjadi 2 yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya
berkaitan dengan cedera spesifik, waktunya kurang dari enam bulan
dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri
konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih (Potter &
Perry, 2013).

Universitas Sumatera Utara


Hasil observasi yang dilakukan apabila nyeri yang dialami oleh
klien tidak segera diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien,
seperti kebutuhan tidur dan istirahat.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Ny.N
dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri (Gastritis) pada keluarga
Ny. N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.
N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai
kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.N
dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai Kelurahan
Sari Rejo Medan Polonia.
c. Mampu menyusun intervensi Keperawatan pada Ny.N dengan
gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai keluruahan Sari
Rejo Medan Polonia.
d. Mampu melakukan implementasi asuhan keperawatan pada
Ny.N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri di Jl. Teratai
Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia.
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah
diberikan pada Ny. N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri
pada keluarga Ny. N di Jl. Teratai Kelurahan Sari Rejo Medan
Polonia.
f. Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga Ny.
N dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri pada keluarga Ny. N
di Jl. Teratai Kelurahan sari Rejo Medan Polonia.

Universitas Sumatera Utara


C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman : nyeri sebagai acuan
praktek mahasiswa keperawatan.
2. Bagi pelayanan kesehatan
Memberikan informasi dan membatatkan kesehatan dan
membantu meningkatkan kesehatan dalam upaya pencegahan
gangguan rasa nyaman : nyeri.
3. Bagi Masyarakat
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui
cara memenuhi kebutuhan klien khususnya kebutuhan rasa
nyaman : Nyeri.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGELOLAH KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan


Masalah Gangguan rasa nyaman : Nyeri Gastritis.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek
bio, psiko, sosio da spiritual secara komprehensif. Maksud dari
pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data tentang
pasien.Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari keluarga
(data skunder). Pengkajian dilakukan dengan proses keperawatan
melalui wawancara, observasi langsung, adapun data yang
diperlukan pada klien Gastritis.

2. Analisa Data
Analisa data mencakup mengenali pola atau
kecenderungan, membandingkan pola ini dengan kesehatan yang
normal., dan menarik konklusi tentang respon klien. Penulis
memperhatikan pola kecenderungan sambil memeriksa kelompak
data.Kelompok data terdiri atas batas karakteristik (Potter & Perry,
2008).Batas karakteristik adalah kriteria klinis yang mendukung
adanya kategori diagnostic. Kriteria klinis adalah tanda dan gejala
objektif dan subjektif atau factor resiko.

3. Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan klien.Bila data pengkajian mulai
menunjukan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnosa
yang sesuai.Diagnosa keperawatan berfokus pada mendefinisikan
kebutuhan dasar keperawatan dari klien.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus
lebih dulu menentukan apa masalah kesehatan klien dan apakah
masalah tersebut potensial atau actual (Potter & Perry, 2008).
Batas karakteristik nyeri akut antara lain : perubahan selera
makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung,
perubahan frekuensi pernafasan, perilaku Distraksi (misalnya:
berjalan mondar-mandir, mencari orang lain atau aktivitas lain,
aktivitas yang berulang), mengekspresikan prilaku (misalnya:
gelisah, merengek, menangis, waspada), masker wajah (misalnya:
mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpancar
atau tetap pada satu focus, meringis), sikap melindungi area nyeri,
fokus menyempit (misalnya: gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berfikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan),
indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk
menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil,
melaporkan nyeri secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan
tidur.

4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan yang dibuat adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri yang dirasakan
klien dapat berkurang atau teratasi dengan criteria hasil klien
tampak tidak meringis kesakitan menahan sakit, nyeri yang
dirasakan pada daerah epigastrium sudah berkurang dan hilang,
klien dalam rentang normal (tekanan darah: 100/70-120/80 mmHg;
nadi: 60-100 x/menit; pernafasan: 18-24 x/menit; suhu: 36,5-37,5
derajat celcius).
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan
yaitu kaji ulang karakteristik nyeri klien untuk mengidentifikasi
karakteristik nyeri yang dirasakan oleh klien, observasi tanda-tanda
vital untuk mengetahui tanda-tanda vital klien secara konsisten,
berikan posisi senyaman mungkin kepada klien untuk membantu

Universitas Sumatera Utara


mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien, ajarkan kepada klien
tehnik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang
dirasakan, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik bagi klien untuk mengurangi nyeri dirasakan oleh klien.

Konsep Keperawatan Keluarga

1. Definisi
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedmandalam Hernilawati, 2013) Sedangkan
menurut pakar konseling keluarga, Sayektidalam Hernilawati
(2013) menulis bahwa keluarga adalah suatu
ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang
laki-laki atau seorang prempuan yang sudah sendirian dengan
atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1988), keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Herlinawati, 2013).

2. Tipe Keluarga
Menurut Friedman, 1998 dalam Ali, Zaidin (2010)
pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks kelimuan
dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga
dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Universitas Sumatera Utara


2.1 Keluarga inti ( nucler family) adalah keluarga yang
hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang di
peroleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
2.2 Keluarga besar (extended family) adalah keluarga
inti yang ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek,
bibi, paman).

Namun dengan berkembangnya peran individu dan


meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe
keluarga selain dua diatas berkembang sebagai berikut :
Keluarga bentukan kembali (dyatic family) adalah keluarga
baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya.
 Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga
yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-
anaknya akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried
teenage mother).
 Orang dewasa (laki-laki atau prempuan yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah (the single adult living
alone)
 Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya
(the nonmarital heterosexual cohabiting family).
 Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama(gay and lesbian family).

Universitas Sumatera Utara


3. Peran dan Fungsi Keluarga
Menurut Ali, Z (2010) keluarga memiliki peran formal
dalam keluarga tersebut, yaitu:
3.1 Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari istri
dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, prlindung, dan pemberi
rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota
kelompok social, serta anggota masyarakat dan
lingkungan.
3.2 Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dari suami dan
sebagai ibu dari anak-anaknya berperan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu
anggota kelompok social, serta sebagai anggota
kelompok masyarakat dan lingkungan disamping
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
keluarga.
3.3 Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran
psikososial sesuai tingkat perkembangan, baik fisik,
social, dan spiritual.

Adapun fungsi keluarga menurut Friedman, 1998


dalam Hernilawati (2013) adalah sebagai berikut :
3.3.1 Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
3.3.2 Fungsi sosialisasi adalah fungsi
mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan social sebelum

Universitas Sumatera Utara


meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3.3.3 Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
3.3.4 Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkat
kemampuan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3.3.5 Fungsi perawatan/pemilihan kesehatan
adalah fungsi untuk mempertahankan
kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi.
3.3.6 Fungsi pendidikan adalah keluarga
mempunyai peran dan tanggung jawan yang
besar terhadap pendidikan anak-anaknya
untuk menghadapi kehidupan dewasanya.
3.3.7 Fungsi religious adalah keluarga merupakan
tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.
3.3.8 Fungsi rekreasi adalah keluarga merupakan
tempat untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi ketegangan akibat berada
diluar rumah.

