Vous êtes sur la page 1sur 13

Mekanisme Kerja Otot dan Faktor Penyebab Kelelahan pada Regio Cruris

Yakin Arung Padang


102016028
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 1151
Email: yakin.2016fk028@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
The human body is composed by various muscles, bones, and organs. At a time when we are
moving, that movement was aided by the presence of muscle and bone that can help us to drive
every Member of the body. Muscles and bones should work synchronously and complement each
other in order to function as an instrument of human motion. The muscles can be differentiated
into cardiac and smooth muscle, striated. While the bone can be grouped based on form, namely
bone long bones, short bones, flat bones, sesamoid bone. In this paper, to be discussed on the
muscles and bones that are viewable in the anatomy, histology, Physiology, and biokimianya.
The fourth includes how to work, process, and structure formation in general.
Key Words: Muscles, bones, tool motion

Abstrak
Tubuh manusia tersusun oleh bermacam-macam otot, tulang, dan organ.Pada saat kita bergerak,
pergerakan itu dibantu dengan adanya otot dan tulang sehinggadapat membantu kita untuk
menggerakan setiap anggota tubuh.Otot dan tulang harus bekerja serempak dan saling
melengkapi agar dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan.Otot dapat
dibedakan menjadi otot polos, jantung dan lurik.Sedangkan tulang dapat dikelompokan
berdasarkan bentuk umumnya, yaitu tulang tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan
tulang sesamoid. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai otot dan tulang yang dapat dilihat
secara anatomi, histology, fisiologi, dan biokimianya. Keempat hal tersebut meliputi bagaimana
cara kerja, proses pembentukan , dan strukturnya secara umum.
Kata Kunci: Otot, tulang, alat gerak

1
Pendahuluan

Tubuh manusia tersusun oleh bermacam-macam otot, tulang, dan organ.Pada saat kita
bergerak, pergerakan itu dibantu dengan adanya otot yang dapat membantu kita untuk
menggerakan setiap anggota tubuh.Tulang dan otot merupakan suatu kesatuan.Saat kita berjalan
atau melakukan suatu aktifitas maka kita selalu menyertakan kedua komponen ini.Jika salah satu
dari kedua komponen ini mengalami suatu kecelakaan maka aktifitas kita bisa saja terganggu.

Tulang merupakan alat gerak pasif dikarenakan tulang hanya berperan dalam membentuk
rangka tubuh, tempat pelekatan otot, menopang massa tubuh, serta melindungi organ-organ
tubuh dari berbagai serangan mekanik yang berasal dari luar, namun tulang tidak mampu
melakukan pergerakan, oleh karena itu tulang membutuhkan otot-otot agar dapat bergerak.
Sedangkan otot disebut sebagai alat gerak aktif karena melakukan mekanisme kontraksi dan
relaksasi, sehingga otot dapat melakukan pergerakan.Walaupun demikian, pergerakan pada otot
juga tidak dapat terlihat jika tidak ada tulang.1 Untuk itu, otot dan tulang harus bekerja serempak
dan saling melengkapi agar dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan.

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui bagaimana kerja otot dan tulang dalam
tubuh kita. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor dan mekanisme apa saja yang dapat
menyebabkan sehingga tubuh kita sering merasakan kelelahan dan dapat melakukan kontraksi
serta relaksasi.

Anatomi Extremitas Inferior


Otot-otot Pangkal Paha dan Tungkai Atas

Gambar 1.Otot-otot Pangkal Paha & Tungkai Atas2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

2
Otot-Otot Tungkai Bawah

Gambar 2. Otot-otot Tungkai Bawah2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

