Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
HIPERTENSI
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan oleh joint nasional committee on detection, evaluation and
treatment of high blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari140/90
mmHg dan diklasifiksikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang
dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E. doenges,hal 39).
Menurut (Arief mansjoer 2001, hal 518) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik
lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya lebih atau sama dengan
90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Sedangkan menurut (Brunner dan
Suddart 2001, hal 896), Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
Hipertensi berasal dari dua kata, hiper sama dengan tinggi dan tensi sama dengan
tekanan darah, merupakan penyakit yang sudah lama dikenal. Menurut American Society
of Hypertension (ASH), pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala
kardiovaskuler yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan. ASH membagi hipertensi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok
normal, hipertensi tahap 1, tahap 2 dan tahap 3 (http://dokter-medis.com).
Klasifikasi Hipertensi sesuai World Healthy Organization (WHO)
No Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Normetensi <140 <90
2 Hipertensi ringan 140-180 90-105
3 Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
4 Hipertensi sedang dan berat >180 >105
5 Hipertensi sistolik terisolasi >140 <90
6 Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 <90
(Arief mansjoer, 2001: 519)
2.1.3 Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin,efek dalam ekskresi natrium, peningkatan natrium dan kalsium
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol,
merokok.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan ekstrogen, penyakit ginjal, penyakit hipertensi
vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom caushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain (Arief
mansjoer 2001, hal 518)
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik : Respon nerologi terhadap stress atau kelainan
eksresi atau transport natrium.
2. Obesitas : Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran
pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan -
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
b.-Ciri-perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
1. Umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat)
2. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c.-Kebiasaan-hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
(http://ridha-zulfajri.com/)
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras syaraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di
hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistim syaraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut syaraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan di
lepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai fakror
seperti kecemasan dan ketakutan mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor (Brunner & Suddarth,2001: 898).
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap nerepinefrin, meskipun tidak
di ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan di mana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medula adrenal mengsekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada giliran nya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan penigkatan volume intra vaskuler. Semua faktor tersebut cendrung
mencetuskan keadaan hipertensi (Brunner & Suddarth,2001: 898).
Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh darah
disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat
gangguan peredarah darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan
beban jantung bertambah berat yang akhirnya di kompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam
system sirkulasi (DR. M. N. Bustan 2007, hal : 61).
Pathway
Hiperlipidemia, merokok, obesitas
Gaya hidup, faktor emosional
↓
Implus saraf simpatis
↓
Ganglia simpatis, neuron
Perganglion melepaskan asetikolin
↓
Merangsang serabut saraf
Ganglion ke pembuluh darah
↓
Norepineprine dilepaskan
↓
Resiko penurunan
Vasokonstriksi pembuluh darah
curah jantung
Gangguan perfusi
Tahanan perifer meningkat
jaringan serebral
↓
Peningkatan tekanan darah
Kelemahan fisik
Oedema
Intoleransi
aktivitas
Kelebihan
volume cairan
2.1.7 Penatalaksanaan
Telah dibuktikan oleh beberapa penyelidik bahwa dengan mengendalikan tekanan
darah angka mortalitas dan morbiditas dapat diturunkan. Oleh karena itu, meskipun
etiologinya belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi dapat dimulai. Yang masih
menjadi masalah adalah penentuan saat mulainya pengobatan. Hal ini penting karena
pengobatan hipertensi merupakan pengobatan seumur hidup (Prof.Dr. H. Slamet suyono,
SpPD,KE 2003, hal 462)
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program di tentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Berhubungan dengan penelitian menunjukan bahwa pendekatan on formakologis,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau, latihan dan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi anti
hipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria, perokok)
atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan diastoliknya
diatas 130 sampai 139 mmHg. Maka perlu di mulai terapi obat-obatan. Algoritma
penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National On Detectio, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter memilih kelompok obat yang
mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan penerimaan serta
kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan pertama; diuretika
dan penyekat Beta. Apabila pasien dengan hipertensi ringan sudah terkontrol selama
setahun, terapi dapat diturunkan. Agar pasien dapat mematuhi regimen terapi yang di
resepkan, maka harus di cegah pemberian terapi obat-obatan yang rumit.
