Vous êtes sur la page 1sur 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflamasi merupakan suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau


kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi
seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin yang menimbulkan reaksi
radang berupa panas, nyeri, merah, bengkak, dan disertai gangguan fungsi.
Kerusakan sel yang terkait dengan inflamasi berpengaruh pada selaput membran
sel yang menyebabkan leukosit mengeluarkan enzim-enzim lisosomal dan asam
arakhidonat. Metabolisme asam arakhidonat menghasilkan prostaglandin-
prostaglandin yang mempunyai efek pada pembuluh darah, ujung saraf, dan pada
sel-sel yang terlibat dalam inflamasi (Katzung, 2004). Proses terjadinya inflamasi
sebenarnya merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri dari tubuh terhadap
benda asing, tetapi jika proses ini berlangsung secara terus menerus (kronis) justru
akan merusak jaringan (Docke dkk., 1997; Westerndorp dkk., 1997; Opal dkk.,
1996; De Poll dkk., 1997).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa inflamasi kronis berkaitan erat


dengan adanya peningkatan mutasi seluler yang menginisiasi terjadinya kanker
(Albini & Sporn, 2007; Anonim 2012). Inflamasi yang terjadi terus menerus pada
pembuluh darah berkontribusi langsung pada terbentuknya plak dalam dinding
pembuluh arteri sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan menyebabkan
tekanan darah tinggi, serangan jantung, serta stroke (Anonim, 2007; Libby dkk.,
2010; Lusis, 2000; Patel dkk., 2008). Penyakit lain yang melibatkan adanya proses
inflamasi kronis dalam tubuh antara lain, arthritis, asma, diabetes, alergi, anemia,
penyakit Alzheimer, fibrosis, fibromyalgia, systemic lupus, psoriasis, pancreatitis,
dan penyakit-penyakit autoimun (Borne, 1986, Borne dkk., 2008) sehingga
diperlukan obat antiinflamasi.

1
Sebagian obat-obat antiinflamasi bekerja pada mekanisme penghambatan
sintesis prostaglandin yang diketahui berperan sebagai mediator utama dalam
inflamasi. Terdapat beberapa golongan obat antiinflamasi diantaranya obat
antiinflamasi golongan steroid dan non steroid. Obat antiinflamasi golongan steroid
diketahui dapat menghambat phospholipase A2 dalam sintesis asam arakhidonat,
sehingga memiliki efek antiinflamasi yang poten, namun diketahui penggunaan
obat-obatan ini dalam jangka waktu yang lama justru akan mengakibatkan efek
samping berupa hipertensi, osteoporosis, dan hambatan terhadap pertumbuhan.
Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa penggunaan steroid jangka panjang
dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker, penyakit jantung dan hati (Anonimc,
2013). Disebutkan pula bahwa penggunaan steroid secara topikal pada beberapa
orang menunjukkan efek samping antara lain dermatitis, diabetes mellitus dan
atrofi jaringan (Judarwanto & Dewi, 2012).

Obat-obat antiinflamasi yang lain bekerja dengan mekanisme


penghambatan enzim siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2)
sehingga akan menghambat sintesis prostaglandin dan tromboksan (Robert &
Morrow, 2001). COX-1 diketahui berfungsi dalam memproduksi prostaglandin
yang berperan dalam melindungi mukosa lambung dan ginjal (Okazaki dkk.,
1981). Mekanisme penghambatan COX-1 dan COX-2 yang tidak selektif
berhubungan dengan toksisitas penggunaan obat-obat antiinflamasi golongan non
steroid (NSAIDs) pada dosis tinggi (Dewick, 2009). Inhibitor selektif COX-2
diketahui dapat meminimalisasi efek samping yang disebabkan karena mekanisme
penghambatan COX-1, seperti kerusakan lambung dan ginjal tetapi belakangan ini
dilaporkan bahwa beberapa obat golongan inhibitor selektif terhadap COX-2
memiliki efek samping terhadap kardiovaskuler (Dogne dkk., 2005).

Contohnya Rofecoxib (Vioxx) dan Valdecoxib (Bextra) telah ditarik dari


pasaran karena meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler antara lain serangan
jantung dan stroke (Topol, 2004; Fitzgerald 2004; Dogne dkk., 2005).

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi inflamasi?


2. Apa saja tanda-tanda inflamasi?
3. Apa penyebab terjadinya inflamasi?
4. Bagaimana reaksi antigen-antibodi?
5. Apa saja obat antiinflamasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi dari inflamasi


2. Untuk mengetahui tanda-tanda inflamasi
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya inflamasi
4. Untuk mengetahui reaksi antigen-antibodi pada inflamasi
5. Untuk mengetahui macam-macam obat antiinflamasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inflamasi

Radang atau inflamasi adalah Radang ialah respon protektif setempat yang
ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan,
mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera
itu. (Kamus Kedokteran Dorland). Inflamasi merupakan reaksi kompleks pada
jaringan ikat yang memiliki vaskularisasi akibat stimulus (rangsang) eksogen dan
endogen. Dalam arti yang paling sederhana, Inflamasi adalah suatu repons
protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta
membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan asal
(Mitchel & Cotran, 2003).

