Vous êtes sur la page 1sur 9

2.

Perhitungan Jasa Giro


a. Jasa giri dihtung untuk setiap hari kerja berdasarkan saldo Rekening Giro Rupiah
Bank yang tercatat dan diperoleh dari sistem akunting Bank Indonesia.
Pengkreditan jasa giro pada Rekening Giro Rupiah Bank oleh Bank Indonesia,
dilakukan sebagai berikut:
1) Tanggal 8 bagi jasa giro periode tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 bulan yang
sama;
2) Tanggal 16 bagi jasa giro periode tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan
yang sama;
3) Tanggal 24 bagi jasa giro periode tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 bulan
yang sama;
4) Tanggal 1 bulang berikutnya bagi jasa giro periode tanggal 24 sampai dengan
tanggal akhir bulan sebelumnya.
b. Dalam hal tanggal-tanggal untuk pengkreditan jasa giro oleh Bank Indonesia
jatuh pada hari libur, maka pengkreditan saldo Rekening Giro Bank dilakukan
oleh Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya.
c. Dalam hal terjadi kekurangan atau kelebihan dalam pengkreditan yang terkait
dengan pemberian jasa giro oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat langsung
mengkredit atau mendebet rekening giro bank yang bersangkutan.

Pemberian jasa giro tidak berlaku bagi:


a) Bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank untuk pemenuhan ketentuan sebagaimana
dimaksud kriteria pemenuhan GWM poin 1.
b) Bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi kewajiban GWM, bagi
bank sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2d.
c) Bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi kewajiban tambahan
GWM, sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2 huruf a,
huruf b, atau huruf c.
Contoh:
Bank B memiliki rata-rata harian Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah dalam
masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar Rp
5.000.000.000.000 (lima triliun rupiah) LDR diatas 90%. GWM harian yang wajib
dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan
Januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 5.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 250.000.000.000, sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1; ditambah dengan
b. 1% dari Rp 5.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 50.000.000.000, sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank B pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp 400.000.000.000 atau 8% dari DPK dalam rupiah. Bagi bank B,
jasa giro pada tanggal 24 Januari hanya diberikan terhadap bagian saldo Rekening
Giro Rupiah Bank yang ditempatkan untuk pemenuhan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2 (GWM tambahan), yaitu sebesar
Rp 50.000.000.000 dengan perhitungan sebagai berikut:
0,0175% × Rp 50.000.000.000 = Rp 8.750.000
Jurnal di Bank B adalah:
Rekening Debit Kredit
Dr. Giro Bank Indonesia Rp 8.750.000
Cr. Pendapatan Bunga Jasa Giro Rp 8.750.000
Sementara itu, terhadap bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang ditempatkan
untuk pemenuhan GWM 5% yaitu sebesar Rp 250.000.000.000 dan sisa saldo
Rekening Giro Rupiah Bank yang melebihi pemenuhan GWM yaitu sebesar Rp
100.000.000.000 atau 2% dari DPK dalam rupiah, tidak diberikan jasa giro.
d) Bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang merupakan kewajiban tambahan
pemeliharaan GWM dalam rupiah yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2 huruf a, huruf b, atau huruf c.
Contoh:
Bank A memiliki rata-rata harian Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah dalam
masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar Rp
20.000.000.000.000 (dua puluh triliun rupiah) LDR diatas 90%. GWM harian yang
wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir
bulan Januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 20.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 1.000.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1; ditambah
dengan
b. 2% dari Rp 20.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 400.000.000.000, sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp 1.200.000.000.000 atau 6% dari DPK dalam rupiah, sehingga
terdapat kekurangan sebesar Rp 200.000.000.000. Untuk seluruh saldo Rekening
Giro Rupiah Bank, baik bagian yang diperuntukkan untuk pemenuhan GWM 5%
yaitu sebesar Rp 1.000.000.000.000 maupun bagian kewajiban tambahan
pemeliharaan GWM yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
kriteria pemenuhan GWM poin 2, yaitu sebesar Rp 200.000.000.000, tidak
diberikan jasa giro.
G. Sanksi Pelanggaran Giro Wajib Minimum
Perlu diperhatikan bahwa:
1) Pendebetan Rekening Giro Bank, sebagai akibat pembebanan sanksi pelanggaran
GWM.
2) Dalam hal tanggal-tanggal untuk pendebetan Rekening Giro Bank jatuh pada hari
libur, maka pendebetan saldo Rekening Giro dilakukan oleh Bank Indonesia pada
hari kerja berikutnya.
3) Dalam hal ini terjadi kekurangan atau kelebihan dalam pendebetan yang terkait
dengan pengenaan sanksi pelanggaran GWM oleh Bank Indonesia, Bank
Indonesia dapat langsung mendebet atau mengkredit rekening giro bank yang
bersangkutan.
Dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam rupiah dan Rekening Giro Rupiah Bank
dimaksud bersaldo negatif, maka Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar:
a) 125% dari rata-rata suku bunga jangka waktu 1(satu) hari overnight dari JIBOR
pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap GWM dalam rupiah yang wajib
dipelihara; ditambah dengan
b) 150% dari suku bunga PUAB untuk jangka waktu 1 (satu) hari yang tercatat di
PIPU, terhadap saldo negatif, untuk setiap hari pelanggaran.
Contoh:
Bank A memiliki rata-rata harian Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah dalam
masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar Rp
20.000.000.000.000 (dua puluh triliun rupiah) LDR diatas 90%. GWM harian yang
wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir
bulan Januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 20.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 1.000.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1; ditambah
dengan
b. 2% dari Rp 20.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 400.000.000.000, sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar -Rp 1.200.000.000.000, sehingga terdapat kekurangan pemenuhan
GWM yang wajib dipelihara sebesar Rp 1.400.000.000.000 dan saldo negatif
sebesar Rp 1.200.000.000.000. Suku bunga JIBOR pada tanggal 24 Januari adalah
sebesar 6%. Suku bunga PUAB pada tanggal 24 Januari adalah sebesar 7%.
Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas pelanggaran GWM rupiah untuk
Bank A pada tanggal 24 Januari adalah sebagai berikut:
𝐺𝑊𝑀 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎 × 125% × 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐽𝐼𝐵𝑂𝑅 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
360 × 100
yaitu:
𝑅𝑝 1.400.000.000.000 × 125% × 6% × 1
360 × 100
= Rp 291.666.667

