Vous êtes sur la page 1sur 21

A.

PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. A.M
Usia : 27 Tahun
JK : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat :
Agama :islam
Tanggal pengkajian : 09-05-2018
Pendidikan : Sma
No RM :

Nama Suami : Tn. S


Usia : 31Tahun
Alamat :
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : wirausaha
Hub dg ps : suami

b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama: nyeri pada bagian abdomen post sexio caesaria
 Riwayat keluhan utama : nyeri pada luka SC,nyerinya seperti di tusuk-
tusuk,nyeri tidak menyebar hanya di bagian abdomen,skala nyeri 6 (nyeri
sedang),nyeri terasa 8-10 menit
 P : nyeri pada bagian abdomen terutama jika untuk bergerak dan duduk
 Q :nyeri tajam, perih
 R :bagian abdomen tidak menyebar
 S : Nyeri sedang skala 6
 T : 10 menit
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Gravida : G 2 P2 A0
2. HPHT :-
3. Umur kehamilan : -
4. Jenis persalinan : Sectio Caesaria
5. Plasenta lahir : Lahir
6. Penolong : Dokter
 Riwayat menstruasi
1. Haid bulan sebelumnya : agustus
2. Lamanya : 5-6hari
3. Siklus : 26hari

 Riwayat kesehatan ibu


1. Riwayat masuk rumah sakit : Klien telah dilakukan operasi sectio
caesaria CITO pada harisenin 04.40. klien post opreasi SC pada jam 05.00.
Klien terbaring tiduran terus dan mengalami nyeri.nyerinya di rasakan setelah
operasi,dan nyerinya hilang timbul. Klien merasakan nyeri pada saat bergerak
dengan skala nyeri 6 seperti di tusuk-tusuk selama 8-10 menitan disekitar
abdomen.

2. Riwayat kesehatan lalu : Klien mengatakan belum melakukan oprasi SC

3. Riwayat kesehatan keluarga : di keluarga klien ataupun suami tidak


mempunyai penyakit menular seperti TBC,ataupun penyakit menurun seperti
DM dan Hipertensi.

