Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk hidup, karena
setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang
memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah secara
global diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah yang
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan pendidikan dan
kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan
dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan
kesehatan dalam rangka mencapai derajad kesehatan yang optimal. ( Depkes RI, 1992 ).

Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu mendorong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah
satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya.
Hal ini merupakan Sistem Pelayanan Kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam Sistem
Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Upaya untuk mengoptimalkan kesehatan masyarakat yang memerlukan dukungan dan


peran serta aktif masyarakat antara lain adalah : Pelayanan Kesehatan dasar Puskesmas
khususnya Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi, Keluarga Berencana, Pemberantasan
Penyakit Menular, Penyuluhan Kesehatan, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Perawatan Usia
Lanjut, dan sebagainya.

Oleh karena itu layanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk
mencapai kesehatan bagi semua pada 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal yang telah dicanangkan oleh pemerintah pada
pembukaan Rakernas Departemen Kesehatan RI pada tahun 1999.
Namun masih banyak perumahan warga yang ventilasi kurang memadahi dan
pencahaannya kurang. Perkampungan dengan kondisi jalan yang rata, saluran pembuangan yang
cukup lancar, pembuangan sampah yang cukup tertib yaitu dibuang dan dikumpulkan di TPS
dekat makam setempat, dan terdapat sumber polusi yaitu berupa air selokan sehingga
memungkinkan terjadinya penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti demam berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorragi Fever(DHF),
sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 sampai sekarang, sering menjadi penyebab
kematian terutama pada anak remaja dewasa. Penyakit ini telah menyebar ke hampir seluruh
wilayah Indonesia dan dari tahun ke tahun penderitanya cenderung meningkat. (Christian
Effendy, 1995)

Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi virologist baru diperoleh pada tahun 1970. kemudian DBD
berturut-turut dilaporkan di Bandung dan Jogjakarta (1972). Epidemiologi pertama di luar jawa
dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, di susul oleh Riau, Sulawesi Utara
dan Bali.

Dengan masih tinggi nya kasus Demam Berdarah sampai saat ini, membuat penulis
tertarik untuk mengangkat kasus Demam Berdarah Dengue dengan alokasi :

Merupakan penyakit menular yang tampak menjangkit masyarakat terutama yang


berekonomi rendah dan tinggi di daerah yang kebersihannya kurang.

1. Kurangnya pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue dan cara pencengahanya


2. Keluarga tidak mengetahui arti kebersihan yang sesungguhnya
3. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan penulis tentang penyakit Demam berdarah
Dengue.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada keluarga An “A” dengan gangguan


Demam Berdarah Dengue di kelurahan kecamatan ilir timur II palaembang.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga dengan kasus Demam Berdarah
Dengue di kelurahan

Tujuan Khusus :

a. Mampu melakukan pengkajian terhadap keluarga An “A” dengan kasus Demam berdarah
Dengue
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap keluarga dengan kasus Demam
Berdarah dengue
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada keluarga dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada keluarga dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue
e. Dapat melakukan pembahasan asuhan keperawatan pada kelurga dengan kasus Demam
Berdarah Dengue
f. Dapat melakukan evaluasi hasil dari tindakan keperawatan yang di berikan kepada
keluarga dengan kasus Demam Berdarah Dengue

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, ruang lingkupnya hanya terbatas pada hal-hal
yang tercakup dalam bagian yang diajukan terhadap klien ” A” dalam penulisan membahas
permasalahan pada klien ”A” dengan Demam Berdarah Dengue dalam bentuk asuhan
keperawatan di puskesmas kecamatan Ilir Timur II palembang dengan pedoman pada :
1. Kegiatan di dalam gedung puskesmas seperti :

Merupakan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan dirunag jalur


puskesmas.

2. Kegiatan diluar gedung puskesmas seperti :

a. Pembinaan kesehatan terhadap sasaran puskesmas dalam wilayah kerja puskesmas


melalui binaan keperawatan
b. Pembinaan terhadap kesehatan terhadap kelompok kasus
c. Pelayanan keperawatan terhadap kasus resiko tinggi rumah klien termasuk
pembinaan terhadap keluarga.
d. Pengkajian asuhan keperawatan keluaga di mulai dari tanggal 14 September 2013.

