Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Hasil survei peneliti di RSUD Ambarawa pada Tahun 2012 didapatkan data pada
ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu dialami oleh primi dan multi gravida
sebanyak 20 kasus. Pada Tahun 2013 bulan Januari hingga Juni terdapat 4 kasus
kehamilan ektopik terganggu. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Rumah Sakit
Umum Daerah Ambarawa peneliti tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD
Ambarawa.
Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju.4Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh berbeda
dengan negara maju, menurut WHO. Berdasarkan data yang diapatkan dari Dinas
Kesehatan Provinsi pada tahun 2013, di wilayah Jawa barat 2,7% penyabab kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan antepartum yang diantaranya mencakup kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah keadaan di mana timbul gangguan
pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan
penurunan keadaan umum pasien. Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan
yang berakhir abortus, dan sekitar 16% kematian dalam kehamilan dikarenakan
perdarahan yang dilaporkan disebabkan kehamilan ektopik yang pecah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan konsep kehamilan luar kandungan (ektopik)?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ektopik?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan konsep kehamilan luar kandungan (ektopik).
2. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ektopik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kehamilan Luar Kandungan (Ektopik)


1. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus. Implantasi dapat terjadi di tuba falopi,ovarium,serviks,dan abdimen. Namun
kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba falopi (Murria,2002).
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi
implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang
rudimenter, dan divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba,
terdapat kehamilan pars intersitisial tuba, kehamilan pars ismika tuba kehamilan pars
ampullaris tuba, dan kehamilan infundibulum tuba.
Kehamilan diluar tuba ialah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter,
kehamilan servikal, dan kehamilan abdomintal yang bisa primer atau sekunder.

2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah bannyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian
ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada
saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor – faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut.
1. Faktor dalam lumen tuba :
a) Endosalpingtis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen
tuba menyempit atau membentuk kantong buntu ;
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk – keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping ;
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba :
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
tuba ;
b) Divertikel tuba kongentinal atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor di luar dinding tuba : perlengketan pada tuba dan tumor
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri – atau
sebaliknya – dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ;
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.
b) Fertilisasi in vitro.

3. Manifestasi klinis
Pada umumnya penderita menunjukan gejala – gejala kehamilan mudaa, dan
mungkin merasi nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda – beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba – tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas, sehingga sukar membuat diganosisnya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan,
derajat perdarahan yang terjadi, dari keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan etopik terganggu. Pada ruptur
tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba – tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya
pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus–menerus. Rasa nyeri mula-
mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau ke bagian seluruh perut bawah. Darah dalam rongga
perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila
membentuk hemotokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan
berwaran cokelat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 – 93 %. Perdarahan
berarti gangguan pembentukan human chorionis gonadotropin. Jika plasenta mati,
desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya
amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian
penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya. Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan berbagai
penulis berkisar dari 23 hingga 97 %.

4. Patofisiologi dan WOC


Sujiyatini dkk (2009) menyebutkan terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba.
Ada kemungkinan akibat dari hal ini :
a. Kemungkinan “tuba abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga
peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari
dinding tuba.
b. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba.
c. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam
hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
Pembuahan telur di ovum

Perjalanan zygot ke uterus


mengalami hambatan

Bernidasi di tuba

Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik terganggu

Ruptur pada implantasi di


Abortus
tuba dan uterus

Perdarahan abnormal
Dukacita

Nyeri abdomen

Kekurangan volume
cairan
Nyeri akut
5. Penatalaksanaan
a. Laparotomi
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut :
 Kondisi ibu pada saat itu
 Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
 Lokasi kehamilan ektopik
 Kondisi anatomis organ pelvis
 Kemampuan teknik bedah mikro dokter
 Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi.

b. Salpingektomi
Salpingektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat salah satu atau kedua
tuba fallopi, namun tetap membiarkan keberadaan rahim dan indung telur.
Umumnya, untuk mengangkat salah satu tuba fallopi dilakukan salpingektomi
unilateral, di mana pasien masih dapat hamil dan bereproduksi pasca prosedur.
Sedangkan, pengangkatan kedua tuba fallopi disebut salpingektomi bilateral dan
hanya dilakukan pada kasus yang termasuk parah.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Klien Kehamilan Luar Kandungan