4. Riwayat kontrasepsi : klien menggunakan KBsuntik

No. Pola Fungsional Hasil


1. Pola persepsi kesehatan- Ibu mengatakan setelah melahirkan anak yang
pemeliharaan kesehatan pertama, ibu merasa sangat senang karena
melahirkan dengan selamat dan ibu yakin atas
kemampuannya untuk merawat bayinya ini.
Selama hamil ibu rajin memeriksakan diri ke
bidan, jika merasa tidak enak badan juga ibu
langsung ke Puskesmas.
2. Pola nutrisi dan metabolk Ibu mengatakan selama hamil makan 1 kali
sehari, minum air putih 6-8 gelas perhari,
kadang ibu makan biskuit,minum teh hangat
atau minum susu ibu hamil. Selama hamil muda
nafsu makan ibu berkurang, merasa mual
muntah, tapi semakin bertambah usia kehamilan
gejala semakin hilang. Sekarang setelah
melahirkan ibu sudah mulai makan 3x sehari
dengan porsi kecil dan dihabiskan.
3. Pola aktifitas-latihan Selama hamil ibu sering jalan-jalan dan
aktivitas sehari-hari dapat dilakukan secara
mandiri, setelah melahirkan ibu merasa lelah
dan ingin tidur, ibu juga tampak berhati-hati
ketika bergerak di tempat tidur.
Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar
mandi sehingga aktivitas kebersihan diri (ADL)
dibantu sebagian oleh keluarga.
ADL 0 1 2 3 4
Toileting √ Ket
ROM √ 0 : Mandiri
Makan / √ 1 : Dibantu Alat
Minum 2 : Dibantu Orang Lain
Berpakaian √ 3 : Dibantu Orang Lain dan Alat
Ambulasi √ 4 : Dibantu Total
4. Pola eliminasi Biasanya ibu BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak dan BAK 2-3 kali sehari
selama hamil. Setelah melahirkan BAB 1 kali
dan BAK 1 kali tadi pagi.
5. Pola isitirahat-tidur Selama hamil istirahat/tidur tidak ada
gangguan, tidur siang selama 1 jam , tidur
malam jam 22.00 WITA bangun pagi jam 06:00
WITA. Setelah melahirkan ibu tidak dapat tidur
dengan nyenyak, ibu sering terbangun karena
merasa gelisah, pusing dan nyeri di daerah
kemaluan..
6. Pola persepsi-kognitif Ibu mengatakan merasa nyeri pada daerah
kemaluan. Ibu juga mengatakan bahwa ibu dan
suaminya merasa senang juga dengan kehadiran
anak yang pertama ini.
7. Pola persepsi terhadap diri Ibu sangat kooperatif terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan dan meyakini
bahwa semua tindakan itu adalah untuk
mempercepat menolong diri dan bayinya.
8. Pola hubungan-peran Orang terdekat adalah suaminya dan ibunya
yang selalu mendampingi. Ibu mengatakan
selama ini hubungan antar anggota keluarga dan
masyarakat sekitar baik-baik saja.
9. Pola seksualitas-reproduksi Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan
suami untuk mengurangi frekuensi hubungan
seksual. Tidak ada gangguan dalam melakukan
akttifitas tersebut, juga tidak terjadi kontak
bleeding.
10. Pola stress-koping Ibu berpenampilan cukup rapih, berbicara
pelan-pelan, dan selalu minta pertimbanga jika
ada masalah atau harus mengambil keputusan.
11. Pola kepercayaan-nilai- Ibu berasal dari suku gorantalo dan beragama
nilai islam. Ibu merasa sangat bersyukur bayinya
dapat lahir selamat mengingat usia kehamilan
yang cukup bulan.
 Adaptasi psikologis masa nifas
1. Pola interaksi klien dengan orang (tenaga kesehatan) menggunakan tehnik
wawancara
2. Ibu merasa senang bayinya lahir dengan selamat walaupun dengan jalan
operasi
3. Suasana hati klien gelisah selalu memikirkan dan bertanya tentang luka
operasinya dan berharap cepat sembuh

 Riwayat psikososial budaya


1. Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat baik
2. Selama di RS hubungan interaksi klien dengan petugas kesehatan baik
3. Yang paling berarti adalah suami,anak,dan keluarga

 Data spiritual
Klien beragama keristen dan selalu beribadah setiap hari minggu

 Pengetahuan ibu tentang masa nifas


1. Perawatan masa nifas : Memberi penjelasan,agar klien tau bagaimana
merawat diri pada masa nifas dengan mempertahankan hygiene.
2. Perawatan payudara : Memberikan penjelasan kepada klien sekaligus
memperagakan perawatan payudara dengan masase dan puting susu ditarik
keluar dan diberikan HE settiap mandi harus membersihkan payudara
3. Perawatan perineum : Memberikan edukasi bahwa setiap BAK/BAB
perineum harus dibersihkan dan di keringkan untuk mencegah terjadinya
infeksi

 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Ttv : TD : 130/80mmhg N : 90 x/m R : 24x/m S : 36,5C
4. Head to toe :
a) Kepala : rambut lurus,tidak beruban,tidak ada luka
b) Muka : simetris,tampak menahan nyeri
c) Mata : simetris,sklea tidak ikterik,konjungtiva anemis,tidak ada
gangguan penglihatan
d) Hidung : lubang simetris,tidak ada secret
e) Mulut : gigi utuh,lidah bersih,mukosa lembab
f) Telinga : simetris,tidak ada serumen,tidak ada gangguan
pendengaran
g) Leher : Tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
h) Abdomen : terdapat luka jahitan SC 15cm secara horizontal,masih di
balut perban (hari ke-2)
i) Dada : bentuk simetris,tidak ada retraksi
j) Ekstremitas : tidak ada edema,bentuk simetris,tidak ada luka

 Pemeriksaan leb

Parameter Nilai Rujukan Hasil


Hematologi
Leukosit 4000 – 1000 19,5 10
Eritrosit 4,70 – 6,10 4.87
Hemoglobin 11,5 – 16,5 15.2 9 dl
Hematokrit 37.0 – 47.0 32.4
Trombosit 150 – 450 131
MCH 27.0 – 35.0 30.0
MCHC 30.0 – 40.0 34.6
MCV 80.0 – 100.0 86.9