1.5 Manfaat Penulisan

1. Untuk Dinas Kesehatan

Memberikan gambaran tentang cara, penyebab, dan tanggapan masyarakat atau


keluarga dalam menyikapi penyakit Demam Berdarah dengue sehingga ke depan
pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat perenncanan kesehatan.

2. Untuk Puskesmas

Untuk memberikan dan menambah informasi sebagai pedoman bagi perawat


tentang perkrmbangan program yang telah dijalankan sehingga kedepan dapat
meningkatkan kriteria yang baik.

3. Untuk Keluarga

Agar keluarga dapat mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang menderita
Demam Berdarah dan dapat memberikan pertolongan.
4. Untuk Mahasiswa

Adapun kegunaan laporan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk
mengikuti evaluasi Praktek Klinik keperawatan Akademi Perawata Pembina Palembang.
Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam memeberikan
asuhan keparwatan khusunya pada klien An “A” atau keluarga dengan Demam Berdarah
BAB II

TINJAUAN TEORI TENTANG

2.1 KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan amsyarakat yang optimal. Dengan demikian
pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti penting dalam kehidupan nasional khususnya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal dasar
pembangunan nasional.

Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia,
maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk menggalang potensi yang ada pada
masyarakat sehingga masyarakat dalat berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya secara mandiri melalui perawatan kesehatan komunitas.

2.2 Perawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang


melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi
dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan
pada asumsi:

a. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks


b. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen pelayanan
kesehatan
c. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil pendidikan dan
penelitian melandasi praktek.
d. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:

a. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua orang
b. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini
komunitas
c. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu terjalin
kerjasama yang baik
d. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung maupun
mengahambat
e. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
f. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat
dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas.
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual)
terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan.

Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan
pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan
penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut
(Christine Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang
meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan ini
menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu
berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki
(Christine Ibrahim, !986).
2.3 Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

2.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat


kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang
mereka miliki.

2.3.2 Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan


msyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi


b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

2.4 Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
2.4.1 Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai
masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan
sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.

2.4.2 Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah
dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.

2.4.3 Kelompok Khusus

Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin,
umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:

Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya,
seperti:

a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Usia lanjut
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan
keperawatan, diantaranya adalah:

a. Penderita penyakit menular, seperti: DBD, TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung
koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.

Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

a. Wanita tuna susila


b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain

Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:

a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita

2.4.4 Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama
sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok
individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.

Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik
permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
2.5 Peran Perawat Komunitas (PROVIDER OF NURSING CARE)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya
adalah:

1. Sebagai Pendidik (Health Education)


Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisirdalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan
rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

3. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)


Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas
dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya
sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan
demikianpelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang
menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.

4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)


Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup
yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi dalam
meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya:
kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.

6. Sebagai Panutan (Role Model)


Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata
cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat.

7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)


Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan
dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi.

8. Sebagai Pengelola (Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
2.6 Ruang Lingkup Perawatan Kesehatan Komunitas

Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan


kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif),
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi).

Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah


upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan
resosialitatif.

2.6.1 Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok


dan masyarakat dengan jalan memberikan:

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat


b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2.6.2 Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap
kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil


b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun kunjungan
rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui

2.6.3 Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,


kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)


b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah sakit.
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir

2.6.4 Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang


dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang
sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:

a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah tulang
mapun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC,
latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan
oleh perawat
2.6.5 Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus
ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh
masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS.

2.7 Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang
luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi
secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok


khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
b. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
d. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
e. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
lanjut
f. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
g. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan
dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah
keperawatan.
i. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
j. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
k. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.8 Model Pendekatan

Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat


yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah
pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses
keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya
kesehatan dasar (PHC).

Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat melalui
keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam
melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat


keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan
atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut
dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri
dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.

2.9 Metode

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan


adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan,
melalui tahap-tahap sebagai berikut:

2.9.1 Pengkajian

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji


masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1) Pengumpulan Data

Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang


dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.

Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor


lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC.
Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi;
nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan.
Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan
transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial;
komunikasi; ekonomi dan rekreasi.

Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif
dalam langkah-langkah selanjutnya.

2) Analisa Data

Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan


disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan
pemikiran yang kritis.

Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor


yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke
(1987) maslah tersebut terdiri dari:

a. Masalah sehat sakit


b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan

Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya.


Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.

Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:

a. Masalah yang ditetapkan dari data umum


b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
c. Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih
dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan
masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
d. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
e. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
f. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
g. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat

Kriteria skala prioritas:

Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi


masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk
segera ditanggulangi.

Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun


waktu tertentu

Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat


menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat.

Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan


berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya,
sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi
Nasrul, 1995).
2.9.2 Perencanaan

a. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:


b. Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
c. Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan
d. Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.

2.9.3 Pelaksanaan

Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat adalah:

a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya
c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:

a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke
dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat
keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau
menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer
lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu
kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

2.9.4 Penilaian/Evaluasi

Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang
perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).

Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian, yaitu:

a. Daya guna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan

Fokus evaluasi adalah:

a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan


b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja

Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu berapa?

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait dengan lima
tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan,
merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses
keperawatan
BAB III

TINJAUAN TEORI TENTANG PENYAKIT DEMAM BERDARAH

3.1 Pengertian
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina) (Christian Effendy. Skp,1995)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri dengan
manifestasi pendarahan, dan bertendesi mengakibatkan renjatan yang dapat
menyababkan kematian. (Kapaita Selekta)

3.2 Etiologi
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus Dengue sejenis virus Arovirus.
(Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, Skp, 2002: 57)
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue yaitu virus Dengue yang tergolong
dalam famili flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe di Indonesia, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. (Hendarwanto,1996)

3.3 Patofisiologi

- Virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan


penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit(petekie), hiperemi tenggorokan dan hal lain
yang mungkin terjadi seperti pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran
limpa(spenomengali)

- Peningkatan permeabilitas kapiler mengakibatkan berkutangnya volume plasma,


terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan

- Hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit 20 %) menunjukkan adanya kebocoran


plasma leakage sehinnga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena
- Renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis, dan kematian (Christian Effendy,1995)

3.4 Tanda dan Gejala


a. Demam tinggi selama 2-7 hari
b. Pendarahan pada kulit( petekie, ekimosis, hematom)
c. Pendarahan lain efitaksis, hematemesis, hematuri, dan melana
d. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, tak ada nafsu makan (anoreksia), diare,
konstipasi
e. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, takanan darah menurun, gelisah
capillary refiul lebih dari 2 detik, nadi cepat dan lemah( christantie effendy, 1995)

Adapun klasifikasi Demam Berdarah Dengue( WHO,1997) :

Derajat I : Demam dengan uji bendung positif

Drajat II : Derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit atau pendarahan lain

Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun ( < 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulilt dingin, lembab dan pasien menjadi gellisah

Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur

3.5 Penatalaksanaan Terapeutik


a. Tirah baring
b. Diet makan lunak
c. Minum banyak ( 2-2,5 liter/ 24 jam)
d. Pemberian cairan intra vena
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam ( suhu,nadi,tensi, pernafasan)
f. Periksa HB, HT, dan tromosit setiap hari
g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukini, atau
dipiron juga pemberian kompres dingin
h. Pemberian obat antibiotik bila trdapat infeksi sekunder( kolaborasi dengan tim
dokter)
i. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum dan hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium yang memburuk

3.6 Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :

a. Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan


demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan
temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion
ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah
dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 %
per 10 liter air.
b. Tanpa insektisida Caranya adalah :
1) Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x
seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7–10 hari).
2) Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
3) Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain
yang memungkinkan nyamuk bersarang.

3.7 Perawatan Kesehatan Keluarga


Pengartian
Perawatan kesehatan keluarga menurut Salivicin G. Balion dan Aracelis Maglaya
(1978): Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat
yang ditujukan atau di pusatkan pada keluargasebagai unit atau suatu kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai ssaran. Perawatan
kesehatan keluarga adalah suatu perawatan esensial yang berdasarkan kemanusiaan atau
cinta kasih untuk mempertahankan kesejah teraaan keluarga dari masing-masing anggota
keluarga.