Inflamasi adalah respons protektif lokalisata yang ditimbulkan oleh cedera


atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau
mengurung (sekuester) baik agen yang meninmbulkan cedera maupun jaringan
yang cedera tersebut. Pada bentuk akutnya ditandani dengan tanda klasik : nyeri
(dolor), panas (calor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan hilangnya fungsi
(fungio lesa). Secara Histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit,
termasuk dilatasi arteriol, kapiler dan venula, disertai penignkatan permeabilitas
dan aliran darah, eksudasi cairan, termasuk protein plasma dan migrasi leukosit
menuju fokus peradangan.

Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar, yaitu:

a) Inflamasi akut adalah inflamasi yang berlangsung relatif singkat, dari


beberapa menit sampai beberapa hari, dan ditandai dengan eksudasi cairan
dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
b) Inflamasi kronik berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari sampai
bertahun-tahun dan ditandai khas dengan influks limfosit dan makrofag

4
disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan
parut.

Sel dan mediator-mediator dari sistem imun sangat mempengaruhi dalam


proses respon inflamasi, yang khas ditandai dengan 4 fase. Pertama, pembuluh
darah didaerah sekitar daerah yang mengalami jejas memberi respon kepada
sistem imun. Kedua, sistem imun dalam pembuluh darah bermigrasi ke dalam
jaringan yang mengalami jejas, dan mekanisme dari sistum imun bawaan dan
sistem imun adaptif untuk menetralisir dan menghilangkan stimulus yang
menimbulkan jejas. Selanjutnya adalah proses perbaikan dan penyembuhan dari
jaringan yang mengalami jejas. Dan peristiwa tersebut merupakan proses dari
inflamasi akut. Apabila peristiwa terus berlanjut dan jaringan yang mengalami
jejas tidak mengalami proses penyembuhan, disebut inflamasi kronik.

2.2 Tanda-tanda inflamasi

a) Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi.


Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan
mediator kimia tubuh (kimia, prostaglandin, histamin). Saat reaksi
peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai
darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah
mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia
atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peradangan
akut.
b) Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi,
plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera.
Kinin mendilatasi asteriol, meningkatna permeabilitas kapiler.
c) Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan
darah atau mungkin karena pirogen yaitu substansi yang
menimbulkan demam, yang mengganggu pusat pengaturan panas
pada hipotalamus

5
d) Dolor (nyeri), disebabkan pembengkakan pada pelepasan
mediator-mediatir kimia
e) Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan
cairan pada cidera jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya
mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena.

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang


dihasilkan dari metabolisme asam arakhidonat. Asam arakhidonat merupakan
suatu asam lemak tak jenuh ganda dengan 20 atom karbon. Asam arakhidonat
dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh
rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses metabolisme asam arakhidonat
terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan menyintesis
prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien
dan lipoksin.

2.3 Penyebab Inflamasi


Inflamasi dapat disebabkan oleh:
1. Mekanik (tusukan)
 Jarum
 Pisau
 Kapak
 Tombak
 Panah
2. Kimiawi (histamin, menyebabkan alergi, asam lambung berlebih bisa
menyebabkan iritasi)
3. Termal (suhu)
4. Mikroba (infeksi penyakit)

2.4 Reaksi Antigen-Antibodi


Ikatan antara antigen-antibodi (Ag/Ab) merupakan dasar dari reaksi imun.
Ikatan ini terjadi pada permukaan dari molekul Ag yang di sebut determinants.

6
Valensi antigen menunjukkan banyaknya sisi ikatan dari molekul yang dapat
berpengaruh pada kekuatan ikatan antara Ag/Ab. Antigen univalensi mempunyai
ikatan yang lemah, tetapi antigen multivalensi memberi ikatan yang kuat.
Pada imunitas humoral, sistem efektornya adalah antibodi, sedangkan pada
imunitas selular, sistem efektornya adalah limfosit yang sudah tersensitisasi
(sensitized lymphosit).

