Vous êtes sur la page 1sur 3

DINAS KESEHATAN Hal 1 dari 3

PROVINSI DKI JAKARTA


BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
Terbit : 14 Desember 2017
ALUR TATALAKSANA DAN RUJUKAN PASIEN DIFTERI

1. Pengertian Difteri merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh Corynebacterium
diphteriae, pada tonsil atau laring, dan hidung. Kadang-kadang pada selaput mukosa
dan kulit. difteri dapat menyerang orang yang tidak memiliki kekebalan.
Kasus difteri adalah penyakit yang ditandai dengan laringitis atau faringitis atau
tonsilitis, dan membran adheren (tidak mudah lepas) pada tonsil, faring dan/atau
hidung.

Definisi kasus difteri


Kasus probable difteri adalah kasus yang memenuhi deskripsi klinis difteri
Kasus konfirmasi difteri adalah kasus probable difteri yang dipastikan melalui
pemeriksaan laboratorium atau berhubungan secara epidemiologi dengan kasus
terkonfirmasi laboratorium.
2. Tujuan Melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk kasus difteri
3. Kebijakan A. PMK 1501 tahun 2010 tentang jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah dan upaya penanggulangan
B. PMK 1 tahun 2012 tentang sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan
C. KMK 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Layanan Klinis
D. Buku Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan kejadian luar biasa Penyakit
Manular dan Keracunan Pangan
E. Rekomendasi Diagnosis dan tata laksana difteri IDAI
4. Prosedur A. Pasien datang dengan keluhan demam lebih atau sama dengan 38 0C, nyeri
menelan, pada pemeriksaan hidung atau tenggorokan terlihat lapisan warna
keabuan (Psudomembran) yang sulit dilepaskan namun mudah berdarah, leher
membengkak seperti leher sapi (Bull Neck), nafas disertai bunyi (Stridor).
(Probable Difteri).
B. Pasien dirujuk ke RSUD dengan Fasilitas Ruang Isolasi dan dirujuk seperti kasus
emergensi ke IGD RS
C. Dilakukan pemeriksaan/assesment oleh dokter IGD (Second Opinion)
D. Setelah dilakukan konfirmasi oleh dokter IGD bahwa pasien probable Difteri,
pasien segera dimasukan kedalam ruang Isolasi RS dan dilakukan tata laksana
difteri sebagai berikut:
a. Isolasi Pasien
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan
tenggorok negatif 2 kali berturut-turut dengan jarak 24 jam. Pada
umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah
baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet
yang adekuat.
b. Pemberian Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri dan menghentikan
produksi toksin. Penisilin prokain 25.000 - 50.000 U/kgBB/hari
(maksimum 1,2 juta U/hari) selama 14 hari. Bila terdapat riwayat
hipersensitivitas penisilin diberikan eritromisin 40 mg/kgBB/hari
(maksimum 2 g/hari) dibagi 4 dosis, interval 6 jam selama 14 hari.
c. Pemberian Anti Difteri Serum (ADS)
Sebelum pemberian ADS harus dilakukan uji kulit terlebih dahulu,
oleh karena pada pemberian ADS dapat terjadi reaksi anafilaktik,
sehingga harus disediakan larutan adrenalin 1:1000 dalam semprit.
Uji kulit dilakukan dengan penyuntikkan 0,1 ml ADS dalam larutan
garam fisiologis 1:1.000 secara intrakutan. Hasil positif bila dalam
20 menit terjadi indurasi > 10 mm. Bila uji kulit positif, ADS diberikan
dengan cara desensitisasi (Besredka). Bila uji hipersensitivitas
tersebut diatas negatif, ADS harus diberikan sekaligus secara
DINAS KESEHATAN Hal 2 dari 3
PROVINSI DKI JAKARTA
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
Terbit : 14 Desember 2017
ALUR TATALAKSANA DAN RUJUKAN PASIEN DIFTERI

intravena. Dosis ADS ditentukan secara empiris berdasarkan berat


penyakit dan lama sakit, tidak tergantung pada berat badan pasien,
berkisar antara 20.000-100.000 KI seperti tertera pada tabel 5.
Pemberian ADS intravena dalam larutan garam fisiologis atau 100
ml glukosa 5% dalam 1-2 jam. Pengamatan terhadap kemungkinan
efek samping obat dilakukan selama pemberian antitoksin dan
selama 2 jam berikutnya. Demikian pula perlu dimonitor terjadinya
reaksi hipersensitivitas lambat (serum sickness).
ADS dapat diperoleh dengan cara menghubungi suku dinas
kesehatan wilayah yang kemudian secara berjenjang ke Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Kementrian Kesehatan. Faskes
mengisi form W1 (Laporan Kejadian luar biasa/wabah)
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan untuk kasus difteri yang disertai dengan gejala
obstruksi saluran napas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck)
dan bila terdapat penyulit miokarditis. Prednison 2 mg/kgBB/hari
selama 2 minggu kemudian diturunkan bertahap
e. Tracheostomi
Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernapasan yang
progresif merupakan indikasi tindakan trakeostomi.

E. Bila hasil Swab tenggorokan/hidung menunjukan hasil positif, dan terjadi


perburukan kondisi pasien, maka pasien dirujuk ke RS Sulianti Saroso, bila
pasien stabil tetap ditangani di RSUD.
F. Bila hasil Swab negatif, pasien diobservasi selama 2 minggu
G. Inform Consent wajib dilakukan pada setiap tindakan medis, tanpa terkecuali
untuk tindakan imunisasi dan pemberian ADS
5. Konsultasi Posko KLB 24 jam 021-4257125
anggota IDAI dapat menghubungi perwakilan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis di
wilayah jabodetabek Dr. Mulya R Karyanti, SpA(K), MSc - 0811963885

Konsultasi tata laksana Imunisasi:


DR. Dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si - 08129040190
DR. Dr. Hartono, SpA(K) – 08161999342
DR. Dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), MTropPaed, - 0816988186

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta


Bidang Pelayanan Kesehatan
dr. A. Api Iron-081382222119
dr. M. Khotib-08129604815
6. Dokumen 1. Formulir W1 (Laporan Kejadian Luar Biasa/Wabah)
terkait
DINAS KESEHATAN Hal 3 dari 3
PROVINSI DKI JAKARTA
BIDANG PELAYANAN KESEHATAN
Terbit : 14 Desember 2017
ALUR TATALAKSANA DAN RUJUKAN PASIEN DIFTERI

Pasien datang dengan keluhan:


FKTP  Panas ≥ 380 C
 Nyeri Menelan
 Batuk
 Sekret hidung disertai darah
 Pseudomembran (plak putih di tenggorokan/tonsil)
 Bull Neck (leher bengkak)

Probable Difteri

Rujuk sebagai Emergensi


ke IGD RS

FKTL Pasien datang dengan


diagnose Probable Difteri

Dilakukan assessment Bukan difteri,


ulang oleh dokter IGD Terapi sesuai
(Second Opinion) diagnosis

Probable Difteri

Negatif Difteri:

Isolasi dan Pemberian Terapi: Rawat Observasi


A. Antibiotik 2 minggu, bila
Positif Difteri B. ADS terdapat
C. Terapi Lain perburukan/
D. Swab 2x dgn jeda 24 jam positif difteri,
Rujuk RS Sulianti
Kondisi Baik, Stabil,
Suroso
rawat di ruang
isolasi selama 2 Pulang
minggu

Perburukan RS Sulianti Saroso

Vous aimerez peut-être aussi