 Therapy

No Nama Obat Dosis


1 ceftriaxone 3x1 gr
2 Metrodinazole 2x0.9 gr
3 Oksitosin 3x1 amp
4 Katrofen syp 1x2
5 Cefadroxil 500 g
6 Sf 200 g
7 As. Mefenamat 500 g
 Klasifiksasi data

No Data subjektif Data objektif


1. 1. Pasien mengatakan ada 1. Nampak luka operasi pada
luka dibagian perut abnomen
2. pasien mengatakan luka 2. Post operasi hari ke 2
masi terasa nyeri 3. Vital sign :
TD: 130/70 mmHg,
N: 90 x/ menit,
R: 24 x/ menit,
S: 36,5oC
4. Keadaan umum pasien lemah
5. Pasien di bantu keluarga/perawat
dalam mengganti pakian
6. Pasien di mandikan
keluarga/perawat

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS Insisi pada bagian depan dinding Nyeri
P :Pasien mengatakan nyeri pada perut
daerah luka operasi
Q Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Terputusnya kontuinitas jaringan
R: Nyeri pada bagian abdomen
pada bekas post operasi
S: skala nyeri 6( sedang) Nyeri di rangsang dan di terima
T: Nyeri dirasakan 8-10 menit
DO:
Pasien tampak lemah
Pasien tampak menahan sakit
Tampak luka bekas operasi pada
perut
2. DS : Klien mengatakan susah SC Gangguan mobilitas
mengangkat badannya fisik
DO : Insisi pada bagian depan perut
- Post op hari ke-2
- KU lemah Luka post op SC
- Ada luka insisi pada bagian
abdomen 15 cm Kelemahan penurunan sirkulasi

Ganngguan mobilitas fisik

3 DS : klien mengatakan susah SC Resiko infeksi


mengangkat badannya
DO :
- Post op hari ke-2 Luka insisi post op SC
- KU lemah
- Ada luka insisi pada bagian
abdomen 15 cm Resiko infeksi
- Td : 120/80 N : 90 x/m
R : 24x/m S : 36,5 C
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubunga dengan proses pembedahan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post Pembedahan
C. Intervensi
N Diagnosa keperawatan NOC NIC
o
1 Nyeri Outcome : Kontrol Nyeri 1. Pemberian Analgesik (2210)
Nanda : Nyeri Domain : Pengetahuan  Tentukan lokasi, karakteristik,
Definisi : Pengalaman tentang Kesehatan & kualitas dan keparahan nyeri
sensori dan emosional tidak Perilaku (IV) sebelum mengobati klien.
menyenangkan yang muncul Kelas : Perilaku Sehat (Q)  Cek adanya riwayat alergi obat.
akibat kerusakan jaringan Skala : Tidak pernah  Berikan kebutuhan
akut atau potensial atau yang menunjukkan ke secara kenyamanan dan aktivitas lain
digambarkan sebagai konsisten menunjukkan. yang dapat membantu relaksasi
kerusakan (International  Mengenali kapan untuk memfasilitasi penurunan
Association for the Study of nyeri terjadi nyeri.
Pain); awitan yang tiba-tiba  Menggunakan 2. Manajemen Nyeri (1400)
atau lambat dari intensitas tindakan  Ajarkan teknik non
ringan hingga berat dengan pencegahan farmakologi
akhir yang dapat diantisipasi  Mengenali apa  Dukung tidur / istirahat yang
atau diprediksi. yang terkait adekuat untuk membantu
Batasan Karakteristik : dengan gejala penurunan nyeri.
 Perubahan posisi untuk nyeri
menghindari nyeri.  Melaporkan nyeri
 Putus asa. yang terkontrol.
 Sikap melindungi area
nyeri
Sikap tubuh melindungi.
2 Gangguan mobilitas fisik Outcome : - Pergerakan 1.Penngkatan mekanika tubuh
Skala Outcome:  Kaji pemahaman pasien
Definisi : keterbatasan dalam  Keseimbangan mengenai mekanika tubuh
gerakan fisik atau satu atau  Cara berjalan dan latihan/aktivitas
lebih ekstremitas secara  Gerakan otot  Bantu untuk
mandiri dan terarah.  Bergerak dengan mendemonstrasikanposisi
Domain 4 kelas II mudah tidur yang tepat
Batasan Karakteristik:  Edukasi pasien tentang
 Dyspnea setelah pentingnya postur tubuh
beraktivita yang benar untuk mencegah
 Gangguan sikap kelahan,ketegangan dan
berjalan injuri
 Kesulitan membolak  Kolaborasi dalam fisoterapi
balik posisi dalam mengembangkan
 Keterbatasan rentang peningkatan mekanika tubuh
gerak sesuai indikasi.
3 Resiko infeksi Outcome : - keparahan 1.Kontrol Infeksi
Definisi : infeksi
Berisiko terserang organisme Skala Outcome:  Cuci tangan sebelum dan
patogen  Kemerahan sesudah kegiatan perawatan
 Caihan (luka) pasien
yang bau busuk  Bersihkagan lingkngan dengan
 Demam baik setelah digunkan untuk
 Hilang nafsu setiap pasien
makan  Ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimna
meghindari/mencegah infeksi
 Anjurka pasien untuk minum
obat antibiotik sesuai yang
diresepkan.