2.5 Gambar inflamasi akut pada kulit

Inflamasi akut yang di sebabkan alergi terhadap obat

Inflamasi akut kulit dengan lecet

7
Mekanisme terjadinya gejala-gejala inflamasi :

Noksi

Kerusakan sel
Migrasi
Leukosit
Pembebasan
bahan mediator

Proliferasi sel

Gangguan Eksudasi Perangsangan


Sirkulasi Lokal Reseptor Nyeri

Kemerahan Panas Pembengkakan Gangguan Nyeri


Fungsi

Gambar 1. Patogenesis dan Gejala suatu peradangan

Radang disebabkan oleh pengaruh noksi dari berbagai jenis jaringan ikat
pembuluh yang bereaksi dengan cara yang sama pada tempat kerusakan (Gambar 1).
Noksi dapat berupa noksi kimia, noksi fisika, infeksi dengan mikroorganisme atau
parasit. Gejala reaksi meradang di antaranya adalah kemerahan (rubor),
pembengkakan (tumor), panas meningkat (calor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi
(functiolaesa). Gejala-gejala tersebut merupakan akibat dari gangguan aliran darah
yang terjadi akibat kerusakan pembuluh darah pada jaringan tempat cedera, gangguan
keluarnya plasma darah (eksudasi) ke dalam ruang ekstrasel akibat meningkatnya
permebilitas kapiler dan perangsangan reseptor nyeri. Reaksi ini disebabkan oleh
pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin, dan kinin).
Gangguan aliran darah lokal dan eksudasi seringkali menyebabkan emigrasi sel-sel
darah menuju ekstrasel serta proliferasi dan fibroblas (Mutschler, 1986).

8
2.6 Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan


atau mengurangi peradangan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat antiinflamasi
terbagi menjadi dua golongan. Golongan pertama adalah golongan obat
antiinflamasi steroid. Obat antiinflamasi yang kedua yaitu golongan obat
antiinflamasi nonsteroid

a. Antiinflamasi Steroid

Obat antiinflamasi golongan steroida bekerja menghambat sintesis


prostaglandin dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid
yang berada pada membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat.
Akibatnya prostaglandin tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak ada. (Tan,
dan Rahardja, 2007). Contoh obat antiinflamasi steroid adalah deksametason,
betametason dan hidrokortison18

b. Antiinflamasi Non Steroisd (NSAID)

Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)


merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimiawi. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki
banyak persamaan dalam efek terapi ataupun efek samping. Prototip obat
golongan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga
sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs).20

Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :

1) Derivat asam propionat: fenbufen, fenoprofen, flurbiporfen, ibuprofen,


ketoprofen, naproksen, asam pirolalkonat, asam tioprofenat
2) Derivat indol: indomestin, sulindak, tolmetin
3) Derivat asam fenamat: asam mefenamat, meklofenat
4) Derivat asam piroklakonat
5) Derivat piirazolon: fenil butazon, oksifenbutazol, azopropazonon
6) Derivat oksikam: piroksikam, tenoksikam

9
7) Derivat asam salisilat: asam fenilasetat, asam asetat inden

NSAID merupakan obat yang well-absorbed, dan memilki sifat highly-


metabolized, yang dimetabolisme baik melalui mekanisme metabolisme fase 1
dan kemudian diikuti fase II dan beberapa obat dimetabolisme langsung oleh
direct-glucuronidation (fase II). NSAID dimetabolisme oleh CYP3A atau CYP2C
yang merupakan bagian dari enzim P450 di hati. Ekskresi ginjal merupakan rute
yang penting dalam eliminasi obat tersebut. Sebagian besar obat NSAID highly
protein-bound (98%), dan biasanya berikatan dengan albumin. Semua obat
NSAID dapat ditemukan di dalam cairan sinovial setelah penggunaan yang
berulang. Mekanisme kerja obat NSAID adalah menghambat biosintesis dari
prostaglandin. Berbagai obat NSAID juga dapat bekerja melalui mekanisme yang
lain termasuk menginhibit kemotaksis, menurunkan regulasi dari produksi
interleukin-1 dan menurunkan produksi dari radikal bebas dan superoksidase.

Pengobatan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama:


1. Meringankan gejala dan mempertahankan fungsi.
2. Memperlambat atau menghambat proses perusakan jaringan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari serangkaian penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwainflamasi


atau peradangan merupakan suatu respon fisiologis tubuh terhadap suatu gangguan dari
faktor eksternal.Secara garis besar proses inflamasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu
Inflamasi akutdan Inflamasi kronis. Inflamasi dapat disebabkan oleh mekanik
(tusukan), kimiawi (histamin, menyebabkan alergi, asam lambung berlebih bisa
menyebabkan iritasi), Termal (suhu), dan Mikroba (infeksi penyakit).
Tanda-tanda inflamasi ada lima, yaitu Rubor, Dollor, Kallor, Tumor, Functio
Laessa. Mediator inflamasi adalah Prostaglandin, Sitokin, Neurotrophins, Serotonin,
Adenosin, Cannabinoids, Histamin, Leukotrine, Kinin.

3.2 Saran

Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, karena
ilmu kedokteran sangatlah luas. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
penyempurnaan dalam membuat makalah dikemudian hari.
Dengan membaca kita dapat menambah ilmu pengetahuan kita, jangan pernah
malas untuk membaca meski hanya satu kalimat yang berisi suatu ilmu pengetahuan.

11
Daftar Pustaka

https://dokumen.tips/documents/makalah-inflamasi-bynovianadkk1.html

https://edoc.tips/download/makalah-inflamasi-new_pdf

http://eprints.ums.ac.id/18784/4/BAB_I.pdf

http://eprints.undip.ac.id/50773/3/Pandhycha_V_P_A_22010112140217_Lap.KTI_BAB_2.p
df

12
13
14
15

Vous aimerez peut-être aussi