Vous êtes sur la page 1sur 29

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PRILAKU KEKERASAN

DIRUANG CITRO ANGGODO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO


PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh :

1. Dimas Wahyu Andiko 20101440116021

2. Dina Fakhrana 20101440116022

3. Diyan Pratama sari 20101440116023

4. Edi Muchlis 20101440116027

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO

SEMARANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA

Resiko Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINNYA MASALAH

1. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk


melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan


adalah:

1) Teori Biologis

a) Neurologic Faktor

Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotransmitter,


dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik

1
sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).

Lobus frontalis memegang peranan penting sebagai penengah antara


perilaku yang berarti dan pemikiran rasional, yang merupakan bagian otak
dimana terdapat interaksi antara rasional dan emosi. Kerusakan pada lobus
frontal dapat menyebabkan tindakan agresif yang berlebihan (Nuraenah,
2012: 29).

b) Genetic Faktor

Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi


potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2007) dalam gen
manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
terstimulasi oleh faktor eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyotype
XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta
orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).

c) Cycardian Rhytm

Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitian pada


jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang berakhirnya kerja
ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi orang untuk lebih mudah
bersikap agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).

d) Faktor Biokimia

Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak contohnya


epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh. Apabila ada
stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan
dihantarkan melalui impuls neurotransmitter ke otak dan meresponnya
melalui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepineprin
serta penurunan serotonin dan GABA (Gamma Aminobutyric Acid) pada
cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku
agresif ( Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).

2
e) Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom otak,
tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100).

2) Teori Psikogis

a) Teori Psikoanalisa

Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh


kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase
oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep
diri yang yang rendah. Perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya
harga diri perilaku tindak kekerasan (Mukripah

Damaiyanti, 2012: hal 100 – 101)

b) Imitation, modelling and information processing theory

Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam


lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku
yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu
meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan
untuk menontn tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif (
semakin keras pukulannya akan diberi coklat). Anak lain diberikan tontonan
yang sama dengan tayangan mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan
reward yang sama (yang baik mendapat hadiah). Setelah anak – anak keluar
dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan
tontnan yang pernah dilihatnya (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 101).

3
c) Learning Theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap


lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah ( Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 101).

b. Faktor Presipitasi

3. Rentang respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK

Klien mampu Klien gagal Klien merasa Klien Perasaan


mengungkapkan menapai tidak dapat mengekspresikan marah dan
rasa marah tujuan mengungkap secara fisik, tapi bermusuha n
tanpa kepuasan kan masih terkontrol, yang kuat dan
menyalahkan saat marah perasaannya, mendorong orang hilang kontrol
orang lain dan dan tidak tidak berdaya lain dengan disertai amuk,
memberikan dapat dn menyerah ancaman merusak
kelegaan.. menemukan lingkungan
alternatifnya.

Gambar Rentang Respon Marah

a. Respon Adaptif

Respon adaprif adalah respon yang dapat diterima norma-norma


sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 96):

4
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari


pengalaman
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan

b. Respon Maladaptif

1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan


walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
sosial

2) Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan


yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati

4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur


(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97).

4. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor


predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan
jika faktor berikut dialami oleh individu:

1) Psikologis

Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor psikologi perilaku


kekerasan meliputi:

a) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kepuasan dan


rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat

5
konsep diri yang rendah. Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan
dan meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).

b) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajarai,


individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012: 31).
2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstiumulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014:
hal 142).

3) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi


memberikan dampak terhadap nilai-niali sosial dan budaya pada masyarakat.
Di sisi lain, tidak semua orang mempunyai kemampuan yang sama untuk
mnyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress
(Nuraenah, 2012: 31).

4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus


temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).

b. Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa
injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:

1) Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan


yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.

2) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik


internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lungkungan.