Otot-Otot Kaki

Gambar 3.Otot kaki2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf
3
Otot-otot pangkal paha: M. Psoas mayor; M. Psoas minoe; M. Iliacus; M. Gluteus maximus; M.
Gluteus medius; M. Gluteus minimus; M. Piriformis; M. Obturator internus; M. Obturator
externus; M. Gemellus Superior dan inferior; M. Tensor fasciae latae.
Otot-otot tungkai atas: M. Sartorius; M. Quadriceps femoris; M. Articularis genus; M.
Pectineus; M. Adductor longus; M. Gracilis; M. Adductor brevis; M. Adductor magnus; M.
Adductor minimus; M. Biceps femoris; M. Semitendonosus; M. Semimembranosus.
Otot-otot tungkai bawah: M. Gastrocnemius; M. Soleus; M. Plantaris; M. Popliteus; M. Flexor
digitorum longus; M. Tibialis posterior; M. Flexor hallucis longus; M. Tibialis anterior; M.
Extensor digitorum longus; M. Extensor hallucis Longus; M. Proneus Tertius; M. Proneus
Longus; M. Proneus brevis.
Otot-otot kaki: M. Extensor digitorum brevis; M. Extensor hallucis brevis; M. Adductor hallucis;
M. Flexor hallucis brevis; M. Adductor digiti minimi; M. Adductor digiti quinti; M. Flexor digiti
quinti brevis; M. Opponens digiti quinti; M. Flexor digitorum brevis; M. Quadratus plantae; M.
Lumbricales; Mm. Interossei plantares; Mm. Interossei dorsales

Osteologi Extremitas Inferior


Pelvis

Gambar 4. Gelang Panggul2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

4
Femur

Gambar 5. Tulang Paha2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

Fibula dan Tibia

Gambar 6. Tulang Kering dan Tulang Betis2


Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf

5
Tarsal, Metatarsal, dan Phalanges Pedis

Gambar 7. Tulang Kaki2


Jenis-jenis Otot

Spesialis kontraksi pada sel-sel tubuh adalah otot.Sistem muscular(otot) terdiri dari
sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan otot tubuh. Jaringan otot terdiri dari
sel-sel yang berbeda-beda, mengandung protein kontraktil.Struktur biologi dari protein ini
membangkitkan tekanan yang dibutuhkan untuk kontraksi selular, yang menimbulkan gerakan di
antara organ tertentu dan tubuh sebagai satu kesatuan. Kebanyakan sel otot berasal dari
mesoderm, dan diferensiasinya terutama terjadi melalui proses pemanjangan secara berangsur-
angsur, disertai pembuatan protein miofibril.3

Tiga jenis jaringan otot dapat dibedakan pada mamalia berdasarkan ciri morfologis dan
fungsional, dan setiap jaringan otot mempunyai struktur yang sesuai dengan peranan
fisiologisnya. Ketiga jenis otot tersebut antara lain:

Otot Polos

Struktur otot polos berbentuk serabut seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan
inti berjumlah satu terletak dibagian tengah. Otot polos berkontraksi tidak menurut kehendak
atau diluar kendali system saraf pusat, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah. Otot ini
biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti lambung dan usus.4

6
Otot Lurik/ rangka

Struktur otot polos mempunyai serabut panjang, berwarna lurik dengan garis terang dan
gelap, memiliki inti dalam jumlah banyak dan terletak dipinggir. Otot rangka ini berkontraksi
menerut kehendak kita atau dibawah kendali sistem saraf pusat, gerakannya cepat, kuat, mudah
lelah dan tidak beraturan. Otot rangka biasanya terdapat pada lengan, paha dll.4

Otot Jantung

Otot jantung merupakan otot yang khusus membentuk jantung. Otot jantung mirip
dengan otot lurik tetapi bercabang-cabang dan memiliki banyak inti sel. Inti sel terletak ditengah
serabut. Otot jantung berfungsi menggerakan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Kerja otot jantung tidak dipengaruhi oleh kehendak kita (diluar perintah otak), tetapi dipengaruhi
oleh saraf otonom (simpatetik dan parasimpatetik). Otot jantung memiliki struktur seperti otot
lurik, tetapi bekerjanya seperti otot polos.4 Pada pembahasan kali ini memang lebih difokuskan
pada otot-otot rangka yang terdapat pada ekstremitas bawah.