Ditambah dengan perkalian jumlah saldo negatif sebagai berikut:


𝑆𝑎𝑙𝑑𝑜 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 × 150% × 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑃𝑈𝐴𝐵 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑃𝐼𝑃𝑈 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
360 × 100
yaitu:
𝑅𝑝 1.200.000.000.000 × 150% × 7% × 1
360 × 100
= Rp 350.000.000

Sehingga jumlah penalty pelanggaran untuk kasus ini adalah Rp 291.666.667 + Rp


350.000.000 = Rp 641.666.667

Jurnal di Bank A adalah :


Rekening Debit Kredit
Dr. Biaya Lainnya-Penalty Rp 641.666.667
Cr. Giro Bank Indonesia Rp 641.666.667

H. Contoh Kasus Perhitungan GWM, Jasa Giro, dan Sanksi Pelanggaran GWM
Bank ABC memiliki rata-rata harian Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah dalam
masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebagai Rp
55.000.000.000.000 (lima puluh lima triliun rupiah) dan perhitungan besarnya LDR
pada akhir masa laporan minggu kedua adalah 80%.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A di Bank Indonesia pada:
 Tanggal 24 Januari adalah sebesar Rp 4.950.000.000.000 atau 9% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 25 Januari adalah sebesar Rp 4.950.000.000.000 atau 9% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 26 Januari adalah sebesar Rp 4.565.000.000.000 atau 8,3% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 27 Januari adalah sebesar Rp 5.555.000.000.000 atau 10,1% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 28 Januari adalah sebesar Rp 7.051.000.000.000 atau 12,82% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 29 Januari adalah sebesar Rp 6.050.000.000.000 atau 11% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 30 Januari adalah sebesar Rp 4.950.000.000.000 atau 9% dari DPK
dalam rupiah.
 Tanggal 31 Januari adalah sebesar Rp 4.950.000.000.000 atau 9% dari DPK
dalam rupiah.
Diasumsikan tanggal 24,25, 31 Januari, dan tanggal 1 Februari adalah hari libur dan
rata-rata suku bunga jangka waktu 1 (satu) hari evernight dari JIGOR pada tanggal
26 Jnuari adalah sebesar 8%
1. Perhitungan GWM
GWM harian yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai
dengan tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar:
a. 5% dari Rp 55.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 2.750.000.000.000,
sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1.
b. 3% dari Rp 55.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 1.650.000.000.000, yang
merupakan tambahan GMW berdasarkan DPK sebagaimana dimaksud dalam
kriteria pemenuhan GWM poin 2c, ditambah dengan
c. 1% dari Rp 55.000.000.000.000 yaitu sebesar Rp 550.000.000.000, yang
merupakan tambahan GMW berdasarkan DPK sebagaimana dimaksud dalam
kriteria pemenuhan GWM poin 3.
2. Perhitungan Jasa Giro dan Catatan Jurnalnya
a. Perhitungan jasa giro untuk masing-masing tanggal 27, 28, 29, dan 30 Januari
adalah sebagai berikut:
0,0175% × bagian saldo rekening Giro Rupiah Bank yang merupakan
kewajiban pemeliharaan tambahan GWM yaitu:
0,0175% × Rp 2.200.000.000.000 = Rp 385.000.000
Saldo Rekening Giro Rupiah pada tanggal 24, 25, dan 31 Januari tidak
diberikan jasa giro, karena tanggal-tanggal tersebut jatuh pada hari bukan hari
kerja.
b. Pengkreditan jasa giro oleh Bank Indonesia untuk masing-masing tanggal 27,
28, 29, dan 30 Januari dilakukan oleh Bank Indonesia pada Rekening Giro
Rupiah Bank pada tanggal 2 Februari, karena tanggal 1 Februari jatuh pada
hari libur. Jasa giro yang dikreditkan ke Rekening Giro Rupiah Bank pada
tanggal 2 Februari adalah sebesar:
4 × Rp 385.000.000 = Rp 1.540.000.000
Jurnal pada Bank ABC :
Rekening Debit Kredit
Dr. Giro Bank Indonesia
Cr. Pendapatan Bunga Jasa Giro