Penatalaksanaan penanganan hipertensi dengan sistem farmakologi:
1. Diuretik thiazide (cholorthalidone) : Menurunan volume darah, aliran darah ginjal, dan
curah jantung. Efektif di berikan peroral dan jangka yang lama karena efek samping juga
Sesdikit.
2. Diuretik loop (furosemid) : Volume menurun dapat menghambat reabsorbsi natrium dan
air dalam ginjal. Kerja cepat hanya di gunakan bila thiazide tidak berhasil.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), nyeri hilang timbul pada
tungkai/kaludikasi, sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
dan nyeri abdomen/masa.
8. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea, batuk dengan atau
tanpa pembentukan sputum dan riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi/pengunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi) dan sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan.
10. Pembelajaran atau penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes militus penyakit serebrosvakuler/ginjal, faktor-faktor risiko etnik, seperti orang
Afrika-Amerika, asia tenggara, pengunaan pil KB atau hormon lain, pengunaan
obat/alkohol.
Rencana pemulangan: Bantuan dengan pemantauan tekanan darah dan perubahan dalam
terapi.
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung brhubungan dengan peningkatan tekanan
darah.
Tujuan: penurunan curah jantung tidak terjadi
Rencana tindakan:
a. Pantau tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan masalah vaskuler
b. Catat keberadaan, kwalitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis Mungkin teramati,
denyut pada tungkai mungkin menurun mencerminkan efek dari vasokontriksi dan
kongesti vena.
c. Kapiler Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau penurunan curah jantung.
d. Catat edema umum/tertentu
Rasional: Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
e. Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurangi aktivitas
Rasional : Membantu dalam menurunkan rangsang simpatis meningkatkan
relaksasi.
f. Pertahankan pembatasan aktivitas
Rasional: Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi.
g. Lakukan tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher
Rasional : Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis
h. Anjurkan teknik relaksasi
Rasional : Dapat menimbulkan rangsangan yang dapat menimbulkan stres, membuat
efek tenang.
i. Kolaborasi memeberikan obat sesuai indikasi
Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Rencana tindakan:
a. Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : Membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap stres aktivitas
b. Perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat.
Rasional : Bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktivitas.
c. Instruksikan pada klien tentang teknik penghematan energi
Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Berikan dorongan untuk melakukan aktivits/perawatan diri secara bertahap.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah kerja jantung tiba-tiba.
e. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dalam melakukan aktivitas
Rasional : Memberi bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
3. Nyeri, (Akut) sakit kepala berhubungn dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
Rencana tindakan:
a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasionalnya: Meminimalakan stimulasi/meningkatkan relaksasi
b. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi sakit kepala
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebral efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
c. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yangt dapat meningkatkan sakit
kepala
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral
d. Bantu klien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum.
f. Berikan obat sesuai indikasi (analgesik)
Rasional : Mengontrol nyeri dan menurunkan ransangan saraf simpatis
4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pola hidup yang
monoton
Rencana Tindakan :
a. Kaji pemahaman klien tentang hubungan lansung antara hipertensi
dengan kegemukan
Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
b. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori, lemak, garam, dan gula sesuai
indikasi
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
c. Tetapkan keinginan nklien untuk menurunkan berat badan
Rasional : Motivasi untuk menurunkan berat badan adalah
internal, individu harus berkeinginan menurunkan bert badan bila tidak maka program
sama sekali tidak berhasil.
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan individ untuk
penyesuaian/penyuluhan
e. Tetapkan rencana menurunkan berat badan yang realistik dengan klien
Rasional : Penurunan masukan kalori seseorng sebanyak 500 kalori/hari secara teori
dapat menurunkan berat badan 0,5 kg perminggu
f. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat
Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembngan aterosklerosis
g. Kolaborasi ahli gizi sesuai indikasi
Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individu