Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SOLID
OLEH:
PUTRI
2016.01.00.02.018
DOSEN PENGAMPU:
PENDAHULUAN
Menurut Farmakope Indonesia edisi III Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan
air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat
yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.
Kemasan boleh lebih dari 1 liter.
Menurut FI Edisi III sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan
tidak lebih dari 66%.
Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat
atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan
cair kental yang minimal mengandung 50% sakarosa.
Sirup dapat dibedakan menjadi 2:
a. Sirupnonobat(Non Medicated Syrup/Flavoredvehicle Sirup)
Merupakan sediaan syrup yang tidak mengandung bahan obat, melainkan hanya
mengandung gula, perasa, pengawet dan perwarna. Contoh: Cherry Syrup, Cocoa Syrup,
orange syrup.
b. Sirupobat(Medicated syrup)
Merupakan sirup yang mengandung satu atau lebih jenis bahan obat/Zat berkhasiat
dengan atau tanpa zat tambahan. Contoh: Sirup Piperazina Sitrat, Sirup Isoniazid.
BahanTambahanSirup
a. Pengawet antijamur, digunakan dalam preparat cairan dan preparat setengah padat
untuk mencegah pertumbuhan jamur. Contoh: asam benzoate, butyl paraben, etil
paraben, propel paraben, natrium benzoate, natrium propionate.
b. Pengawet antimikroba, digunakan dalam preparat cair, dan preparat setengah
padat untuk mencegah pertumbuhan mokroorganisme. Contoh: benzal konium
klorida, benzotanum, benzyl alcohol, setil pridium klorida, kloro butanol, fenol,
fenil etil alcohol, fenil merkuri nitrat, timerosol.
Kegunaan sirup
a. Sebaga iobat, contoh: Chlorfeniramini maleatis sirupus
b. Sebagai Corigensia Saporis, contoh: Sirupus simplex
c. Sebagai Corigensia Odoris, contoh: Sirupus aurantii
d. Sebagai Corigensia Coloris, contoh: Sirupus Rhoedos, sirupus rubiidaei
e. Pengawet Sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi
DATA PREFORMULASI
PERHITUNGAN
BAB V
CARA KERJA
1. Prosedur Pembuatan
i. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
Beaker glass Ambroxol HCl
Batang penganduk Sorbitol
Gelas ukur Sirup simplex
Timbangan Aqua dest
Perkamen
Sendok tanduk
2. Rancangan Etiket
3. Rancangan Brosur
4. Rancangan Kemasan
5. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Kalibrasi botol 60 ml
3. Larutkan ambroxol HCl 180mg dalam sebagian air di baker glass aduk samapai homogen
4. Kemudian tambahkan sorbitol aduk sampai homogen
5. Tambhakan sirup simplex kemudian aduk sampai homogen
6. Tambahkan sisa aquadest sampai batas kalibrasi 60 ml
7. Masukan dalam wadah
8.
BAB VI
EVALUASI SEDIAAN
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
tambahan, bahan pewangi, dan zat obat. Komponen dari sediaan sirup secara umum
terdiri dari bahan aktif, aquades, sukrosa atau pengganti sukrosa, pengawet, perasa,
pewarna, dan bahan lain. Bahan lain disini bisa kosolven, yang digunakan untuk
meningkatkan kelarutan. Buffer pH digunakan apabila bahan aktif memerlukan stabilitas
pH untuk menjaga agar bahan aktif tersebut dapat larut dalam cairan pembawa.
Pada praktikum ini telah dilakukan pembuatan sediaan cair yaitu sirup Ambroxol
HCl yang bertujuan agar mahasiswa dapat lebih memahami pembuatan sediaan sirup dan
memahami evaluasi sediaan sirup Ambroxol HCl. Sirup Ambroxol HCl digunakan
Penyakit saluran pernafasan akut dan kronis, disertai sekresi bronkhial abnormal,
khususnya pada eksaserbasi dan bronkhitis asmatik, asma bronkhial, sbelum dan sesudah
operasi pada perawatan intensif untuk menghindari komplikasi paru. dengan kosentrasi
Ambroxol HCl 15 mg.
Pada pembuatan sediaan obat, Ambroxol HCl dibuat dalam bentuk sediaan sirup. Ada
beberapa tambahan zat yang digunakan untuk kemudian diformulasikan dengan zat aktif
Ambroxol HCl. Diantaranya adalah sirup simplex sebagai pemanis sekaligus pengawet,
sorbitol untuk antikaploking, dan aqua destilata yang berperan sebagai pelarut.
Ambroxol HCl sendiri memiliki khasiat sebagai Sekretolitik pada gangguan saluran
nafas akut dan kronis. Ambroxol HCl Tidak dianjurkan pada wanita hamil pada triwulan
pertama. hanya digunakan selama kehamilan atau menyusui jika benar-benar diperlukan.
Tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yanglama tanpa konsultasi dokter. Efek
samping yang ditimbulkan Dari Ambroxol HCl Reaksi alergi dapat terjadi dalam
keadaan yang jarang dan beberapa pasien yang terkena alergi juga menunjukkan reaksi
alergi obat-obat lain. Reaksi yang ditemukan : pada kulit, pembengkakan wajah,
dyspnea, demam.
Pada evaluasi di hari pertama setelah sediaan jadi masih di dapatkan hasil yang baik
pada warna, bau dan rasa sesuai dengan yang diinginkan yakni warna Mbening atau tidak
berwarna dengan rasa yang manis namun tidak berbau bahan obat untuk bentuknya tidak
kental hasil pH yang di dapat masih masuk rentang pH yang diinginkan yakni 5,0.
Wadah sirup Ambroxol HCl ini haruslah berwarna gelap, Adanya cahaya akan
mengubah warna menjadi kecoklatan.
BAB VIII
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sediaan
sirup yang dibuat telah stabil pada uji organoleptik (bentuk, rasa,warna dan bau) dan
uji kejernihan. Sedangkan pada uji pH yang dilakukan didapatkan pH 5 .
Menurut Farmakope Indonesia edisi III Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan
air suling. Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat
yang tertera pada Injectiones. Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat.
Kemasan boleh lebih dari 1 liter.
Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Badan Penerbit FKUI, Jakarta.
Ansel, Howard C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI-Press, Jakarta.
Dewi, Intan K., Joharman, Lia Yulia Budiarti, Perbandingan Daya Hambat Ekstrak
Etanol Dengan Sediaan Sirup Herbal Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi l.)
Terhadap Pertumbuhan Shigella dysenteriae IN VITRO, Berkala Kedokteran, Vol:
9(2).
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Rowe, Raymond C., Paul J. Sheskey and Marian E. Quinn, 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London.
Suseno, Thomas Indarto Putu, Nita Fibria, Netty Kusumawati, 2008, Pengaruh
Penggantian Sirup Glukosa Dengan Sirup Sorbitol Dan Penggantian Butter Dengan
Salatrim Terhadap Sifat Fisikokimia Dan Organoleptik Kembang Gula Karamel,
Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi, Vol: 7(1).
Sweetman, Sean C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference,
Pharmaceutical Press, London.
Tjay, T. Hoan dan Kirana Rahardja, 2013, Obat-Obat Penting, Elex Media
Computindo, Jakarta.