3. Perhitungan Sanksi Pelanggaran GWM dan Catatan Jurnalnya


a. Sanksi terhadap kekurangan pemenuhan GWM pada tanggal 26 Januari
dihitung sebagai berikut:
𝐾𝑒𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐺𝑊𝑀 × 125% × 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝐽𝐼𝐵𝑂𝑅 × ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
360 × 100

𝑅𝑝 385.000.000.000 × 1,25 × 8 × 1 ℎ𝑎𝑟𝑖


360 × 100
= Rp 106.944.444

Keterangan :
5% × Rp 55.000.000.000.000 = Rp 2.750.000.000.000
3% × Rp 55.000.000.000.000 = Rp 1.650.000.000.000
1% × Rp 55.000.000.000.000 = Rp 550.000.000.000 +
Jumlah GWM seharusnya = Rp 4.950.000.000.000
Saldo Giro BI per 26 Januari = Rp 4.565.000.000.000 -
Kekurangan = Rp 385.000.000.000

Dengan demikian Bank ABC melakukan pengkreditan pada tanggal 27


Januari sebagai berikut:
Rekening Debit Kredit
Dr. Biaya Lainnya-Penalty Pelanggaran GWM Rp 106.944.444
Cr. Giro Bank Indonesia Rp 106.944.444

BAB 17 (Penyertaan Saham)


Penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam bentuk saham perusahaan
lain untuk tujuan investasi jangka panjang, ikut serta dalam perusahaan lain,
penyelamatan kredit, mengendalikan perusahaan lain, menguasai pangsa pasar dan
sebagainya. Penyertaan saham oleh bank terhadap perusahaan lain menimnbulkan
hubungan antara bank yang menguasai atau membeli saham dengan perusahaan yang
dibeli sahamnya. Hubungan ini disebut antara perusahaan induk dengan perusahaan
anak.
A. Pencatatan Penyertaan Dengan Metode Harga Perolehan
Metode ini digunakan untuk mencatat penyertaan bank pada perusahaan anak bila
jumlah penyertaannya relative kecil. Bank masih berkepentingan untuk memperoleh
pendapatan berupa deviden. Penyertaan dicatat sebesar harga perolehan. Penerimaan
deviden tunai akan akan dicatat sebagai pendapatan lain-lain, sedangkan pendapatan
dividen berbentuk saham tidak diakui sebagai pendapatan dan tidak boleh dicatat
menambah harga perolehan penyertaan. Rekening penyertaan akan dikredit bila:
a. penerimaan dividen merupakan pembagian keuntungan yang berasal dari laba yang
ditahan dalam periode sebelum penyertaan dilakukan,
b. penurunan nilai penyertaan yang disebabkan oleh perusahaan anak mengalami
kerugian yang sangat material.
Contoh:
 Tanggal 1 Januari 2017 Bank Bintang Buana melakukan pengembalian saham PT.
PSP Multifinance sebanyak 450.000 lembar Rp 10.000. Harga Kurs 103%.
Kepemilikan ini menempatkan Bank Bintang Buana sebagai pemegang saham
dengan pangsa 15% dari saham PT. PSP Multifinance yang beredar. Biaya-biaya
pembelian saham sebesar Rp 5.000.000. Pembelian saham dilakukan dengan tunai.
 Tanggal 31 Desember 2017, PT PSP Multifinance melaporkan telah memperoleh
laba sebesar Rp 8.600.000.000
 Tanggal 31 Januari 2018 PT PSP Multifinance mengumumkan akan membagi
dividen dari laba yang di peroleh sebesar 70% secara tunai.
 Tanggal 1 Februari 2018 PT PSP membagikan dividen secara tunai kepada
pemegang saham
Tanggal Rekening Debit Kredit
1/1/2017 Dr. Penyertaan saham PT PSP 4.640.000.000
Multi F.
Cr. Kas 4.640.000.000