4. Tahap dan Tugas Perkembangan keluarga


Tahap perkembangan keluarga adalah proses
perubahan yang terjadi pada system keluarga meliputi :
perubahan pola interaksi dan berhubungan antara
anggotanya sepanjang waktu. Adapun tahapan

10

Universitas Sumatera Utara


perkembangan keluarga menurut Mubarrak, dkk (2011),
yaitu:
4.1 Tahap I Pasangan baru atau keluarga baru
Keluarga baru dimuali pada saat masing-masing
individu yaitu suami dan istri membentu
keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, dalam
artian secara psikologis keluarga tersebut sudah
memiliki keluarga baru. Adapun tugas
perkembangan pada tahap ini :
4.1.1 Membina hubungan intim dan Kepuasan
bersama.
4.1.2 Menetapkan tujuan bersama.
4.1.3 Membina hubungan dengan keluarga lain,
teman, atau kelompok social.
4.1.4 Merencanakan anak KB.
4.1.5 Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orangtua.

4.2 Tahap II keluarga kelahiran anak pertama


Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai
dengan kelahiran sampai kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (3,2 tahun). Adapun tugas perkembangan
pada tahap ini :
4.2.1 Persiapan menjadi orang tua.
4.2.2 Membagi peran dan tanggungjawab.
4.2.3 Menata ruang untuk anak atau
mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
4.2.4 Mempersiapkan biaya untuk kelahiran anak
pertama.

11

Universitas Sumatera Utara


4.2.5 Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
4.2.6 Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
bayi sampai balita.

4.3 Tahap III keluarga dengan anak pra sekolah


Tahap ini dimuali saat kelahiran anak berusia 2,
tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Adapun tugas perkembangan pada tahap ini :

4.3.1 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga


seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi,
dan rasa aman.
4.3.2 Membantu anak untuk bersosialisasi.
4.3.3 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan anank yang juga harus
dipenuhi.
4.3.4 Mempertahankan hubungan yang sehat baik
didalam maupun diluar keluarga.
4.3.5 Dapat membagi waktu antara individu,
pasangan dan anak.
4.3.6 Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga.
4.3.7 Kegiatan dan waktu untuk simulasi tumbuh
dan berkembang.

4.4 Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah


Tahap ini dimulai saat anak tertua mulai
memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Tugas
perkembangan pada tahap ini :

12

Universitas Sumatera Utara


4.4.1 Memberikan perhatikan tentang kegiatan
social anak, pendidikan, dan semangat
belajar.
4.4.2 Tetap mempertahankan keharmonisan
keluarga.
4.4.3 Mendorong anak untuk mencapai
pengembangan daya intelektual.
4.4.4 Menyediakan aktifitas untuk anak.
4.4.5 Menyesuaikan dengan aktifitas komuniti
dengan mengikutsertakan anak.

4.5 Tahap V keluarga dengan anak remaja


Tahap ini dimulai pada dasar anak pertama
mulai berusia 13 tahun dan berakhir pada usia
19/20 tahun. Adapun tugas perkembangan pada
tahap ini :
4.5.1 Memberikan kebebasan yang seimbang
dengan tanggung jawab mengingat remaja
sudah tumbuh dewasa.
4.5.2 Mempertahankan hubungan yang intim
dengan keluarga.
4.5.3 Mempertahankan komunikasi yang terbuka
dengan anak dan orgtua.
4.5.4 Perubahan system peran dan peraturan untuk
tumbuh kembang anak.
4.6 Tahap VI dengan Anak Dewasa atau Pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terkhir
meninggalkan rumah.Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak pada keluarga atau
jika anak belum memiliki keluarga atau tetap
tinggal bersama orang tua. Tugas perkembangan
tahap ini :

13

Universitas Sumatera Utara


4.6.1 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga
besar.
4.6.2 Mempertahankan keintiman pasangan.
4.6.3 Membantu orangtua suami dan istri yang
sedang sakit dan memasuki usia tua.
4.6.4 Mempersiapkan anak untuk mandiri dan
menerima kepergian anaknya.
4.6.5 Menata kembali fasilitas dan sumber yang
ada pada keluarga.
4.6.6 Berperan suami-istri atau kakek-nenek.
4.6.7 Menciptakan lingkungan rumah yang dapat
menjadi contoh bagi anak-anaknya.

4.7 Tahap VII keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir
meninggalkan tumah dan berakhir pada saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Tugas perkembangan pada tahap ini :
4.7.1 Mempertahankan kesehatan.
4.7.2 Mempunyai lebih banyak waktu kebebasan
dalam artian mengelolah minat social dan
waktu santai.
4.7.3 Memulihkan hubungan antara generasi muda
tua.
4.7.4 Keakraban dalam pasangan.
4.7.5 Memelihara hubungan dengan anak dan
keluarga.
4.7.6 Persiapan masa tua atau pensiun dan
meningkatkan keakraban pasangan.

14

Universitas Sumatera Utara


4.8 Tahap VII Keluarga Lanjut Usia
Tahap ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan
meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas
perkembangan pada tahap ini :
4.8.1 Mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan.
4.8.2 Adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik pendapatan.
4.8.3 Mempetahankan keakraban pasangan suami-
istri dan saling merawat.
4.8.4 Mempertahankan hubungan dengan anak dan
social masyarakat.
4.8.5 Menerima kematian pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.

5. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga


melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga
terdiri dari bermacam-macam (Hernilawati, 2013), yaitu :

5.1 Patrilineal

Adalah keluarga sedarahyang terdiri dari sanak saudara


yang sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun dari jalur garis keturunan ayah.

5.2 Matrilineal

Adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak


saudara yang sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun dari jalur garis keturunan ibu.

15

Universitas Sumatera Utara


5.3 Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan


keluarga sedarah istri.

5.4 Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan


keluarga sedarah suami.

5.5 Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan


keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.

6. Keluarga Sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar


perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan material yang layak. Tahapan keluarga sejahtera (Mubarrak,
2011) adalah sebagai berikut :

6.1 Keluarga pra sejahtera


Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, yaitu kebutuhan
pengajaran, agama, pangan, sandang, papan, dan
kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap
I.
6.2 Keluarga sejahtera tahap II
Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya minimal tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan social psikologinya, yaitu

16

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB),
interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan
tempat tinggal, dan transportasi.

6.3 Keluarga sejahtera tahap III


Adalah keluarga-keluarga yang disamping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta
telah dapat memenuhi kebutuhan social psikologinya,
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.

6.4 Keluarga sejahtera tahap III


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, social psikologis dan
pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal
terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu
tertentu) dalam bentuk : material dan keuangan untuk
social kemasyarakatan, dan juga berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.

6.5 Keluarga sejahtera tahap III plus


Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, social psikologis dan
pengembangan telah terpenuhi serta memiliki
keperdulian yang tinggi pada masyarakat.

7. Tugas Kesehatan Keluarga


Adapun tugas keluarga menurut Bailon dan Maglaya, 1998
dalam Muhlisin (2012), yaitu :

17

Universitas Sumatera Utara


7.1 Mengenal masalah kesehatan.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang
tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena
kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang diaalami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua.