3) Lingkungan: panas, padat dan bising

6
5. Tanda dan Gejala

Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku


kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97) a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot atau pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang

f. Postur tubuh kaku

g. Pandangan tajam

h. Jalan mondar mandir

Klien dengan perilaku kekerasan seringmenunjukan adanya (Kartika Sari,


2015: 138) :

a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam

b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna

c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel

d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebardebar, rasa


tercekik dan bingung

e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai diri


sendiri, orang lain dan lingkungan

f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya

6. Akibat

Menurut Townsend, perilaku kekerasan dimanaseeorang meakukan tindakan


yang dapat membahayakan, baik diri sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat
mengalami perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan
perilaku (Kartikasari, 2015: hal 140) : Data Subyektif :

a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam

7
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data Obyektif :

a. Wajah tegang merah

b. Mondar mandir

c. Mata melotot, rahang mengatup

d. Tangan mengepal

e. Keluar banyak keringat

f. Mata merah

g. Tatapan mata tajam


h. Muka merah

7. Mekanisme Koping

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk


melindungi diri antara lain:

a) Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata masyarakat


unutk suatu dorongan yang megalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
objek lain seperti meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).

b) Proyeksi

Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik,


misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa
temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya(Mukhripah Damaiyanti,
2012: hal 103).

8
c) Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk kedalam sadar.


Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya (Mukhripah

Damaiyanti, 2012: hal 103).

d) Reaksi formasi

Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika.dengan melebih


lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan sebagai
rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah Damaiyanti, 2012:
hal 103).
e) Deplacement

Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek yang


tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi
itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan
hukuman dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermai perang-perangan dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal
104).

8. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempunyai


dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif
rendah. Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi

9
meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan anti
agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).

b. Terapi okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti
membaca koran, main catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah
mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi ni merupakan langkah
awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan program kegiatannya (Eko Prabowo,
2014: hal 145).

c. Peran serta keluarga

Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan


perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) pasien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan keluarga
yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat. Keluarga
yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah akan dapat mencegah
perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku maladaptif
(pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku maladaptif ke perilakuadaptif
(pencegahan tersier) sehinnga derajat kesehatan pasien dan keluarga dapat
ditingkatkan secara optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).

d. Terapi somatik

Menurut depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindakan

10
yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi adalah perilaku pasien (Eko
Prabowo, 2014: hal 146).

e. Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah


bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang menangani skizofrenia
membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari
sekali (seminggu 2 kali) (Eko Prabowo, 2014: hal 146).

9. Pohon Masalah

Halusinasi

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

Faktor Predisposisi dan Prespitasi

Causa

Resiko Mencederai diri sendiri dan Effect


orang lain

Perilaku Kekerasan Cor Problem

11
10. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan dari pohn masalah pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain

2. Harga diri rendah kronik

11. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Tujuan Umum

Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung jawab

2. Tujuan Khusus

Strategi Pelaksanaan (Pasien)

1) SP 1 Pasien : Menjelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku


kekerasan serta melatih latihan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal

a) Mengidentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat perilaku


kekerasan

b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1:


tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal

c) Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1:


tarik nafas dalam dan fisik 2: pukul kasur/bantal

d) Melatih klien memasukkan latihan tarik nafas dalam dan pukul


kasur/bantal ke dalam jadwal kegiatan harian.

2) SP 2 Pasien : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan


prinsip 6 benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak
minum obat.

a) Menjelaskan tentang obat yang diminum (6 benar: jenis, dosis,


frekuensi, cara, orang dan kontinuitas minum obat).

b) Mendiskusikan manfaat minum obat dan kerugian tidak minum obat


dengan klien

12
c) Melatih klien cara minum obat secara teratur

d) Melatih klien memasukkan kegiatan minum obat secara teratur ke


dalam jadwal kegiatan harian.

3) SP 3 Pasien : Melatih cara verbal/ bicara baik-baik

a) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan


verbal/bicara baik-baik.

b) Melatih klien cara verbal/bicara baik-baik.

c) Melatih klien memasukkan kegiatan verbal /bicara baik-baik minum


obat ke dalam jadwal kegiatan harian.

4) SP 4 : Melatih cara spiritual

a) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan spiritual

b) Melatih klien cara spiritual

c) Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual ke dalam jadwal


kegiatan harian.

1. Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien Perilaku Kekerasan

a. Tujuan: Keluarga mampu

1) Mengenal masalah perilaku kekerasan

2) Mengambil keputusan untuk merawat klien perilaku kekerasan

3) Merawat klien perilaku kekerasan

4) Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien perilaku kekerasan

b. Strategi Pelaksanaan Keluarga

1) SP 1 Keluarga : Menjelaskan masalah perilaku kekerasan

a) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien perilaku


kekerasan

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya perilaku


kekerasan.