31/12/2017 Tidak menjurnal

31/1/2018 Dr. Piutang Dividen 903.000.000


Cr. Pendapatan lainnya 903.000.000

1/2/2018 Dr. Kas 903.000.000


Cr. Piutang Dividen 903.000.000

B. Pencatatan Penyertaan dengan Equity Method


Metode ini digunakan mencatat apabila bank memiliki penyertaan pencatatan saham
relative besar sehingga bank tersebut mampu mengendalikan perusahaan anak.
Pengertian mengendalikan adalah mempunyai hak suara mayoritas, mempunyai hak
untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial maupun operasional, memiliki
kewenangan untuk menunjuk dan memberhentikan mayoritas pengurus perusahaan.
Contoh :
Kepemilikan saham PT. Bank Bintang Buana sebanyak 450.000 lembar merupakan
pangsa kepemilikan 40% saham PT PSP Multifinance.
Tanggal Rekening Debit Kredit
1/1/2017 Dr. Penyertaan saham PT PSP
4.640.000.000
Multi F.
Cr. Kas 4.640.000.000

31/12/2017 Dr. Penyertaan saham PT PSP


3.440.000.000
Multi F.
Cr. Pendapatan Penyertaan 3.440.000.000

31/1/2018 Dr. Piutang Dividen 2.408.000.000


Cr. Penyertaan saham PT PSP
2.408.000.000
Multi F.

1/2/2018 Dr. Kas 2.408.000.000


Cr. Piutang Dividen 2.408.000.000
Jika perusahaan anak mengalami kerugian maka bank sebagai peserta harus ikut
menanggung risiko yang dibebankan kepada rekening penyertaan. Misal pada tahun
2017 PT PSP Multi Finance mengalami kerugian Rp. 100.000.000, maka bank akan
menjurnal:
Desember 2017 Dr. Rugi Penyertaan PT PSP
2.408.000.000
Multi F.
Cr. Penyertaan saham PT
2.408.000.000
PSP MultiF.

C. Penyertaan dari Pengalihan Kredit


Penyelamatan kredit dapat dilakukan dengan restrukturisasi kredit atau dengan
pengalihan kredit menjadi penyertaan. Penyelamat krdit dengan mengalihkan ke
penyertaan merupaka perubahan hubungan dari hubungan utang-piutang menjadi
hubungan kepemilikan. Untuk mencatat pengalihan kredit menjadi penyertaan bank
dapat mencatat dengan equity method sebesar nilai wajar dari saham yang diterima.
Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2017 ASF Multi Finance telah mengalami penurunan kinerja
sehingga tidak sanggup lagi untuk melunasi kredit dari Bank Bintang Buana. Kredit
telah menjadi kredit bermasalah. Dengan kesepakatan antara ASF dan Bank Bintang
Buana, nilai kredit tersebut dialihkan menjadi penyertaan dengan nilai wajar yang
disepakati untuk saham sebesar Rp 10.200 per lembar. Sedangkan jumlah saham
sebanyak 500.000 lembar. Jumlah kredit yang bermasalah adalah Rp 5.000.000.000,
tunggakan bunga Rp. 300.000.000
1 Mei 2017 Dr. Penyertaan Saham PT PSP
5.100.000.000
Multi F.
Dr. Rugi Pengalihan Kredit 200.000.000
Cr. Kredit yang Diberikan 5.300.000.000

Vous aimerez peut-être aussi