Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Mintarsih 17084xx
Angka kejadian pada usia anak dan geriatric adalah yang tertinggi
pada kasus kegawatan dengan bronchopneumonia. Berdasarkan hal tersebut,
maka kami tertarik untuk mengulas lebih dalam kasus kegawatan pada
pasien dengan bronchopneumonia.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.
2.2 Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan
yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan sillia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dari sekresi humoral setempat.
2
2.5 Pathway
3
2.6.2. Pengkajian Primer
a. Airway : sumbatan jalan nafas yang terjadi karena penumpukan
secret di jalan nafas
b. Breathing : peningkatan frekuesi nafas, adanya dyspnea, batuk,
pernafan cuping hidung, retraks dinding dada
c. Circulation : sianosis sekitar mulut dan hidung, anemia pada
conjungtiva, capillary refill > 3 detik, perubahan nilai
analisa gas darah yang menunjukkan asidosis
respiratorik
d. Disability : kelemahan beraktivitas, kesadaran menurun karena
hipoksia jaringan
e. Eksposure/environtmeny/event: hipertermi, adanya infeksi saluran
pernafasan atas yang ditandai dengan batuk
2.6.3. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
d. Anamnessa Singkat
Allergi : rhinitis merupakan efek alergi yang dapat
menyebabkan infekssi salurna nafas atas pemibu
bronchopneumonia
Medikasi : pengobatan terakhir untuk mengatasi infeksi
salurannnafas atas
Pain/Nyeri : nyeri pada dada karena tarikan otot pernafasan
mungkin muncul, nyeri pada ulu hati karena iritasi
lambung berkaitan dengan malaise
Last meal : penurunan nafsu makan mungkin terjadi
4
Event : kejadian infeksi saluran nafas di lingkungan sekitar
atau keadaan yang memungkinkan penurunan
imunitas tubuh
e. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala : anemis pada conjungtiva, adanya pernafasan
cuping hidung, rhinitis, sianosis pada bibir
Paru – paru dan Jantung :
Inspeksi : adanya retraksi dinding dada. Pengembangan paru
yang tidak seimbang, frekuensi nafas meningkat >25
kali/menit, pernafasan cepat dan dangkal
Palpasi : peningkatan taktil fremitus, adanya takikardi
Perkusi : suara redup
Auskultasi : adanya suara nafas tambahan rochi, stridor
Ekstremitas : turgor kulit todak elastis, cailarry refiil > 3 detik,
sianosis, penurunan tonus otot, membram mukosa
kering akral hangat
5
2.8 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral /
Nafas tidak efektif Respiratory status : tracheal suctioning.
Ventilation 2. Berikan O2 ……l/mnt,
Respiratory status : Airway metode………
patency 3. Anjurkan pasien untuk
Aspiration Control istirahat dan napas dalam
Setelah dilakukan tindakan 4. Posisikan pasien untuk
keperawatan pasien memaksimalkan
menunjukkan keefektifan jalan ventilasi
nafas dibuktikan dengan 5. Lakukan fisioterapi dada
kriteria hasil : jika perlu
Mendemonstrasikan batuk 6. Keluarkan sekret dengan
efektif dan suara nafas yang batuk atau suction
bersih, tidak ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas,
dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
bernafas dengan mudah, 8. Berikan bronkodilator :
tidak ada pursed lips) 9. Monitor status
Menunjukkan jalan nafas hemodinamik
yang paten (klien tidak 10. Berikan pelembab udara
merasa tercekik, irama nafas, Kassa basah NaCl
frekuensi pernafasan dalam Lembab
rentang normal, tidak ada 11. Berikan antibiotik :
suara nafas abnormal) 12. Atur intake untuk cairan
Mampu mengidentifikasikan mengoptimalkan
dan mencegah faktor yang keseimbangan.