13
2) SP 2 Keluarga : Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin
terjadi pada klien perilaku kekerasan

a) Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien


perilaku kekerasan

b) Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat klien perilaku


kekerasan

3) SP 3 Keluarga : Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien


perilaku kekerasan

a) Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan

b) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk latihan


tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal.

c) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien untuk minum


obat dengan prinsip 6 benar.

d) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara


verbal/bicara baik-baik.

e) Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien dengan cara


spiritual

4) SP 4 Keluarga : Menjelaskan mengenai perawatan lanjutan kepada


keluarga

a) Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam perawatan klien

b) Menjelaskan pentingnya perawatan selama dirumah

c) Menganjurkan keluarga untuk membawa pasien kontrol tepat waktu

14
Strategi Pelaksanaan

1. Strategi Pelaksanaan (Pasien)

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara napas dalam dan memukul
mukul bantal

ORIENTASI :

Salam terapeutik

“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya Mahasiswa keperawatan akperkesdam


iv/dip, saya perawat yang dinas di ruangan ini, Nama ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”

Validasi

“Bagaimana perasaan ibu saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

Kontrak (wktu, topic, tempat)

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tendang perasaan marah ”

“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, ibu? Bagaimana


kalau di ruang tamu?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan ibu marah?, Apakah sebelumnya ibu pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada
penyebab lain yang membuat ibu marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti stress karena pekerjaan atau
masalah uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang ibu rasakan?”
(tunggu respons pasien)

“Apakah ibu merasakan kesal kemudian dada ibu berdebar-debar, mata


melotot, rahang terkatup rapat, dan dangan mengepal?”

15
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi baak marah-marah,
membanting pintu dan memecahkan barang-barang, memukul adik dan ibu
bapak, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian dari cara yang bapak lakukan? Betul, ibu jadi takut barang-barang
pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik danpa menimbulkan
kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, bapak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiadan fisik disalurkan rasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini bapak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5
kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Selain itu saat merasa marah bapak bisa melampiaskan kemarahan dengan
memukul-mukul benda lunak seperti bantal

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

Evaluasi

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan


bapak?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan apa yang bapak
rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta
akibatnya ......... (sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang
lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya pak. bagaimana kalu kita buat jadwal

16
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiadan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiadan harian pasien).

RTL

Bagaimana kalau kita latihan cara untuk mencegah/mengontrol marah.? Jam


berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya dadang dan kita latihan cara yang lain
untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”

“Baiklah, sampai jumoa.”

SP 2 Pasien : Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan prinsip 6


benar, manfaat/keuntungan minum obat dan kerugian tidak minum obat.

ORIENTASI

Salam terapeutik

“Selamat siang pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya liya dari STIKes
Karya husada pak”

Validasi

Bagaimana bapak apakan perasaan marah bapak muncul lagi. Jika tadi muncul
apakah bapak sudah bisa mengontro kemarahan bapak dengan latihan yang
tadi kita lakukan.Bagus.

Kontrak (waktu, topik, dan tempat)

Sesuai janji kita tadi saya akan memberi tahu cara kedua untuk mengontrol
emosi bapak yaitu dengan cara meminum obat dengan rutin sesuai yang
dianjurkan oleh dokter, bagaimana pak?”. Waktunya tidak lama sekitar 10
menit. Mau dimana? Disini

KERJA

Cara kedua yang bisa bapak lakukan untuk mengontrol perasaan emosi bapak
adalah dengan meminum obat secara rutin. Obat yang diberikan oleh petugas

17
dari ruangan wajib bapak minum, usahakan jangan telat meminum obat.
Bagaimana apakah bapak mengerti?”. Bagus.

TERMINASI

Evaluasi

Bagaiman perasaan bapak setelah tadi kita belajar tentang pentingnya


meminum obat. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiadan
harian bapak.

RTL

“Besok pagi saya akan kemari lagi. Bagaimana kalau kita latihan cara ketiga
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan berbicar. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya.
Selamat siang.

SP. 3 Melatih cara verbal/ bicara baik-baik

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat pagi pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya liya dari STIKes
Karya Husada pak.

Validasi

Bagaimana perasaan hari ini? Apakah bapak masih marah-marah ? Apakah


bapak sudah meminum obat secara rutin ? Bagaimana hasilnya ? Bagus!

Kontrak (waktu, topik, dan tempat)

Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mengatasi
marah-marah yaitu melakukan kegiadan yang terjadwa yaitu bicara verbal
yang baik. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa
lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

18
KERJA

Bagaimana cara bapak berbicara saat bapak marah-marah? Keras? Nah


berbicara itu merupakan salah satu stimulus atau pendorong emosi bapak
untuk marah. Mulai sekarang saat bapak merasa tidak enak dan ingin marah
marah tahan dulu emosi bapak kemudian lakukan latihan yang kemarin kita
pernah lakukan yaitu tarik napas dalam/pukul pukul banta, apakah bapak sudah
melakukannya? Bagus.Dan saat itu juga usahakan nada suara bapak
dipelankan dan berbicara dengan baik. Katakana apa ynag bapak rasakan saat
itu?”. Bagaimana bapak mengerti ? Bagus. Kalau perasaan itu muncul bapak
harus mempraktekan latihan ini.”

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang bincang.Senang, bagus


sekali, jadi bapak sudah mengerti apa saja yang harus dilakukan saat perasaan
marah itu nantinya muncul. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak.

RTL

Bagaimana kalau nanti siang kita ketemu untuk latihan yang berikutnya. . Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa

19
SP. 4 Melatih cara spiritual

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat siang pak. Masih ingat dengan saya?? Iya betul saya liya dari STIKes
Karya husad pak.

Validasi

Bagaimana perasaan hari ini? Apakah bapak masih marah-marah ? apakah cara
bicara bapak sudah diperbaiki, tidak lagi dengan nada keras ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus!

Kontrak (waktu, topik, dan tempat)

Sesuai janji kita tadi pagi, siang ini kita akan belajar cara yang keempat untuk
mengontrol marah-marah yaitu dengan meningkatkan kegiatan spiritual
bapak. Dimana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah.”

20
KERJA

“Sebelum ke percakapan saya mau bertanya agama bapak apa ya?”. Islam?”
Oh baik kalau begitu apakah bapak sudah melakukan kewajiban bapak sebagai
seorang muslim?”. Belum?”. Apakah bapak tau jika wudhu itu dapat
meredakan emosi, seseorang emosi atau marah dalam islam dianjurkan untuk
berwudhu dan apabila perasaan marah tersebut belum hilang juga maka
dianjurkan untuk sholat. “Nah sekarang bapak tau kalau manfaat dari wudhu
dan sholat itu dapat mengontrol perasaan marah bapak selama ini, aakah bapak
mengerti dan mau mempraktekannya dalam kehidupan bapak sehari-hari?”.
Bagus. Jadi jangan menungggu emosi bapak tidak terkontrol, jika bapak
merasa perasaan marah akan muncul langsung saja ambil air wudhu dan holat
seger”.

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang bincang lama membahas


manfaat wudhu dan sholat.Senang?”. Bagus sekali, jadi bapak sudah mengerti
apa saja yang harus dilakukan saat perasaan marah itu nantinya muncul?”. Ya
bagus “. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.

RTL

Bagaiman kalau menjelang makan siang nanti, kita ketemu untuk melihat
manfaat 4 cara mengontrol marah yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 13.00 siang?Di ruang makan ya! Sampai jumpa

21
2. Strategi Pelaksanaan (Keluarga)

SP.1 Menjelaskan masalah perilaku kekerasan

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat pagi Ibu!. Saya liya, perawat yang merawat Tn.S.”

Validasi

“Bagaimana perasaan hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Tn.S ?”

Kontrak (waktu, tempat, topik)

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah yang bapak/ibu alami dalam
merawat Tn.S.”

“Kita mau diskusi di mana?Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama


waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

“Apa yang menjadi masalah bapak/ibu dalam merawat Tn.S? ooh jadi
ibu/bapak tidak tau apa penyakit Tn.S sehingga ibu/bapak tidak tau bagaimana

22
cara merawat Tn.S. Ibu/bapak juga takut ketika melihat Tn.S marah-marah
memecahkan barang-barang dan memukuli orang.