D. Implementasi dan Evaluasi


Catatan perkembangan
Tanggal Intervensi Evaluasi
Rabu 09-05-18 s : pasien mengatakn nyeri
08.10 Mengecek ku pasien dibagian post operasi
08.30 Membantu membersikan pasien  P:Pasien mengatakan
11.50 Melayani terapi pasien nyeri pada daerah luka
 As. Mefenamat operasi
 Sf  Q :Nyeri seperti ditusuk-
 Cefadroxil tusuk
 Metrodinazole tab  R: Nyeri pada bagian
12.00 Mengkaji tingkat nyeri pasien abdomen pada bekas
 P :Pasien mengatakan nyeri pada daerah post operasi
luka operasi  S: skala nyeri 6( sedang)
 Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk  T: Nyeri dirasakan 8-10
 R: Nyeri pada bagian abdomen pada bekas menit
post operasi 0:
 S: skala nyeri 6( sedang) Ku : pasien tampak sakit
 T: Nyeri dirasakan 8-10 menit Kes : CM
01.00 Melakukan ttv
Terdapat luka oprasi dibagian
 Td : 130/70 mmhg abdoment
 N :80 x/m Td : 130/70 mmhg
 R : 20 x/m N : 80 x/m
01.45  S : 36,5 R : 20 x/m
Melayani terapi S : 36,5 c
 Meropenem A: masalah blm teratasi
 As.mefenamat
P: lanjut intervensi
 cefadroxil

Kamis 10-4-17 Mengecek ku pasien s : pasien mengatakn nyeri


07.30 Melakukan ttv dibagian post operasi
07.35  Td : 120/70 mmhg
 N : 80 x/m  P:Pasien mengatakan
 R : 20 x/m nyeri pada daerah luka
 S : 36,5 c operasi
Membantu mengatur posisi pasien  Q : Nyeri seperti
07.40 Memandikan bayi pasien dan melakukan ditusuk-tusuk
08.00 perawatan tali pusat  R: Nyeri pada bagian
Mengkaji tingkat nyeri pasien abdomen pada bekas
09.00  P :Pasien mengatakan nyeri pada daerah post operasi
luka operasi  S: skala nyeri ( sedang)
 Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk  T: Nyeri dirasakan 5
 R: Nyeri pada bagian abdomen pada bekas menit
post operasi 0:
 S: skala nyeri 3( ringan ) Kes : CM
 T: Nyeri dirasakan 5 menit ketika bergerak Terdapat luka oprasi dibagian
Melayani terapi pasien abdoment
 As. Mefenamat Td : 110/70 mmhg
13.50 N : 80 x/m
 Cefadroxil
R : 20 x/m
 Metrodinazole tab
S : 36,5 c
A: masalah blm teratasi
P: lanjut intervensi