Struktur Mikro Otot Rangka


Semua otot rangka dibentuk dari sejumlah serabut-serabut otot yang diameternya berkisar
antara 10-80 mikron yang dilindungi oleh suaru membran yang dapat dirangsang oleh aktivitas
listrik tubuh, yaitu membran sarkolemma. Setiap serabut otot tersebut terbuat dari rangkaian sub
unit yang lebih kecil. Pada sebagian besar otot, serabut-serabutnya membentang di seluruh
panjang otot kecuali untuk sekitar 2 persen serabut-serabut tersebut.5

Sarkolema, adalah membran sel serabut otot. Meskipun demikian, sarkolema terdiri dari
membran sel, yang disebut membran plasma, dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu
lapisan tipis polisakarida yang mengandung beberapa serabut kolagen. Pada ujung serabut otot,
lapisan luar sarkolema ini bersatu dengan serabut tendo, dan serabut-serabut tendo akan
berkumpul dalam berkas yang membentuk tendo otot dan kemudian menyisip ke dalam tulang.6

Aktin/monomer globuler G-aktin, merupakan protein globuler dengan berat molekul


43000 dijumpai dan sebanyak 25% berat protein otot dan dalam keadaan normal banyak
mengandung magnesium. Aktin globuler ini dikenal sebagai aktin-G, di mana aktin-G ini dalam

7
suasana tertentu akan berpolimerisasi membentuk aktin-F. Baik aktin-G maupun aktin-F,
keduanya tidak menunjukkan aktivitas katalitik.5

Miosin, merupakan suatu protein otot yang terdiri dari bagian ekor yang berserat dengan
dua rantai spiral yang melilit dan bagian kepala yang merupakan protein globuler. Miosin
memiliki aktifitas ATP-ase, dan dapat dicerna oleh tripsin dan papain.5

Miofibril, merupakan suatu protein otot terdiri dari filamen yang mengandung aktin dan
miosin.Setiap serabut otot mengandung beberapa ratus sampai beberapa ribu miofibril yang
berupa titik-titik kecil pada potongan melintang. Tiap miofibril yang terletak berdampingan
mempunyai kira-kira 1500 filamen miosin dan 3000 filamen aktin yang merupakan molekul
protein polimer besar yang bertanggung jawab untuk terjadinya kontraksi otot. Filamen yang
tebal mengandung miosin dan filamen yang tipis mengandung aktin. Perhatikan bahwa filamen
miosin dan aktin sebagian akan saling bertautan sehingga menyebabkan miofibril selang-seling
mempunyai pita terang dan gelap. Pita-pita yang terang, yang hanya mengandung filamen aktin
disebut pita I karena mereka terutama bersifat isotropik terhadap cahaya yang dipolarisasikan.
Pita-pita gelap yang mengandung filamen miosin, disebut pita A karena mereka bersifat
anisotropik terhadap cahaya yang dipolarisasikan. Perhatikan juga penonjolan-penonjolan kecil
disamping filamen miosin.Ini disebut jembatan penyeberang.Mereka menonjol dari permukaan
sepanjang filamen miosin, kecuali pada bagian tengahnya.Interaksi antara jembatan penyeberang
dan filamen aktin menyebabkan terjadinya kontraksi.

Tropomiosin, merupakan molekul fibrosa, terdiri dari rantai alfa dan rantai
beta.Tropomiosin dijumpai pada semua otot, dan semua struktur yang menyerupai otot.Sistem
Troponin, adalah suatu unit otot lurik, terdiri dari tiga jenis protein yang terpisah, masing-masing
dikenal sebagai troponin-T (TpT); troponin-I (TpI); dan troponin-C (Tp-C).TpT terikat pada
tropomiosin seperti kedua troponin lainnya; TpI menghambat interaksi aktin-F dengan miosin;
dan TpC merupakan protein pengikat kalsium. TpT membantu pengikatan antara aktin dan
miosin.

Sarkoplasma, adalah miofibril yang terpendam di dalam serabut otot yang terdiri dari
unsur-unsur yang biasanya terdapat di dalam intraselular.Cairan sarkoplasma mengandung
kalsium, magnesium, fosfat, dan enzim protein dalam jumlah besar.Juga terdapat mitokondria

8
dalam jumlah banyak yang terletak di antara dan sejajar dengan miofibril-miofibril tersebut,
suatu keadaan yang menunjukkan bahwa miofibril-miofibril yang berkontraksi membutuhkan
sejumlah besar ATP yang dibentuk oleh mitokondria.