“Penyakit yang dialami Tn.S adalah penyakit perilaku kekerasan, yaitu


perilaku seseorang dimana dirinya tidak dapat mengontrol perasaan atau
perasaan berlebihan yang meluap luap, Tn S tidak dapat mengontrol emosi
sehingga Tn.S mudah marah dan tersinggung serta mengaplikasikannya
dengan memecah barang dapat juga memukuli orang bahkan menciderai
dirinya sendiri”

TERMINASI:

Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi?” iya ibu jadinya bisa lebih
tahu tentang masalah yang sebenarnya bapak hadapi.

RTL

“Baiklah besok kita akan bertemu lagi untuk membahas apa sebenarnya
penyakit perilaku kekerasan itu ya bu”. ”Jam berapa kita bertemu?”bagaimana
jika jam

10.00.”

Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP.2 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi pada klien
perilaku kekerasan

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat pagi Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya liya, perawat
yang merawat Tn.S.”

Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

23
Kontrak (waktu,tempat,topik)

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa itu prilaku kekerasan dan cara
merawat Tn.S.“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu?
Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat pak ? Apa yang Ibu
lakukan?”

“Ya, gejala yang dialami oleh bapak itu dinamakan perilaku kekerasan, yaitu
perilaku yang aktual melakukan kekerasan yang ditujukan pada diri sendiri/
orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.

”Tandanya marah-marah tanpa sebab, mata melotot, tangan


mengepal,memecahkan barang serta melukai diri sendiri maupun orang lain”

”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan mengetahui penyebab


kemarahan, bagaimana apakah ibu sudahmengerti?”. Bagus.

TERMINASI:

Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tentang masalah yang bapak
hadapi?”iya bagus ibu bisa lebih memahami tentang perilaku kekerasan.

RTL

“Bagaimana kalau nanti siang kita ketemu lagi untuk membahas tentang cara
cara merawat bapak.?” Iya baiklah bu. Ibu mau dimana?”. Disini saja ya bu.”

SP.3 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien perilaku kekerasan

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat siang Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya liya, perawat
yang merawat Tn.S.”

24
Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?” “Ada yang ingin ibu tanyakan
sebelum kita berdiskusi.”

Kontrak (waktu,tempat,topik)

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang cara mengendalikan kemarahan bapak
Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah ibu bisa membantu menenangkan
bapak dengan membantu bapak dengan rutin mengendalikan emosi dengan
tarik nafas dalam setiap pagi atau setiap sore, menyediakan bantal untuk
digunakan bapak jika sewaktu waktu perasaan marah bapak muncul, kemudian
selalu memberi perhatian yang tepat kepada bapak serta memantau obat obatan
yang bapak minum. Dengan cara itu ibu dapat membantu bapak serta lebih
mendekatkan diri untuk membantu proses pemulihan kesehatan bapak.

TERMINASI:

Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tentang masalah yang bapak
hadapi?”iya bagus ibu bisa lebih memahami tentang perilaku kekerasan.

RTL

“Bagaimana jika 2 hari dari sekarang kita berdiskusi lagi mengenai masalah
bapak?” Apakah ibu bersedia?”. Tempatnya disini lagi ya bu. Selamat siang”

SP.4 Menjelaskan mengenai perawatan lanjutan kepada keluarga

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat pagi Ibu! Masih ingat kan dengan saya? Iya betul saya liya, perawat
yang merawat Tn.S.”

25
Validasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?” “Ada yang ingin ibu tanyakan
sebelum kita berdiskusi.”

Kontrak (waktu,tempat,topik)

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang perawatan lanjutan yang perlu dilakukan
kepada Tn.S. Tidak lama kok bu Cuma 15 menit disini saja ya?”

KERJA:

“Nah ibu, Tn S sudah bisa pulang, disini saya akan menjelaskan perawatan
lanjutan Tn.S selama dirumah. Selama disini Tn. S memiliki jadwal kegiatan
nah itu bisa diterapkan selama ibu merawat Tn S dirumah. Diantaranya
kegiatan sehari hari Tn S yang perlu dilakukan seperti jadwal meminum obat
secara teratur serta ada cara cara mengontrol kemarahan Tn.S. Bagaimana
apakah ada yang mau ibu tanyakan?”

TERMINASI:

Evaluasi

“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi tentang masalah yang bapak
hadapi selama ini?”iya bagus ibu jadi bisa merawat ibu selama dirumah

RTL

“Ibu jangan lupa untuk membawa ibu kontrol sebelum obat habis atau ada
gejala yang timbul.”

26
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:

Trans Info MEdia.

27
28

Vous aimerez peut-être aussi