penyebab. 13. Monitor respirasi dan
status O2
Saturasi O2 dalam batas
14. Pertahankan hidrasi yang
normal
adekuat untuk
Foto thorak dalam batas
mengencerkan sekret
normal
15. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
2
merasa nyaman output
7. Berikan anti piretik:
8. Kelola Antibiotik
9. Berikan cairan intravena
10. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
11. Tingkatkan sirkulasi
udara
12. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
14. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
4 Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan Fluid balance 1. Pertahankan catatan
Berhubungan dengan: Hydration intake dan output yang
Kehilangan volume Nutritional Status : Food akurat
cairan secara aktif , and Fluid Intake 2. Monitor status hidrasi (
Kegagalan Setelah dilakukan tindakan kelembaban membran
mekanisme keperawatan selama….. defisit mukosa, nadi adekuat,
pengaturan volume cairan teratasi dengan tekanan darah ortostatik
kriteria hasil: ), jika diperlukan
Mempertahankan urine 3. Monitor hasil lab yang
output sesuai dengan usia sesuai dengan retensi
dan BB, BJ urine normal, cairan (BUN , Hmt ,
Tekanan darah, nadi, suhu osmolalitas urin,
tubuh dalam batas normal albumin, total protein )
Tidak ada tanda tanda 4. Monitor vital sign setiap
dehidrasi, Elastisitas turgor 15menit – 1 jam
kulit baik, membran 5. Kolaborasi pemberian
mukosa lembab, tidak ada cairan IV
rasa haus yang berlebihan 6. Monitor status nutrisi
7. Berikan cairan oral
Orientasi terhadap waktu
8. Berikan penggantian
dan tempat baik
nasogatrik sesuai output
Jumlah dan irama
(50 – 100cc/jam)
pernapasan dalam batas
9. Dorong keluarga untuk
normal
membantu pasien makan
Elektrolit, Hb, Hmt dalam 10. Kolaborasi dokter jika
batas normal
tanda cairan berlebih
pH urin dalam batas normal muncul meburuk
Intake oral dan intravena 11. Atur kemungkinan
adekuat tranfusi
12. Persiapan untuk tranfusi
13. Pasang kateter jika perlu
14. Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 89 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal/jam Masuk RS :5 September 2018/ 13.15
Tanggal/jam pengkajian :5 September 2018 / 13.20
No. Regester : 651881
Sumber daya : BPJS
Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : laki – laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan Pasien : anak
D. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway (jalan nafas) : tidak ada secret, ada reflek batuk tapi tidak
kuat/batuk tidak efektif.
2. Breathing (pernafasan) :dyspnea, nafas cepat dangkal. RR: 26x/menit,
SpO2 : 93%, adaretraksi dinding dada, nafas cuping hidung, perkusi paru
hipersonor, suara nafas tambahan ronchi pada lapang paru.
3. Circulation (sirkulasi): TD : 123/78 mmHg, HR: 160 x/menit, Suhu:
37,8oC, clubbing finger positif, capillary refill < 3 detik, conjungtiva an
anemis, turgor kulit tidak elastis, akral hangat, GDS: 129 mg/dL
4. Disability (pemeriksaan neurologi singkat): tingkat kesadaran :
somnolen, GCS:11 ( E3V3M5) kekuatan otot 5 5
5 5
E. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluarga pasien mengatakan Ny. S batuk
selama 2 hari, tidak mau minum obat, lemas dan sesak nafas pagi hari,
nafsu makan turun sejak 2 hari, semalam tidak tidur, menolak diajak ke
rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu: keluarga pasien mengatakan satu tahun
yang lalu Ny. S operasi pemasangan pen di sendi panggul kanan, sejak
pemasangan aktivitas menurun, lebih sering tiduran di kamar. Ny. S
sudah bisa berjalan dengan bantuan walker, sekitar 1 bulan sering batuk –
batuk kemudian hilang sendiri, tidak ada riwayat sakit darah tinggi dan
diabetes mellitus.
3. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga pasien mengatakan tidak atahu
tentang riwayat sakit keluarga.
4. Anamnesa singkat :
5
Allergies : tidak ada alergi obat atau makanan
Medikasi :tidak minum obat apa pun
Nyeri : tidak ada
Terakhir kali makan :sarapan dengan bubur habis 2 sendok saja
Event of injury : sering batuk.
5. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala : rambut tidak rontok, mesochepal, tak ada luka, tak ada
lesi, wajah tak pucat
Mata : reflek pupil +/+, pupil isokor, conjungtiva an anemis,
sclera an ikterik,
Hidung : bersih, tak ada septum deviasi, tak ada keluaran secret,
nafas cuping hidung
Mulut : mucosa bibir kering, tidak sianosis, mulut bersih, tidak
ada gigi
Telinga : tak ada nyeri tekan belakang telinga
Leher :tak ada edema, tak ada benjolan
Dada Jantung :
Inspeksi : tak tampak ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS V mid clavicula
Perkusi : pekak, pembesaran batas jantung kiri ke ICS 6 axilaris
sinistra anterior
Auskultasi : BJ I – II tunggal, tak ada mur-mur, denyut reguler
Dada Paru – Paru
Inspeksi : RR: 26 x/menit, pola nafas irregular,
Palpasi : taktil fremitus tak terkaji, pergerakan dada simetris, ada
retraksi dinding dada,
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara nafas bronchial pada lapang paru, terdapat suara
tambahan ronchi kasarpada lapang paru.
