Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan konsep kehamilan luar kandungan (ektopik).
2. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien ektopik.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah bannyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di bagian
ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada
saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor – faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut.
1. Faktor dalam lumen tuba :
a) Endosalpingtis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen
tuba menyempit atau membentuk kantong buntu ;
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk – keluk dan hal ini
sering disertai gangguan fungsi silia endosalping ;
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba :
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
tuba ;
b) Divertikel tuba kongentinal atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi di tempat itu.
3. Faktor di luar dinding tuba : perlengketan pada tuba dan tumor
4. Faktor lain :
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri – atau
sebaliknya – dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus ;
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
prematur.
b) Fertilisasi in vitro.
3. Manifestasi klinis
Pada umumnya penderita menunjukan gejala – gejala kehamilan mudaa, dan
mungkin merasi nyeri sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan.
Pada pemeriksaan vaginal uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin tidak
sebesar tuanya kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi karena lembeknya
sukar diraba pada pemeriksaan bimanual.
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda – beda ; dari
perdarahan banyak yang tiba – tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang
tidak jelas, sehingga sukar membuat diganosisnya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan,
derajat perdarahan yang terjadi, dari keadaan umum penderita sebelum hamil.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan etopik terganggu. Pada ruptur
tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba – tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk kedalam syok. Biasanya
pada abortus tuba nyeri tidak seberapa hebat dan tidak terus–menerus. Rasa nyeri mula-
mula terdapat pada satu sisi; tetapi, setelah darah masuk kedalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau ke bagian seluruh perut bawah. Darah dalam rongga
perut dapat merangsang diafragma, sehingga menyebabkan nyeri bahu dan bila
membentuk hemotokel retrouterina, menyebabkan defekasi nyeri.
Perdarahan per vaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukan kematian janin, dan berasal dari kavum uteri karena
pelepasan desidua. Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak dan
berwaran cokelat tua. Frekuensi perdarahan dikemukakan dari 51 – 93 %. Perdarahan
berarti gangguan pembentukan human chorionis gonadotropin. Jika plasenta mati,
desidua dapat dikeluarkan seluruhnya.
Amenorea merupakan juga tanda yang penting pada kehamilan ektopik. Lamanya
amenorea tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi. Sebagian
penderita tidak mengalami amenorea karena kematian janin terjadi sebelum haid
berikutnya. Hal ini menyebabkan frekuensi amenorea yang dikemukakan berbagai
penulis berkisar dari 23 hingga 97 %.
Bernidasi di tuba
Kehamilan ektopik
Perdarahan abnormal
Dukacita
Nyeri abdomen
Kekurangan volume
cairan
Nyeri akut
5. Penatalaksanaan
a. Laparotomi
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut :
Kondisi ibu pada saat itu
Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya
Lokasi kehamilan ektopik
Kondisi anatomis organ pelvis
Kemampuan teknik bedah mikro dokter
Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila
kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan
salpingektomi.
b. Salpingektomi
Salpingektomi adalah prosedur bedah untuk mengangkat salah satu atau kedua
tuba fallopi, namun tetap membiarkan keberadaan rahim dan indung telur.
Umumnya, untuk mengangkat salah satu tuba fallopi dilakukan salpingektomi
unilateral, di mana pasien masih dapat hamil dan bereproduksi pasca prosedur.
Sedangkan, pengangkatan kedua tuba fallopi disebut salpingektomi bilateral dan
hanya dilakukan pada kasus yang termasuk parah.
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo