Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelas VD
PENDAHULUAN
Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri
dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa)
yang bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan
membentuk ekosistem. Satwa adalah salah satu unsur hayati di alam yang terdiri
dari semua jenis sumber daya hewani yang hidup di darat, di air, dan di udara.
Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di
udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia. Satwa dapat digolongkan dua jenis yaitu satwa yang
dilindungi dan tidak dilindungi.
Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis katulistiwa.
Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
baik satwa maupun tumbuhan. Keanegaragaman hayati dapat diartikan sebagai
keragaman berbagai makhluk hidup mulai dari hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme termasuk gen yang dimiliki.
Indonesia adalah salah satu rumah bagi kehidupan hayati yang paling kaya
di dunia. Keanekaragaman hayati telah memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia, antara lain sebagai sumber bahan pangan, sandang, dan papan, serta
menyediakan jasa lingkungan. Namun, semua warisan alam itu kini berbeda
dalam ancaman karena tingkat keterancaman dan kepunahan yang tinggi akibat
dampak perubahan iklim, pembakaran hutan, perburuan liar, perkembangan
industri, dan eksploitas sumber daya yang semena-mena. Oleh karena itu
konservasi keanekaragaman hayati menjadi sangat penting sebagai salah satu
upaya manusia untuk melestarikan keanekaragaman hayati yaitu pelaksanaan
pembangunan ekonomi hijau. Akan tetapi, pembangunan ekonomi hijau masih
kurang mendapat perhatian dalam perencanaan pembangunan di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu diusulkan konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan
pendayagunaan kekayaan sumber daya hayati secara lestari. Selain itu
diperlukan kesadaran pemerintah dan rakyat untuk melakukan konservasi. Jumlah
dan luas kawasan konservasi darat di Indonesia tidak mengalami perubahan pada
tahun 2013. Luas cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan taman
nasional di Indonesia tahun 2013 berturut-turut adalah sekitar 3.957,7 ribu hektar,
5.024,1 ribu hektar, 257,3 ribu hektar, dan 12.328,5 ribu hektar (Tabel 4.12).
Jumlah dan luas kawasan konservasi laut di Indonesia juga tidak mengalami
perubahan pada tahun 2013. Luas cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata
dan taman nasional di Indonesia tahun 2012 berturut-turut adalah sekitar 152,6
ribu hektar, 5,5 ribu hektar, 491,2 ribu hektar, dan 4.043,5 ribu hektar (Tabel
4.13).
Dalam satwa yang dilindungi dapat dikategorikan dalam beberapa
golongan, diantaranya: satwa yang dalam bahaya kepunahan; dan satwa yang
populasinya jarang. Mengenai satwa yang dilindungi sebagaimana di maksud
dalam UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, dalam pasal 21 ayat (2 a dan b). Dimana setiap orang dilarang
mengambil, menangkap, melukai, membuhun, menympan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindung dalam keadaan hidup
maupun keadaan mati.
Karena Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati tertingi yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri, dari
keunikan tersebut membuat Indonesia memiliki peran yang penting dalam
perdagangan satwa di dunia.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belkang diatas dapat dirumuskan sebagai rumusan
masalah, sebgaai berikut:
1. Bagaimana implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 dalam
menangani permasalahan yang berkaitan dengan undang-undang tersebut?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan dalam penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
\ untuk mengetahui Bagaimana implementasi Undang-Undang No. 5 Tahun
1990 dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan undang-
undang tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
PEMBAHASAN