7.2 Membantu keputusan tindakan kesehatan yang


tepat.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang
tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya.Perawat harus mampu mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi
keluarga dalam membuat keputusan.

7.3 Memberikan perawatan pada anggota keluarga


yang sakit.
Ketika memberikan perawatan pada anggota
keluarganya yang sakit, keluarga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : keadaan
penyakitnya, sifat dan perkembangan perawatan
yang dibutuhkan, dan sikap keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit.

7.4 Memodifikasi lingkungan atau menciptakan


suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat, keluarga harus

18

Universitas Sumatera Utara


mengetahui hal-hal sebagai berikut : sumber-
sumber keluarga yang dimiliki, keuntungan atau
manfaat pemeliharaan lingkungan, upaya
pencegahan penyakit, dan kekompakan antar
anggota keluarga.

7.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat.


Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal
sebagai berikut : keberadaan fasilitas keluarga,
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada
terjangkau oleh keluarga.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji
status keluarga adalah :
1) Data Umum :
a. Meliputi nama kepala keluarga, alamat, pekerjaan dan
status imunisasi masing-masing keluarga serta genogram.
b. Type keluarga.
c. Suku bangsa.
d. Agama.
e. Status sosial ekonomi keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan pada tahap ini.
b. Tahap keluarga yang belum dipenuhi.
c. Riwayat keluarga inti.

19

Universitas Sumatera Utara


3) Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah.
b. Karakteristik tetangga.
c. Mobilitas geografis keluarga.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
e. System pendukung keluarga.

4) Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga.
c. Struktur peran.
d. Nilai dan norma keluarga.

5) Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif.
b. Fungsi sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi.
d. Fungsi ekonomi.
e. Fungsi perawatan kesehatan.

6) Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau
stressor.
c. Strategi koping yang digunakan.
d. Strategi adaptasi disfungsional.
e. Harapan keluarga.

7) Pemeriksaan fisik.
(Mubarrak, 2011).

20

Universitas Sumatera Utara


2. Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, di dapatkan data dasar
tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh klien.Selanjutnya data
dasar itu digunakan untukl menetukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien (Mubarrak, 2011).

3. Rumusan Masalah
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,
lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan
koping keluarga baik yang bersifat actual, resiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga. Diagnosis
keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian.
Komponen diagnosis keperawatan meliputi :
1) Problem atau masalah (P)
2) Etiologi atau penyebab (E)
3) Sign atau tanda (S)
Tipologi dan diagnosis keperawatan :
1. Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan).
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan
yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk
segara ditangani dengan cepat.
2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan). Sudah ada
data yang menujang namun belum terjadi gangguan, tetapi
tanda tersebut menjadi masalah actual apabila tidak segara

21

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan atau
keperawatan.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera “wellness”). Suatu
keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi (Mubarrak, 2011).

Konsep Dasar Gastritis

1. Definisi

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang
berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung. Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses
inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri
atau bahan iritan lain. Gastritis merupakan inflamasi dari mukosa
lambung klinis berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema
mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja sudah terjadi perdarahan
(Hadi, 2002).
Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga
telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung
berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus),
pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009).
Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel.
Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince (2005), gastritis adalah suatu
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa

22

Universitas Sumatera Utara


lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet, misalnya
makan terlalu banyak dan cepat atau makan makanan yang
terlaluberbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol,
aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas,
distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan
pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik.
Harus diingat, bahwa walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan
kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan. Gastritis kronik
merupakan kelanjutan dari gastritis akut (Suyono, 2006).
Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada
saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati,
lambung merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut
keroncongan dan sering kentut serta timbulnya luka pada dinding
lambung. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Disebut
kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus dan
gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makanan
lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan
asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika memang
diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan
atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).
Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk
menampung makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor
stress dan makan yang tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan
tidak teratur. Orang masih percaya bahwa penyakit maag disebabkan
oleh stress. Keadaan stress menyebabkan produksi cairan asam lambung
meningkat sehingga “tegang” oleh cairan asam lambung. Cairan asam
lambung ini bisa mengikis dinding lambung sehingga luka dan terasa
perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung semakin meluas,
berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang
dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress

23

Universitas Sumatera Utara


berkepanjangan, tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur.
Makanan dari lambung akan disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian
diserap dan masuk dalam aliran darah menuju hati (Budiman, 2011).
Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang
buruk dan stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak
ditemukan penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau
kerusakan pada organ. Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal yang membahayakan fungsi sistem pencernaan
seperti stress, kebiasaan makan yang kurang sehat, tidak teratur, diet
yang salah, pengobatan yang menyebabkan iritasi, infeksi kronis dan
hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak gangguan
pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan
mengurangi stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan
menjalankan diet yang tepat (Prita, 2010).

2. Klasifikasi Gastritis

A. Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang
menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar
pada zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Gastritis
akut suatu penyakityang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak
dan sembuh sempurna (Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa
lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan.
Penyebab terberat dari gastritis akut adalah makanan yang bersifat
asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi
ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi
akibat obstruksi pylorus (Brunner, 2006).
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat
berbentuk penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis
hemoragik. Disebut gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan
dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan

24

Universitas Sumatera Utara


terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut
(Suyono, 2006).
a. Gastritis Akut Erosif
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
Disebut erosi apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai di klinik,
sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai
penyulit penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak
diketahui. Perjalanan penyakit ini biasanya ringan, walaupun
demikian kadang-kadang dapat menyebabkan kedaruratan
medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita
gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering
diagnosisnya tidak tercapai.
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
khusus yang sering dirasakan tidak sesuai dengan keluhan
penderita yang ringan saja. Diagnosis gastritis akut erosif,
ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung
(Suyono, 2006).
Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik
atau korosif dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia
dan bahan korosif antara lain HCL, H2SO4, HNO3, Alkali,
NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat ditemukan antara
lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri
epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu mual, muntah,
hipersalivasi, hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi.
Penatalaksanaan secara umum perhatiakan tanda-tanda vital,
respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan jenis racun
untuk mencari anekdote (Misnadiarly, 2009).

25

Universitas Sumatera Utara


b. Gastritis Akut Hemoragik
Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama
diperkirakan karena minum alkohol atau obat lain yang
menimbulkan iritasi pada mukosa gastrik secara berlebihan
(aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan mungkin
cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan
berhenti sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah.
Kedua adalah stress gastritis yang dialami pasien di Rumah
Sakit, stress gastritis dialami pasien yang mengalami trauma
berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat
lainnya (Suyono, 2006).
Erosi stress merupakan lesi hemoragik majemuk pada
lambung proksimal yang timbul dalam keadaan stress fisiologi
parah dan tidak berkurang. Berbedadengan ulserasi menahun
yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang
menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan
infiltrasi sel radang menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi
stress akan berlanjut dan bersatu dalam 20% kasus untuk
membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan
gastrointestinalis atas, yang bisa menyebabkan keparahan dan
mengancam nyawa.

