Vous êtes sur la page 1sur 11

PROPOSAL TERAPI MODALITAS PADA LANSIA DI DESA ANJIR

SEBERANG PASAR 1 BARITO KUALA

Oleh Kelompok 5 :
Ajijah, S. Kep
Alviana Harlinda Ulva, S. Kep
Any Halimah, S. Kep
Desi Natalia, S.Kep
Eky Vefbruary, S.Kep
Fitri Barokah, S. Kep
Handi Kusanto Enal, S.Kep
Maria Malvega. E.H, S. Kep
Meilan, S. Kep
M. Alfiannor, S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAB PROFESI NERS
BANJARMASIN, 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di dunia setelah China,
India, dan Amerika. Jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di
lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor
yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang merupakan
periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk
pada lingkungannya (Azizah, 2011).

Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun
psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul
keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah kesehatan
baik secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008). Adanya perubahan-perubahan
yang dialami lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial
menyebabkan lansia mudah mengalami stres (Azizah, 2011).

Faktor yang mempengaruhi stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri, seperti penyakit
dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang berasal dari luar diri
seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif,
misalnya: pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu
makan berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Niken, 2014).

Menurut Isnaeni (2010), untuk menghindari dampak dari stres, maka diperlukan adanya
suatu pengelolaan stres yang baik. Dalam mengelola stres dapat dilakukan dengan terapi
farmakologi yang meliputi penggunaan obat cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti
depressant), serta terapi nonfarmakologi yang meliputi pendekatan perilaku, pendekatan
kognitif, serta relaksasi. Salah satu jenis terapi yang dapat mengurangi stres dan belum
banyak di terapkan di Indonesia adalah terapi life review atau terapi telaah pengalaman
hidup.

2
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi dari terapi modalitas kelompok
1.2.2 Manfaat terapi aktivitas kelompok
1.2.3 Klasifikasi dari terapi aktivitas kelompok
1.2.4 Cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat mengetahui definisi dari terapi modalitas kelompok
1.3.2 Sapat mengetahui manfaat terapi aktivitas kelompok
1.3.3 Dapat mengetahui klasifikasi dari terapi aktivitas kelompok
1.3.4 Dapat mengetahui cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Modalitas


Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di
Institusi pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi
modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia
(Maryam, dkk 2008). Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan
kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia ( Anastasia, 2010 )

2.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia


Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):
a) Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh
anggota kelompok yang lain.
b) Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku
yang dekstruktif dan maladaptif.
c) Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
d) Mengisi waktu luang bagi lansia.
e) Meningkatkan kesehatan lansia.
f) Meningkatkan produktivitas lansia.
g) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

2.3 Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):
a) Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia
b) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator.
c) Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan kebersamaan, gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d) Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
e) Terapi dengan binatang

4
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang
f) Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
g) Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, dan lain-lain.
h) Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.
i) Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
j) Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diindentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggoa keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri;
apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
k) Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang
diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma mengatakan
terapi aroma efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu baik fisik
maupun psikologis.

2.4 Cara Mengaplikasikan Terapi Modalitas pada Lansia


a) Pokok bahasan : Terapi klien dengan hipertensi
Sub pokok bahasan : senam hipertensi
Hari/Tanggal : Jum’at/ 21 Desember 2018
Jam : 09.00 WITA
Tempat : Desa Anjir Seberang Pasar 1 RT 001
Sasaran : Lansia dengan hipertensi
b) Tujuan
1) Tujuan umum
Klien mampu melakukan senam hipertensi dengan baik
2) Tujuan Khusus

5
Klien mampu melakukan senam hipertensi secara mandiri dan nyeri berkurang
setelah melakukan senam hipertensi
c) Sasaran
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka sasaran klien yang dilibatkan
dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah hipertensi.
d) Metode
Metode yang digunakan demonstrasi dan redemonstrasi.
e) Strategi Pelaksanaan
1) Deskripsi struktur kelompok
a. Leader dan Co Leader
 Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
 Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta
 Memberikan motivasi kepada peserta
 Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
 Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta

b. Fasilitator
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok
 Memberikan stimulus atau motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi
aktif
 Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan peserta lainnya
 Membantu melakukan evaluasi hasil

c. Observer
 Mengamati dan mencatat respon klien
 Mencatat jalannya aktivitas terapi
 Mengikuti proses evaluasi

d. Peserta
 Mengikuti seluruh kegiatan
 Berperan aktif dalam kegiatan
 Mengikuti proses evaluasi

2) Langkah-langkah kegiatan
a. Fase Orientasi
 Waktu : 10 menit
 Salam terapeutik
 Kontrak

6
- Waktu : 45 menit
- tempat : Halaman Mushala
- topik : Senam Hipertensi
 tujuan aktivitas : melatih gerakan sendi para lansia agar meminimalisasi
sakit akibat hipertensi
 aturan main : setiap peserta harus memperhatikan, mengikuti dan kemudian
dapat mempraktekkan hal yang diajarkan

b. Fase Kerja
 Waktu : 20 menit
 Menjelaskan pentingnya senam hipertensi
 Menjelaskan cara-cara melakukan senam hipertensi
 Melatih pasien mempraktekkan senam hipertensi
 Berikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk
tangan

c. Fase Terminasi
 Waktu : 15 menit
 Evaluasi
- Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan anggota kelompok setelah
mempraktekkan cara mandi. Contoh : “bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini ?”
- Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
- Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mempraktekkan kembali dalam kehidupan sehari-hari.

d. Media dan Alat


 Media : Musik
 Alat : Sound, HP

7
e. Setting Tempat

Keterangan :
: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
: Sound / alat music
: Pohon
f. Organisasi Kelompok
 Leader : Ajijah, S.Kep
 Co Leader : Maria Malvega Eka Huang, S.Kep
 Fasilitator : Alviana Harlinda Ulva, S.Kep
Eky Vefbruary, S.Kep
Desy Natalia, S.Kep
Fitri Barokah, S.Kep
Meilan, S.Kep
 Observer : Any Halimah, S.Kep
 Operator dan : Handi Kusanto Enal, S.Kep
perlengkapan
 Dokumentasi : M.Alfiannor
 Peserta : Lansia dengan Hipertensi

g. Evaluasi dan Dokumentasi


 Bentuk form evaluasi
Evaluasi proses dilakukan oleh observer terhadap jalannya acara dan
kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi hasil ditentukan
berdasarkan kriteria :

8
- Respons fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien yang menjadi
peserta TAK
- Penilaian ulang respons klien akan penilaian diri dua jam setelah
kegiatan oleh observer dan fasilitator
 Pendokumentasian di masing-masing proses keperawatan klien
- Klien mendengarkan dan memperhatikan secara seksama dan
antusias apa yang di sampaikan oleh terapis
- Klien dapat mempraktekkan dengan benar apa yang telah diajarkan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan
pada lansia. Pemberian modalitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus
biasanya hanya mengurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan
yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahakan kekuatan pada
sekelompok otot-otot tertentu. Agar mobilitas tetap terjaga, sebaiknya dilaksanakan secara
berkesinambungan.

3.2 SARAN
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan lansia dengan
taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan, oleh
karena itu perkembangan ilmu dan praktek dalam pembelajaran sangat penting untuk
memenuhi kualitas sumber daya yang diperlukan.

10
Barito Kuala, Desember 2018

Ners Muda,

( Kelompok 5 )

Pembimbing Akademik,

(.....................................................)

11

Vous aimerez peut-être aussi