Sabtu 15-4-17 s : pasien mengatakn nyerinya


07.20 Mengecek ku pasien berkurang
07.30 Melakukan ttv P :Pasien mengatakan nyeri
 Td : 100/80 mmhg pada daerah luka operasi
 N : 85 x/m  Q : Nyeri seperti
 R : 23 x/m ditusuk-tusuk
 S : 36.6  R: Nyeri pada bagian
Memandikan bayi pasien dan melakukan abdomen pada bekas
08.00 perawatan tali pusat post operasi
Melakukan peawatan luka post opeasi  S: skala nyeri 1( sedang)
08.40 Mengkaji tingkat nyeri pasien  T: Nyeri dirasakan 5
09.00  P :Pasien mengatakan nyeri pada daerah menit ketika bergerak
luka operasi 0:
 Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk Kes : CM
 R: Nyeri pada bagian abdomen pada bekas Terdapat luka oprasi dibagian
post operasi abdoment
 S: skala nyeri 1( ringan ) Td : 120/80 mmhg
 T: Nyeri dirasakan 5 menit ketika bergerak N : 85 x/m
R : 23 x/m
S : 36,6 c

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep Dasar
A. Defenisi
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam
rahim ( Mochtar, 1998 ). Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio caesaria
(SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara
vertical atau mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan
bahwa SC adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris
dinding perut dan dinding rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan guna
melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin
dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan
utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008).Prawirohardjo (2005), berpendapat bahwa SC adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.
B. Anatomi Fisiologi
anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita :
- Genitalia eksterna Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus
atau penutup vulva terdiri dari :
1. Mons pubis
Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis
2. Labia mayora
Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke
bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium
3. Labia minora
Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia
minora tidak memiliki lemak subkutan.
4. Klitoris
Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu labia minora di
sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita.
5. Vestibulum
Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora .
6. Perinium
Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus
- Genitalia interna
1. Vagina Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke
belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm.
Fungsi vagina :
- Lintasan bagi spermatozoa
- Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan
- Saluran keluar darah haid
2. Uterus
Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus
uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat
janin berkembang.
Uterus terdiri dari :
- Fundus uteri
- Korpus uteri
Fungsi uterus adalah :
 Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan
diri.
 Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh
kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas
nilai ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk
kehamilan.
 Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai matur.
 Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.
 Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot.
3. Tuba fallopi
Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang
dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis.
4. Ovarium
Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi
dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria
tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi.
C. Etiologi
Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan
eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan.Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati
agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu
jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37
minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.Hal ini karena kelahiran kembar memiliki
resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.Selain itu, bayi kembar
pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1. Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah.Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka.
Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna (Saifuddin, 2002).
D. Patofisiologi / WOC
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi
tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis,
panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak
maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan
perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya
kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan
juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya
inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan
merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri
akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka
post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi
PATHWAY SC
E. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis
sectio caesarea menurut Doenges (2001),antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan ketidakmampuan
menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008 :
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit.
G. Penatalaksanaan
Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo,
2007) diantaranya:
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,
Ketorolak, Tramadol.
b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat.
c. Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun
pemberian antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada
umumnya pemberiannya dianjurkan.
d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl.
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 4 jam kemudian.
b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat
c. Mobilisasi
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu
paling sedikit 2 kali.Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi
dengan bantuan.
d. Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah
operasi
H. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro
(2002) :
1. Infeksi puerperal
Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam
masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding
uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

II. Asuhan Keperawatan Teoritis


A. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi
distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust,
abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa
keperawatan.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan
secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan
BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.
g) Pola penagulangan stres
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body
image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang yang salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan
yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan
papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri
3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak.
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS Insisi pada bagian depan dinding Nyeri
P :Pasien mengatakan nyeri perut
pada daerah luka operasi
Q Nyeri seperti ditusuk-
Terputusnya kontuinitas jaringan
tusuk
R: Nyeri pada bagian
abdomen pada bekas post Nyeri di rangsang dan di terima
operasi
S: skala nyeri 6( sedang)
T: Nyeri dirasakan 8-10
menit
DO:
Pasien tampak lemah
Pasien tampak menahan sakit
Tampak luka bekas operasi
pada perut
2. DS : Klien mengatakan SC Gangguan
susah mengangkat badannya mobilitas fisik
DO : Insisi pada bagian depan perut
- Post op hari ke-2
- KU lemah Luka post op SC
- Ada luka insisi pada
bagian abdomen 15 cm Kelemahan penurunan sirkulasi