B. Gastritis Kronik
Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung
yang menahun. Gastritis kronik sering dihubungkan dengan ulkus
peptik dan karsinoma lambung tetapi hubungan sebab akibat antara
keduanya belum diketahui. Penyakit gastritis kronik menimpa kepada
orang yang mempunyai penyakit gastritis yang tidak disembuhkan.
Awalnya sudah mempunyai penyakit gastritis dan tidak disembuhkan,
maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk disembuhkan.
Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria dan

26

Universitas Sumatera Utara


daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu
limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis
sebagai peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa
lambung. Derajat ringan pada gastritis kronis adalah gastritis
superfisial kronis, yang mengenai bagian sub epitel di sekitar cekungan
lambung. Kasus yang lebih parah juga mengenai kelenjar-kelenjar
pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya berhubungan dengan
atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua
tipe, yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody
terhadap sel parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi
mukasa lambung, 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60%
pasien dengan gastritis atropik kronik. Biasanya kondisi ini merupakan
tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus atau korpus dan tipe B
merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory terdapat
inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis,
sehingga sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).

Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu:

1. Gastritis kronik superficial


Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis pada
permukaan mukosa lambung. Pada pemeriksaan hispatologis terlihat
gambaran adanya penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang
timbul yaitu infiltrasi limfosit dan sel plasma dilamina propia juga
ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina profia. Gastritis kronik
superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya gastritis kronik.
Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah
diketahui melalui PA antara lain: hiperemia, eksudasi, edema,
penebalan mukosa, sel-sel limfosit, eosinofil dan sel plasma.
Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien mengalami mual, muntah,
pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien gastritis superficial

27

Universitas Sumatera Utara


disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan lunak dan
simptomatis (Misnadiarly, 2009).
2. Gastritis kronik atrofik
Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar
lebih dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa
lebih nyata. Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis
kronik superfisialis. Seseorang menderita atropi gastritis setelah
menjalani PA dan diketahui, antara lain: mukosa tipis, muskularis
atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya selsel limfosit.
Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort,
dyspepsia, lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual,
muntah, anemia peniciosa, defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang
harus dijalani adalah istirahat total, mengkonsumsi makan lunak dan
mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver ekstrak (Misnadiarly, 2009).
Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi
beberapa bentuk yaitu:
a. Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,
muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol,
trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan
pembuluh darah pada lambung dan luka akibat operasi.
b. Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah.
Penyebabnya karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit,
nematoda dan adanya penyakit pada saluran pencernaan. Bila
disebabkan oleh toksin biasanya disertai dengan diare, nyeri perut,
badan menjadi panas, menggigil, dan kejang otot.
c. Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak
spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai
mual, muntah dan perasaan penuh dihati. Penyebabnya antara lain:
infeksi C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun, adanya tumor pada
lambung dan faktor stress.

28

Universitas Sumatera Utara


3. Tanda dan Gejala Gastritis
a. Tanda dan gejala Gastritis Akut
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit
gastritis adalah keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada
perut, mual, muntah, kembung, sering platus, cepat kenyang, rasa
penuh di dalam perut, rasa panas seperti terbakar dan sering
sendawa ( Puspadewi, 2012).

b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

1. Gastritis sel plasma

2. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

3. Mausea sampai muntah empedu

4. Dyspepsia

5. Anorreksia

6. Berat badan menurun

7. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

4. Penyebab Gastritis:

a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya


menunggu lapar dulu, baru makan dan saat makan langsung
makan terlalu banyak (Puspadewi, 2009).

b. Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter


pylori. Bakteri tersebut hidup di bawah lapisan selaput
lendir dinding bagian dalam lamung. Fungsi lapisan lendir
sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan dinding
lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yangt
diakibatkan bakteri Helicobacter menyebabkan peradangan
pada dinding lambung yang disebut gastritis (Aziz, 2011).

29

Universitas Sumatera Utara


c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh
karena itu, orang yang merokok lebih sensitive terhadap
gastritis maupun ulser. Merokok juga akan meningkatkan
asam lambung, melambatkan kesembuhan dan
meningkatkan resiko kanker lambung (Yuliarti, 2009).

d. Stress. Hal ini dimungkinkan karena karena system


persarafan di otak berhubungan dengan lambung, sehingga
jika seseorang mengalami stress, bisa muncul kelainan
dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi
perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan
merangsang sel-sel dalam lambung yang kemudian
memproduksi asam secara berlebihan. Asam yang
berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan
kembung. Lamakelamaan hali ini dapat menimbulkan luka
di dinding lambung (Sari, 2008).

e. Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat


penghilangan rasa nyeri, seperti obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven (Advil,
Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat
menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut
maupun kronis (Aziz, 2011).

f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum


minuman yang mengandung alkohol dan cafein seperti
kopi. Hal itu dapat meningkatkan produksi asam lambung
berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan menurunkan
kemampuan fungsi dinding lambung (Suratum, 2010).

g. Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi


(merangsang) dan mengikis permukaan lambung (Suratum,
2010).

30

Universitas Sumatera Utara


h. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada)
menyebabkan kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan
edema dan pendarahan.

i. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan


kerusakan susunan syaraf pusat) merangsang peningkatan
produksi HCl lambung.

j. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan


lemak. Cairan ini diproduksi di hati dan dialirkan ke
kantong empedu. Ketika keluar dari kantong empedu akan
dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal, cincin
pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah
aliran asam empedu ke dalam lambung setelah dilepaskan
ke duodenum. Namun, apabila cincin tersebut rusak dan
tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau
dikeluarkan karena pembedahan maka asam empedu akan
mengalir ke lambung sehingga mengakibatkan peradangan
dan gastritis kronis (Suratum, 2010).

k. Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh


dapat menyerang lambung. Kejadian ini dinamakan
autoimun gastritis. Kejadian ini memang jarang terjadi,
tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada
orang yang terserang penyakit Hashimoto’s disease,
Addison’s disease dan diabetes tipe I. Autoimun gastritis
juga berkaitan defisiensi B12 yang dapat membahayakan
tubuh (Aziz, 2011).

31

Universitas Sumatera Utara


4. Patofisiologi Gastritis

Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya


dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung
berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh
HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi
HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di
mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi
pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast.
Histamine akan menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstrasel dan
meyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul
perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi
mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan
sendirinya.

Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka


inflamasi akan terjadi terus menerus. Jaringan yang meradang akan
diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat
hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung. Faktor intrinsik yang
dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau hilang
sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus
halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam
pertumbuhan dan maturasi sel darah merah. Selain itu dinding
lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan
perdarahan (Suratum, 2010).