Retikulum sarkoplasma, terdapat dalam jumlah besar dalam serabut otot. Retikulum ini
mempunyai organisasi yang khusus yang sangat penting dalam pengaturan kontraksi otot karena
didalamnya terdapat ion kalsium yang berperan sebagai regulator dalam mekanisme kontraksi.
Tipe otot yang berkontraksi dengan cepat mempunyai banyak retikulum sarkoplasma.5,6

Gambar 8.Struktur mikro otot rangka5

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot


Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut:
Mekanisme kontraksi pada otot lurik diawali oleh pelepasan asetilkolin yang merupakan
pensinyalan dari sistem saraf. Asetilkolin berikatan dengan reseptor yang memicu adanya respon
terhadap rangsangan, ketika rangsangan tersebut cukup besar untuk melewati titik batas rangsang
ambang maka akan terjadi respon oleh otot. Hal ini mengakibatkan pintu Na dan Kpada otot

9
terbuka. Kemudian terjadilah proses potensial aksi pada otot,hal ini mengakibatkan retikulum
sarkoplasma untuk melepaskan ion Ca2+ yang akan mengaktivasi kerja miofibril pada otot. Ion
Ca2+akan berikatan dengan Troponin C membentuk interaksi Troponin C 4 Ca2+ dan akan
mengikat miosin.Kemudian terjadi interaksi TpTdan Tropomiosin sehingga membuka jembatan
silang miosin,miosinberikatanaktin sehingga terjadi kontraksi.TpI memiliki fungsi untuk
menghambat interaksi miosin-aktin karena TpI mencegah terjadinya ikatan antara kepala miosin
ke dalam tempat perikatan F aktin.Sedangkan TpT memiliki fungsi untuk melaksanakan interaksi
miosin dengan aktin.5

Miosin pada awalnya sudah memiliki ATP dan memiliki aktivitas ATP-ase, yaitu
merubah ATP menjadi ADP + P + energi. Ketika terbentuk ADP + p + energy, ADPbelum dapat
terlepas dari miosin sampai miosin berikatan dengan F-aktin (hal ini dapat dilakukan hanya
ketika Ion Ca2+ telah berikatan dengan TpC) sehingga kontraksi terjadi. Sementara miosin
berikatan dengan F aktin, Troponin C akan terlepas dari miosin karena tidak memiliki ATP lagi
dan akan mencari miosin lain yang masih memiliki ATP selama kadar ion Ca2+masih tinggi.7

Relaksasi terjadi ketika ion Ca2+ kembali masuk ke dalam retikulum sarkoplasma. Ca2+
yang tadinya telah menempel dengan TpC akanterlepas dan troponin I akan menghambat ikatan
antara kepala miosin dan aktin. Tropomiosin kembali menutup jembatan silang miosin, aktin dan
miosin tidak dapat berinteraksi lagi, sementara itu miosin yang masih berikatan dengan aktin
kembali akan mengikat ATP yang di hasilkan melaui berbagai proses didalam tubuh, miosin
yang mengandung ATP akan menyebabkan aktin terlepas sehingga relaksasi terjadi.8 Lihat
gambar 9.

10
Gambar 9. Mekanisme Kontraksi8
Kelelahan Otot
Aktivitas kontraktil tertentu tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang telah ditentukan
selamanya.Pada akhirnya, ketegangan otot menurun seiring dengan timbulnya kelelahan.
Tampaknya terdapat tiga jenis kelelahan, kelelahan otot, kelelahan neuromuskulus, kelelahan
sentral.5,8

Kelelahan otot terjadi apabila otot yang berolahraga tidak lagi dapat berespon terhadap
rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Penyebab mendasar kelelahan otot
belum begitu jelas. Faktor-faktor yang diperkirakan terutama berperan adalah penimbunan asam
laktat, yang mungkin menghambat enzim-enzim kunci pada jalur-jalur penghasil energi dan
habisnya cadangan energi. Waktu timbulnya kelelahan berbeda-beda sesuai dengan jenis serat
otot, sebagian serat lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan serat lain, dan intensitas
olahraga, yakni aktivitas yang berintensitas tinggi lebih cepat menimbulkan kelelahan.