Definisi Keluarga
Keluraga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan (Depkes RI 1988)
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan dan pengangkatan dan mereka hidup dalam satu
rumah tangga berinteraksi satu sama lain didalam perananya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga
sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan
status kesehatan keluarga.

Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
yang di hadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemamouan keluarga dalam menangulangi masalah-masalah
kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap anggota keluarganya yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
keluarga

Sasaran :

Perawatan kesehatan keluarga adalah semua anggota keluarga baik yang sehat
maupun yang sakit serta lingkungan.

Alasan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
b. Keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat yang dapat menimbulkan, mencegah,
menggambakan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam keluarga
c. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apa bila salah satu anggota
keluarga mempunyi masalah kesehatan dan berpengaruh terhadap anggota keluarganya
lain
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu, klien keluarga tetap
berperan sebagai pengambil keputusan
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbgai upaya kesehatan
masyarakat.

Tugas-tugas keluarga :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya


b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya msing-
masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarganya dalam masyarakat
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

Diagnosa komunitas tentang penyakit demam berdarah

a. Kurangnya volume cairan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. A denganketidakmampuan


keluarga dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF( Dengue Haemorragic
Fever ).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L dikeluarga Tn. Adengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat An. L yang mengalami DHF( Dengue
Haemorragic Fever)
c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
d. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
e. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuankeluarga
dalam mengenal masalah An. L yang mengalami DHF ( Dengue Haemorragic Fever ).
f. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi lingkungan yang baik
g. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
tentag usaha pencegahan penyakit DBD
h. Ketidaktahuan tentang penyakit sehubungan kurangnya informasi tentang penyakitnya
i. Kurang pengetahuan warga b.d kurangnya informasi tentang DBD.
j. Kurang Pengetahuan warga tentang tanda dan gejala DBD b.d. kurangnya informasi
tentang DBD.
k. Kurang pengetahuan warga tentang pencegahan DBD b.d kurang mendapat informasi
tentang DBD.
l. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
tentag usaha pencegahan penyakit DBD
m. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi lingkungan yang baik
n. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan kurangnya kemampuan
masyarakat dalam memelihara lingkungan
o. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan belum adanya pembinaan
kesehatan
p. Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung
berhubungan dengan tingginya kepadatan vector
q. Risiko tinggi terkena DBD b.d kurang pengetahuan warga
r. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d Lingkungan
yang kurang memadai
s. Resiko terjadinya penyakit infeksi akibat lingkungan yang kurang sehat (Diare, DBD)
pada masyarakat di RT 12,13,14 dan 15 b.d pemeliharaan lingkungan yang tidak adekuat
t. Resiko terjadinya penyakit ( DBD ) pada anggota keluarga Tn kadir sehubungan dengan
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
u. Potensial peningkatan pencegahan penyakit infeksi pada masyarakat di RT 12,13,14 dan
15 b.d Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan pada bab sebelumnya maka dapat kami
simpulkan sebagai berikut :
a. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d Lingkungan
yang kurang memadahi, ditandai dengan Pembuangan sampah yang masih dekat
dengan pekarangan
b. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain
adalah memberikan penyuluhan kesehatn tentang DBD dan pemeriksaan jentik –
jentik nyamuk di sekitar rumah yang ada disekitar rumah tersangka DBD
c. Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat sekitar

5.2 SARAN
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
a. Masyarakat
Peran serta dari keluarga dan masyarakat, ditingkatkan terus dalam berbagai
kegiatan dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin. Antara lain warga aktif mengadakan kerja bakti bersih lingkungan agar
tidak menjadi sarang nyamuk.

b. Puskesmas dan Kelurahan


Diharapkan adanya bantuan dana dan prasarana, serta supervisi dari pihak
puskesmas dan kelurahan yang berkesinambungan untuk memantau kegiatan
kesehatan yang dilakukan oleh warga

Vous aimerez peut-être aussi