5. Pencegahan dan Penanganan Gastritis


Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan
memperhatikan diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit
gastritis bertujuan untuk memberikan makanan dengan jumlah gizi
yang cukup, tidak merangsang, dan dapat mengurangi laju

32

Universitas Sumatera Utara


pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan asam
lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :
a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00
Wib. Aturlah tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali
makan makanan ringan.
b. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan
hingga hancur menjadi butiran lembut untuk meringankan
kerja lambung.
c. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi
jangan makan berlebihan sehingga perut terasa sangat
kenyang.
d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak
dengan cara direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya hindari
makanan yang digoreng karena biasanya menjadi keras dan
sulit untuk dicerna.
e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
karena akan menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan
yang hangat (sesuai temperatur tubuh).
f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan
menggunakan bumbu yang merangsang misalnya cabe,
merica dan cuka.
g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras,
kopi atau teh kental.
h.Hindari rokok

i.Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasilambung,


misalnya aspirin, vitamin C dan sebagaianya.

j. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat


pengosongan isi lambung (coklat, keju dan lain-lain).

k. Kelola stres psikologi seefisien mungki (Misnadiarly, 2009).

33

Universitas Sumatera Utara


6. Diet Penyakit Gastritis/Penyakit Lambung

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan


dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta
mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
Syarat-syarat diet penyakit gastritis adalah:

a. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

b. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien


untuk menerimanya.

c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total


yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan
kebutuhan.

d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang


ditingkatkan secara bertahap.

e. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam,


baik secara termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan
dengan daya tahan terima perorangan).

g. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa,


umumnya tidak dianjurkan minum susu terlalu banyak.

h. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

i. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja


selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.

Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual,


sehingga perlu dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum
susu yang sering pada pasien tertentu dapat merangsang
pengeluaran asam lambung secara berlebihan. Perilaku makan
tertentu dapat menimbulkan gastritis misalnya porsi makan terlalu

34

Universitas Sumatera Utara


besar, makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera setelah
makan (Almatsier, 2010)

7. Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak boleh diberikan kepada


Penderita Gastritis (Almatsier,2010).

NO. JenisBahan Boleh diberikan Tidak Boleh diberikan


Makanan

1. Sumber hidrat arang Beras, kentang, Beras ketan, bulgur,


(nasi atau mie,bihun, jagung
penggantinya). makaroni, roti, cantel,singkong,
biskuit dan kentang goreng, cake,
tepung- tepungan. dodol.
2. Sumber protein Ikan, hati, daging Daging, ikan, ayam
hewani. sapi, telur ayam, (yang
susu. diawetkan/dikalengkan
digoreng,dikeringkan
atau didendeng), telur
ceplok atau goreng
3. Sumber Protein Tahu, tempe, Tahu, tempe, kacang
Nabati kacang hijau merah, kacang tanah
direbus atau yang digoreng atau
dihaluskan. panggang.

4. Lemak. Margarine, Lemak hewan, santan


minyak (tidak kental.
untuk
menggoreng dan
santan encer).

35

Universitas Sumatera Utara


5. Sayuran. Sayuran yang Sayuran yang banyak
tidak bnyk serat mengandung serat dan
dan tidak menimbulkan gas,
menimbulkan sayuran mentah.
gas.
6. Buah-bauhan. Pepaya, pisang Buah yang banyak
rebus, sawo, mengandung serat, dan
jeruk garut, sari menimbulakn gas mis;
buah. jambu, nenas, durian,
nangka dan buah yang
dikeringkan.
7. Bumbu-bumbu Gula, garam, Cabai, merica, cuka,
vitsin, kunyit, dan bumbu bumbu
kunci, serasi, yang merangsang
salam, lengkuas,
jahe dan bawang

Konsep Dasar Nyeri Gastritis.

Defenisi Gastritis
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difusi atau lokal, dengan karakteristik
anoreksia, perasaan penuh di perut, tidak nyaman pada
epigastrum,mual dan muntah (Ardiansyah, 2012).
Penyakit gastritis ini bisa disebabkan oleh serangan bakteri
yang mengakibatkan gangguan pada saluran pencernaan. Namun,
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian perut
dengan makanan yang dimakan, misalnya makan makanan pedas
(cabai dan merica) ataupun makanan yang memiliki kadar lemak
tinggi. Kalau penyebabnya adalah makanan maka penyakit ini
dapat diatasi dengan menjauhi atau setidaknya mengurangi asupan

36

Universitas Sumatera Utara


makanan tersebut dari menu sehari-hari.Selain karena makanan,
penyakit gastritis dapat pula disebabkan oleh gerakan usus yang
lambat saat mengosongkan makanan di lambung (Yuliarti,
Nurhenti, 2009).

Etiologi
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti
beberapa jenis bakteri, obat, alkohol, stress (Hirlan, 2009).
Infeksi bakteri, sebagian besarpopulasi didunia terinfeksi
oleh bakteri H.Pyloriyang hidup dibagian dalam lapisan mukosa
yang melapisi dinding lambung.Walaupun tidak sepenuhnya
dimengerti bagaimana bakteri tersebut atau akibat makan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini.Infeksi H.Pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan
dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
Infeksi H.Pylorisering diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcerdan penyebab tersering terjadinya
gastritis.Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian
mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung dinding
lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophicgastritis, sebuah
keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara
perlahan rusak.Penelitian menyimpulkan bahwan tingkat asam
lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh racun tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko
(tingkat bahaya) dari kanker lambung.Tapi sebagian besar
orangyang terkena infeksi H.Pylorikronis tidak mempunyai
kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis. Hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat

37

Universitas Sumatera Utara


sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain
tidak (Hirlan, 2009).
Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus,
obat analgesik anti inflamasi nonsteroi (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan
gastritis dan peptic ulcer(Hirlan, 2009).
Penggunaan alkohol secara berlebihan dapat mengiritasikan
dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat
dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walapun
pada kondisi normal (Hirlan, 2009).
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga
borok serta pendarahan pada lambung (Hirlan, 2009)

Klasifikasi Nyeri

Menurut jenisnya gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada
sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh
sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi
kelinisnya adalah :
Gastritis akut erosive disebut erosive apabila kerusakan yang
terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-
otot pelapisan lambung) sedangkan gastritis akut hemoragic
disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
pendarahan mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan

38

Universitas Sumatera Utara


pendarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan
terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung pada beberapa tempat, menyertai infalmasi pada
mukosa lambung tersebut (Hirlan, 2009).
b. Gastritis kronis
Menurut Muttaqin, (2011), gastritis kronis adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat
menahun. Gastritis kronik diklarifikasikan dengan tiga
perbedaan sebagai berikut :
 Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan :
edema, serta perdarahan dan erosi mukosa.
 Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh
lapisan mukosa pada perkembangannya dihubungkan
dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan
jumlah sel pariental dan sel chief.
 Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya
nodul-nodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler,
tipis, dan hemoragik.

Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, iniversal, dan
bersifat individual.Dikatakan individual karena respon individu
terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu
dengan lainnya.Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam
mengatasi nyeri pada klien (Asmadi, 2008).

39

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklarifikasikan ke dalam beberapa golongan


berdasarkan tempat, sifat, berat ringannya nyeri, dan waktu
lamanya nyeri tersebut.