Produksi Asam Laktat


Asam laktat adalah suatu senyawa yang menyebabkan timbulnya rasa lelah pada bagian
tubuh. Asam laktat terbentuk dikarenakan oksigen yang disalurkan untuk pemecahan glukosa
tidak sesuai atau tidak sebanding dengan kebutuhan pembentukan ATP seiring dengan
meningkatnya intensitas aktifitas otot. Karena kurangnya oksigen inilah yang menyebabkan

11
tubuh yang seharusnya melakukan glikolisis aerob untuk menghasilkan 34 ATP yang diperlukan
tubuh, tetapi justru terpaksa melakukan glikolisis anaerob. Sehingga, pembentukan ATP hanya
berlangsung pada proses glikolisis yang menghasilkan 2 ATP dan asam piruvatnya tidak diolah
menjadi 32 ATP sisanya. Asam piruvat tersebut justru diubah menjadi asam laktat
yangmenimbulkan rasa pegal atau nyeri pada otot.9,10

Produksi Energi dan Oksigen Debt


Secara normal, saat fase istirahat berlangsung tubuh memperoleh energi melalui
pemecahan asam lemak melalui fase istirahat, dan saat sedang beraktifitas ringan energi untuk
melakukan aktifitas diperoleh dari proses pemecahan glukosa melalui proses glikolisis aerob
(glikolisis dan fosforilasi oksidatif) dengan terbentuknya 2 ATP dan asam piruvat melalui proses
glikolisis lalu asam piruvat diuraikan lagi melalui proses fosforilasi oksidatif untuk
menghasilkan 32 ATP, sehingga total ATP yang dihasilkan adalah 32 ATP.8

Saat terjadi proses glikolisis anaerob, disaat ituah terjadi suatu hutang oksigen (oksigen
debt). Pelunasan oksigen ini nantinya akan berlangsung saat orang tersebut istirahat dan tidak
melakukan aktivitas lagi.Setiap asam laktat yang tertimbun diubah kembali menjadi asam
piruvat.Asam piruvat sisanya diubah kembali menjadi glukosa oleh hati.Sebagian glukosa ini
digunakan untuk memulihkan cadangan glikogen diotot dan hati yang telah habis terpakai selama
olahraga (saat anak berlari). Dengan demikian, hutang O2 dilunasi, asam laktat dibersihkan, dan
simpanan glikogen paling tidak sebagian diganti.8,11

Kesimpulan
Otot terdiri dari tiga jenis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung. Otot tersusun pula oleh
berbagai macam protein dan enzim yang membantu kerja otot dalam melakukan kontraksi dan
relaksasi. Jadi sakit dan pegal yang sering kita alami disebabkan karena aktivitas kita yang
berlebihan sehingga terjadilah penumpukan asam laktat di dalam otot. Disamping itu, kerja otot
tidak dapat dilakukan sendiri, sehingga otot memerlukan tulang yang merupakan tempat
perlekatannya. Untuk itu, otot dan tulang harus bekerja serempak dan saling melengkapi agar
dapat berfungsi sebagai alat gerak yang manusia butuhkan.

12
Daftar Pustaka
1. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar; teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2007:hal. 134-46.
2. Lumongga F. Sendi lutut. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatomi-fitriani.pdf, 24 Maret 2011
3. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley R. Histologi dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2006:hal. 136-97.
4. Roger W. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Ed. 10. Jakarta: EGC; 2002
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2008:hal. 74-93.
6. Hardjasasmita Pantjita. Ikhtisar biokimia dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001:h.8-15.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta:Buku
KedokteranEGC;2001: hal. 212-53.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2011: hal. 287,300.
9. Ferdinand F, Ariebowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta: Visindo: hal. 63-6
10. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC; 2006. Hal. 287-9
11. Pudjiastuti S, Utomo B. Fisioterapi pada lansia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004: hal.
35-6.

13

Vous aimerez peut-être aussi