Ganngguan mobilitas fisik

3 DS : klien mengatakan susah SC Resiko infeksi


mengangkat badannya
DO :
- Post op hari ke-2 Luka insisi post op SC
- KU lemah
- Ada luka insisi pada
bagian abdomen 15 cm Resiko infeksi
- Td : 120/80 N : 90 x/m
R : 24x/m S : 36,5 C

E. Diagnosa Keperawatan
4. Nyeri berhubunga dengan proses pembedahan
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka operasi
6. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif, insisi post Pembedahan
F. Intervensi
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1 Nyeri Outcome : Kontrol Nyeri 3. Pemberian Analgesik (2210)
Nanda : Nyeri Domain : Pengetahuan  Tentukan lokasi, karakteristik,
Definisi : Pengalaman sensori tentang Kesehatan & kualitas dan keparahan nyeri
dan emosional tidak Perilaku (IV) sebelum mengobati klien.
menyenangkan yang muncul Kelas : Perilaku Sehat (Q)  Cek adanya riwayat alergi obat.
akibat kerusakan jaringan akut Skala : Tidak pernah  Berikan kebutuhan kenyamanan
atau potensial atau yang menunjukkan ke secara dan aktivitas lain yang dapat
digambarkan sebagai konsisten menunjukkan. membantu relaksasi untuk
kerusakan (International  Mengenali kapan memfasilitasi penurunan nyeri.
Association for the Study of nyeri terjadi 4. Manajemen Nyeri (1400)
Pain); awitan yang tiba-tiba  Menggunakan  Ajarkan teknik non farmakologi
atau lambat dari intensitas tindakan  Dukung tidur / istirahat yang
ringan hingga berat dengan pencegahan adekuat untuk membantu
akhir yang dapat diantisipasi  Mengenali apa penurunan nyeri.
atau diprediksi. yang terkait
Batasan Karakteristik : dengan gejala
 Perubahan posisi untuk nyeri
menghindari nyeri.  Melaporkan nyeri
 Putus asa. yang terkontrol.
 Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi.
2 Gangguan mobilitas fisik Outcome : - Pergerakan 1.Penngkatan mekanika tubuh
Skala Outcome:  Kaji pemahaman pasien
Definisi : keterbatasan dalam  Keseimbangan mengenai mekanika tubuh
gerakan fisik atau satu atau  Cara berjalan dan latihan/aktivitas
lebih ekstremitas secara  Gerakan otot  Bantu untuk
mandiri dan terarah.  Bergerak dengan mendemonstrasikanposisi
Domain 4 kelas II mudah tidur yang tepat
Batasan Karakteristik:  Edukasi pasien tentang
 Dyspnea setelah pentingnya postur tubuh yang
beraktivita benar untuk mencegah
 Gangguan sikap kelahan,ketegangan dan injuri
berjalan  Kolaborasi dalam fisoterapi
 Kesulitan membolak dalam mengembangkan
balik posisi peningkatan mekanika tubuh
 Keterbatasan rentang sesuai indikasi.
gerak
3 Resiko infeksi Outcome : - keparahan 1.Kontrol Infeksi
Definisi : infeksi  Cuci tangan sebelum dan
Berisiko terserang organisme Skala Outcome: sesudah kegiatan perawatan
patogen  Kemerahan pasien
 Caihan (luka)  Bersihkagan lingkngandengan
yang bau busuk baiksetelah digunkan untuk
 Demam setiap pasien
 Hilang nafsu  Ajarkan pasien dan anggota
makan keluargabagaimnameghindari/
mencegah infeksi
 Anjurka pasien untuk minum
obat antibiotik sesuai yang
diresepkan.

Vous aimerez peut-être aussi