Nyeri berdasarkan tempatnya :


Nyeri superfisialbiasanya timbul akibat stimulasi terhadap
kulit sepertipada laserasi, luka bakar dan sebagainya.Nyeri ini
mempunyai waktu penyembuhan yang pendek, terlokalisir, dan
memiliki sensasi yang tajam (Tamsuri, 2007).
Nyeri somatic dalam nyeri terjadi pada otot dan tulang serta
struktur penyokong lainnya, umunya nyeri bersifat tumpul dan
distimulasi dengan adanya peregangan dan ismetik (Tamsuri,
2007).
Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh organ
internal.Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup
lama.Sensasi yang timbul biasanya tumpul (Tamsuri, 2007).
Nyeri sebar adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah
asal jaringan sekitar.Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh
klien seperti berjalan atau bergerak dari daerah asal nyeri ke
sepanjang tubuh tertentu.Nyeri dapat bersifat intermitten atau
konstans (Tamsuri, 2007).
Nyeri pantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh
klien yang mengalami amputasi.Nyeri oleh klien dipersepsikan
pada organ yang mengalami amputasi seolah-oleh organnya
masih ada (Tamsuri, 2007).
Nyeri alih nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral
yang menjalar ke orang lain. Sehingga dirasakan nyeri
beberapa tempat atau lokasi.Nyeri jenis ini dapat timbul karena
masuknya neuron sensori dan organ yang mengalami nyeri ke

40

Universitas Sumatera Utara


dalam medulla spinalis dan mengalami spinapsis dengan
serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.
Nyeri timbul biasanya pada beberapa tempat yang kadang
jauh dari lokasi asal nyeri (Tamsuri, 2007).
Nyeri berdasarkan sifatnya :
Nyeri berdasarkan sifat terbagi atas: nyeri yang timbul
sewaktu_waktu lalu menghilang, nyeri yang dirasakan dalam
waktu yang sama atau menetap, dan nyeri yang berintensitas
tinggi dan kuat yang biasanya terasa kurang lebih 10-15 menit
lalu hilang.

Nyeri berdasarkan berat ringannya :


Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.Nyeri
sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.Nyeri berat,
yaitu dengan intensitas yang tinggi.

Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :


Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang
singkat dan berakhir kurang dari enam bulan.Sumber dan
daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada
suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam
bulan.Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun .ada pula pola nyeri
kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus-menerus
terasa makin lama semakin meningkat intensitasnya walaupun
telah diberikan pengobatan.Misalnya, pada nyeri karena
neoplasma (Asmadi, 2008).

41

Universitas Sumatera Utara


Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan
hingga muncul perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada
beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas. Menifestasi
gastritis akut dan kronik hamper sama, seperti; anoreksia,rasa
penuh, nyeri pada epigastrium, mual dan muntah, sendawa,
hematemesis (Suratun dan Lusiabah, 2010).

Tanda dan Gejalan Gastritis adalah :


 Gastritis akut
a. Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya
peradangan pada mukosa lambung.
b. Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan
yang sering muncul,. Hal ini dikarenakan adanya
regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi
peningkatan asam lambung yang mengakibatkan mual
hingga muntah.
c. Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa
hematesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-
tanda anemia pasca perdarahan.

 Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak
mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil mengeluh
nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan
fisik tidak ditemukan kelainan

42

Universitas Sumatera Utara


B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Data Umum
Nama : Ny. N
Usia : 34 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : ISLAM
Suku : JAWA
Alamat : JL. Teratai Kelurahan Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
Tipe keluarga : Inti
Komposisi keluarga :

No Nam Jenis Hubunga Umu Pendidika Status


. a kelami n dengan r n imunisas
n KK i
1. Tn S L Suami 36 SMA -

2. Ny.N P Istri 34 SMA -

3. An.D L Anak 10 SD Lengkap

4. An.I L Anak 6 SD Lengkap

43

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tn.S dan Ny.N memiliki 2 anak, anak D berusia 10 tahun, anak I
berusia 6 tahun. Kedua anaknya sedang bersekolah di sekolah
dasar. Tn.S dan Ny.N sibuk dengan pekerjaan masing-masing
sebsagai wiraswasta.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tn.S dan Ny.N berharap agar anak-anaknya dapat menyelesaikan
sekolahnya hingga perguruan tinggi.

3. Riwayat keluarga inti


Ny.N mengatakan sering nyeri di bagian ulu hati, pusing dan
mual.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tidak ada riwayat penyakit keluarga sebelumnya, hanya saja
beberapa bulan yang lalu Ny.N dirawat dirumah sakit akibat
gastritis.

LINGKUNGAN
1. Karakteristik lingkungan
Hubungan sosial/lingkungan sekitar baik dan ramah dengan
anggota keluarga disekitarnya.

2. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Ny.N selama ini adalah penduduk asli di kelurahan sari
rejo dan belum pernah pindah rumah. Status rumah adalah milik
sendiri dan sudah 13 tahun menempati rumah.

3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

44

Universitas Sumatera Utara


Keluarga mengikuti kegiatan pengajian/perkumpulan bila ada
yang mengadakan dan iku melayat bila ada yang
kemalangan/meninggal.
4. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Ny.N ada 4 orang yang terdiri dari suami, istri dan 2
orang anak dukungan dari anggota keluarga termasuk sistem
pendukung yang disertai dari fasilitas dari masyarakat setempat.

STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang dilakukan setiap hari baik siang hari maupun
malam hari, bahasa yang digunakan bahasa jawa dan bahasa
indonesia.
2. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn.S dan Ny.N struktur kekuatan keluarga
saling menghargai dan mendukung serta kebutuhan yang
tercukupi setiap hari.
3. Struktur Peran
a. Tn.S : kepala keluarga yang dihormati
b. Ny.N : sebagai ibu dan istri yang penyayang
kepada anak dan suami
c. An.D : sebagai anak pertama pelindung
d. An.I : sebagai anak kedua sebagai penghibur.
4. Nilai dan Norma keluarga
Nilai dan norma dalam keluarga Ny.N disesuaikan dengan
nilai dalam agama Islam yang dianut serta nilai dan norma yag
ditetapkan di masyarakat.

45

Universitas Sumatera Utara


FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun, namun perhatian terhadap anak-
anaknya kadang tidak dapat dilakukan dengan maksimal akibat
Tn.S dan Ny.N sibuk bekerja.
2. Fungsi Sosial
Keluarga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam
masyarakat dan menaati norma yang berlaku di masyarakat.
3. Fungsi Reproduksi
Tn.S dan Ny.N sudah memiliki 2 orang anak dan anggota
keluarga memutuskan tidak punya anak lagi.
4. Fungsi Ekonomi
Ekonomi keluarga terpenuhi dari hasil pekerjaan TnS dan ny.N
sebagai wiraswasta.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit:
keluarga tidak tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit
dengan benar.

STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
o Stressor jangka pendek : Ny.N mengatakan sering
mengeluh sakit di ulu hati.
o Stressor jangka panjang : Ny.N khawatir ulu hati
bertambah sakit di sertai mual dan pusing bertambah.
1.1 Kemampuan keluarga berespon terhadap
situasi/stressor :
Anggota keluarga selalu memijat anggota
keluarganya jika ada yang sakit dan tidak
langsung dibawa ke puskesmas atau petugas
kesehatan lainnya.