1. Pengkajian
 Identitas
 Riwayat menstruasi terakhir
 Jenis kontrasepsi
 Riwayat gangguan tuba sebelumnya
 Pemeriksaan fisik
Adanya bercak darah yang berasal dari vagina. Nyeri abdomen kejang
dan tumpul. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang – kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan . kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba menunjukan
adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang – kadang naik, sehingga
menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.
 Tanda-tanda vital
 Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam
menegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada
tanda – tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak
mendadak biasanya ditemukan anemia ; tetapi, harus diingat bahwa
penurunan hemoglobin baru terlihat setalah 24 jam.
 Perhitungan leukosit secara berturut menunjukan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari
infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang
melebihi 20.000 biasanya menunjukan pada keadaan yang terakhir. Tes
kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negatif tidak
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena
kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi
human chorionic genadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.
 Kuldosentesis. Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Cara ini amat
berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik
terganggu.
 USG
 Laporoskopi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi
3. Dukacita berhubungan dengan abortus
3. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
1. Nyeri akut Ibu dapat  Tentukan sifat,  Membantu dalam
berhubungan mendemostras lokasi, dan mendiagnosis dan
dengan agen kan teknik durasi nyeri, menentukan
cedera fisik relaksasi, kaji kontraksi tindakan yang
tanda-tanda uterus hemoragi akan dilakukan.
vital dalam atau nyeri tekan  Ketidak nyamanan
batas normal, abdomen dihubugkan
dan ibu tidak  Kaji stres dengan aborsi
meringis psikologis spontan dan
ibu/pasangan molahida tidosa
dan respons karena kontraksi
emosional uterus yang
terhadap mungkin
kejadian diperberat oleh
 Berikan infus oksitosin.
lingkungan Ruptur kehamilan
yang tenang dan ektopik
aktivitas untuk mengakibatkan
menurunkan nyeri hebat,
rasa nyeri. karena hemoragi
Intruksikan tersembunyi saat
klien untuk tuba falopi ruptur
menggunakan ke dalam
metode abdomen
relaksasi.  Ansietas sebagai
Misalnya : respon terhadap
napas dalam, situasi darurat
visualisasi dapat memberat
distraksi, dan keidaknyamanan
jelaskan karena sindrom
prosedur ketegangan,ketaku
 Berikan tan, dan nyeri
Narkotik atau  Dapat membantu
sedatif berikut dalam
obat-obat menurunkan
praoperatif bila tingkat ansietas
prosedur dan karena nya
pembedahan mereduksi
diindikasikan ketidaknyamanan
 Siapkan untuk  Meningkatkan
prosedur bedah kenyamanan
bila terdapat menurunkan
indikasi resiko komplikasi
pembedahan

2. Kekurangan Ibu  Identifikasi  Dapat mengetahui


volume menunjukkan penyebab tindakan yang
cairan kestabilan/ perdarahan akan dilakukan
berhubungan perbaikan  Monitor pasien  Perdarahan secara
dengan keseimbangan akan perdarahan ketat akan
ruptur pada cairan yang secara ketat mengakibatkan
lokasi dibuktikan  Beri kompres es penurunan Hb
implantasi oleh tanda- pada daerah yang sangat ketat
tanda vital yang terkena pula
yang stabil, dengan tepat  Meringankan
pengisian  Monitor jumlah perdarahan yang
kapiler cepat, dan sifat terjadi
sensorium kehilnagan  Dapat diketahui
tepat, serta darah tindakan
frekuensi serat  Perhatikan selanjutnya
berat jenis kadar Hb  Kadar Hb yang
urine adekuat. sebelum dan menurun dapat
sesudah menyebabkan
kehilangan aliran O2 akan
darah terhambat atau
tidak ada sama
sekali
3. Dukacita Ibu dapat  Cegah  Pasien tidak
berhubungan menerima menyakiti menyakiti diri
dengan fakta tentang secara fisik jika sendiri maupun
abortus kehilangan marah orang lain
diarahkan pada  Pasien tidak
diri atau orang melakukan
lain aktivitas yang
 Dorong sangat berat
penurunan seperti
aktivitas yang memukul,
sangat kuat mondar mandir
 Berikan atau berteriak
pendidikan  Teknik relaksasi
mengenai dapat membantu
metode untuk pasien untuk
mengatur mengatur
pengalaman pengalaman
emosi yang emosi
sangat kuat  Pasien
 Yakinkan mendapatkan
keluarga bahwa perawatan
pasien sedang terbaik sesuai
diberikan keinginan
perawatan keluarga
terbaik  Keluarga tetap
 Dukung harapan mendukung
yang realistis harapan pasien
yang realistis
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Vous aimerez peut-être aussi