Abdoment
Inspeksi : perut datar, tak ada asites
6
Auskultasi : bising usus 15 x/menit
Palpasi : tak ada nyeri tekan, tak ada distensi kandung kemih
Perkusi : tympani
Genetalia : bersih
Anus : bersih, tak ada hemorrhoid
Punggung : tak ada luka decubitus
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, capillary refill <
3 detik, turgor kulit tidak elastis,tidak sianosis,bekas luka operasi di
panggul kanan, kekuatan otot 5 1
5 1
7
ANALISA DATA
Tgl/ No. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi(NIC) Rasionnal TTD
jam DP
25/6/18 1 Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Bantuan Ventilasi
keperawatan 1x30 menit di IGD
13.20 Vero
kepatenan jalan nafas terjaga Ny. S 1. Monitor tingkat kesadaran pasien Hipoksia menyebabkan
adekuat dibuktikan dengan: penurunan kesadaran
NOC 1: Status Pernafasan: 2. Monitor status pernafasan pasien Gangguan pola nafas ditandai
Ventilasi, meliputi frekuensi, irama, dengan status pernafasan pasien
NOC 2 : Respiratory status : kedalaman, suara nafas
Kepatenan jalan 3. Monitor saturasi oksigen Oksigenasi tingkat perifer
nafas menunjukkan kecukupan
dengan kriteria hasil: kebutuhan oksigen tubuh
Pasien tenang 4. Berikan posisi semifowler Posisi tubuh mempengaruhi
Frekuensi pernafasan : 16 – 20 ekspansi paru untuk
x/menit memaksimalkan ventilasi
Irama nafas : regular 5. Kolaborasi medis pemberian O2 3 Gangguan ventilasi menyebabkan
Hasil foto thorax: tak tampak liter/menit penurunan suplai oksigen tingkat
kesuraman pada paru – paru sel
Suara nafas tambahan ronchi 6. Kolaborasi pemberian nebulizer Penyempitan jalan nafas sebagai
berkurang atau hilang Combivent 1 resp, Pulmicort 1 resp, penyebab ketikaefektifan ventilasi
Tak ada retraksi dinding dada Bisolvon 2cc (indikasi: mucolitik dan
bronchodilator)
Tak ada penggunaan otot bantu
7. Kolaborasi pemeriksaan foto thorax Suara ronchi menunjukkan
nafas
obstruksi saluran nafas atau
Tak ada nafas cuping hidung
kolaps saluran nafas distal atau
SpO2 : 95 – 100 % alveoli, gambaran foto thorax
HR : 60 – 100 x/menit sebagai penega diagnose
8. Kolaborasi pemeriksaan laborato- Infeksi saluran nafas distal
rium darah Hemoglobin, menyebabkan gangguan ventilasi,
Hematokrit, Leukosit, Trombosit, perubahan nilai leukosit darah
dan Elektrolit menunjukkan adanya infeksi
10
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO TGL/ IMPLEMENTASI TTD/ EVALUASI TTD/
DP JAM NAMA NAMA
1 5/9/18 5/9/18 jam 16.00 Vero
13.25 Memberikan posisi semi fowler Echa S : pasien tidur
Respon: pasien tampak masih sesak nafas dan O:
gelisah Frekuensi pernafasan : 22 x/menit
Irama nafas : regular
13.25 Memberikan terapi Oksigen 3 liter/menit dengan Echa Hasil foto thorax: bronchopneumonia e.c
binasal canul atelektasis
Respon : pasien gelisah, tampak sesak nafas, SpO2: Suara nafas tambahan ronchi
98%, RR : 24x/menit Tak ada retraksi dinding dada
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
13.45 Melakukan kolaborasi foto thorax Dian Tak ada nafas cuping hidung
Respon : gambaran bronchopneumonia e.c
SpO2 : 98 %
athelektasis
HR : 82 x/menit
14.45 Memberikan obat nebulizer Combivent 1 resp, A : tujuan belum tercapai
Vero
Pulmicort 1 resp, Bisolvon 2cc P : lanjutkan intervensi, tambah intervensi:
Respon : obat masuk, pasien gelisah dan berontak 11. kolaborasi perawatan lanjut dengan
dokter spesialis penyakit dalam
15.30 Memasang infus RL 20 tpm di metacarpal sinistra Vero
dengan IV cath no 22
Respon : infus terpasang, menetes lancar
12
BAB IV
PEMBAHASAN
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Penyebab bronchopneumonia adalah infeksi bakteri, virus,
jamur, dan lain – lain yang melemahkan imunitas tubuh. Peradangan yang
terjadi pada saluran pernafasan akan mempengaruhi proses ventilasi, difusi,
dan perfusi oksigen. Sesak nafas menjadi tanda utama gangguan pernafasan.
Kasus kegawatan yang muncul pada kasus Ny. S adalah
ketidakefektifan bersihan nafas berhubungan dengan secret yang tertahan,
sehingga tindakan keperawatan diberikan untuk meningkatkan status
pernafasan pada proses ventilasi. Intervensi untuk meningkatkan proses
ventilasi antara lain adalah pemberian oksigen, pemberian posisi
semifowler, dan pemberian obat nebulizer.
Setelah dilakukan implementasi, status pernafasan pada Ny. S
mengalami perbaikan dengan penurunan frekuensi nafas mendekati normal,
tak ada keluhan sesak nafas, peningkatan SpO2.
5.2 Saran
Penatalaksanaan kegawatadaruratan pada gangguan pernafasan kasus
bronchopneumonia harus dilkakukan dengan cepat dan tepat untuk
mencegah gagal nafas yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1.
Jakarta: EGC.