46

Universitas Sumatera Utara


1.2 Strategi koping yang digunakan :
Anggota keluarganya selalu bermusyawarah
untuk menyelesaikan masalah yang ada.
1.3 Strategi adaptasi disfungsional :
Jika Ny.N sudah merasakan nyeri di ulu hati dan
mual disuruh tidur/beristirahat.
1.4 Harapan Keluarga :
Keluarga berharap agar keluarganya tetap sehat
dan berharap agar petugas kesehatan
memberikan bantuan sehingga berobat secara di
puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

NO. AREA ANGGOTA KELUARGA YANG


PEMERIKSAAN TINGGAL SERUMAH
FISIK
1. Pemeriksaan Tn.S Ny.N An.D An.I Normal dan
Kepala lonjong.
Rambut Tn.S
sudah mulai
beruban.
2. Mata Tn.S Ny.N An.D An.I Dapat melihat
tanpa bantuan
kacamata
3. Kulit Tn.S Ny.N An.D An.I Kulit warna
sawo matang
4. Pendengaran Tn.S Ny.N An.D An.I Pendengaran
baik

47

Universitas Sumatera Utara


5. Ekstremitas atas Tn.S Ny.N An.D An.I Normal dan
dan bawah fungsi
pergerakan
baik

TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

1. Kurang/Tidak sehat
Saat ini yang sedang mengalami sakit adalah Ny.N.
2. Ancaman Kesehatan
 Kebiasaan makan makanan yang buruk dan waktu
makan yang tidak teratur.
 Makanan kurang bersih.
 Jarang makan makanan yang mengandung serat dan
protein.
 Jarang makan sayur-sayuran.
3. Krisis

Analisa Data

Data Masalah Masalah


Kesehatan Keperawatan
keluarga
DS: Nyeri akut Ketidakmampuan
Ny.Nmengatakan keluarga merawat
sering sakit di daerah anggota keluarga yang
ulu hati. sakit.
Ny.N mengatakan
nyeri sering sekali
terasa didaerah uluh
hati dan sering terasa.
Ny.N mengatakan

48

Universitas Sumatera Utara


pernah dirawat
dirumah sakit.

DO:
TD: 100/70 mmHg
HR:83x/i
RR:18x/i
T: 37,4 C
Ny.N tampak sering
memegangi perutnya.
Saat ditanya keluarga
tidak paham betul
mengenai cara
mengatasinya.
DS: Resiko mual muntah Ketidakmampuan
Ny.N mengatakan keluarga mengenal
sering mual, muntah masalah kesehatan.
dan nyeri ulu hati.

DO:
TD: 100/70 mmHg
HR:83x/i
RR:18x/i
T:37,4 C
Saat ditanya keluarga
tidak tahu apa
penyebab masalah
yang dialami oleh
Ny.N

49

Universitas Sumatera Utara


Skoring Masalah

a. Nyeri akut
No. Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah : 3/3x1 1 Ny.N merasakan nyeri


tidak/kurang di daerah ulu hati.
sehat.

1.Tidak/kurang
sehat
2.Ancaman
Kesehatan
3.krisis

2. Kemungkinan 2/2x2 2 Keluarga dapat


masalah di mengatasi dengan
ubah : dengan membeli obat ke
mudah warung, berobat ke
dokter atau pelayanan
1.Dengan kesehatan terdekat.
mudah
2.Hanya
sebagian
3.Tidak dapat

3. Potensi 2/3x1 0,67 Mengontrol makanan


masalah untuk dapat mencegah
dicegah : terjadinya kekambuhan
cukup berulang.

1.Tinggi
2.Cukup

50

Universitas Sumatera Utara


3.Rendah

4. Menonjolnya 2/2x1 1 Keluarga member


masalah : pertolongan/pengobatan
harus segera dengan membeli obat di
ditangani warung, berobat ke
dokter atau pelayanan
1.masalah kesehatan terdekat
berat harus menandakan keluarga
ditangani ingin segera teratasi
2.masalah tetapi tidak tahu
tidak perlu bagaimana cara
segera merawatnya.
ditangani.
3.masalah
tidak
dirasakan.

b. Resiko mual dan muntah


NO Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah: 3/3x1 1 Ny. N sering mual


Tidak atau dan muntah dan
kurang sehat terasa nyeri seperti
di tusuk-tusuk
1.Tidak atau dibagian ulu hati
kurang sehat
2. Ancaman
kesehatan
3. Krisis

51

Universitas Sumatera Utara


2. Kemugkinan 2/2x2 2 Keluarga dapat
masalah di ubah: mengatasi dengan
Dengan mudah membawa keluarga
khususnya Ny. N
1. Dengan mudah ke pelayanan
2. Hanya kesehatan terdekat
sebagian
3. Tidak dapat

3. Potensi masalah 2/3x1 0.67 Keluarga dapat


untuk dicegah: mengatur pola
Cukup makan agar dapat
mencegah
1. Tinggi terjadinya
2. Cukup kekambuhan
3. Rendah berulang
4. Menonjolnya 2/2x1 1 Keluarga memberi
masalah: pertolongan atau
Harus segera pengobatan dengan
ditangani membeli obat di
warung, berobat ke
1.Masalah berat dokter atau
harus ditangani pelayanan
2. Masalah tidak kesehatan terdekat
perlu segera menandakan
ditangani keluarga ingin
3. Masalah tidak segera teratasi
dirasakan tetapi keluarga
tidak tahu
bagaimana cara
mengatasinya
Skor Total 4,67

52

Universitas Sumatera Utara


Daftar Prioritas Diagnosa
1. Nyeri akut pada keluarga Ny.N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
ditandai dengan Ny.N mengatakan sakit dibagian ulu hati dan merasa
seperti ditusuk-tusuk.
2. Resiko mual muntah pada keluarga Ny.N terkhusus Ny.N
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga ditandai dengan Ny.N sering mual, sendawa dan
nafsu makan berkurang.

Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

N Diagnosa Kep. Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


o Keluarga Umum Khusus Kriteria Standart

1 Nyeri akut pada Setelah Keluarg Verbal Keluarga 1. Ajarkan


keluarga Ny.N melaku a dapat keluarga
berhubungan kan menget menjawab bagaimana
dengan keperaw ahui pertanyaan cara
ketidakmampua atan bagaim yang di perawatan
n keluarga diharap ana berikan bagi
merawat kan cara penderita
anggota nyeri merawa Keluarga nyeri
keluarga yang dapat t dapat gastritis
sakit ditandai teratasi anggota Sikap membawa 2. Ajarkan
dengan Ny. N atau keluarg keluarga pada

53

Universitas Sumatera Utara


mengatakan hilang a yang yang sakit ke keluarga
sakit di bagian ditandai sakit tempat tekhnik
ulu hati dan dengan pelayanan relaksasi
merasa seperti pasien kesehatan nafas
di tusuk-tusuk. tidak dalam
merasak Keluarga 3. Ajarkan
an nyeri mampu keluarga
seperti merawat bagaimana
di anggotakelu cara
tusuk- arga yang mengkaji
tusuk. sakit skala nyeri
Psikomot untuk
or pencegahan
dini.
4. ajarkan
mengompre
s dengan
air hangat
saat terasa
nyeri.
5. Anjurkan
klien untuk
meminum
obat.
6.
Menganjur
kan klien

54

Universitas Sumatera Utara


untuk tidak
makan-
makanan
yang tidak
pedas.

2 Resiko mual Setelah Keluarg Verbal Keluarga 1. Beri


muntah pada melaku a dapat penjelasan
keluarga Ny. N kan mampu menjawab tentang
terkusus Ny. N tindaka merawa pertanyaan nyeri
berhubungan n t dan yang di gastritis
dengan keperaw memen berikan pada
ketidakmampua atan uhi keluarga
n keluarga diharap kebutuh Keluarga 2. Kaji
mengenal kan an dapat pengetahua
masalah kesehat nafsu nutrisii Sikap membawa n keluarga
keluarga makan anggota keluarga tentang
ditandai dengan mening keluarg yang sakit ke nyeri
Ny. N sering kat a yang tempat gastritis
mula, sendawa, sakit pelayanan atau
dan nafsu terkhus kesehatan penyakit
makan us yang
berkurang Ny.N Keluarga berkaitan
mampu dengan
merawat gastritits
anggotakelu 3. Ajarkan
arga yang pola hidup
sakit sehat untuk

55

Universitas Sumatera Utara


Psikomot penderita
or nyeri
gastritis

Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan


Keluarga

No. Tanggal Implementasi Evaluasi


Diagnosa dan
Waktu
1 dan 2 22 Mei 1. Mengakji kondisi SOAP
2017 kesehatan keluarga S:
10.15 2. Memberikan Keluarga mengatakan
WIB pendidikan kesehatan paham terhadap apa
tentang nyeri gastritis yang dijelaskan
3. Mengajarkan
keluarga tentang cara O:
merawat anggota Keluarga mampu
keluarga yang sakit menjawab pertanyaan
4. Mengajarkan klien yang diberikan
dan keluarga cara
melakukan tekhnik A:
relaksasi nafas dalam. Masalah teratasi
5. Mengajarkan klien sebagian
untuk mengompres

56

Universitas Sumatera Utara


dengan air hangat P:
6. Menganjurkan klien Intervensi dilanjutkan
meminum obat
7. Menganjurkan
keluarga membawa
klien ke layanan
kesehatan.
8. Menajarkan klien
dan keluarga untuk
memenuhi nutrisi dan
menganjurkan tidak
makan-makanan yang
terlalu pedas.

1 dan 2 23 Mei 1.Mengajarkan SOAP


2017 keluarga cara S:
09.45 mengkaji skala nyeri Keluargamengtakan
WIB 2. Memberikan paham terhadap apa
penjelasan tentang yang dijelaskan.
pola hidup sehat bagi Klien mengatakan
penderita nyeri nyeri sudah mulai
gastritis berkurang. Saat nyeri
terasa klien melakukan
relaksasi nafas dalam,
mengompres dengan
air hangat dan minum
obat.

57

Universitas Sumatera Utara


O:
Keluarga paham
bagaimana cara
mengkaji nyeri.
Skala Nyeri berkurang
menjadi 2 dari skala 7
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi selesai

58

Universitas Sumatera Utara


BAB III

Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari kasus keluarga dengan masalah nyeri
(gastritis) baik tinjauan secara teori maupun pelaksanaan asuhan
keperawatan pada keluarga Ny.N terkhusus Ny.N maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pengkajian Ny.N mengalami Nyeri (gastritis), pada saat
pengkajian Ny.N mengatakan sering mual, muntah dan sendawa,
terasa dirusuk-tusuk di daerah ulu hati. Jika nyeri sedang terasa Ny.N
tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri, untuk memenuhi
kebutuhan dibantu oleh keluarga. Keluarga belum mengetahui
bagaimana cara mengatasi nyeri (gastritis) yang benar.
2. Sesuai dengan data yang didapatkan saat pengkajian didapatkan 2
diagnosa keperawatan keluarga, yaitu : 1) Nyeri akut pada keluarga
Ny.N berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit ditandai dengan Ny.N mengatakan sakit
dibagian ulu hati dan merasa seperti ditusuk-tusuk. 2) Resiko mual
muntah pada keluarga Ny.N terkhusus Ny.N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
ditandai dengan Ny.N sering mual, sendawa dan nafsu makan
berkurang
3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi
sekaligus memperhatikan kondisi Ny.N serta kesanggupan keluarga
dalam bekerja sama.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan implementasi dari
rencana keperawatan yang telah disusun. Pelaksanaan saat bergantung
pada sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat. Kepercayaan
klien terhadap perawat menimbulkan sikap kooperatif dalam
menjalankan tindakan keperawatan. Ny.N dan keluarga dapat

59

Universitas Sumatera Utara


berpartisipasi dan menerima terhadap pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncankan.
5. Evaluasi yang telah di terapkan dalam teori tidak semua dapat dicapai
dalam batasan waktu yang telah ditentukan dikarenakan waktu yang
cukup lama untuk melihat perubahan terhadap intervensi yang di
berikan. Namun, dalam batasan waktu yang ditentukan ada perubahan
yang di alami Ny. N dan keluarga terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan dapat mengatasi rasa nyeri yang diderita Ny,N. Nyeri, mual
dan muntah yang dialami Ny. N mulai berkurang.

B. SARAN

1. Pendidikan kesehatan
Senantiasa meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas dan
profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil,
dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
2. Pelayanan keperawatan
Lebih meningkatkan pelayanan keperawatan terkhusus yang
bergerak dibidang komunitas, dengan meningkatkan pelayanan
homecare dan pendidikan kesehatan untuk mendukung :
kesembuhan dan kesejahteraan kesehatan masyarakat komunitas.
3. Masyarakat
Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada disekitar serta mendukung program-
program yang diberikan oleh pelayanan kesehatan sekitar

60

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta. Salemba Medika

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan Keluarg., Jakarta : EGC

Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Bandung : Refika

Doenges M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta :


EGC

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta


: EGC

Gustin, Rahmi Kurnia, (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian gastritis. Jakarta : EGC

Harnilawati (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi


Selatan : Pustaka As Sulam

Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi ketiga. Jakarta :
FKUI (2009)

Misnadiarly (2009). Mengenal Penyakit Organ cerna : Gastritis


(Dyspepsia arau Maag. Jakarta : Pustaka Populer OBDA

Muhlisin A. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen


Publising.

Muttaqin, (2013). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Selemba Medica

Muwisin (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Potter & Perry, (2008).Buku Saku Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Sarutun (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta : EGC

Zaidin, (2010). Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta :Widya Medica

61

Universitas Sumatera Utara


62

Universitas Sumatera Utara

Vous aimerez peut-être aussi